Per 2016, RMID pindah ke RMID Discord (Invite link dihapus untuk mencegah spambot -Theo @ 2019). Posting sudah tidak bisa dilakukan lagi.
Mohon maaf atas ketidaknyamanannya dan mohon kerjasamanya.

Share | 
 

 [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
Pilih halaman : Previous  1, 2, 3, 4, 5  Next
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-09, 19:17
Post[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
#1
shikami 
Member 1000 Konsep
avatar

Level 5
Posts : 3744
Thanked : 31
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer
Awards:


[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
First topic message reminder :

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 G97T5
StoryPlay adalah istilah baru untuk sebuah permainan cerita pendek dimana character akan mengembangkan plot dalam suatu setting dan memungkinkan bisa berinteraksi dengan character lain.
dalam storyplay,pemain hanya diberikan sebuah basic background cerita dimana mereka cukup mengembangkan cerita tersebut dengan gaya mereka sendiri. setiap tokoh buatan pemain dapat digodmodding sendiri selayaknya dalam sebuah cerita normal.

Tujuan :
Spoiler:
Rules :
Spoiler:

Background Story
Eremidia, . .
Negeri indah nan megah terletak di benua forumia. negeri dimana sihir dan ilmu pengetahuan berpadu. para penduduk luar berdatangan menuju ke tempat ini untuk berbagai macam tujuan. demi mimpi mereka, demi cita-cita ataupun demi tujuan yang lebih gelap seperti balas dendam dan ambisi.
namun banyak misteri menyelimuti negeri ini, seolah ada suatu rahasia gelap yang tersembunyi dan siap menghancurkan keharmonisannya.
para orang bijak meramalkan bahwa legenda-legenda baru akan lahir
untuk melindungi atau pun mungkin
menghancurkan dunia.
Peta Eremidia
http://www.nible.org/images/worldmapver2.jpg
< peta ini bersifat temporary, anda bisa menambahkan daerah sendiri di eremidia >

Important Fact
- setting Eremidia adalah antara abad feudal dan pre modern. sekitar 2200 C.Y
cek lebih lanjut di sini
- Eremidia membutuhkan banyak hunter karena kemunculan misterius para monster-monster asing.
- Ibukota Eremidia ini cukup luas terdiri dari 4 bagian kota. dikelilingi tembok raksasa.
ada 4 Quest Center di kota. Quest Center adalah tempat untuk mencari Quest bagi para Hunter.
- para bandit serigala padang pasir/Desert mengacau di wilayah selatan negara eremidia.
- Winhart family adalah keturunan keluarga penyihir yang cukup terkenal di pusat kota Eremidia.

fakta2 lainnya bisa dlihat disini
rmid.forumotion.net/t5706-eremidia-verse-central-database

Richter's stories
chapter 1
chapter 2
chapter3
chapter4
chapter5
chapter6
chapter7
chapter8
chapter9
chapter10
chapter11

Cokre's stories
chapter 1
chapter2
chapter3
chapter4
chapter5

Izn's stories
chapter 1
chapter 2

Clover's stories
chapter1
chapter 2

Signus's stories
chapter 1
chapter 2
chapter3
chapter4
chapter5
chapter6
chapter7
chapter8
chapter9

Roland's stories
Chapter 1[/END]

Nacht's stories
chapter1
chapter2
chapter3
chapter4
chapter5
chapter6
chapter7

mcpherson 's stories
chapter 1

lowling's stories
chapter1

Theo's stories
chapter1
chapter 2
chapter3
chapter4

EmperorAlan's stories
Chapter 1

nisa's stories
chapter 1
chapter 2
chapter3
chapter4

Whitehopper's stories
chapter1
chapter2

Aegis's stories
chapter1
chapter2

Radical Dreamer's stories
chapter 1

Lyonesse's stories
chapter 1

superkudit stories
chapter1
chapter 2
chapter3

yukitou's stories
chapter 1

echizen's stories
chapter1

aidil's stories
chapter1

kabutop's stories
chapter1
chapter2



Terakhir diubah oleh shikami tanggal 2012-07-13, 05:49, total 12 kali diubah

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-13, 22:59
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Cloverfield 
Novice
Novice


Posts : 254

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Episode III Things Can't Be Worse

<Morning 7 A.M>

Aduh aku bangun terlambat lagi... Tadi malam aku membaca ensiklopedia Creatures and Races Edisi Spesial : Vampire, maklum aku sangat senang yang namanya membaca, buku setebal 200 halaman lebih itu aku habiskan dalam semalam. Vampire... Ras undead yang abadi, mereka punya kemampuan regenerasi yang tinggi makanya kebanyakan mereka itu cantik dan tampan (kulitnya mulus terus), Yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup adalah darah manusia dan hewan, mereka tidak bisa bertahan lama di bawah sinar matahari karena akan merusak sel yang berkemampuan regenerasi itu, mereka akan mati kalau jantung mereka ditusuk dengan paku perak. Buku ini sungguh menarik, tapi aku sekaligus ngeri membayangkan, mereka itu bisa hidup beribu-ribu tahun lamanya... bayangkan, tidak bisa bermain dibawah matahari, selama beribu-ribu tahun, hanya ditemani selimut langit malam kelam yang dingin, rembulan dan bintang yang bisu , terlebih lagi... jika kau mencintai seorang manusia... bagaimana jadinya? huwa aku jadi sedih sendiri :cry: kenapa aku tiba-tiba lari ke kisah cinta? :Pokerface:
Saatnya aku mandi dan sarapan... Akupun turun dari tempat tidurku dan segera merapikannya kembali.

<Afternoon 1 P.M>

Siang ini terik sekali, rasanya aku jadi ingin mandi lagi... Aku duduk di sofa sambil membolak-balik ensiklopedi Vampireku,
"Ayah pulang..."
"Selamat datang ayah"
Aku segera mengambil topi yang baru saja dilepaskan oleh ayah, dan meletakkannya pada tempatnya.
Aku lihat ayah membawa suatu bungkusan...
"Nina, ayah beli ini tadi"
"Wah apa itu ayah?"
Aku mengambil bungkusan tersebut dan membukanya, isinya sebuah buku, mataku berbinar-binar!
"Ini... Buku petunjuk eksperimen sihir dengan tumbuh-tumbuhan!"
Seruku senang, aku berputar-putar diruang tamu mengangkat buku tersebut keangkasa. Ayah hanya tersenyum melihat tingkahku yang kekanakan tersebut. Aku berhenti berputar.
"Horeee terimakasih ayah! Nina sudah menunggu-nunggu untuk membaca buku ini"
"Iya Nina, syukurlah jika kamu senang, sekarang ayah ingin istirahat dulu, panas sekali di luar tadi"
"Iya ayah~ selamat istirahat, mau Nina ambilkan minum?"
"Iya boleh"
Aku segera mengambilkan minuman untuk ayah, bukunya aku letakkan terlebih dahulu ke kamar. Setelah aku memberikan minuman kepada ayah, aku langsung kabur ke kamar. Aku pertama-tama menatap covernya... "Petunjuk Eksperimen Sihir dengan Tumbuh-Tumbuhan" Semenjak lulus akademi sihir, aku sudah tidak pernah lagi yang namanya praktikum. Paling-paling membaca teori teori dan teori, aku butuh pengalaman juga... namun sulit sekali mendapatkan kesempatan itu...
...
Akupun mulai membaca daftar isinya, wah buku ini bagus sekali kualitasnya, kertasnya licin seperti ini, terlebih lagi wanginya enak, sepertinya dibuat dari kayu yang bagus... oke aku akan mulai dari eksperimen yang menarik mataku saja...
...
...
...
...
"WAH ADA RAMUAN CINTA!"
ups :hammer: aku terlalu bersemangat melihat judul eksperimennya.
....
*uhuk*
Ahahaha... coba aku lihat dulu...
Ramuan Cinta :
Ramuan yang akan membuat yang meminumnya jatuh cinta pada yang membuatnya. Namun hanya pada batas waktu tertentu yaitu sekitar dua hari. Wanginya manis dan akan membuat yang meminumnya pingsan terlebih dahulu karena mabuk pada aromanya, setelah dia bangun maka ramuan itu akan menunjukkan khasiatnya.
"Hoo... hanya untuk waktu tertentu saja ya... eh tunggu :hammer: memangnya siapa yang mau aku buat jatuh cinta?!"
... Tapi aku tetap penasaran.
"Tapi ini menarik juga... hmm"
"Aku jadi ingin mencobanya! mari kita lihat bahan-bahannya... air, akar manis pohon hitam, wildberry, daun semak biru, bubuk duri mawar merah dan merah muda..."
"Semuanya ada semua di ruang eksperimen ayah... tapi ada satu yang tidak ada... Daun semak biru.
Aduh dimana carinya ya... meskipun aku anak orang kaya tapi uang jajan tidak berlebihan :hammer: uangku ngga bakal cukup beli-beli tumbuh-tumbuhan itu... Mataku pun meneruskan untuk menelurusi halaman tersebut...
"Aha benar-benar buku yang bagus sekali... sampai-sampai tempat tumbuhnya juga ditulis disini~"
Disana tertulis Daun semak biru ada di Hutan Timur...
Tidak banyak pikir dan basa basi lagi aku langsung menuju ke lemari pakaianku memilih baju yang pantas untuk pergi ke hutan besok... Ya aku memang begitu, kalau sudah niat, tidak ada lagi yang namanya ragu-ragu. :hammer:
Malam ini aku mau minta izin ke ayah untuk pergi ke Hutan Timur...

<Tomorrow >

Fyuh untung aku menang negosiasi dengan ayah... Semua ini demi pengalaman dan pendidikan! Tapi ayah bilang ada kabar yang membahayakan disekitar Hutan Timur, yaitu ada kelompok goblin yang sering menghilangkan nyawa penduduk sekitar sini, terutama hunter yang sedang berburu. Padahal hanya Goblin, aku sampai heran juga.
Ayah memberi aku uang untuk menyewa bodyguard hunter yang lumayan, karena itu sekarang aku berdiri di Quest Center... aku pernah kesini dengan ayah waktu kecil, tapi aku tidak tahu bagaimana prosedur untuk menyewa seorang bodyguard. Aku mulai tengok kiri kanan, banyak sekali orang berpakaian zirah, ada yang sedang duduk-duduk, ada yang berbicara pada Quest Receptionist, bisa dibedakan yang mana yang hunter yang mana yang bukan dari kostum mereka, hunter pastilah yang berbaju zirah...
"Aduh aku harus segera menyewa bodyguard... kemana ya? apa ke resepsionis?"
Aku bingung, di sini banyak sekali orangnya...
Tiba-tiba saja ada seorang wanita yang menyapa aku.

Trust And Belief

"Sedang apa kamu ditempat ini?"
Wanita itu penampilannya sepertinya aku pernah melihatnya di buku... tapi ingatanku agak samar, rambutnya berwarna hijau dan dia memegang sebuah tombak. Aku agak gugup namun aku segera menjawabnya.
"Anu, aku Nina, Nina Winhart, aku kemari karena aku ingin merekrut seseorang untuk melindungiku berjalan menuju Hutan Timur, kudengar disana banyak bahan untukku bereksperimen sihir, tapi aku tidak tahu prosedur untuk merekrut bodyguard..."
:hammer: Keluarlah bahasa formalku, ayah selalu mengajarkan aku untuk berbahasa sopan kepada orang lain. Aku pun menunggu jawaban nona itu.
"Oh, bagaimana kalau kamu ikut bersama kami, kebetulan kami akan pergi kesana ko!"
Aku baru saja mau tersenyum senang dan mengucapkan terimakasih tetiba-tiba...
"EH?!?"
Seorang laki-laki berambut merah di sebelahnya tiba-tiba berteriak begitu :o uhm... aku merasa sedikit tidak enak :hammer: kenapa dia bersikap seperti itu... aku kan jadi makin gugup.
Kemudian ada lagi muncul seorang wanita.
"Hei, kudengar kalian akan pergi keluar kota, boleh aku ikut bersama kalian?"
Dia memakai baju zirah yang sepertinya berat sekali. :o Orangnya juga cantik berambut coklat lembut... aku jadi ingin memanggilnya kakak.
Tapi aku kembali melirik ke wajah laki-laki ini, dia semakin cemberut saja atau memang wajahnya seperti itu? :hammer: apa benar boleh?
"Umm, benarkah boleh...?"
Tanyaku khawatir, sambil melirik-lirik kepada Lelaki berambut merah itu.
"Tentu saja kalian berdua boleh! Dan kau akan melindungi mereka kan, Phoenix??"
"Like I care what will happen to both of them...!"
Uuuaah laki-laki ini menakutkan sekali, kenapa dia marah-marah seperti itu sih. :hammer:
Ha... hahaha... :hammer: dan mulailah perjalanan kami menuju Hutan Timur.

-

Selama perjalanan di hutan, mereka memperkenalkan diri, ternyata wanita berawmbut hijau itu bernama Elicia dan yang berambut coklat bernama Claire. Mereka berdua hebat dalam sekali melawan monster dan melindungiku, aku juga ingin bisa seperti mereka, tapi aku hanya penyihir yang baru lulus akademi... Lalu... Lelaki ini bernama Phoenix, dia tidak terlalu banyak bertarung selama perjalanan, mana cemberut terus lagi. :hammer:
Tapi siang sudah datang, dan kami belum juga sampai, aku khawatir akan sampai malam sekali ke rumah nanti.
"Anu... Kira - kira kapan kita akan sampai ya?"
"Sebentar lagi, itu hutannya sudah terlihat!"
Oke sebentar lagi katanya, syukulah...
Selama perjalanan yang hampir sampai itu Elicia ada bercerita mengenai gerombolan goblin yang menyerang manusia itu... aku jadi ngeri, ternyata seserius itu, aku kira cuma rumor belaka... Tapi melihat kekuatan dua kakak perempuan ini aku pikir tidak akan ada apa-apa.

-

Akhirnya sampai juga! ada beberapa semak biru di sini, saatnya mengambil beberapa. Claire bilang akan membantuku memetiknya, akhirnya kami berdua yang pergi sementara Elicia dan Phoenix beristirahat. Aku menatap Claire, cantiknya... aku sedikit terpana.
"Ada apa Nina?"
Claire menyadari aku menatapnya, aku kaget dan malu, pipiku merah.
"Ti-tidak, aku hanya berpikir kamu cantik sekali Claire! rambutmu halus sekali"
"Nina juga manis kok, hihi"
Kami berdua tertawa, kemudian aku memutuskan untuk mengambil daun semak biru lebih banyak lagi ke seberang... padang rumput ini luas sekali, seperti lapangan, dikelilingin dengan bukit-bukit bebatuan... anginnya juga semilir...

Tiba-tiba ada bayangan dihadapanku yang semakin lama semakin membesar... aku pikir itu bayangan awan... ketika aku mendongak ke atas...
I... ITU......!!!


"KYAAAAAAAAAAAAAAA......!!!!"

Aku langsung mengenali itu adalah monster Chrome Disaster! Aku pernah melihatnya di buku! Kenapa makhluk ini ada di sini?!
Apa aku akan segera mati???
Aku sangat shock, ingin lari pun sulit, tubuhnya begitu besar sepertiikan paus, dan dari kejauhan Elicia dan Phoenix berlari ke arah sini. To-tolong aku kumohon! Wajahku sangat pucat, Chrome Disaster adalah monster Rank S, apa aku bisa pulang hidup-hidup setelah ini?!


Phoenix lari dan memposisikan dirinya di depanku, lalu melancarkan serangannya

"Final Blade Saver!!!!!"

Tepat mengenai Chrome. Monster itu terbelah menjadi dua! kekuatan macam apa yang lelaki ini miliki... Aku terpana sambil menatap Phoenix yang habis mengeluarkan kekuatannya.
Namun yang aku sudah kira-kira terjadi! Monster itu memiliki kemampuan beregenerasi dengan cepat! Belahan Chrome segera bergabung kembali dan menjadi utuh. Phoenix sepertinya sudah salah kira, sekarang apa yang akan terjadi???

"THUNDER GOD STYLE!!!!...LIGHTNING PURGE!!"

Kali ini Claire yang maju mengeluarkan jurusnya, namun aku masih panik dan tidak bisa tenang, karena aku tahu ini semua percuma! Lihat saja Chrome segera kembali ke bentuk semula, ka-kalau tidak salah... Chrome Disaster memiliki core yang...

Belum sempat aku berpikir, Chrome raksasa yang mengerikan itu sudah membuka mulutnya, dan segera cahaya terkumpul di dalamnya...
Mataku terbelalak, pupilku mengecil melihat cahaya yang berderang itu, apa itu cahaya kematian kami???
Aku... apa yang bisa aku lakukan agar kami tidak mati di sini?!!

"DAMMIT, SEMUA, LARI!!!!!!!

Semburan cahaya itu menghujam penglihatanku, cahaya kematian itu...
Tiba-tiba saja dari inti tubuhku ada suatu lonjakan energi.

BYAAAAAAAAAAAAARRRR!!!!

-




-
Strenght Of A Thousand Men
-




-

...Apa aku sudah mati...? Dengan semua kegilaan itu... monster Chrome Disaster itu... Ayah... Ibu... Maafkan anak gadismu yang keras kepala ini...
Yang kulihat hanya putih... lalu ada gadis muda berambut pirang... dia pasti malaikat... habislah sudah...
Air mataku pun mengalir.

To Be Continued...
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-13, 23:06
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
richter_h 
Salto Master
Hancip RMID
richter_h

Kosong
Posts : 1705
Thanked : 30
Engine : Other
Skill : Skilled
Type : Developer
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
The Tale of Vent McGraves
Chapter XIII

Celebrating my 777th Post and 13th Chapter


Klik to Chapter XII

Northreach. Kota di utara Eremidia, dimana sinar mentari petang menghiasi pemandangan di belakangnya saat Vent dan Vischelia tiba di sana. Mereka tiba di kota bernuansa khas Utara; bangunan beratap jerami dan kayu, dinding batu, dan beberapa bangunan dengan dinding batu. Denah kota itu tidak terlalu berbeda dengan Eremidia, namun di Northreach, alun-alunnya luas dan di dekat kota, agak ke barat laut dan naik ke bukit ada sebuah menara berarsitektur kuno nan tinggi. Orang-orang di kota itu menyebutnya dengan Menara Whitestone, karena menara itu berwarna putih kalau dilihat dari kejauhan.

Seperti yang biasa Vent lakukan, tradisi Vent jika mengunjungi sebuah kota, dia akan mengunjungi bar terlebih dahulu sebelum ke penginapan atawa ke tempat lain. Kali ini, dia ke bar bersama Vischelia si gadis imut yang selalu bersamanya. Mereka duduk di bar. Hanya duduk, tidak memesan minuman bahkan biang madu Nord yang Vent inginkan. Mereka mendengarkan apa yang orang-orang di bar bicarakan, salah satunya tentang rumor Goblin Es yang semakin menggila akhir-akhir ini.

"Tapi Goblin yang disini tidak seganas yang ada di selatan sana," celetuk salah seorang pemburu yang minum bersama temannya. "Beberapa orang yang dari ibukota sana bilang banyak sekali Hunter yang mati di tangan Goblin."

"Dan mereka sekarang sepertinya akan menyerang ibukota, apalagi mereka sudah membebaskan Howl," celetuk satu lagi pemburu di penjuru lain bar.

Goblin? Howl? Siapa pula Howl itu, pikir Vent. Dia ingat dia pernah memberi pelajaran pada satu Goblin ngotot bin ngamuk dahulu kala. Tapi Howl? Siapa pula Howl ini?

Sementara itu, di samping Vent, Vischelia tidak sadar ngiler nan ngacay saat melihat biang madu Nord dituangkan ke gelas besar. Dia sepertinya ingin sekali mencoba minum seteguk, tapi dia sudah berjanji untuk tidak minum lagi. Vent kembali meliriknya dan menyadarkan gadis itu saat minuman manis dari dewa itu mengalir ke tenggorokan salah seorang pemburu yang haus dan begitu menikmatinya.

"Pissel, tidak ada lagi minuman buat ente."

Vischelia menjawabnya dengan menggembungkan pipinya--ciri khas Vischelia yang menambah nilai imut gadis pelukis ini. Vent hanya ketawa kambing melihatnya. Dipikir-pikir juga, gadis ini memang menarik dan kenapa dia tidak sadar sejak dia pertama bertemu? Tapi, lupakan hal-hal romantis seperti itu. Dia ke Northreach ini untuk minum dan mencari biang madu Nord, bukan untuk kencan bersama gadis pelukis nyentrik itu.

Sekuatnya dia menahan hasrat untuk minum biang madu Nord itu. Tapi, saat dia melirik ke Vischelia, alangkah terkaget-kagetnya dia saat ternyata Vischelia kepergok sedang minum minuman yang Vent dari tadi mau.

"Pissel!!"

Vent merebut gelas yang isinya habis setengahnya diminum Vischelia. Terlihat wajah Vischelia memerah, dan bicara ngawur. Cekikikan nggak jelas. Gayanya yang tadi terkesan imut lucu dan layaknya gadis penuh semangat sekarang rusak total. Karakter Vischel rusak total saat itu. Saat Vent merebut minumannya, Vischelia menatap Vent dengan raut wajah yang beda total; dia tersenyum padanya, tapi dengan senyuman yang lain dari biasanya.

"Apa, sih, Vent?" Vischelia bicara dengan logat dan cara bicara yang beda banget dari biasanya. "aku belum habisin semua..."

"Demi semua leluhur, Pissel, ente udah kelewatan! Ente seharusnya jangan minum biang madu ini setetespun!"

"Aku masih mau, sedikit..."

"Pisselia Abilen! Tidak ada minum-minum lagi."

Vent lantas meminum semua biang madu yang tersisa di gelas itu. Biang madu Nord, minuman hasil olahan madu hasil penyulingan, dengan rasa yang manis dingin dan efek yang nendang banget, mengingatkannya saat dia pertama kali minum seteguk 'minuman para dewa' itu. Walau hanya setengah gelas tinggi, dia merasa telah minum 2-3 botol bir yang biasa dia minum. Efeknya beneran nendang banget, sampai dia tidak bisa membedakan antara duduk dan berdiri. Tapi dia masih bisa bertahan, tetap tidak mabuk dan mencoba untuk menghentikan Vischelia yang ketagihan minuman yang berbahaya untuk gadis imut sepertinya.

Terlalu banyak minum, dan karena efek biang madu nendang banget, akhirnya Vischelia terkapar tidak kuat lagi. Vent--yang biasa mabuk dan masih bisa sadar walau mabuk berat pada akhirnya memboyong Vischelia ke penginapan tidak jauh dari bar, dan menidurkannya di salah satu kamar. Sementara, Vent memutuskan untuk jalan jalan di luar, menghilangkan maboknya, dan bertemu dengan Brom Sradovirr, juragan bir di Northreach. Karena Brom menyukai hasil racikan Vent yang super ajib itu, akhirnya Brom mengajaknya ke gudang bir untuk memperlihatkan koleksi dan komoditi yang akan disebar ke seluruh penjuru Northreach.

Dan juga, Vent lebih memilih tidur di gidang bir iru sendirian. Lebih enak tidur di tempat yang penuh dengan aroma alkohol, menurutnya.

--

Besoknya, Vischelia bangun kesiangan lagi--seperti saat dia minum minuman dari Vent saat di Eremidia dulu. Kepala pusing, tidak bisa bangun, dan malas untuk mengangkat badannya bahkan untuk duduk bersandar pada dinding.

"Ane udah bilang kalo jangan minum biang madu itu kebanyakan."

Vent hanya bisa facepalm ketika Vischelia ternyata masih mabok walau tidur semalaman. Vischelia masih saja cekikikan nggak jelas dan cara dia memandang masih seperti orang mabok.

"Kenapa kamu tidak memberitahu minuman lezat itu? Pantas saja kamu dulu ingin meninggalkanku di ibukota..."

"Bukan itu, Pissel, tapi ane ngga bisa bikin ente jadi punya kebiasaan kek ane. Mabok-mabokan dan adu jotos seenaknya..."

Vischelia tertegun. Raut wajahnya kembali seperti saat jika dia tidak mabok. Dengan ekspresi biasa, dia hanya memandang Vent. Sepertinya, dia ingin meminta maaf pada Vent karena merepotkannya selama ini.

"Sudahlah," Vent menghela napas, "Ane punya beberapa kerjaan di luar. Ente mau ikut atawa enggak, itu pilihan ente. Sana, cuci muka kalo mau ikut..."

Beberapa saat kemudian, mereka berdua mendatangi sebuah pondok untuk mendatangi Brom Sradovirr, pria kekar brewokan berjanggut tebal. Tidak jauh dari alun-alun dan tidak jauh pula dari pusat perlengkapan para penjelajah.

"Vent, ada kerjaan untukmu." Brom dengan penuh semangat berkata pada Vent, "Kita akan pergi ke Remorr, membawa minuman-minuman ini. Ongkos pengiriman dari temanku Muro kita bagi dua nanti."

Dan akhirnya, Vent dan Vischelia akan melakukan perjalanan ke kota Remorr, timur Northreach, dimana banyak pepohonan dan lereng terjal akan mereka lewati.

"Pissel, selama di jalan jangan minum satupun bir, baik dari ane maupun dari peti ini."

Klik to Chapter XIV


Terakhir diubah oleh richter_h tanggal 2012-07-14, 22:27, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-14, 00:27
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Gramadi 
Novice
Novice
Gramadi

Level 5
Posts : 209
Thanked : 4
Engine : RMVX Ace
Skill : Very Beginner
Type : Artist

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Chapter 2 : Fragile Valkyrie

Kami kembali menuju bar di eremidia setelah pengalaman yang tak terlupakan itu.Melawan makhluk seperti Chrome disaster merupakan sesuatu pengalaman bagi bahwa tidak semua musuh bisa dikalahkan oleh kekuatan saja namun juga kecerdasan.Namun,yang menarik perhatianku adalah orang bernama phoenix.Dari yang kulihat ia mungkin tipe-tipe orang yang senang menunjukkan kekuatannya namun disisi lain sisi pendiamnya itu merupakan poin positif yang dimilikinya.Dimataku,Sifat phoenix tersebut persis dengan pria yang ada di liontinku.Tanpa kusadari aku terus melihat kearahnya yang sedang duduk di dalam bar.,Mungkin hal itu mengusiknya hingga ia pun menegurku.

"Hmmph.. ada urusan kah sehingga kau melihatku?" tegur Phoenix
Aku yang terkejut membalas dengan spontah.

"Eh.. jangan besar kepala kamu, siapa yang melihatmu , aku hanya melihat ke arah etalase minuman itu" Jawabku sambil memalingkan muka.

"Hmmph.."
tanpa menjawab balik phoenix melanjutkan minumnya.

melihat respon phoenix ,Aku tidak berkata apa-apa lagi, hingga terpikir untuk mencari penginapan.

"Hmm... ada baiknya aku mencari penginapan sekarang"


Aku yang tidak memiliki tujuan lagi di bar tersebut melangkahkan kaki keluar bar.Terlihat banyak sekali orang dijalanan sana dimulai dari calon hunter yang ingin mendapatkan lisensinya hingga hunter kelas atas.Di keramaian tersebut aku bertanya kepada beberapa orang yang menurutku penduduk setempat tempat penginapan disekitar sini.Hingga aku menemukan penginapan yang tidak jauh dari Bar, mungkin hanya terletak berberapa blok dari sini.Aku kemudian menyewa satu kamar,Kamar yang disewakan tidak terlalu buruk dan sesuai dengan harganya.Kamar tersebut ada di lantai 3 dengan ukuran sekitar 5x4 meter cukup kecil namun terlihat nyaman.Diujung kamar terdapat lemari dan pot bunga lily diatasnya.Kasur yang ada di kamar ini pun cukup empuk dan nyaman.Aku melepas Armorku dan menyimpannya dalam lemari.Rasa sejuk kurasakan setelah melepas Besi yang terus menempel di badanku tersebut.Aku membuka jendela dan merasakan angin yang berhembus diluar.Dari atas dapat kulihat jalan yang tadi kulalui.Terlihat juga banyak anak bermain di jalanan dan salah satunya melambaikan tangan ke arahku.Aku pun membalas sapaan dari salah satu anak tersebut.

"Huft....Hari ini sungguh melelahkan" Kataku sambil menutup jendela dan merebahkan tubuhku di kasur.
Namun suatu yang empuk mengganjal di pungungku.Aku pun menggerakkan tanganku dengan hati-hati dan meraba benda empuk tersebut,ternyata itu adalah bungkusan yang diberikan oleh kapten kapal.Aku tersenyum simpul sambil membuka isi dari bungkusan tersebut.Mataku terbelalak melihat isi bungkusan tersebut,

"I..ini.."

Yang kulihat adalah Baju dari putri kapten kapal tersebut yang sempat kupakai dan sebuah Baju yang cukup cantik beserta beberapa uang.Aku terharu,Pakaian ini mungkin adalah satu-satunya peninggalan dari putrinya namun kapten kapal tersebut mempercayakannya padaku.Aku melihat ke arah Baju lain yang diberikannya.Baju tersebut merupakan baju dengan kesan feminim.Baju yang hampir mustahil aku pakai,Namun aku mencoba mencari-mencari kesempatan untuk memakainya.

Besok paginya ,Aku keluar untuk mencari informasi mengenai kelompok yang mengatasnamakan mereka Crusader of Palast.Dari yang kudengar sebelum menginjakkan kaki di Eremidia.Crusader of Palast pernah berhubungan dengan pria yang aku cari.Setelah mencari informasi berhari-hari aku tidak menemukan secuil pun informasi mengenai crusader of palast.Aku pun mulai kehilangan harapan.

2 Minggu kemudian. Pagi hari sekali aku menuju kamar mandi di penginapan tersebut.Aku melepas seluruh kain yang melekat dibadanku dan membasuh tubuhku dengan air ,aku menyalakan shower dan membiarkan tubuhku disiram dengan percikan air selama beberapa saat.Aku mengalirkan energi sihir ke shower tersebut dan sekejap air di shower tersebut berubah menjadi air hangat.

"Ahhh...sungguh menyegarkan...." kataku dengan nada lega

Setelah menyegarkan diri, Akupun memakai kembali pakaianku dan kembali ke kamar.Sesampainya ke kamar aku melihat baju yang diberikan kapten kapal.Lama melihat baju tersebut aku pun memutuskan untuk memakainya sekarang.Aku menutup Jendela kamar dan mulai mengganti bajuku dengan baju yang diberikan kapten tersebut.Tak lama kemudian aku melihat cermin dan ..

".............., sungguh feminim sekali" kataku sambil terkejut.

Terbesut dipikiranku untuk mengunjungi kembali phoenix di bar sambil memakai baju ini.


"Ahhhhhhhh..... apa yang kupikirkan!!!, seperti orang bodoh saja memikirkan laki-laki seperti itu..."



"Ah...iya.... Aku ke Bar untuk mencari informasi mengenai Crusader of tri arch, bukannya mencari phoenix"
..Teriakku.

Aku pun keluar dari kamarku menuju ke bar, Seluruh penginapan melihatku.Mungkin tidak setiap hari aku berpakaian seperti ini.Atau mungkin juga mereka tertarik atas pesonaku.Bahkan pemilik penginapan tersebut terpukau.

"Pagi..." Sapaku terhadap pemilik penginapan tersebut.

Er.. ah iya pagi.." jawabnya

aku pun berjalan menuju bar.Sesampainya disana ,sama seperti kejadian di penginapan.Hampir semua pria menoleh kearahku .Ada yang tertarik dengan pesonaku ada pula yang mungkin berpikiran liar tentangku.Yang manapun aku tidak peduli karena aku kesini hanya untuk menemui phoenix,ah maksudku mencari informasi mengenai crusader of palast.Aku melihat ke sekelilingku, namun aku tidak melihat phoenix.Aku pun mendekati counter dan pelayan disana menghampiriku.

"Mau minum sesuatu nona?" tanyanya.

"Ah..iya, Susu Coklat satu"
Jawabku.

Seluruh bar menjadi hening sesaat,tak lama kemudian semua tertawa terbahak-bahak.

"Hey..gadis kecil,kalau kau ingin susu mintalah pada ibumu jangan ketempat seperti ini" ledek salah seorang di bar

Mendengar kata-kata orang tersebut aku mulai mengalirkan energi sihir dari tanganku.Namun belum sempat mengeluarkan energi tersebut , muncul seorang wanita memukul pria tersebut dari belakang.
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 ZpBWC
"Hmm... jangan mengganggu anak kecil seperti itu" Ucapnya

Aku sedikit tersinggung juga karena dia memanggilku anak kecil .Namun fakta tetap membuktikan dia menolongku dan menghemat energi sihirku.Setelah aku melihat dengan seksama ternyata dia adalah leila.
Wanita yang sempat kutemui di bar.Kami berbincang bincang untuk beberapa saat.

Dan tak lama kemudian.Pintu bar terbuka dan terlihat Phoenix datang bersama seorang wanita yang tidak kukenal.Aku merasakan perasaan yang kurang nyaman melihat mereka berdua,Hingga leila menghampiri mereka berdua dan menyambutnya.Aku pun kembali sendiri di bar.Aku hanya bisa melihat ke arah phoenix tanpa sekalipun dia melihat balik kearahku.Akupun sempat melihat Leila memukul phoenix dengan harisen milik gadis yang satunya lagi.Namun,Hal yang tak pernah aku duga akhirnya aku dengar juga.

"Dasar, kuharap anakmu yang sekarang ada dalam rahimku tidak bersikap sama sepertimu...!" ucap leila lirih

Satu bar hening mendengar satu fakta yang sama sekali tidak terduga dari mulut Leila

"PRANGGG!!!!"

Beberapa gelas pecah , Seluruh ruangan sesaat menjadi hening setelah mendengar hal yang mengejutkan itu.
Hal yang tidak mungkin dipercayai seseorangpun di bar itu.Hal itu merupakan mimpi buruk bagi siapapun
yang berada disitu.satu Bar yang didominasi lelaki itu menjadi ribut tak karuan, ada yang menangis, ada yang banting - banting tangan dan sebagainya, namun yang paling banyak kulihat adalah orang yang memasang pose tangan dan dengkul setara (OTL).

Aku yang sempat Shock , kemudian berkomentar.

"HUH...Beruntung sekali Laki-laki sepertimu,yang tidak ada apa-apanya mendapatkan pendamping hidup seperti Leila" Jawabku dengan nada mengejek.

Namun keramaian di bar mungkin yang membuat phoenix tidak mendengar komentarku.Aku pun terdiam melihat dia tidak membalas perkataanku.Aku keluar dari bar yang masih ribut atas berita yang barusan ,tanpa berkata apa-apa. sesampai di pintu ,mulutku bergerak lirih.

"S..selamat ya..." Kataku sambil berjalan keluar Bar.

===================================================================================

Begitu aku keluar dari bar , Tiba-Tiba seorang wanita mendorongku ke arah dinding memegang daguku dan mencium ku tepat di bibirku.Bibirnya yang lembut menyentuh bibirku,Akupun bisa merasakan napas hangat wanita tersebut.Aku mencoba mendorongnya namun wanita ini sangat kuat.Aku juga mencoba membenturkan tanganku ke tembok dengan tujuan orang-orang sekitar mendengar dan menolongku namun sepertinya mereka tidak bisa mendengar/melihatku.Bahkan ada orang yang keluar dari bar tanpa melihat kami.
Usaha yang kulakukan sia-sia perlahan pandanganku kabur,tubuhku lemas tak bertenaga.Hal terakhir yang aku lihat adalah rambut berwarna ungu.Dan aku pun menyadari bahwa ini bukan ciuman biasa.

"I...in...ini....Kiss....of....Dea...."

belum selesai mengucapkan kata2ku. pandanganku sudah hilang dan aku pun tersungkur di tanah.

=====================================================================================
Umm...

Ummmm...

Suara air terdengar di telingaku, hingga percikan air mengenai wajahku dan membangunkanku.
Aku terbangun dan melihat sekitarku.Ternyata aku terbangun di dekat air terjun di tengah hutan.

"Sepertinya aku belum mati..."
pikirku sambil memegang kepalaku yang masih pusing.

"Apa yang terjadi...? aku keluar bar dan...."


"Araa...... kau sudah terbangun rupanya..."

Aku menoleh kearah suara yang familiar tersebut.Mataku terbelalak,Aku melihat Wanita dengan rambut Violet mengenakan baju hitam.Baju tersebut sangat minim dibagian atas sehingga mereval belahan dada wanita tersebut.Aku mengenal wanita tersebut , Wanita itu adalah

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Villeta-5

MAOUU!!! Teriakku.



"Araaa..... jangan teriak seperti itu, Claire chan~" Balas Wanita itu dengan nada genit.

Kakiku gemetaran,Aku tidak menduga bahwa Demon Lord (Maou) akan menghampiriku sendiri.

"Ugh...aku tidak membawa Armor dan senjataku..,Apalagi harus menghadapi KING class seperti ini" Pikirku

"Araaa... jangan salah claire chan~" Wanita tersebut tiba2 berbicara

"??? APa? " aku heran.

"Aku kesini tidak ingin bertempur denganmu, aku ingin memberikan informasi mengenai keberadaan Cygnus"

"DEG!!"

hatiku bergejolak mendengar nama itu,itu adalah nama dari laki2 yang sedang kucari cari.Aku penasaran dengan apa yang akan dikatakan Maou sehingga aku melonggarkan pertahananku dan memilih untuk berbicara.

"Jadi informasi apa yang ingin kau beritahu" Kataku.


"Araa... kau memang tidak sabaran,Baiklah akan kuberitahu,Cygnus pernah bergabung dalam suatu organisasi bernama Paladin of Tri Arch dan pusat dari organisasi tersebut di kota ini.Mungkin kau akan dapat menggali informasi dari situ"


"Kenapa kau memberitahukan ini kepadaku..." Tanyaku kembali.

"Araaa... untuk membantumu menemukan Cygnus.." jawabnya.

"Kenapa kau membantuku menemukan Cygnus..." Tanyaku kembali

"Araaa... karena aku ingin bertemu dengan cygnus.." Jawabnya.

"Kenapa kau ingin bertemu cygnus" Tanyaku kembali.

Tiba-Tiba Maou menghilang dari pandangan dan beberapa kemudian muncul dihadapanku sambil berbisik.

"Tentu saja...karena cygnus satu-satunya manusia yang sangat aku inginkan menjadi ayah dari anakku"
Bisik Maou sambil Menjilat telinga kiriku.

Ketika aku menoleh kearah Maou dia menghilang.

Aku terdiam untuk sesaat....

"Huh.... paladin of tri arch..." Pikirku

Hanya kata-kata itu yang aku pikirkan sambil mencari jalan pulang ke penginapan.

To Be Continued...



[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-14, 01:33
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Signus Sanctus 
Newbie
Newbie
Signus Sanctus

Level 5
Posts : 69
Thanked : 3
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Developer
Awards:
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Chapter 12 Link

----------------------------------------------------------------

Chapter XIII : The King's Meet

"Hei, kira - kira untuk mencapai Rank A aku harus menyelesaikan berapa Quest lagi?"

Tanyaku pada GuildMaster, aku sebenarnya tidak masalah jika terus berada di Rank B, toh Quest Rank B hadiahnya tidak begitu sedikit, aku masih bisa membantu Leila secara finansial, tapi....

***

"Phoenix... Arphage.... identitasmu lumayan rumit..."

keluh Elicia yang datang mengunjungi Bar, dengan Hibana, Leila, dan Lichty berada disampingku.

"Apanya yang rumit? intinya dia ini adalah S Class Monster~!"

Ucap Lichty menggampangkan masalah tersebut.

"TAPI!!! KAU LUPA KASUS CHROME DISASTER?!?! KAMU MEMBUNUH BANGSAMU SENDIRI LHO?!?!!?"

"Kan aku masih belum mendapatkan semua ingatanku, Elice..."

Ucapku sedikit sinis kepada Elicia, dan entah sudah berapa puluh kali ia melakukan pose FacePalm.

"OK! mau siapapun kamu, kamu tetap phoenix, jadi namamu adalah Phoenix Arphage!!!!"

"What the hell?"

Cara memberi nama macam apa itu? Kukira selama ini dia orang yang cukup berwibawa dan pintar, ternyata otaknya hampir mirip dengan para goblin, hanya lebih besar sedikit saja....

"Yang terpenting, Phoenix Arphage!!!"

"Cukup panggil aku dengan salah satu nama itu, jangan dua - duanya."

"Peduli amat, aku membutuhkanmu untuk segera menjadi Hunter Class A!"

"Eh? Untuk apa?"

Aku merasa sesuatu yang tidak enak sekarang, dan kenapa prajurit kerajaan seperti Elicia meminta tolong kepada Hunter Rank B sepertiku? Meski memang aku ini S Class Monster seh....

"Aku membutuhkanmu untuk menyerbu Sarang Minotaur di Grand Desert!"

"What the hell?"

"Tunggu, Elicia, apa kamu gila?! meminta tolong Hunter Rank B seperti dia, ini bisa merusak nama baik kerajaan!!"

bantah Hibana yang ikut mendengarkan.

"Dan bukannya prajurit - prajurit Eremidia cukup tangguh ya~?"

Tanya Lichty manja.

"Kemarin aku sudah menyerbu kesana...."

Elicia sedikit tertunduk dan menggenggam tangannya dengan keras.

"1000 pasukan Eremidia musnah dalam semalam oleh para Minotaur tersebut...."

EH? Sekuat itukah para minotaur tersebut...?

"Apakah ada yang aneh dengan Minotaur tersebut, Elicia....?"

Tanya Hibana dengan jelas.

"Entah... Namun memang, ada 1 monster yang kekuatannya diluar kendali kita semua sama sekali.... Dia memang punya tanduk besar, namun tubuhnya penuh kulit kristal biru yang keras, pedang kami tumpul semua, dan akhirnya semua prajuritku tumband olehnya...."

"Mustahil, Crystal Golem?!?!?"

Leila langsung sadar sosok asli dari Minotaur chrome tersebut.

"Eh? Kamu tahu monster itu, Leila?"

"Ya, kudengar monster itu ada sepeninggal Magus, bentuknya memang menyerupai Minotaur, tapi tenaganya berkali - kali lipat lebih besar daripada Minotaur, dan kulit setebal kristal nya itu mampu mematahkan besi apapun!"

"Kira - kira rank monster itu apa?"

Kutanya Leila dengan muka sedikit serius.

"AA...!"

Meski Bar terlihat ramai, namun terasa keheningan diantara Elicia, Phoenix, dan yang lainnya.

"Akan kuusahakan..."

Aku berkata begitu didepan Elicia sambil berdiri meninggalkan Bar.

"Eh?"

Elicia sedikit terkejut mendengar ucapan Phoenix.

"Aku ikut!"

Pinta Lichty kepada Phoenix.

"Lichty, promosi rank seperti ini hanya bisa kulakukan sendiri, tunggulah disini bersama yang lain."

Elicia hanya terbengong melihat perubahan drastis Phoenix setelah beberapa minggu tidak berjumpa.

"Leila, apa yang kamu lakukan padanya?"

Tanya Elicia bingung.

"Itu... rahasia keluarga deh~~!"

Elicia semakin bingung dengan maksud ucapan Leila, dan terlihat Lichty membisikkan sesuatu kepada Elicia, namun aku sudah berada diluar Bar.

Tak lama kemudian, berjalan sedikit, aku mendengar teriakan yang sangat keras dari arah Bar.

"APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA?!?!?!?!?"

Dalam pikiranku, aku hanya bisa mengucapkan kata 'Sialan....'

***

"Apa? Kenapa aku tidak bisa menjadi Rank A dengan cepat lagi?! Apakah gara - gara aku gagal di quest ku waktu itu?!?"

Ucapku sedikit jengkel pada GuildMaster, namun sepertinya ia punya alasan lain.

"Err, begini, hari ini...."

Belum sempat aku berbicara lebih jauh, seseorang memasuki Guild ini, dan semua orang yang ada disana terdiam sesaat.

"Eh...?!?!?"

Ternyata aku mengenal orang tersebut, meski aku kehilangan ingatanku, namun tubuhku mengingatnya dengan sangat jelas, dia adalah penyebab aku kehilangan ingatanku, dan penyebab aku beralih jalan dari pembunuh Eremidia, menjadi seorang Hunter biasa seperti ini.

"Dnasman VI.....!!!!!"

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Frog__Chrono_Trigger__by_TheRagingSpaniard

Dnasman, yang bereaksi dengan ucapan reflekku, menatapku dengan seksama, dan sejenak itu juga matanya terbelalak, siapa yang menyangka musuh yang sudah pernah ia hadapi akan hidup kembali dan muncul dihadapannya.

"Chrome... Arphage....!"

***

"Sulit kupercaya.... belum ada 6 bulan aku bertemu dan bertarung mati - matian denganmu, dan sekarang kau sudah berada di Eremidia, di tanah kekuasaanku sendiri ini, selama lebih dari sebulan."

Aku dan Dnasman berbincang - bincang di air mancur di sekitar Square Town. Ternyata Dnasman masih ingat kasus itu, dimana aku berhasil membebaskan segel salah satu dari 7 Heavenly God buatan Magus, dan terus hidup sampai sekarang.

"Tapi yang lebih mengejutkanku.... Kenapa sampai sekarang kamu tidak menyerang kami? Meneror kami? Seperti waktu ayahku masih berjaya...?"

Tanya Dnasman padaku dengan muka serius, aku ingin menjawabnya namun aku tidak yakin apakah aku harus mempercayai kodok ini, Force nya terlalu besar....

"Bagaimana kalau... sekarang belum saatnya...?"

Ucapku ambigu, karena meskipun aku dan Lichty tidak ada niat untuk menyerang Eremidia lagi, beda kasusnya dengan kelima Chrome yang lain, mereka akan tetap membalaskan dendam Magus, apapun caranya.

"Jadi kau akan menyerang ketika kondisi kalian sudah dalam tahap maksimum...?"

Sambil berkata begitu, Dnasman menarik pedangnya, akupun langsung bersiaga dan menarik pedangku, ia menginginkan duel, aku tidak yakin bisa mengimbanginya, tapi aku hanya bisa mencoba.

"Kalau begitu aku hanya perlu mengalahkanmu disini sekarang juga, supaya kedamaian Eremidia tetap terjaga!!!"

Dnasman maju menyerangku, dan akupun menghunuskan pedangku, menyerang kearah Dnasman.

*CLANG!!!!!! BWOOOOOOOOOOOSH!!!!!!

Adu pedang antara aku dan Dnasman terjadi, sekitar tempatku dan Dnasman berpijak terpancar aura yang sangat besar, hingga menerbangkan beberapa orang disekitar, keributan terjadi namun para prajurit tidak berani bertindak macam - macam didepan raja mereka, aku dan Dnasman saling bertatap mata, terus mengencangkan adu pedang kami berdua.

"HENTIKAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN!!!!!"

Mendadak terdengar teriakan seorang wanita dari kejauhan, yang membuatku dan Dnasman saling menarik pedang, kemudian melirik kearas sumber suara tersebut, dan terlihatlah seorang wanita paruh baya berlari tergesa - gesa menuju arah kami, siluet orang tersebut sudah tergambar jelas dimataku, siapa yang datang kearahku.

"Leila....!?!?"

Dan setelah sampai, Leila langsung berdiri didepanku, melindungiku dari ancaman Dnasman, Dnasman bingung dengan apa yang terjadi diantaraku dan Leila, namun setelah mengamati sekilas, Dnasman cukup paham dengan situasinya.

"Kamu.... didalam tubuhmu itu.... terdapat gen dari Magus.... apakah itu anak lelaki itu? Anak dari Chrome Arphage?"

"Kalau iya, apakah anda akan membunuhku juga?!"

Ucap Leila dengan berani membangkang raja mereka sendiri, dan tak lama kemudian Hibana, Elicia, dan Lichty pun datang menuju kearahku, mencoba melindungiku dari Dnasman.

"Maaf, Dnasman, tapi anda tidak boleh mengambil nyawa muridku tanpa seizinku...!"

"Jangan seenaknya menyerang Arphage! Arphage sudah tidak ada niat untuk menguasai kerajaan ini!!!!"

"Tuan Dnasman....!!"

Dnasman semakin terkejut dengan kondisi yang terjadi hari itu, seorang monster pembunuh, dan buatan sang Magus, dilindungi oleh 4 wanita.

"Leila, Lichty, Hibana, Elicia, mundur...!"

Aku maju mendekati Dnasman, mengabaikan perlindungan keempat wanita yang ada dibelakangku.

"Tunggu Phoenix! Kenapa?!?!?"

Aku bertatap mata dengan Dnasman, dan Dnasman kembali menatapku dengan serius.

"Apa yang barusan kukatakan tadi.... itu adalah kebenaran, dan teorimu pun juga benar, Dnasman generasi VI....!"

Ucapku dingin kepada Dnasman.

"..... Sial.... Pertama Invasi Goblin, kedua bebasnya Howl, sekarang giliran kalian sisa ambisi Magus, beraksi....!"

Dnasman menatapku dengan tegap.

"Jawab pertanyaanku, Chrome Arphage! Apa tujuan dari Magus...!?!?! Apa tujuanmu?!?!"

Pertanyaan yang membingungkan, aku yang kehilangan ingatan ini benar - benar tidak ada petunjuk tentang Magus ataupun tentang diriku sendiri, aku hanya bisa menjawab...

"Aku hanya ingin melindungi mereka yang mau menerimaku, yang mau menyayangiku, cukup itu saja."

"Kau tidak peduli jika mereka berbuat salah dan rela menginjakkan kakimu kejalan tersebut?!?!"

"Benar dan salah itu adalah hal yang sangat ambigu, karena jika menurutmu Eremidia adalah Benar dan Garnean salah, maka menurut Magus Garneand adalah yang benar, dan Eremidia adalah salah...!"

Tatapan kami berdua semakin sengit, kami berdua tidak berniat untuk mengalah sama sekali, namun...

"Ambil ini...."

Dnasman memberikan sebuah orb padaku, orb yang terlihat sangat familiar, namun tidak kumengerti...

"Itu adalah Core Unit milikmu, yang kuambil darimu ketika pertarungan kita di Medea's Ruins...."

EH!?!?

"Kalau memang kau benar - benar hanya ingin melindungi mereka yang mencintaimu, lakukanlah sesukamu, tapi jika kau terlihat mengkhianati mereka...."

Dnasman menodongkan pedangnya terhadapku.

"Aku akan menghukummu , dan melenyapkan kalian semua dari dunia ini tanpa sisa."

Dnasman meninggalkan kami berlima, ditambah dengan 1 Core Unit milikku.

"Dengan ini... Ingatanku...."

Aku tergesa - gesa ingin menggunakan ini, namun...

".................."

Aku menatap Leila sesaat, dan ia terlihat sangat cemas dengan apa yang akan kulakukan dengan Core Unit ini....

"Leila.... ini..."

Aku menyerahkan Core Unitku pada Leila.

"Eh?!?! Kenapa...?!?!"

"Belum saatnya aku menggunakan itu, nanti saja, jika latihanku dengan Hibana sudah selesai, aku akan kembali sebagai sosok asliku, dan aku akan mampu melindungimu lebih baik lagi dengan itu, jadi, sampai saat itu tiba, tolong jaga baik - baik Core Unit tersebut...."

Leila terlihat bahagia, mendengarku mempercayakan sesuatu yang sangat penting bagiku, ia merasa telah melakukan tugasnya sebagai pasangan yang baik. Aku memang masih takut dengan ingatanku yang sekarang ini, tapi itu bisa nanti, yang terpenting sekarang adalah apa yang harus kulakukan sekarang...

To be continued...


Terakhir diubah oleh Signus Sanctus tanggal 2012-07-14, 10:24, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-14, 07:11
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
RolandMelvinZ 
Novice
Novice
RolandMelvinZ

Level 5
Posts : 294
Thanked : 3
Engine : RMXP
Skill : Beginner
Type : Composer

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Episode 2 - This is.. Impossible..

"Sial.. gua ini rumit sekali.. Jejak para goblin itu mengarah kemana saja.. akan makan waktu lama untuk mengetahui jejak mana yang menuntun pada sarang para goblin itu." Begitulah keluh Ermi.

Memang ada banyak sekali jejak kaki Goblin, dan percaya atau tidak, beberapa jejak itu milik manusia, milik para Hunter yang pernah masuk ke sini.

"Cih, sudah ada hunter yang masuk ke sini sebelum kita. Sekarang, kemana dulu kita harus mencari desa goblin?"

Setelah ini kita harus mengambil jalan turun ke kanan.. disitu kita akan menemukan jejak-jejak Goblin yang terputus.. tapi tidak perlu bingung, tinggal tengok ke atas dan kita akan menemukan ada celah lubang kecil, kita harus memanjat dari situ. Lalu tinggal mengikuti jejak goblin-goblin itu, dan kita akan menemukan desa goblin di sana

Ermi hanya terbelalak mendengar ocehanku. "Darimana kau tahu?" Tanyanya dengan penuh keheranan. Aku sendiri juga bingung, kalimat itu spontan keluar dari mulutku sendiri. Aku bahkan tidak mengerti apa yang sudah aku ocehkan. Kami hanya berdiam diri di tempat kami selama beberapa saat. Lalu Ermi memecahkan keheningan.

Kau tahu? Kelihatannya konyol kalau aku percaya padamu. Tapi, karena aku sendiri bingung harus kemana, tidak ada salahnya kita mencoba membuktikan ocehanmu

Setelah itu kami mengambil jalan turun ke kanan. Dan benar saja, setelah itu jejak para goblin terputus, dan jejak para Hunter juga memenuhi ruangan ini. Aku memandang Ermi, Ermi dengan ekspresi kaget dan sedikit tidak percaya segera mengangkat obor untuk mencari celah di atas. Percaya atau tidak, celah itu memang benar-benar ada.

"Se..Se-ren.. s...sejak kapan kau b..berbakat meramal?" Tanya Ermi dengan wajah kaget-kaget dan tidak percaya.

"Entahlah, aku sendiri tidak tahu." ucapku. Ya, aku memang tidak tahu apa yang sedang terjadi pada diriku. Yang jelas, aku merasa ada yang aneh. Tempat ini terasa familiar, terlalu familiar, bahkan benar-benar sangat familiar!! ANEH!

Lalu kami mencari cara untuk bisa naik ke atas situ, kami memutuskan bahwa seseorang harus menjadi tumpuan buat yang lain untuk bisa naik, dan yang berada di atas harus memasangkan tali untuk yang di bawah bisa naik. Dan setelah diundi, aku mendapat bagian sebagai tempat pijakan.

Sambil menunggu Ermi memanjat, aku mencoba menggali pikiranku. Apa ada yang salah? Aku mencoba memikirkan hal ini, kenapa aku bisa kenal dengan tempat ini? Lalu tiba-tiba di pikiranku terbayang, aku sedang berjalan bersama Ermi di sebuah bagian gua, menyusuri jejak Goblin. Kami menemukan beberapa rumah goblin, dan setelah itu kami hendak mengendap-endap masuk.. dan kemudian..

HOI!! melamun apa kau? Cepat naik kemari!!

Karena seriusnya aku berpikir, aku sampai tidak sadar bahwa Ermi sudah melemparkan tali untuk naik itu. Bayanganku tadi mendadak terputus, entah apa yang kubayangkan tadi, aku tidak pernah mengalami kejadian seperti itu sebelumnya. Namun yang jelas, kejadian itu benar-benar serasa sangat nyata. Aku terus memikirkannya sambil naik ke atas.

"Pelan sekali kau!? Cepat sedikitlah..!" Ermi kelihatannya tidak sabar karena aku berlama-lama memanjat. Akhirnya aku segera memanjat ke atas cepat-cepat. Sesampainya di atas, aku melihat hanya ada jejak goblin saja. Pasti Hunter sebelumnya tidak dapat menemukan jalan kemari dan menyerah pulang. Segera saja kami berjalan mengikuti jejak goblin itu.

DEG!

Ada yang mengganggu perasaanku, aku mencoba mengamat-amati sekitarku..

".............."

Hei... ini gua yang persis sama dengan yang kubayangkan tadi! Bagaimana mungkin!? "Ini ANEH!" teriakku tanpa sadar.

Ermi segera menyuruhku merunduk dan kemudian berbisik padaku "Shhtt... kenapa kau berteriak seperti itu!? Akan bahaya kalau sekumpulan goblin datang. Memang ini aneh kau bisa tahu jalan ke sini. Tapi, lihatlah ke sana."

Mataku terbelalak.. Karena terlalu dalamnya aku berpikir, sampai-sampai aku tidak sadar dengan ada yang di depan mataku.. Ya, saat ini kami sudah keluar dari lorong gua, dan kami sedang berada d atas tebing gua, dan di bawah kami.. Desa Goblin yang tidak pernah ditemukan para Hunter. Persis dengan yang kulihat dalam bayanganku tadi.

Ini.. tidak mungkin..

to be continued~
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-14, 07:15
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
hyperkudit 
Pahlawan Super
hyperkudit

Level 5
Posts : 2288
Thanked : 30
Engine : RMXP
Skill : Very Beginner
Type : Artist
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Quote :
Tentang Howl

Quote :

Related Facts

Previous Chapter

Chapter 7 : God.

Aku baru saja memasuki hutan, perjalananku untuk mencari tuan Winkle ternyata sangat membosankan, tidak ada mahluk yang bisa memberikanku permainan bagus. Oke mungkin ada beberapa, hanya saja aku belum bernafsu untuk bermain dengannya sekarang.

Selama perjalanan aku tidak bisa lepas dari pertanyaan-pertanyaan, tentang pria berambut merah yang kulihat di bar, tentang gadis bernama Kyrie. Entah mengapa setelah memutuskan untuk meninggalkan penjara aku jadi sering memutar otak, entah dunia atas sudah menjadi sangat kompleks atau sebelumnya aku memang tidak pernah peduli dengan apa yang terjadi. Semenjak kembali ke dunia atas aku memang merasa ada banyak masalah yang menimpaku, kurasa ini berkat melewatkan masa-masa 1000 tahun terakhir di got bau itu.

Aku beristirahat di rerumputan, pohon-pohon tidak terlalu lebat disini jadi sinar bulan masih bisa masuk dan menerangiku, walaupun jika terlalu gelap pun tidak ada masalah bagiku, tapi jika seorang pria merenung di bawah sinar bulan akan terlihat keren, walau mungkin tidak akan ada yang melihatnya.

“Tuhan huh?” gumamku, merasa heran dengan tingkah laku mahluk dunia ini, terutama manusia.

Mereka menggambarkan tiga entitas tetapi menyembah satu Tuhan, sebenarnya apa yang mereka pikirkan?

Aku melihat telapak tanganku, ku kepal-kepalkan perlahan.

“lingkaran kiri.. lambang kekuatan tanpa batas pikirnya..” aku tersenyum miris, betapa tidak, sebelumnya aku bisa dengan mudah melenyapkan gunung, tapi semenjak Magus menipuku dan mencuri lebih dari setengah kekuatanku, aku bukan siapa-siapa. Orang-orang lebih meninggikan drajat si kroco Chrome Disaster dan ciptaan Magus, bahkan anak-anak menyamakanku dengan babi bergaris putih.

Pengetahuan… Kekuatan… Kebenaran…

Aku sedikit tersentak ketika tiga kata tersebut terlintas di benak ku, aku sudah melupakannya benar-benar melupakan masa dimana aku dihormati dan diagung-agungkan, bukan ditakuti.

Kebenaran… kebenaran.. kebenaran..

“AAARRRRHHHH!!!!” aku menghancurkan batu yang ada disampingku.
Kata-kata itu membuatku kembali mengingat sesosok wanita, sangat cantik, ya cantik. Bahkan mungkin wanita bernama Leila di bar akan iri kepadanya. Tapi bukan itu yang membuatku marah, aku tidak marah kepadanya ataupun kepada wanita-wanita cantik lainnya. Aku marah kepada diriku sendiri, kesalahan yang kuperbuat sehingga aku harus mengalami semua ini sekarang.

Ingatanku tentang wanita itu membuatku mengingat semua memori yang kubiarkan terkubur. Gelar raja ku, siapa diriku yang sebenarnya…
Aku sudah tahu itu semua, hanya saja… sengaja kulupakan.

Kenapa?

Itu karena kesalahanku dimasa lalu, sebuah kesalahan yang membuatku lebih memikirkan penyesalan daripada Rule-of-Cool ku.

Wajah wanita itu belum bisa menghilang dari otak ku, aku bukannya tidak suka dengan wajah itu, aku hanya tidak suka karena wajah itu mengingatkan ku dengan kesalahanku.

“Tri-Arch katanya..” aku kembali tersenyum sinis, manusia modern membuat kepercayaan dan menyembahnya seenak perutnya sendiri, tanpa tahu apa yang sebenarnya mereka lakukan. Bersikap fanatik namun samasekali buta dengan kebenaran, atau mungkin mereka sengaja menutup mata atas kebenaran itu.
Spoiler:
Seumur hidupku baru satu orang yang berusaha keras dan berhasil mengetahui kebenarannya, dan itu berakhir dengan tidak bagus.

Siapa?

Biar kuberi petunjuk, seseorang dengan nama yang berawalan Ma- dan berakhiran -Gus. Tapi jangan beranggapan dia adalah Marsingus, aku kenal orang itu dan dia tidak tahu apa-apa soal masalah ini, jadi dia bersih dari tuduhan.

Aku kembali tertawa, menertawai betapa menyedihkannya diriku. Dahulu aku adalah dewa, salah satu Raja Bumi, tapi sekarang aku bukan siapa-siapa.

Aku berdiri dan melanjutkan perjalananku, tidak berapa lama aku melihat setitik cahaya di balik pepohonan, bukan bulan, lebih seperti cahaya api. Aku mendekatinya dan kulihat itu adalah mulut gua yang diterangi obor, mungkin pertanda pintu masuk.

“ah… tuan Winkle!! Ini pasti kediaman Sirloin-something.” Seruku, setidaknya aku sudah bisa mencium aroma sahabatku lagi, maksudku disini adalah tuan Winkle, bukan Sirloin-something.

-to be continued-
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-14, 10:29
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
NachtEinhorn 
Robot Gedek Galak
NachtEinhorn

Level 5
Posts : 1274
Thanked : 9
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Chapter 8: Excavation

Keesokan harinya setelah kejadian di bar, aku memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan hal yang didebatkan Excal dan cewek Chrome. Aku dan Kyrie menuju ke quest center, dan memilih2 quest, seperti biasa.

Namun, nasib seperti mempermainkan diriku.

"Wanted: Help to excavating Odd Heavy Armor. Payment XXXX Rmidollar"

dan yang kulihat di illustrasinya adalah: Sebuah Armored Gear.

Armored Gear adalah sebutan bagi mecha dengan tinggi sekitar 2.5 meter, dengan AI setingkat manusia, yang diciptakan sebagai pasukan pertahanan khusus, di Zelute. Velchen Guild mempunyai team khusus Armored Gear yang...

Kenapa aku malah menjelaskan apa itu Armored Gear :swt:
Pertanyaannya sekarang adalah: Kenapa bisa ada Armored Gear di Eremidia?

aku mengambil quest itu, dan bergegas ke tempat ekskavasi tersebut, di timur.
Sesampainya di sana, kami langsung menyodorkan kertas quest tersebut,dan menuju ke gua ekskavasi tempat armored gear itu terkubur.

Segera aku masuk ke gua ekskavasi itu dan mulai ikut melakukan eksakvasi. Kyrie juga ikut mebantu, meski sedikit awkward gayanya menggali dengan cangkul. Poyo menyoraki kami dengan "Hyaaa~ Hya~~" nya seperti biasa. Dengan sedikit menggali, banyak menggali, tarik sana tarik sini, senggol ria dengan sesama ekskavator, akhirnya Armored Gear itu berhasil kami gali. Para ekskavator, aku, dan Kyrie bersorak.

"Sungguh aneh bisa menemukan Zirah Ksatria di sini" kata salah satu ekskavator
"Zirah Ksatria?" tanyaku

"Kamu tidak tahu kisah Zirah Ksatria?"

"Aku bukan dari sini, maaf"

Ekskavator itu tertawa, lalu melanjutkan ceritanya "Konon di jaman dahulu kala, para Zirah Ksatria adalah golem buatan yang memiliki tujuan melindungi umat manusia dari serangan hujan batu dan monster monster aneh yang datang dari langit"

Hujan batu.... meteor shower? dan monster dari langit, alien kah?

aku mencoba mengutak atik Armored Gear- Zirah Kesatria itu tadi. Karatan, rusak, tak bergerak. Aku mencoba menemukan kode seri dan nama yang harusnya tercetak di tubuhnya.

NAG - 0099 Gearberos
Velchen Guild Experimental Next Generation Armored Gear.

mataku terbelalak. melihat tulisan Velchen Guild di tubuh Armored Gear itu.

"Haiii... terima kasih sudah membantu kami menggali Zirah Ksatria itu" kata seseorang yang masuk sambil menepukan tangannya. Aku menoleh.

kulihat seorang gadis pendek, memakai kacamata dengan rambut hijau pendek, memakai kostum ekskavasi seperti orang orang yang membantu menggali Armored Gear itu.

Dia melihatku sedang membaca Kode seri Armored Gear itu.

"Oh, kau yang berambut perak, kau bisa membaca tulisan kuno itu?"

Tulisan kuno?!

aku mengangguk pelan.

"Oh, bagus! Dimana kamu belajar? Ikut aku sebentar.

Aku dan Kyrie keluar dari gua itu, mengikuti gadis tadi ke sebuah tenda, yang paling besar dari tenda yang lain...

To Be Continued
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-14, 14:14
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
EmperorAlan 
Senior
Senior
EmperorAlan

Level 5
Posts : 622
Thanked : 5
Engine : RMVX Ace
Skill : Very Beginner
Type : Developer

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
The Beforemath of Crestfallen Heroes

Aldyan Alan
Chapter 2: Piece 2 [Hunter]
Genre: Humor/Adventure.




Jeramyu yang kelalahan disuruh oleh penumpang yang lain untuk tidur di kabin yang ada dibawah sebuah bar. Jeramyu selagi berjalan melewati kerumunan orang tiba-tiba menabrak seseorang yang berpakaian serba hitam yang duduk minum-minum di mejanya.

"Ups, baik-baik saja disana, kawan?" kata Jeramyu sok alim.
"Apa maksudmu bilang begitu?" tanya orang itu, jelas terlihat mabuk.
"Dengar, aku tidak ingin punya masalah denganmu, jadi bersantailah sambil meminum wine-mu sementara aku ingin tidur."
"Lucu sekali, jadi kau kira kau hebat?" kata pemabuk itu bangkit dari tempat duduknya.

"Jika kau memaksa..." Jeramyu memasang fight stance, dia mencoba untuk menendang orang itu di perutnya, tetapi orang itu dengan lincah menghindar dan menggunakan sebuah jurus yang membuat Jeramyu terlempar beberapa meter hingga menabrak sebuah meja. Penumpang yang lain tiba-tiba bangkit dan bersorak-sorak seperti orang gila.

"Damn, kau hebat juga! Hati-hati dengan tinjumu!" ejek Jeramyu sambil membuang darah di mulutnya. Pandangan Jeramyu tiba-tiba menjadi kabur, dia mencoba menyeruduk ke pemabuk itu lagi tapi tiba-tiba dia terjatuh dan kehilangan kesadarannya, bartender bar itu lalu sedikit menendang Jeramyu untuk mengecek apakah dia masih hidup atau tidak. "Pukulan yang bagus, Exiled!" kata bartender itu ke pemabuk bernama Exiled.

"Bawa dia kebawa, atau buang dia ke laut. Aku tidak ingin melihat wajahnya lagi." kata Exiled seraya kembali duduk dan minum. Tiba-tiba pintu bar terbuka dan seorang wanita muda berjalan ke arah Jeramyu yang masih tak sadarkan diri dan ke arah Exiled. "Menghajar orang lagi, Exiled?" tanya wanita itu. "Dia yang memulai. Kenapa kau tidak membuangnya, Lauren?" jawab Exiled sambil terus meneguk birnya. "Aku tidak ingin melakukannya.".

"Aneh, serangan Konsoimu biasanya membuat orang koma, tetapi pemuda ini hanya pingsan. Dia memiliki kemampuan yang menjanjikan." kata wanita bernama Lauren itu, dia lalu memanggil salah seorang peminum disana dan menyuruhnya untuk membawa Jeramyu ke kabin kapal. "Bekerja dengan anak ingusan seperti itu? Heh, aku tidak sabar." kata Exiled sarkaristis.

"Kita harus mencari berbagai cara untuk mendapat rekrut sebanyak mungkin. Monster-monster di Erimidia hari-hari ini mulai bertambah banyak." jelas Lauren. Exiled sempat memandangi Lauren sejenak sebelum kembali meneguk birnya. "Aku hanya harap aku dapat bayaran yang setimpal untuk ini. Hey! Bartender, aku ingin tambah!".

"Kau tidak pernah berubah..." gumam Lauren sebelum turun ke kabin.




"Dammit, dimana aku?" gumam Jeramyu yang bangkit dari kasurnya.
"Kusarankan kau agar tidak banyak bergerak.. Aku terkesan padamu, kau hanya pingsan 2 hari setelah kena serangan Konsoi dari Exiled. Tingkat penyembuhanmu cukup tinggi, tapi aku ragu jika lukamu betul-betul sembuh." kata Lauren yang duduk di sebuah kursi didekat kasur Jeramyu.
"Siapa kau?" kata Jeramyu yang sekarang duduk di kasurnya.

"Panggil saja aku Lauren. Ada alasan kenapa aku ingin menemuimu." katanya menatap serius kearah Jeramyu. "Yeah?" sahut Jeramyu bingung. "Apa kau ingin menjadi seorang Hunter di Eremidia?" tanya Lauren dengan muka yang serius. Jeramyu yang seperti biasa memasang pokerface-nya berpikir,

'Menjadi hunter kedengarannya tidak buruk, tapi aku juga masih harus mencari Porter. Tapi, kalau aku sudah pingsan dua hari, pasti Porter sudah jauh sekali dari sini. Tidak ada salahnya aku menerima tawaran ini.'

"Tentu, jika aku dibayar." kata Jeramyu. Lauren tersenyum puas mendengar jawaban Jeramyu. "Selamat bergabung begitu, dan selamat datang juga di Eremidia." kata Lauren mengulurkan tangannya ke Jeramyu. Jeramyu meraih tangan Lauren dan menjabatnya. "Kau pasti masih lelah, tapi, jika kau ingin melakukan misi pertamamu, temui saja aku di Quest Center. Oh, jika kau tidak tahu dimana Quest Center minta saja Exiled untuk mengantarmu, kau tahu, pemabuk yang memukulmu kemarin dulu?" Jeramyu menggangguk singkat.

"Baiklah, kurasa sudah semuanya, kita akan bertemu nanti." Lauren lalu menggambil pedangnya dan pergi meaniki tangga ke atas. "Damn, aku pingsan dua hari? Ah, biarlah. Paling tidak aku tidak mati kebosanan selama dua hari." gumam Jeramyu merenggangkan otot-otonya. Dia pun ikut naik ke atas menuju bar.

Dia lalu pergi ke arah Exiled yang mabuk-mabukan seperti biasa.
"Hei! Mimpi indah?" tanya Exiled sambil tersenyum memuakkan.
"Heh, terserah kau mau bilang apa. Aku tidak akan tertipu oleh jurus Konsoi sh*t-mu untuk kedua kali." kata Jeramyu tak mau kalah.
"Aku ingin berkelahi lagi denganmu, tapi Lauren menyuruhku mengantarmu jalan-jalan ibukota Erimidia. Terserah kau saja..." katanya sambil menghabiskan botol bir-nya yang ke-14.
"Sebenarnya, aku bisa pergi sendiri. Tapi aku kasihan melihatmu, jadi lebih baik kau jadi tur guideku." kata Jeramyu.
"Ya, ya." Exiled lalu mengambil jaketnya dan pergi menuju dek, diikuti Jeramyu.

Setelah diberi penjelasan tentang Item Shop, Weapon and Armor Shop, Hunter, Junker, serta hal-hal lainnya di Erimidia, mereka berdua pun sampai ke salah satu Quest Center. Di salah satu meja Lauren sudah menunggu mereka. "Ah, kalian berdua sudah datang. Jeramyu, kau belum jadi Hunter resmi, tapi jika kau bisa menyelesaikan misi ini, maka akan kuberi kau lisensi untuk Hunter kelas C." jelas Lauren.

"Exiled sendiri adalah Hunter kelas B. Dan misi yang akan kalian tempuh kali ini adalah misi kelas B, ini adalah misi yang tergolong berbahaya. Jadi kalian harus siap! Apa kalian siap?" tanya Lauren.
"Kami siap!" jawab Jeramyu dan Exiled serentak.
"Misi kalian adalah...".
"Misi kita adalah...".
"Misi kalian adalah, mencari anjing hilang!!"

To be continued...
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-14, 14:20
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Dezwil 
Moderator
Moderator
Dezwil

Kosong
Posts : 310
Thanked : 7
Engine : RMVX
Skill : Advanced
Type : Developer

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
from chapter 3

Chapter 4: Eremidia

________________________________
______________________________________
________________________________
Gelap...
Tetapi rasanya begitu lega...
_______________________________
"!!?"
Bangun dengan penuh rasa kebingungan.
Melihat sekitar, sepertinya di sini ruang tidur..
Di kasur sebelah Fion sedang tidur nyenyak.
Di mana ini...?
Mencoba melihat ke jendela. Mataharinya begitu silau. Menandakan sekarang sudah siang.
Menoleh ke bawah melihat banyak orang sedang berjalan.
"Di mana ini? Apakah ini Eremidia?"
???, "Oh, kau sudah bangun?"
Kaget dan segera menoleh ke arah suara itu.
Cena, "Anda... Siapa? Di mana ini?"
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 L_rusa_b
???, "Saya Molfone. Di sini Hunter Guild yang bernama Quad Force."
Cena, "Hunter Guild...! Berarti di sini adalah Eremidia!?"
Molfone, "Iya benar."
Cena, "Baguslah sudah sampai di Eremidia..!"
Molfone, "Apa kalian hunter juga?"
Cena, "Tidak. Kami memang ingin ke sini untuk menjadi hunter."
Molfone, "Begitu ya. Kalau mau, kamu bisa ikut ujian hunter d guild kami."
Cena, "Benarkah!?"
Molfone, "Tentu. Kami senang menerima hunter baru. .....apa lagi dia lemah"
Cena, "....?"
Molfone, "Cobalah bertemu dengan member lain. Ingin melihat para hunter di guild kami bukan?"
Cena, "Tentu!"
Mencoba membangunkan Fion tetapi dia masih tidur nyenyak.
Jadi ku biarkan dia tetap tidur.
Aku keluar dari ruangan dan menuju ke lantai bawah, di mana para hunter berkumpul dan
bersosialisasi dengan satu sama lain.
"Ng..? Oh, dia sudah bangun toh."
Cena, "Wah...!"
Cukup banyak hunter yang kulihat.
..10 ...20 ...30 ...40! 40 orang!
"Hey Ny. Molfone, apakah dia hunter juga?"
Seseorang hunter menanyakannya.
Molfone, "Tidak. Dia ingin menjadi hunter di guild kita!"
"Uwoooo!"
Beberapa hunter senang mendengar itu.
Sepertinya aku bisa cepat berinteraksi dengan mereka.
Beberapa hunter berwajah menyeramkan. Tetapi ada juga yang baik seperti Ny. Morfone ini.
Molfone, "Master! Izinkanlah dia untuk mengikuti tes hunter."
Master, "Tentu. Dengan senang hati!"
Cena, "Tunggu, aku harus ajak Fion juga. Dia juga ingin menjadi hunter!"
Molfone, "Kalau begitu cobala bangunin dia lagi"
Segera ke ruang tidur dan mencoba banguin Fion lagi.
"Ng... Nnnng?"
"Fion! Bangun! Kita sudah sampai di Eremidia!"
"!!"
Fion langsung bangun dan menoloh ke aku.
"Benarkah!?"
Cena, "Iya, di sini hunter guild. Kita ditolong oleh hunter. Dan aku mau mengikuti tes hunter
di guild ini. Apa kamu ingin ikut juga?!"
Fion, "Tentu!"
Kami segera turun dan menemui Master lagi.
Master, "Sepertinya sudah siap ya. Kalau begitu, akan ku berikan test untuk menjadi hunter di guild ini...!"
"Siap!"
Master, "Test untuk menjadi hunter di guild ini adalah memburu Skeleton sebanyak 10.
Kalian ditemani oleh Molfone untuk test ini. Jadi jangan khawatir untuk soal keselamatan."
Molfone, "Skeleton berada di North Cave. Berjalan ke arah utara dari Eremidia sebentar
langsung sampai."
Master, "Bila sudah siap, segeralah berangkat!"
Aku penuh semangat keluar dari guild.
Akhirnya aku bisa menjadi hunter!
Test ini akan ku selesaikan dengan cepat!
Fion, "Hey! Kamu terlalu semangat, Cena!"
Molfone, "Tidak apa-apa. Kalian begitu ingin menjadi hunter bukan?
Bila sudah selesaikan test ini kalian sudah boleh menyebut dirinya sebagai hunter..."
Fion, "Haha, benar nek."
Aku menemukan toko yang menjual senjata.
Terbaring pedang-pedang yang keren-keren.
Aku ingin ganti pedang. Uangku masih cukup untuk membeli pedang baru.
Melihat pedang-pedang yang tersedia, aku menemukan yang cocok untukku.
"Tuan, pedang ini berapaan?"
"1000 Dollar."
Uangku cukup untuk membeli pedang itu. Tak ragu-ragu aku mengeluarkan uang dan
membelinya.
"Terimakasih banyak"
Aku meninggalkan toko dan bergabung dengan mereka.
Fion, "Ganti senjata? Beli pedang apa?"
Cena, "Gladius. Pedang ini ringan namun enak dipakai. "
Molfone, "Kamu Spellcaster juga bukan?"
Fion, "Iya benar. Apa nenek juga?"
Molfone, "Iya nak. Rune Book kamu sudah mencantum berapa spell?"
Fion, "Aku masih pemula. Masih sedikit sekali spell yang ku cantum di sini."
Molfone, "Kalau begitu, aku ajarkan 1 spell untukmu. Semoga berguna."
Fion diajarkan spell baru dari Ny.Molfone. Dia tampak senang sekali.
Fion, "Terimakasih nenek!"
Molfone, "Sama-sama."
Kami jalan dan keluar dari east gate.
Dan kami jalan terus menuju North Cave.
Di tengah jalan kami bertemu dengan grup Kobold.
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 N300_kobold
"Roooaar! Makan siang telah datang!"
Cena, "Monster bisa bicara!?"
Fion, "Mereka adalah Kobold! ...3 ....5 ...7! 7 Ekor! Cukup banyak!
Molfone, "Aku urus 3 ekor. kalian urus masing-masing 2 ekor. Satai saja, mereka lemah."
"Baik!"
Aku lari dan menyerang kobold.
Kobold A mencoba menyerang aku. AKu tangkis serangannya dengan bucklar.
"Yah!"
SLASH!
"Owww!"
Berhasil melukai hidung kobold.
Aku langsung mencoba tebasan kedua kalinya.
SLASH!
Berhasil menebas tubuhnya.
Kobld A langsung kesakitan dan terlentang.
Tiba-tiba Kobold B Menyerang dari sisi kiri. Segera ku tangkis dengan pedang dan menendang tubuh kobold B tetapi ditangkis oleh perisai.
Ctank!
Saling menjauh dan pandang satu sama lain.
"..........! Hyaaat!"
Berlari dan melompat ke arah kobold B.
Tangan kananku sudah siap menangkis serangan dari kobold dan kiri ku sudah siap
untuk menyerang kepala kobold B.
TENG! JLEBB!!
Berhasil menangkis serangan kobold dan menusuk kepala Kobold B.
"A... Arrr..."
Segera lepaskan pedangnya dari kepala dan kobold B langsung mati.
"..... Tugasku sudah selesai. Yang lain...?"

"Dengan panah petir, tembuslah tubuh penjahat. Berikan setrum dan derita yang tak hilang. Thunder!"
Garis lurus listrik yang seperti anak panah ditembakkan dari buku yang Fion miliki dan
menembus tubuh kobold.
"Mudah sekali...! Dan, penutup! Fire!"
Hujan api dari langit membuat para kobold langsung gosong.
"Bagianku sudah selesai."

Molfone, "Kemarilah anjing kotor...! Akan ku jadikan daging cincang dan makanan monster.."
"Api yang diterima dari matahari menjadi gumpalan besar dan meledak menghabisi
sekitarnya. Perlihatkan ledakan yang indah.
Flare!"
Ledakan dahsyat yang dikeluarkan dari buku yang Molfone miliki.
Membuat 3 kobold itu kebakar dan menjadi abu yang halus..
Fion, "e buset...! :o"

Molfone, "Waduh, sepertinya keterlaluan.. Tetapi tidak apa-apalah.."
Aku dan Fion melotot ke Ny.Molfone saking kerennya.
Padahal dia sudah terlihat tua sekali tetapi dari kekuatan sihir yang dia miliki tidak terbayang kalau ia benar-benar sudah tua.

Molfone, "Oh, kalian sudah selesai juga? Baguslah. Lawan beginian sampai terluka itu
memalukan sekali."
Kami langsung kaget dan gemetar sedikit mendengar omongan dia itu.
Fion tampak mengidolakan Ny.Molfone setelah melihat sihir yang ia miliki.

Molfone, "North Cave sebentar lagi sampai. Jangan menghabisi waktu dengan hal-hal yang tidak penting."

To Be Continued...


Terakhir diubah oleh dezwil tanggal 2012-07-15, 22:19, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-14, 14:51
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
shikami 
Member 1000 Konsep
avatar

Level 5
Posts : 3744
Thanked : 31
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer
Awards:


[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Episode III Black Rose

<evening,8 P.M>
Kami akhirnya kembali ke eremidia. Hari sudah gelap. Lampu-lampu dinyalakan.
Bagaimanapun juga suasana malam di eremidia capital sangat meriah. Mereka menerangi jalan dengan semacam teknologi yang belum umum dipakai bernama magitech.
Kudengar magitech di eremidia adalah yang pertama dan masih berupa prototype.
Mereka tidak lagi memakai lampu tradisional yang menggunakan minyak dari lemak hewan.
Sudah beberapa malam aku menginap disini tapi masih saja terpukau oleh gemerlap cahaya lampu itu.

Sedari tadi,Luna terdiam. Tidak ada percakapan apapun. Sebelumnya ia memintaku untuk ikut dengannya, ia ternyata tidak menuju quest center.
Langkah luna berhenti di sebuah café. Ku lihat papan namanya. "Noir de fleur Café"
Café di eremidia capital bukanlah hal yang asing. Berbeda dari bar yang terkesan gelap,ramai dan penuh orang mabuk. Café diperuntukkan bagi orang-orang yang ingin bersantai dan minum kopi racikan barista ternama.
Keberadaan café menunjukkan tingginya kultur dan tingkatan masyarakat. Memang, hanya orang-orang kaya,bangsawan dan masyarakat berselera tinggi yang datang.

"Luc,ayo masuk.."ajak Luna.
"baik.."kataku sambil tergugup. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya aku masuk ke dalam café.
"permisi.."
Orang-orang menatapku heran. Mungkin gara-gara gaya pakaianku yang kampungan sekali.
"Mistress Luna,selamat datang.." sapa seorang pelayan.
"Celes,dimana master Alex ?"
"dia sedang berada di ruangannya .. Dan siapa anda,tuan?"
"aku? Namaku Luc, aku hanya mengikuti Luna.."
Luna sudah masuk ke dalam. aku tidak melihat kemana dia pergi.

"LUNA? KURANG AJAR SEKALI KAU!" tiba-tiba seru orang lain di belakang. Rupanya seorang pelayan lain. Dari wajahnya menyiratkan kemarahan.
"APA KAU TIDAK TAHU SIAPA DIA?"
Aku mundur sejenak. Siapa dia ? Kenapa dia marah-marah.
"Aurora,malu-maluin ah..kita ada banyak tamu ini.."ujar gadis yang dipanggil Celes.
"biarkan.. Bocah ini tidak tahu sopan-santun.."
"maaf,aku baru di kota ini seminggu lalu.. Dan aku baru bertemu dia..tadi sore"
Kataku membela diri.
Kedua gadis itu terdiam.
"ehmm..dengar bocah,mistress Luna Cresentia Ethiros Zephryium XV adalah duta besar bangsa mystics!"
"beliau adalah tamu besar kerajaan, lambang persahabatan eremidia dan bangsa mystics,pe…"
Bletakkk!
Suara kepala beradu dengan panci. Seorang pelayan memukul lain kepala aurora dengan keras dengan sebuah panci. Ia lalu mengaduh. Sementara sang pelayan satunya tersenyum saja.
"sudah-sudah,maafkan temanku ini,dia memang sangat mengidolakan misterss luna"
"ehh..tak apa,memang aku yang tidak tahu.." kataku. Entah harus berekspresi menghadapi semua ini.
"oh ya,namaku Marina. Eh lebih baik kita bicara di dalam.."

Kami memasuki dapur. Aku tidak melihat tanda-tanda keberadaan Luna. Entah dimana dia.
"jadi namamu Luc? Dan kau diselamatkan mistress luna?"
Aku mengangguk. Kami berbicara agak lama di dapur. Para tamu café sudah mulai sedikit berkurang karena hari makin gelap.
Aku baru menyadari bahwa luna bukanlah seorang hunter biasa. Dia dipanggil khusus untuk menyelidiki kasus kemunculan monster-monster yang tidak jelas.
Mystics adalah ras ancients atau ras kuno yang memiliki kekuatan energi sihir terbesar. Rambut mereka keperakan dan mata mereka berwarna keemasan. Konon sang pencipta menciptakan para mystics dari cahaya sehingga mereka seolah-olah memiliki aura suci.
Mungkin itu yang menyebabkan aku merasa dia berbeda dari orang lain.
Sesungguhnya aku tidak ingat pernah mengenal seorang mystics.
"ya..begitulah.."
Tiba-tiba suara aneh terdengar.
Itu..perutku yang kelaparan. Mereka bertiga tertawa. Terutama aurora yang keras sekali.
"maaf,aku belum sempat makan tadi siang.." malu sekali rasanya.
"iya..maafkan kami juga, aku akan membuatkan makanan.." Celes berdiri dan mulai membuka-buka lemari.
Tak lama sebuah omelette telur terhidang di meja.
Bukan omelette biasa,tapi omelette yang nikmat karena terdapat jamur,daging dan bermacam-macam sayuran pada isinya.
"muu..ini makanan terenak yang pernah kumakan!!" kataku sambil menghabiskan makanan.
"ya..habiskan saja,kalau perlu aku akan membuatkanmu lagi.."

Beberapa saat kemudian, tanpa sadar 4 piring makanan sudah bertumpuk di depanku.
"astaga kau rakus sekali bocah!" kata aurora sambil menggelengkan makanan.
"hehe..habis makananku akhir-akhir ini tidak pernah selezat ini.."
Luna muncul dari belakang. Ia seperti keluar dari sebuah ruangan bawah.
"wah, enak kah ? Syukurlah.."
"ehehe..iya.." jawabku tergugup. Uh, aku merasa harus bertindak hati-hati.
Luna tersenyum tipis.
"tenang saja,bersikaplah biasa saja.. Aku tahu kau yang kau pikirkan. Aku sendiri tidak suka diistimewakan.."
"baik ehh mistress luna.."
" panggil aku luna saja,wahai pemuda pemberani.."

Seorang laki-laki setengah baya muncul juga dari tempat yang sama. Aku jadi penasaran. Ada apa dengan café ini.
"oh ada tamu, kenalkan.. Aku Alexander Flaming,panggil saja Alex." kami berjabat tangan.
" terima kasih sudah membantu mistress luna,nak.."
"ah bukan apa-apa.."
"omong kosong,kau sudah berjasa besar, jadi ini bayaranmu.."
"eh?"
Luna tersenyum dan duduk di depanku.
"aku sudah memintakan Mr.Alex untuk menambahkan beberapa dollar jadi kau memperoleh sama seperti yang kujanjikan padamu"
"terima kasih !" aku pun bergegas akan pergi.
"Luc..tunggu" kata luna. Aku berhenti dan menoleh."
"apakah kau tahu bahwa uang bukanlah segalanya bagi hunter?"tanyanya.
"apa gairahmu yang sebenarnya sebagai seorang hunter,wahai pemuda? " nada bicaranya berubah. Terlihat suasana makin serius.
"aku..aku... ingin menjadi hunter sejati, seorang hunter yang bukan hanya membasmi monster tapi juga menolong demi orang lain.. Aku ingin menjadi seseorang yang berguna.."
Aku hanya berkata apa yang terlintas di pikiranku.
"hmmh,kata-kata yang bagus, tapi apa kau sanggup melakukannya.."
"tentu!" sahutku penuh keyakinan."apa kau tidak akan keluar dari jalanmu?"
"pasti.."
"apa kau tahu cara untuk mencapai tujuanmu.."
Aku terdiam. Jika dipikirkan. Aku ini hunter pemula, masih banyak hal yang harus kupelajari.
"tidak..belum,aku.. Hanya belum menemukannya.."
"bagus, karena aku akan menunjukan jalannya padamu,wahai pemuda pemberani"
"apa? Apa maksudmu?"
"bergabunglah denganku,jadilah hunter sejati.."
"Luc,ketahuilah.. Café ini hanyalah sekedar kamuflase untuk menunjukkan eksistensi sebenarnya kami.."
Sambung mr.alex. Ia membetulkan letak kacamata hitamnya.
"kami adalah yang bergerak dalam suara angin, yang melindungi di balik bayangan.. Kami adalah kekuatan kasat mata.."
"kami adalah secret guild " Black Rose"..

Black rose? Apakah aku tidak salah dengar?
Itu adalah nama legendaris di kalangan hunter. Mereka adalah kumpulan hunter kuat dan penuh dedikasi yang sudah terdengar reputasinya di penjuru forumia. Banyak yang mengatakan mereka adalah mitos untuk menakuti para junker karena black rose kerap sekali menangkap para junker yang mengacau.

"Luc,kau punya potensi. Aku merasakan ada banyak kemampuan dalam dirimu. Biarkan itu berkembang untuk menjadi sesuatu yang berguna bagi semua.."

"aku..aku tidak tahu.. Sebenarnya..aku.. Bukanlah hunter legal!"
Ya,aku memang bukan hunter level C. Aku belum pernah mengikuti ujian hunter dari guild atau kerajaan manapun. Aku merasakan sebuah rasa sesal.
"oh jadi begitu.. Tak apa, kau bisa mengikuti ujian kami.." kata Marina yang sedari tadi diam saja.
"hmm…bukankah justru akan sangat mudah ya, dia tidak perlu melakukan administrasi perpindahan guild.."sahut Celes.
"tenang saja,Luc.. Aku yakin seseorang yang dipilih mistress luna adalah orang yang punya kemampuan..well,meski aku tidak tahu apa yang bagus dari bocah sepertimu.."sambung Aurora.

Luna tersenyum. Aku berpikir sejenak. Yah, tidak ada salahnya untuk mencoba.
"baiklah, jika menurut kalian aku sanggup,aku akan bergabung …"
"bravo! "teriak mr.alex. Mereka lalu menyalamiku.
Semoga ini keputusan bagus.
"oh ya,kau bilang.lisensimu palsu..setauku lisensi hunter itu dibuat secara istimewa.."tanya aurora. Ia mengambil lempengan lisensi itu dan memperhatikannya dengan seksama.
"ah,lisensiku asli kok.. Itu karena.."
"namaku bukan luc fallbringer.."

To be continued








[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-14, 15:39
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
fly-man 
Poison Elemental
Anak Cantik
fly-man

Level 5
Posts : 917
Thanked : 11
Engine : RMVX
Skill : Beginner
Type : Artist
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Sebuah Pertemuan

Derap langkah kaki terdengar. Aku hafal betul suara ini. Suara yang benar - benar membuatku harus wasapada, dulu ibu berkata agar aku lari sejauh mungkin jika mendengar derap langkah seperti ini. Langkah kaki, manusia.

Hari ini berbeda, hari ini aku sudah menjadi seorang hangtulah. Bukan... bukan sekedar hangtulah, aku adalah pemimpin para hantulah. Aku harus keluar, menemui suara tersebut, lalu memastikan bahwa sumber suara tersebut tak dapat mengeluarkan suara itu lagi.

Aku bergegas keluar dari kamarku, langkahku berat saat akan keluar dari mulut Goa. ku lirik saja sedikit. Sesosok manusia nampak samar - samar. Bukan, ini pasti bukan manusia biasa... itu yang aku fikirkan seketika, Manusia mana yang bisa dan berani datang sendiri kemari? Dia mau cari mati? Atau ...Ok cukup.. ucapku pada diri sendiri, yang harus kulakukan hanya menerjangnya tiba - tiba lalu mengakhiri ini semua.

Aku melompat, cakarku siap di tancapkan, tanganku mengayun cepat. Sekelebat saja sosok tadi hilang dalam gelap malam. Benar - benar hilang. Namun firasatku berkata lain, aku yakin aku masih merasakan kehadiran sosok yang tak ku kenal ini. Kepalan tangan datang dari arah belakang, hampir mengenai kepalaku. Jika aku tidak diberkahi kekuatan batu hitam itu, aku yakin kini aku sudah jatuh terjerembab di tanah, namun semuanya berjalan lain kali ini, aku mengelak, tangannya berhasil ku raih, aku angkat tanganku tinggi - tinggi, dia menancapkan cakar di dadanya, Zrash... Sosok tersebut hilang kembali, namun kali ini ia muncul lebih cepat. Dari arah kiri, kakinya berusaha menjangkau bagian perutku. Tangan kiriku merespon dengan baik, Tentakelnya mengikat kainya, lalu menariknya hingga ia terjatuh. Sosok itu hanya tersenyum kecut, kemudian menghilang lagi.

Serangannya kali ini datang dari arah belakang, lagi - lagi belakang. Aku benar - benar tidak siap karena posisiku yang menarik kakinya tadi , dengan lutut tertekuk tak memungkinkan untuk melakukan counter attack. Tinjunya melayang cepat , aku mementalkan wajahku terlebih dahulu, agar daya tolak yang dihasilkan dari pukulan tersebut melemah, namun ternyata pukulan tersebut tidak sampai wajahku , aku berbalik secepat aku bisa. Werewolf ternyata menangkap makhluk tersebut, dari arah kiri. Balik pohon, Kobold memanah denagn cekatan, berhasil mengenai betis manusia tersebut, Ogre keluar dari Mulut Goa sambil membawa Gelas Besar berisi air. Wajahnya masih mengantuk. Ia memaksakan keluar karena penasaran ada suara ribut tiba - tiba.

Manusia tadi menggenngam tangan werewolf kuat - kuat, lalu menekukan badannya dengan cepat, mirip dengan gerakan judo. Werewolf terpental, aku yang berada di depannya menunduk, tubuh werewolf menabrak pohon besar. Sesaat setelah tubuh werewolf menghalangi pandanganku, aku tak dapat melihat sosok manusia tadi. 5 Detik berlalu tanpa apa pun muncul, kami semua sudah dalam keadaan siaga, kecuali Ogre yang masih mengumpulkan nyawa.

Makhluk besar datang dari angkasa dengan kecepatan tinggi, berusaha menyerang ke arahku, aku menghindar dengan sempurna. Ya setidaknya sempurna menurut pandanganku. Salah, salah sama sekali!!! aku tidak menghindarinya, tangan kiriku terbakar api hitam. Aku terkejut, namun tanpa pikir panjang aaku mengarahkan tendanganku ke arahnya. Jika tendangan ini kena manusia, tentu dia akan terpental jauh sekali, jatuh tersungkur di tanah, lalu takan sanggup bangun kembali. Berbeda, semua benar - benar berbeda, makhul ini emang terpental jauh, tersungkur ke tanah, sepertinya kali ini ia tak sempat menghilang. Namun tak butuh waktu lebih dari 5 deitk, makhluk ini telah bangkit kembali dengan tegap, entah bagaimana caranya lukanya di lutut akibat panah kobold kini sudah tak tampak, begitu pula bekas tendanganku. Dia mengarahkan pandangan padaku. dalam 5 detik itu setidaknya werewolf sempat mengidentifikasi dengan berucap penuh keyakinan, Howl... Howl... dia mengucapkan itu dengan mata terbelalak. Dan dalam 5 detik itu pula Ogre mendadak memliki respon cepat, dia menyiramkan air dari gelasnya ke tangan kiriku yang terkena api hitam, namun sama sekali tak padam. Aku mulai menyadari kekuatan api tersebut, dan memutuskan tangan kiriku sesegera mungkin sebelum api melahap tubuhku hingga habis tak tersisa.

"Ooooh.. jadi kalian di sini? ", ujar ibu tiba - tiba dari mulut Goa, "Ini, sudah selesai ibu perbaiki", ibu menunjukan mayat beruang yang ku temukan tadi siang tercantel di gadaku. Ya, penglihatan ibu emang sudah kabur sejek beberapa tahun lalu, ibu tak bisa melihat sosok gede bersayap mengerikan, yang ia lihat hanya aku , kobold, dan ogre. Tentu saja ia mengira kalau kami sedang bermain gala asin sehingga menyebabkan keributan.

1, oh kurang, kurang dari 1 detik makhluk besar tadi sudah berada di depan ibu, kamudian berubah menjadi sosok manusia, mengambil mayat beruang tersebut dan berkata, "Tuan winkle?"

Aku bersumpah, jika sejentik saja ia menyentih ibu, hari ini harus ada 1 nyawa melayang, nyawaku ... atau dia si Howl, tangan kiriku menggenggam keras. Menggenggam? ya.. aku tidak tahu bagaimana bisa, tiba - tiba saja setelah aku memutuskan tangan kiriku... aku merasa... dia..

Aku Immortal
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-14, 17:17
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
EmperorAlan 
Senior
Senior
EmperorAlan

Level 5
Posts : 622
Thanked : 5
Engine : RMVX Ace
Skill : Very Beginner
Type : Developer

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
The Beforemath of Crestfallen Heroes

Aldyan Alan
Piece 3
Genre: Humor/Adventure.




Daerah Pinggiran Ibukota Erimidia Timur

Daerah pinggiran ibukota Erimidia bukanlah tempat yang terindah untuk dikunjungi, bahkan menurut laporan beberapa Hunter, ada beberapa monster berkeliaran di daerah sekitar sini, hanya orang yang mempunyai kemahatololan yang kelewatan yang ingin datang kesini ataupun pasangan yang ingin mencari tantangan.

Tapi, untuk dua orang ini, sepertinya kasusnya berbeda.

Duagh, Jeramyu menendang sebuah batu yang cukup besar didepannya, Exiled sendiri sedang serius untuk mencari tanda-tanda seekor mahluk. "Bisa kau ingatkan kenapa kita bisa disini?" tanya Jeramyu dengan kesal.

"Senang kau bertanya, newbie. Kita berdua didaftarkan dalam sebuah misi level C untuk mencari anjing seorang anak Merchant kaya. Terakhir anjingnya lari disekitar disini, dan aku dipaksa untuk menemanimu siapa tahu saja kau mati." jelas Exiled tidak kalah kesalnya.

"Kau tidak bisa menggunakan kemampuan mabukmu untuk mencari anjing itu?" tanya Jeramyu sarkaristis. "Cium pantatku, ayo!" balas Exiled, betul-betul pasangan Hunter yang serasi.

"Kau melihat anjing itu?" tanya Jeramyu lagi. "Tidak, aku mencoba memakai instingku." jawab Exiled seraya terus berjalan. Setelah beberapa saat berjalan dan melewati beberapa bebatuan, Exiled tiba-tiba berhenti. "Ada apa? Kau mau muntah?" tanya Jeramyu yang bingung.

"Keluarkan pedangmu." ucap Exiled seraya mengeluarkan pedangnya juga.

Jeramyu tahu, bahwa akan ada monster yang menyerang, dia tahu dia tak sekuat Exiled. Tetapi dia tentunya tidak ingin mempermalukan dirinya didepan pemabuk yang dua hari yang lalu membuatnya koma sementara. Paling tidak dia puluhan kali berlatih dengan Porter, temannya. Porter sendiri adalah maniak Swordman. Dia sering berlatih dengan giat dan mengajak Jeramyu.

Jeramyu sekejap melirik tembok raksasa Erimidia sebelum sebuah bunyi dentingan pedang menghentikan kesunyian. Dua ekor monster berbentuk lebah menyerbu ke arah Jeramyu dan Exiled. Lebah yang pertama menyerbu ke arah Exiled, tetapi dengan lincah Exiled berhasil menangkisnya dengan pedangnya.

Lebah yang kedua lalu menyerbu ke arah Jeramyu, yang sedikit telat untuk menyadarinya. Alih-alih menyerang, Jeramyu melempar dirinya ke samping untuk menghindari serangannya.

"Hei, newbie! Monster ini tergolong lemah, walau sedikit merepotkan. Mereka juga bisa memakai elemen alternatif Death untuk menyebar racun dari jarum mereka, hati-hati!" jelas Exiled seraya menebas lebah yang menyerangnya, tetapi lebah itu dapat menangkis balik dan terbang menjauh dari Exiled.

"Sial, aku lengah." kutuk Jeramyu, menghadap ke arah lebah penyerangnya. Monster lebah tersebut mempunyai ukuran yang cukup besar dari lebah biasanya, ukurannya mencapai ukuran seekor kucing. Walau begitu mereka kelihatannya cukup gesit.

Sambil berteriak, Jeramyu berlari ke arah lebah tersebut sambil mengeratkan tangannya pada pegangan pedangnya. Lebah tersebut pun ikut menyerbu kembali ke Jeramyu. Jeramyu mengayunkan pedangnya ke lebah itu, tetapi lebah tersebut dapat menghindar.

Jeramyu kehilangan keseimbangannya dan terjatuh ke tanah, "Sial,". Lebah itu pun tak memberi waktu ke Jeramyu dan kembali menyerang. Jeramyu segera mengambil pedangnya yang tergeletak cukup dekat.

"RASAKAN INI!!", batsh! Pedang Jeramyu berhasil mengenai sang lebah yang terlempar ke kiri sebelum menghantam tanah, sebelum menghilang dengan asap hitam. "Apa yang kau lakukan begitu? Berdansa?" ledek Exiled yang sedaritadi sudah membunuh musuhnya.

"Tutup mulutmu, aku masih kecapean karena baru bangun setelah dua hari." kata Jeramyu bangkit dan menyarungkan kembali pedangnya.

"Terserah kau saja. Aku sudah pernah bertemu yang lebih parah dalam menghadapi monster seperti ini." kata Exiled.

*arff... arff*

"Kau dengar itu?" tanya Jeramyu melirik ke segala arah. "Yeah, kedengarannya dari arah sana." lirik Exiled ke beberapa batuan yang bertumpuk.

Mereka berdua lalu berjalan ke arah bebatuan tersebut dan menemukan sebuah sumur yang tua. "Sumur? Kenapa bisa ada sumur disini?" tanya Jeramyu seraya memerika sumur tersebut.

"Kurasa mungkin yang membuat ini adalah penduduk desa yang dulunya ada disekitar sini sebelum digusur. Kelihatannya tidak dalam, aku rasa anjing itu melompat ke dalam sini." jelas Exiled seraya melirik ke dalam sumur.

"Kau punya semacam penerang?" tanya Jeramyu. Exiled lalu merogoh sebuah tas kecil yang diikat di ikat pinggannya dan mengeluarkan sebuah benda silinder bewarna hitam.
"Apa itu?" tanya Jeramyu melihat benda yang dipegang Exiled.

"Ini? Kurasa namanya, uhh, aku rasa namanya 'senter'. Cukup langkah, aku mendapatkannya sebagai hadiah pengganti uang di sebuah misi dulunya. Exiled lalu melempar benda bernama senter itu ke Jeramyu, secara refleks Jeramyu menangkapnya.

"Kau memandu jalanan, aku akan turun duluan." kata Exiled seraya melompat turun ke dalam sumur. "Kenapa aku tidak meninggalkannya saja didalam sumur ini, dan pergi?" pikir Jeramyu.

"Ah, terserahlah. Aku hanya butuh cukup uang untuk saat ini." katanya memantapkan pikirannya sebelum ikut meloncat turun.




Jeramyu mencoba menyusuaikan matanya dengan kegelapan disekitarnya sebelum melihat Exiled yang mendekat. "Menemukan sesuatu?" tanya Jeramyu, rasanya sudah tidak terlalu gelap.

"Aku rasa, ikuti aku." kata Exiled berjalan menjauh.
"Aneh, aku tak pernah menemukan sebuah sumur yang begini luas." kata Jeramyu sambil mengarahkan senternya ke berbagai arah.
"Hei! Tetaplah menghadap ke depan! ...Aku juga terkejut, kurasa mungkin ada orang yang tinggal disini." kata Exiled.

*arff arff*

Setelah berjalan cukup jauh, mereka menemukan seekor anjing yang berada didepan sebuah genagan air. "Heh, itu dia anjing tolol yang kita cari." kata Jeramyu mendekat ke arah anjing itu.

"Ciri-ciri anjingnya cocok, ayo, kita kembali." kata Exiled mengingat kembali ciri-ciri yang dijelaskan sang Merchant dan anaknya. "Sabar sedikit, kenapa?" katanya seraya mengangkat anjing itu.

Tiba-tiba, air yang ada digenangan di belakang Jeramyu mengeluarkan gelembung aneh, hal ini tidak luput dari mata Exiled. Dan perlahan sebuah sosok besar keluar dibalik genangan air itu, tanpa dilihat Jeramyu.

"HEY! NEWBIE!! AWAS!!" teriak Exiled memperingatkan Jeramyu. Jeramyu melirik ke arah belakangnya tepat ketika sosok itu mengayunkan tangannya. "Holy sh*t!!" Jeramyu melempar dirinya dengan paksa untuk menghindari serangan sosok tersebut.

Ketika Jeramyu terjatuh, dia juga ikut menjatuhkan senter yang dia pegang. Exiled lalu mengambil senter yang jatuh tak jauh dari kakinya dan menyinari sosok tersebut... seekor monster.

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 RSdzj

"Gawat, monster level B." kata Exiled menggertakkan giginya.

To be continued...
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-14, 18:39
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
hyperkudit 
Pahlawan Super
hyperkudit

Level 5
Posts : 2288
Thanked : 30
Engine : RMXP
Skill : Very Beginner
Type : Artist
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Quote :
About Howl
Quote :

Previous Chapter

Related Story

chapter 8 : Second Contract.

"Tuan Winkle!!!" aku benar-benar kegirangan, kuambil tuan Winkle dari tangan wanita tersebut, ya kurasa dia goblin wanita.

"tuan Winkle, bagaimana keadaanmu? apa kau baik-baik saja? kau tidak nakal kan?" tanyaku bertubi-tubi pada sebuah boneka, walau aku tahu dia tidak akan menjawab, terlihat bodoh memang. Goblin wanita yang berdiri didepanku terkejut melihat kehadiranku, mungkin karena wujud manusia ini, karena kudengar Goblin bangsa yang menghindari kontak dengan manusia.

"IBU!! masuklah, orang itu berbahaya!!" terdengar suara pria yang menyerangku tadi. Aku mengingat suaranya, tapi tidak dengan wajah itu, wajah yang menyeramkan dengan tubuh yang cukup besar.

*sniff.. sniff

Aku berusaha mencium bau darahnya, kuharap bisa mengenali orang ini. Ya.. aku memang cukup jago dalam mengenali seseorang dari bau darahnya, aku juga bisa memprediksi bagaimana rasa darah seseorang dari aromanya, dan jelas-jelas orang ini punya darah yang pahit.

"eh?? jadi kau Shirloin-something? kau cepat sekali besar?"

Buk!!

Baru saja aku menyelesaikan kalimatku Shirloin-something mendaratkan pukulannya kewajahku, mukaku serasa masuk kedalam dan kuharap ketampananku tidak berkurang setelah terkena pukulan sekeras itu.

"grrr... menjauh dari ibuku!!" kudengar dia menggeram kepadaku, matanya melotot dan tampak sangat marah, sepertinya ini memang kesalahpahaman. Aku kembali berdiri, mengusap darah yang keluar dari hidungku. Aku hampir tidak ingat kapan terakhir kali melihat darahku sendiri,tapi yang kutahu, Shirloin-something jauh lebih kuat dan cepat dari pertama kali aku bertemu dengannya.

"Apa maumu disini?" tanya Sirloin-something, masih sama, dia masih suka mengintrogasi dan mencekokiku dengan pertanyaan.

"aku hanya ingin menjemput tuan Winkle." jawabku enteng.

"jangan bercanda!! aku sudah melihatmu berubah wujud menjadi babi besar bersayap! katakan, siapa kau sebenarnya?! jenis apa dirimu ini?! apa tujuanmu?!"

JLEB!!

babi besar bersayap... babi besar bersayap... babi besar bersayap... babi besar bersayap...

Dikepalaku berputar-putar babi aneh bergaris putih dengan sayap kelelawar. Seolah memukul-mukuli kepalaku dan mengejekku dengan bokong besarnya.

*cough

"pertama aku bukan babi bersayap... aku memang bersayap tapi aku bukan babi." ralatku, aku benar-benar mulai jengkel dengan lelucon babi ini. Mataku melihat-lihat ke sekeliling, lalu menunjuk werewolf yang sempat menyerangku.

"kurasa aku lebih mirip dia, hanya saja lebih macho, garang dan tampan." semua mata mendadak tertuju kepada werewolf itu, membuatnya salah tingkah dan menjelaskan kalau dia tidak tahu apa-apa. Mereka terlihat masih bingung, merasa tidak percaya padaku bahwa aku bukan manusia, hanya Shirloin-something yang pernah melihatku tapi kurasa itu tidak akan membantu karena sepertinya Shirloin-something masih tidak yakin bahwa aku tidak memihak manusia. Ya.. aku memang tidak memihak kepada siapapun, setidaknya saat ini.

"Dengar.. perjalananku kesini sudah cukup melelahkan, aku tersesat dihutan dan tiba-tiba terbangun disebuah ruangan dengan seorang pria konyol berambut perak dan orang-orang yang membuatku memutar otak, setelah itu tersesat lagi di kota Capital, lalu berhasil keluar dan tersesat di hutan, lalu di ejek oleh anak-anak dan kalian... bisakah kalian membiarkanku pergi dengan tenang, sehingga tidak akan ada yang terluka disini?" gerutuku panjang lebar.

aku memang sudah cukup sebal semenjak keluar dari penjara, hariku memang sial.. sangat sial.

"tunggu sebentar, kau bilang kota? maksudmu kota Eremidia?" tanya Shirloin-something sembari mengarahkan gadanya ke leherku.

"tidak, maksudku memang kota Capital, kau tahu? Capital itu bagian dari Eremidia, jadi pada dasarnya Eremidia adalah kerajaan sedangkan Capital adalah ibukotanya." aku menurunkan gada Shirloin-something sambil memberinya les singkat, tindakan membuatnya melompat mundur, mungkin mengira aku akan menyerang.

"untuk apa kau ke Eremidia? apa kau mata-mata manusia?!" geramnya.

hahh... kurasa ini akan menghabiskan malam, dia benar-benar tidak mengerti.

"dengar, sebelumnya namanya Capital, bukan Eremidia, dan aku tiba-tiba muncul disana, bukan datang kesana.. seseorang membawaku kesebuah penginapan di kota itu."

aku memberi jeda pada kalimatku untuk menarik nafas.

"lagipula tujuanku kesini hanya untuk menjemput tuan Winkle, dan menanyakan sesuatu kepadamu."

"apa yang ingin kau tanyakan!? dan bagaimana manusia tidak sadar dengan keberadaan mu?" tanyanya.

"hello... tanyakan pada diri kalian sendiri, kalian bisa mengira aku adalah manusia.. tentu saja para manusia juga begitu!" aku memberikan nada mengejek pada kata-kataku, saking kesalnya pada mereka.

"oh... begitu, aku mengerti.. jadi benar kau bukan mata-mata manusia?" Shirloin-something kembali menanyakan hal tersebut.

PLAK!!

aku menepuk dahiku, entah berapa kali dia menanyakan hal itu, dan kenapa juga mereka berpikiran sangat serius jika manusia akan menyerang Goblin? di kota aku bahkan tidak mendengar seseorang membicarakan Goblin, topik yang sedang hangat disana adalah dikalahkannya Chrome Disaster. Kurasa Shirloin-something terlalu besar kepala dan menganggap dirinya bahaya terbesar bagi bangsa manusia.

"tidak, sudah kukatakan padamu.. boleh aku pergi sekarang?" aku sudah mulai jenuh dengan situasi ini.

"hmm.. kau tidak seperti orang jahat.. mau kah kau bergabung dan menjadi anak buahku?" katanya tiba-tiba.

WHATT!!!!! Reaksi macam apa itu!! sikap waspadanya kepadaku langsung hilang.. aku tidak percaya dia bahkan bisa memimpin pasukan kecil. Tapi melihat bagaimana kerja kelompok dan kepercayaan mahluk-mahluk lain disekitarku kepada Shirloin-something, aku yakin dia memiliki kharisma tersendiri sebagai seorang pemimpin. Aku memang sudah tahu dia bukan orang sembarangan, itu karena aku merasakan hal yang berbeda dari terakhir aku bertemu dengannya.

ya.. aku merasakan setitik aura Magus pada Shirloin-something, jauh lebih kecil dari pria berambut merah di bar, tapi aura itu selalu bisa tertangkap oleh indra ku.

---------------------------------------------------------------------------------------

"Jadi.. apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Shirloin-something kepadaku. Ngomong-ngomong kami sudah berada di dalam gua, di kediaman Shirloin-something dan disambut dengan hangat. Mereka seperti melupakan kejadian diluar tadi, ibu Shirloin-something menyuguhkan sup hangat kepadaku, setidaknya itu makanan yang cukup lezat dibandingkan darah dan daging mereka yang sudah pasti terasa pahit, sama seperti rasa Ucok.

"hey.. Shirloin-something, apa kau tahu tentang Magus?" tanyaku.

"Magus? tidak pernah dengar.." sahutnya, lalu kembali menyeruput sup di mangkuknya.

"hoo.. aku dengar dia adalah pangeran kegelapan yang berusaha mengalahkan umat manusia." jawab ibu Shirloin-something sambil mencuci perabotan.

Jleb..

pangeran kegelapan.. pangeran kegelapan.. Prince of Darkness...

Apakah dunia ini tidak memiliki undang-undang yang melarang plagiarisme hak cipta?? Prince of Darkness adalah gelar bangsawanku sebagai salah satu raja bumi. Magus mencuri kekuatanku, selanjutnya salahsatu julukannya.. lalu apa?? mencuri kekasihku??
Aku bersumpah jika melihat Magus meniduri kekasihku akan ku potong kemaluannya, lalu kumasukan ke bokongnya.

"err.. ya, apa kau tahu dimana dia sekarang?" tanyaku dengan senyum terpaksa kepada ibu Shirloin-something.

"dia dibunuh oleh Sir Dnasman seribu tahun lalu, tindakannya yang mengumpulkan semua monster dan melawan kebiadaban manusia menginspirasi kami para goblin.. dia itu bagai pahlawan.." jawab ibu Shirloin-something dengan berbinar-binar.

JLEB!!.. pahlawan katanya, bagiku Magus hanya seorang penipu dan pencuri pengecut.

"err.. apa kau tahu informasi lebih tentangnya? misalkan dimana dia dimakamkan atau tujuh dewa yang dia ciptakan?" tanyaku lagi.

"tidak tahu.. tapi jika ada mahluk yang diciptakan Magus, ajak juga Shirloin menemui mereka.. mungkin mereka mau menjadi anak buahnya, kau dengar Shirloin?"

"yaa.. buu..." Shirloin menjawab dengan ogah-ogahan.

sementara aku hanya membatu, salah satu alisku bergetar mendengar percakapan aneh yang membuat hatiku tertusuk-tusuk itu yang diucapkan dengan santai layaknya perbincangan ringan saat makan malam.

"hey.. dengar Shirloin-something, aku akan membantumu memperkuat 'pasukan' mu, dengan satu syarat.." bisik ku Shirloin-something.

"apa itu?" gumamnnya, mulutnya masih penuh dengan daging dari sup itu.

"bantu aku menemukan Magus." gumamku dengan nada berat, kubuat sedikit kegelapan menyelimutiku, lagi-lagi demi alasan dramatisasi.

"deal.." jawabnya singkat sembari mengulurkan tangan kanannya..

Akupun sepakat dan menyalami tangannya, ya.. kurasa ini kontrak dari orang kedua yang menemuiku, walau ini bukanlah kontrak yang resmi dan benar seperti apa yang dilakukan Magus sebelumnya, tapi ini saja sudah cukup. Setidaknya kali ini bukan aku yang sedang dimanfaatkan.

-to be continued-


Terakhir diubah oleh superkudit tanggal 2012-07-15, 10:56, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-14, 21:26
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Oscar 
Senior
Senior
Oscar

Level 5
Posts : 830
Thanked : 13
Engine : RMVX
Skill : Beginner
Type : Writer

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Merchant Princess


Episode 1: Artana Agile, The Merchant Princess




19 Tahun yang lalu

Northreach, Ironwood Village
Afternoon, 01.00 PM

Narrator: Redoric Rothgar

Aku bersama pasukan banditku pergi menunggang kuda melewati bukit menuju ke desa. Suara gemuruh kaki kuda seakan menggetarkan tanah selagi kami melewatinya. Kami membawa barang-barang hasil rampokan karavan keluarga Moire.

Sebenarnya kami tidak mau berurusan dengan keluarga Moire, tapi kali ini berbeda. Marvis Moire sengaja membayar kami untuk merampok karavannya sendiri.

Aneh memang, tapi aku tidak peduli, yang penting kami bisa memiliki harta dan makanan yang cukup untuk desa.

Kami menunggang kuda menuruni bukit. Angin bersalju Nortreach menerpa wajahku. Aku berada paling depan, sementara di sampig kiriku adalah seorang yang paling aku percaya. Nama orang itu Arthar Aglile.

Sesuai dengan namanya, ia memang lincah dan lihai saat menggunakan belati. Kami berdua sering melewati bahaya bersama.

Kali ini dia sedang berkuda dengan satu tangan. Tangan kirinya memegang tali dan tangan kanannya membawa sesuatu. Seperti buntelan. Sesuatu yang dibungkus dengan kain. Seperti sesuatu yang begitu berharga.

"Hei... Arthar! Apa yang kau bawa?" tanyaku disela-sela deru kuda. Aku harus mengeraskan suaraku agar lebih terdengar.

"Bukan apa-apa," jawabnya sambil sedikit berteriak.

Aku tidak tahu apa yang dibawanya. Tapi dia memeganginya begitu erat, seakan tidak membiarkannya jatuh.

Akhirnya, kami pun sampai di desa, aku turun dari kudaku. Para anak buahku disambut gembira oleh para penduduk. Kami menurunkan barang rampasan, anak-anak kecil berlarian berebut makanan yang kami bawa.

Ya, kami memang bandit. Tapi kami bukan bandit biasa. Kami merampok, merampas, tapi memberikan hasilnya pada desa kami. Desa Ironwood.

Desa kami adalah desa yang ditinggalkan oleh Jarl kami. Tanah kita tandus, produksi juga tidak begitu cukup untuk dibagikan sebagai upeti. Akhirnya Jarl meninggalkan desa kami, tidak mau mengurusi keluhan-keluhan yang kami ajukan dan kami berakhir menjadi bandit.

"Ayah... ayah...!" teriak seorang anak berusia 5 tahun yang mengampiriku. "Ayah membawa roti manis?" tanyanya dengan wajah polosnya.

"Oh... Varengir," ujarku sambil menggendongnya. "Tentu saja aku membawanya. Hei Falkan!" teriakku pada seorang anak buahku yang sibuk mengeluarkan makanan dari karung. "Lemparkan aku segulung roti manis!"

"Baik tuan Rothgar!" katanya sambil mencari-cari sesuatu. Tak lama kemudian ia melemparkanku segulung roti manis.

"Nih, roti manis untuk jagoan ayah," kataku sambil memberikannya ke Rothgar kecil. Lalu mataku tertuju pada Arthar. Ia masih memandangi buntelan itu.

"Kau turun disini ya? Jangan nakal!" kataku sambil menurunkan Varengir. Bocah laki-laki kecil itu tidak menggubrisku dan sibuk dengan roti manisnya.

Aku berjalan menghampiri Arthar. Ia sedang bergumam-gumam pada buntelan itu.

"Tenang, ayah ada disini, kau tidak perlu takut." gumamnya sambil menepuk-nepuk halus buntelan itu.

Mendengar gumaman dan gerak-geriknya, ternyata buntelan yang tampak berharga itu berisi seorang bayi.

"Kau membawa seorang bayi?" tanyaku tidak percaya.

"Oh... Redoric, aku... aku tidak tahu harus berkata apa." ujar Arthar terbata-bata.

Aku menghela nafas. Baru kali ini dia tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.

"Dengar Arthar," kataku sambil memegang pundak temanku. "Kita dibayar untuk membunuh apa saja, tanpa meninggalkan saksi disana."

"Tapi... apa kau tega membunuh seorang bayi? Lagipula dia juga tidak tahu apa-apa. Dia tidak akan pernah tau kalau tidak ada yang cerita." jawab Arthar.

Aku melirik bayi yang ada di buntelan kain itu. Dia tampak manis dan sedang tertidur. Dia tampak begitu damai seolah dia tidak pernah sadar kalau baru saja ada pembantaian di sekelilingnya.

"Dia cantik," komentarku. "Akan kau berni nama siapa?"

"Artana..." jawab Arthar singkat. "Artana Agile"

"Nama yang bagus," komentarku singkat. Lalu pandangaku tertuju pada kalung yang dikenakan bayi itu. Aku begitu terkejut setelah melihat kalung itu. Ada simbol keluarga Moire di gantungannya.

"Dia anak Marvis Moire!" pekikku.

Arthar memandangiku dengan pandangan terkejut.

"Sekarang semua masuk akal, kenapa si Marvis brengsek itu tiba-tiba meminta kita merampok karavannya." simpulku. "Dia menginginkan bayinya mati."

Arthar memandangiku seolah-olah dia tahu apa yang akan aku katakan selamjutnya.

"Kita harus membunuhnya,"

"TIDAK!" jawabnya lantag. Baru kali ini dia berani menjawabku. Matanya yang tampak jujur dan tajam itu memandangiku. "Aku akan membesarkannya, aku berjanji tidak akan memberitahu siapa dirinya."

Bayi yang dipegangnya tiba-tiba menangis. Arthar lalu melepas kalung yang ada di leher bayi itu.

"Ini akan menghapus siapa sebenarnya dirinya," kata Arthar sambil menggenggam kalung itu di tangan kanannya. Lalu ia melempar kalung itu ke jurang di tepi kami berdiri.

"Baiklah," simpulku. "Kau bisa merawatnya, aku harap dia tidak menghambatmu bekerja denganku."

Lalu aku pergi meninggalkannya, aku berhenti dan menoleh ke belakang. Aku melihat sahabatku yang terkenal sadis bisa luluh hatinya hanya dengan seorang bayi. Aku hanya tersenyum.

"Artana Agile, seorang Putri Saudagar, terdengar lucu" gumamku.



Terakhir diubah oleh Oscar tanggal 2012-07-15, 10:54, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-14, 22:26
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
richter_h 
Salto Master
Hancip RMID
richter_h

Kosong
Posts : 1705
Thanked : 30
Engine : Other
Skill : Skilled
Type : Developer
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
The Tale of Vent McGraves
Chapter XIV


Klik to Chapter XIII

Sudah dua hari perjalanan Brom Sradovirr bersama Vent dan Vischelia ke kota Remorr menggunakan karavan, yang ternyata cukup jauh dari Northreach. Menyusuri Lembah Frostriver, dimana yang terlihat di kiri tebing di kanan tebing dan hanya salju dan tebing sejauh mata memandang. Di antara bebatuan dan pohon yang suah mati, mereka berniat berhenti untuk sekedar istirahat dan makan-makan. Memang, perjalanan selama dua hari itu mengejutkan terutama bagi Vischelia.

Roti kering dan biang madu menjadi santapan mereka, kecuali Vischelia yang Vent larang untuk minum; dia diberi susu hangat sebagai ganti biang madu yang pernah membuatnya mabok berat dan lupa diri.

"Kalo aja kita ketemu sama oom Brom, ente kemaren ngga minum biang madu itu." Ucap Vent menjawab tatapan Vischelia yang menggodanya untuk memberikan setetes biang madu pada gelas tingginya itu. "Sudah, minum susu kambing sanah..."

Vischelia menjawabnya dengan makan roti kering dan minum susu kambing jatahnya dengan wajah cemberut.

"Memang untuk gadis kecil sepertimu itu minum minuman keras tidak baik..." Timpal Brom.

Angin semilir dingin bertiup di lereng pegunungan itu. Terlihat matahari mulai turun . Mereka harus segera bergegas atawa mereka akan terjebak di kedinginan lereng pegunungan bersalju abadi.

--

Malam kedua dalam perjalanan mereka ke kota Remorr. Menyusuri tanah bersalju dengan beberapa pohon pinus, Mereka masih belum melihat tanda-tanda kota terlihat di horizon. Namun, yang membedakan malam ini dengan malam kemarin adalah langitnya. Ya, langit Northreach berbeda dengan langit Eremidia malam itu; terlihat sinar-sinar yang terjalin teratur seperti tirai, dalam beberapa warna dan rupa, menghiasi langit malam Northreach yang cerah. Vischelia takjub melihatnya, dan dia ingin sekali melukis langit malam itu.

"Kalian belum pernah lihat langit seperti ini ya?" Brom hanya tertawa saat Vischelia begitu antusias mengeluarkan perlengkapan melukisnya. "Memang jika malam cerah selalu nampak aurora. Tidak aneh bagi kami, orang utara, melihat karya para dewa ini."

Vent--sambil minum biang madu Nord ikut melihat langit malam itu. Dia termenung, dan dia mengatakan, "Dulu pas di Northrend, Charlotte juga ngatain kata-kata yang sama kayak Pissel tadi katakan. Dia juga ingin sekali menggambarkan apa yang dia lihat saat itu..."

Vischelia hanya heran, siapa Charlotte yang Vent selalu sebut? Sepertinya, Charlotte itu adalah seseorang yang sangat berarti bagi pemuda mabuk itu, gumamnya. Apa jangan-jangan Charlotte itu... Ah, tidak mungkin. Pikirnya, mana mungkin Vent bisa dapat seorang kekasih? Daripada pusing memikirkan hal begituan, Vischelia lantas mulai melukis keindahan langit yang kata oom Brom 'lukisan para dewa' itu.

Perjalanan masih berlanjut. Kota Remorr sepertinya masih jauh. Sepertinya akan memakan beberapa hari lagi untuk sampai ke kota itu...

Vischelia masih berusaha melukiskan langit itu. Sepertinya warna yang diperlihatkan aurora di langit itu sangat banyak, namun Vischelia punya warna yang tidak kalah banyaknya. Hmm... Keindahan yang pantas diabadikan, gumamnya. Dia terus melukis, melukis, melukis... sampai tidak sadar dia tertidur dan kepalanya bersandar pada pundak Vent yang masih menikmati biang madu Nord. Vischelia tidak terganggu dengan napas bau birnya Vent, sepertinya dia terbiasa dengan bau itu. Mungkin karena dia sudah minum dua jenis bir, makanya dia nyaman-nyaman saja bersandar pada pundak Vent.

"Pemuda pemudi jaman sekarang..." Brom hanya geleng-geleng kepala melihat Vent dan Vischelia, lalu kembali mengendalikan karavannya.

--

"Sudah sampai?!"

Pagi-pagi buta mereka sudah sampai di sebuah kota kecil. Ya. Kota Remorr. Mereka sudah sampai, kata Brom. Mereka ada di depan gudang minuman milik Sir Muro, temannya Brom.

"Ah, jadi kamulah yang Bromski ceritakan tadi..." Lelaki berjanggot brewok seperti lebatnya hutan pinus Nord's Peak itu dengan hangat menyambut kedatangan Vent dan Vischelia. "Kudengar kamu bisa membedakan banyak jenis minuman dan tahu bagaimana karakter bir dan minuman lain. Sepertinya aku bisa minta tolong padamu."

"Di hutan barat Nord's Peak, ada satu bahan bir Homebrew yang unik; Akar Hucklewood. Banyak sekali sampai bisa dibuat beberapa puluh barel Bir Hucklewood, namun tempat itu dijaga oleh para Goblin Es dan salah satu mahluk Ancient bernama Sappling. Tidak ada yang berani ke sana tanpa bantuan beberapa orang petarung dari Wolfenhunter." Muro memberitahukan apa yang dia maksud dengan 'meminta tolong' pada Vent.

"Tapi jika kamu ingin melihat dan mungkin memanen beberapa ikat, kamu boleh pergi ke sana bersama Sven, orang terbaik Wolfenhunter sekaligus teman kami."

Tawaran dua sekawan itu menarik perhatian Vent, terlebih nama bahan yang dimaksud belum pernah dia temui sebelumnya.

"Boleh, boleh..." Vent angguk-angguk setelah mendengarkan penjelasan singkat tentang akar Hucklewood. "Kayaknya asik banget tuh akar itu..."

"Besok pagi, Sven akan menunggumu di sini. Sementara, kamu dan pacarmu bisa singgah di penginapan punya John Barrelmore. Bilang saja kamu temannya Brom."

Apa? Pacar?! Vischelia kaget saat dia dianggap oleh Brom selama ini adalah pacarnya Vent. Dia spontan berkata dengan wajah yang memerah,

"Aku bukan kekasih Vent! Aku cuma teman Vent!"

Brom dan Muro tertawa mendengarnya.

"Tentu saja, gadis manis," Brom yang masih tertawa menjelaskan, "Dari pertama kali aku melihatmu, aku sudah tahu soal itu. Dan juga Vent sudah memberitahu tentang dirimu itu. Sudahlah, kalian pergilah ke tempat John dan beristirahatlah. Kota ini juga punya beberapa tempat bagus untuk dikunjungi, jadi sempatkan diri untuk jalan-jalan."

Lalu mereka membawa bawaan mereka ke penginapan milik John Barrelmore, terhalang beberapa rumah dari gudang minuman Muro. Apa tadi memang kesalahpahaman atau mereka tidak menganggap serius kata-katanya, pikir Vischelia.

Klik to Chapter XV


Terakhir diubah oleh richter_h tanggal 2012-07-16, 13:31, total 2 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-15, 12:55
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
DrDhoom 
Doomed Zombie
DrDhoom

Level 5
Posts : 629
Thanked : 22
Engine : Multi-Engine User
Skill : Intermediate
Type : Scripter

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Previous Chapter

Chapter 4: In Cage

Aku terus berlari... Kuhiraukan mereka yang berteriak teriak di belakang ku... Tinggal satu langkah lagi menuju gerbang, tiba - tiba penjaga di gerbang tersebut langsung menutup gerbang, sehingga akupun terbentur dan jatuh. Seketika aku langsung di gebuki dan di ikat bagaikan seorang narapidana. Padanganku kabur, dan akupun pingsan.

....

Aku mendengar suara gemerisik di sekitarku, seketika kubuka mataku. Kulihat ternyata hanya sekawanan tikus yang lewat dan kaget akan kehadiranku. Mereka langsung masuk kedalam lubang kecil yang ada di lantai dan menghilang. Aku mengeram kesakitan akibat kejadian yang tidak lama menimpaku. Tangan dan kakiku terikat rantai, cukup kuat untuk menahanku. Aku berada di sebuah ruangan lembab, dengan jeruji besi didepanku. Aku tebak, ini pasti penjara. Disekitarku sangat gelap. Satu - satunya cahaya yang ada hanya sebuah lilin di atas kepalaku yang ditaruh di atas sebuah lempengan besi.

Gelap... Pikiranku buyar. Aku memejamkan mataku. Aku tidak tahan akan kegelapan ini. Ini adalah penyiksaan terbesar bagiku. Rasanya, aku ingin bunuh diri sekarang juga.

to be continued
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-15, 16:21
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Aegis 
Legendary
Legendary
Aegis

Level 3
Posts : 2152
Thanked : 56
Engine : Multi-Engine User
Skill : Very Beginner
Type : Artist
Awards:


[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Chapter 3 : The Emejing SpiderAnus And The Goat's Salty Water Art

JRENG, tiba-tiba, ujug-ujug, sekonyong-konyong, eng ing eng, bakekok, cilukba, sesuatu yang harusnya tidak boleh disebutkan tersebut, benda yang dimiliki hampir semua orang maupun hewan di dunia, sesuatu entiti gaib dan ajaibku itu terasa sangat gatal, sangat gatal sekali banget, yaitu lubang pantatku. Ya, merasakan anus yang sangat gatal banget itu, otakku yang biasa dipakai cuma 1%, sekarang naik 0.1%, sungguh ajaib,bukan otaknya, tapi rasa gatalnya yang ajaib. Rasanya sangat ingin digaruk-garuk, dipencet-pencet, ditonjok-tonjok, dicaci maki, diberi sms ma minta pulsa, tapi pada waktu itu keadaan taman sudah sangat ramai, kemungkinan melakukan tindakan-tindakan memalukan yang bener-bener di atas batas kewajaran adalah tidak ada kemungkinan. Ya pokoknya begitulah intinya.

Saking gatalnya, aku pun tidak bisa berpikiran jernih, walaupun sebelumnya pun kurang bisa berpikiran jernih, padahal udah minum air jernih tiap hari. Mungkin rasa gatal ini adalah gara-gara aku cebok pake daun gak jelas tadi malam. Pada waktu itu. aku serasa dikhianati, sekali lagi seperti kesambar geledek, dikhianati oleh si daun, terutama si klorofil. Ternyata hanya namanya saja yang keren, padahal udah rencana kalo punya hewan kayak kura-kura atau batu bakal dinamain klorofil, kalo punya kolor baru juga pengen dinamain kolorfil, tapi harapan itu pupuslah sudah, sialan kamu klorofil.

Di situasi yang genting itu pun, aku memperbaiki genting rumah orang lain. Tanpa sadar aku pun melakukan hal-hal yang tidak perlu, seperti berjalan sambil moonwalk dengan dua tangan, ataupun makan nasi pakai snack pilus. Di tengah-tengah neraka dunia yang menggila tersebut, tiba-tiba pikiran ku bekerja agak lebih cepat sedikit sekali, aku harus menghilangkan rasa gatal ini. Namun ketika kutanya orang-orang di sekitar taman, tidak ada yang mau menggaruk pantat ini. Padahal mereka pun sering garuk-garuk pantat sendiri, apa bedanya pantatku dengan pantatnya ? Aku harus mencari air untuk cebok dan menghilangkan rasa gatal ini. Aku pun berlari-lari di dalam taman untuk mencari kolam buat cebok. Setelah berlari dan berlari, aku pun akhirnya menemukan kolam ikan. Namun, penglihatan pada waktu itu tidak dapat dipercaya oleh siapapun di dunia ini yang masih sedikit waras kejiwaannya. Seekor kambing sedang kencing di kolam tersebut. Aku pun bingung, harus cebok disitu atau tidak. Aku jadi teringat, sewaktu kecil pernah mempunyai trauma terhadap kencing kambing.

Pada waktu itu, hari sangat cerah, matahari bersinar sangat terang, di langit tidak ada awan, burung-burung berkicauan, ada pelangi, ada balonku ada lima, tapi semua itu bohong karena pada waktu itu langit sangat mendung. Di desa itu sedang terjadi kekeringan, gagal panen dimana-mana, air jernih sulit ditemukan. Namun sayangnya air sirup sangat melimpah, tapi pada waktu itu aku tidak suka sirup karena rasanya yang manis dan enak sekali dan rasa stroberi dan enak sekali dan segar sekali dan semua orang suka, makanya aku tidak suka. Maka kehausanlah diriku pada waktu itu. Aku pun pergi ke sungai dan berharap ada hujan karena langit sedang mendung. Tiba-tiba ada air mengalir di atas sungai. Aku pun sangat bahagia dan langsung meminum air tersebut. Namun pada saat itu, aku pun melihat hal yang menakutkan, lebih seram daripada melihat durian jatuh dari atas, lebih seram dari melihat tsunami sedang menerjang, atau melihat anak bugil dengan mulut berbusa membawa pisau sambil lari-lari. Aku melihat di hulu sungai ada seekor kambing yang sedang membuang water art dengan bahagianya. Mataku pun tiba-tiba serasa berkunang-kunang, perut serasa mual, tanganku bergetar, seluruh tubuhku kejang-kejang, dan aku pun pingsan.

to be continued...
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-15, 19:25
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Oscar 
Senior
Senior
Oscar

Level 5
Posts : 830
Thanked : 13
Engine : RMVX
Skill : Beginner
Type : Writer

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Chapter 1

Merchant Princess

Chapter 2

The Two Hunters




Morning, 06.00 AM
Northreach Mountain

Narrator: Artana Agile

Aku berlari menuruni bukit, melompati bebatuan menuju ke sebuah hutan pinus tak jauh dari situ. Aku berlari begitu cepat, aku tidak mau kalah sama si muka troll Varengir itu.

Kami berdua selalu berlomba jika ingin berburu, dan seperti biasa, aku pemenangnya.

Mau bagaimana lagi? Dia selalu ngotot memakai armor besinya dan membawa kapaknya yang berat saat berburu, sedangkan aku? Bajuku ringan, rompi kapas berwarna khijauan, sebuah busur panjang dari kayu dan beberapa anak panah. Enteng.

"Artana tunggu *puff *puff ... " kata Varengir yang kelelahan mengejarku.

Aku hanya tertawa. "Apa kau pikir bisa mengejar seekor elk dengan kecepatan seperti itu?" ejekku.

"Ah diam kau," katanya. Nafasnya masih terengah-engah Dia lalu menepuk pundakku dan menunjuk ke kejauhan. Tampak seekor elk bertanduk besar dan lebar sedang merumput.

Kutempel jari telunjukku ke mulut, memberi isyarat untuk tetap tenang. Aku menyuruh Varengir bersembunyi lalu aku mengendap-endap menuju balik pohon.

Tanpa terasa aku menginjak ranting kerik sehingga menimbulkan suara. Elk itu terusik, ia mendongak sebentar seperti sedang memastikan keadaan lalu merumput lagi.

Aku memeriksa arah angin dengan tanganku, memastikan anginnya tidak menuju ke arah elk itu. Karena rusa itu pasti akan lari jika mencium aromaku.

Ternyata angin berada di pihakku, arahnya menuju ke arahku sehingga membuat aroma badannku tidak tercium binatang itu. Kuambil sebuah anak panah, lalu kubidik elk itu.

Aku menahan nafas sebentar, lalu kulepas anak panah dari busurku. Anak panah itu melesat, meluncur dan langsung mengenai kepala elk yang malang itu.

Binatang itu mengerang sebentar, berlali beberapa langkah lalu ambruk.

Akupun memberi tanda pada Varengir yang bersembunyi di balik batu untuk mengikutiku.

"Kau berisik sekali," komentarku mendengar suara armor milik Varengir yang berbunyi gemrincing saat ia berlari.

"Tau ~lah, armor berat begitu." jawabnya.

Kami sudah berada di bangkai binatang itu, Varengir menggorok urat nadi leher binatang itu agar darahnya lebih cepat keluar sebelum binatang itu menjadi kaku. Daging elk yang berdarah rasanya tidak enak.

"Kenapa sih kau selalu memakai armor berat seperti itu? Sudah brisik, membuatmu jadi lamban, dan tidak membuatmu keren." komentarku pada lelaki kekar yang sedang mengikat kaki elk itu.

"Aku terlihat lebih keren, itu saja..."

Aku tertawa. "Keren katamu?"

"Hei manusia barbar, jika kau ingin memikat wanita dengan armor tebalmu, percayalah, itu tidak bekerja," godaku.

Varengir melirikku, raut mukanya memandangiku dengan aneh sedikit mengejek. "Jadi kau pikir selama ini aku sedang memikatmu ya?" katanya.

"Huh?... siapa yang mau dipikat oleh barbar sepertimu," ujarku ketus.

"Lagipula siapa juga yang memikat gadis bandit sepertimu. Jika aku ingin memikat seseorang, aku akan melakukannya dengan putri seorang saudagar yang cantik, anggun, dan tau bagaimana wanita itu seharusnya." katanya dengan gerak-gerik lebay. Membuatku ingin menonjok mukanya.

"Ah diam kau," ujarku agar dia tidak keterusan.

Varengir adalah temanku sejak kecil, kami selalu bersama dan sering bertengkar. Tapi mesti begitu kita tidak saling benci. Dia sudah seperti kakakku sendiri. Aku masih ingat bagaimana dia melindungiku saat penjarahan Desa Ironwood oleh para mercenary yang disewa oleh keluarga Moire.

Keluarga Moire sialan, seandainya saja aku sudah besar seperti ini, akan kulumat mereka.

Ayahku Arthar Agile tewas saat penjarahan itu saat usiaku masih 10 tahun, semenjak itu kami dan para bandit hidup berpindah-pindah, dari gua ke gua lain. Syukurlah sekarang kami punya tempat untuk menetap, dan ayah Varengir, Tuan Rothgar juga cukup baik padaku.

"Hei... kenapa kau senyum=senyum sendiri?" kata Varengir membuyarkan lamunanku.

"Ah... tidak... tidak ada apa-apa," elakku.

"Aha... kau diam-diam mengagumi armor beratku ya? " kata Varengir sambil memasang senyum menyebalkannya. "Ayo-ayo ngaku..." godanya sambil mengangkat alisnya berkali-kali.

"Huh..." aku hanya membuang muka.

Tiba-tiba terdengar suara auman, tak jauh dari tempat kami berdiri.

Varengir memberi isyarat padaku untuk berdiri di belakangnya. Matanya dengan was-was memandangi sekeliling.

"Ini bukan bidangmu, Arta..." katanya.

Aku mempersiapkan busur panahku dan mengambil anak panah. Siap memanah apa saja yang keluar di depanku.

"Auman apa itu?" tanyaku.

"Beruang..." katanya dengan penuh waspada. "Satu dua anak panah tidak cukup untuk membunuhnya."

Tiba-tiba dua beruang muncul dari semak-semak. Mereka mengaum buas dan tampak kelaparan.

"Tetap dekat denganku!" seru Varengir padaku.

Kedua beruang itu berlari menyerang. Aku terburu-buru menembakkan anak panahku sehingga meleset.

"Sial!" pekikku.

Varengir dengan berani berlari menuju kearah beruang-beruang itu. Salah satu beruang berusaha melompat dan mencakar Varengir dengan kedua cakar depannya. Dengan tangkas ia menangkis beruang itu dengan kapak besarnya, lalu dengan cepat ia menendang perut beruang itu hingga mundur kebelakang, lalu dia berputar mengayun kapaknya menhajar kepala beruang itu.

Beruang pertama tewas, namun beruang yang dibelakangnya menerkamnya.

"Varengir!!!" teriakku cemas.

Beruang itu membuatnya terjatuh, cakarnya mencabik badannya, tapi syukurlah, dia memakai armor berat.

Segera kupanah beruang itu hingga binatang itu mengerang kesakitan. Binatang itu lalu menoleh ke arahku.

"Oh tidak!" aku membayangkan apa yang terjadi berikutnya. Beruang itu mengejarku. Segera kucabut belati kecilku dan bersiap menghadapinya. Namun Varengir berdiri dan melompat di punggung beruang itu. Ia menusuk-nusuk belatinya di perut samping beruang itu.

Binatang buas itu meronta, menggerak-gerakkan badannya dengan liar sampai membuat Varengir terlempar. Belatinya terjatuh, kini dia hanya dengan tangan kosong. Masih belum sempat bangkit, beruang itu menerkamnya, namun dengan sigap ia menendang beruang itu hingga terpental.

Beruang itu terhenyak sesaat lalu ia berdiri dan mulai menerkam. Namun sebelum hal itu terjadi, anak panahku sudah menembus leher beruang itu, memotong urat nadinya. Beruang itu roboh, Varengir berguling menghindarinnya.

Varengin berdiri sambil membasuh dahinya. "Fyuhhh..."

"Hei... bilang terima kasih dong, aku sudah selamatkan nyawamu." kataku.

"Enak saja, kalau kubuarkan beruang itu, kau pasti sudah jadi sarapan mereka." balasnya.

Aku hanya mencibir.

"Tapi ngomong-nomong..." kata Varengir sambil mengambil nafas panjang. "Kita dapat tiga binatang buruan. Mau kita apakan mereka?"

"Kita ambil yang elk saja, buat apa beruang?" kataku,

"Hei, kuku beruang harganya mahal kalo dijual ke alchemist, kulitnya juga laris di pasaran." kata Varengir.

Aku berfikir sejenak. "Oke baiklah, ambil kuku-kukunya aja. Nanti kita berikan pada tuan Alarik The Swift agar dijual di kota. Kau tidak berniat mengulitinya di sini kan?"

Varengir tertawa. "Aku tidak mau menjadi hidangan makan siang oara beruang di sini."

Kami pun kembali, aku membawa kuku-kuku beruang di kantongku. Sementara Varengir memanggul elk. Dia cukup kuat, dia bisa membawa elk itu sampai ke puncak bukit.

Setelah setengah jam berjalan, kami pun tiba di atas bukit tempat tinggal kami. Varengir segera menurunkan elk itu di dekat gubuk seorang butcher lalu dia duduk bersandar. Nafasnya ngos-ngosan.

"Air... air..." katanya. Tangannya melambai-lambai padaku.

Kuberikan kantong airku padanya. Dia meneguk air itu dengan bersemangat.

"Hei... hei... jangan dihabiskan!" kataku.

Varengir melirikku sebentar lalu meneguk airnya sampai habis. Ia menjulurkan lidahnya, menadahi air yang menetes-netes dari kantung airku.

Aku hanya memandanginya sambil cemberut.

"Kenapa? Gimana kalau lain kali kau yang bawa elknya," kata Varengir sinis.

Aku hanya murung, lalu kurebut kantung airku yang sudah kosong.

Varengir menoleh ke arah gubuk utama. Disana tampak ramai.

'Ada apa disana?" katanya.

Aku hanya mengangkat bahu, lalu aku pun pergi kesana. Rupanya Alarik the Swift sudah kembali. Alarik adalah seorang pengintai, dalam bahasa Global tongue biasa disebut dengan scout.

Tugasnya adalah memetakan rute-rute dagang. Terkadang ia pergi ke kota untuk konfirmasi rute dagang.

"Oh, kau Arta... mana Varengir?" tanya tuan Rothgar disela-sela pertemuannya.

Aku hanya menunjuk kejauhan, tampak Varengir sedang duduk kelelahan.

"Jadi sampai mana tadi?" lanjut tuan Rothgar.

"Jadi begini, rute uatama akan ada sekitar 10 karavan dagang yang melintas, sedang rute utara mungkin hanya dua." jelas Alarik.

Tuan Rothgar mengelus-elus dagunya berfikir.

'Tapi kita ada masalah," lanjut Alarik. "Gara-gara seringnya bandit merampokjalur utara, kini patroli para penjaga kota diperketat. Sedang jalur utara adalah keluarga Moire."

"Sasaran empuk," celetukku.

"Tidak juga, menurut informasi yang kudapat mereka menyewa para mercenary dari Wolvenhunter. Kemampuan mereka tidak bisa diremehkan." jelas Alarik.

"Kita bisa menyerangnya mendadak, atau secara sembunyi-sembunyi." kataku bersi keras.

"Tidak... jangan..." sela tuan Rothgar. "Kita bukan tandingan orang-orang Wolvenhunter. Kita pilih jalur utama saja, kita target karavan bagian tengah, karavan ke-lima atau ke-enam."

"Tapi tuan Rothgar, darimana kita bisa tau kemampuan kita kalau belum mencoba?" kataku.

"Kita bukan tandingan mereka. Orang-orang itu cukup terlatih, segala kemungkinan sudah diperhitungkan oleh mereka." jelas tuan Rothgar.

"Kita kan juga bisa balik menyusun strategi..."

"ARTANA!!" kali ini Tuan Rothgar membentakku. Akupun terdiam, namun mataku masih tetap memandangi wajahnya.

"Ada apa ini?" tiba-tiba Varengir muncul di belakangku. Aku melihatnya sekilas lalu aku pergi meninggalkan kerumunan itu dengan langkah cepat.

"Arta...!" panggil Varengir, namun aku tidak menggubrisnya. Aku pergi meninggalkannya degan langkah cepat.

"Biarkan dia," sayup-sayup aku mendengar suara tuan Rothgar memperingatkan anaknya.

Aku tidak peduli, aku terus berjalan keluar desa menuju ke tepi tebing tempatku biasa menyendiri. Pemandangan di sana indah, pohon-pohon pinus yang berkabut di kejauhan, udara yang segar. Suasananya begitu menenangkan hati.

Aku masih dendam, aku masih belum bisa memendam amarahku. Terutama pada orang-orang Wolvenhunter. Aku melihatnya saat itu. Aku melihat bagaimana ayah terbunuh. Sebuah belati menembus jantungnya.

Tidak ada yang bisa kulakukan selain menangis dan meronta-ronta dibalik pelukan Varengir yang membawaku menjauh dari ayah. Aku melihatya roboh, aku tidak sempat mengucapkan selamat tinggal padanya.

Namun sekarang, apa yang terjadi? Tuan Rothgar malah menjadi pengecut. Dia tidak melakukan apa-apa demi membalaskan dendam ayah yang katanya adalah sahabat baiknya. Sekarang dia malah mentarget orang-orang lemah macam penjaga kota.

Aku pun berdiri, kusiapkan busurku lalu kuambil sebuah anak panah. Kuarahkan busurku ke horizon, menuju ke arah pepohonan pinus di kejauhan.

"Lihat saja Wolvenhunter, aku akan habisi kalian satu persatu!" kataku, lalu kulepas anak panahku hingga ia meluncur dengan cepat dan sampai menghilang tak terliihat di kejauhan.

To be continued...
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-15, 20:50
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
richter_h 
Salto Master
Hancip RMID
richter_h

Kosong
Posts : 1705
Thanked : 30
Engine : Other
Skill : Skilled
Type : Developer
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
The Tale of Vent McGraves
Chapter XV


Klik to Chapter XIV

Penginapan John Barrelmore. Dari namanya Vent bisa mengira ini juga merangkap sebuah bar, apalagi saat di depan pintu mereka mendengar sorak sorai banyak orang di dalam sana, bernyanyi dan bersorai bersama. Dan begitu dia dan Vischelia masuk, mereka disambut dengan pesta biang madu Nord. Mereka yang ada di bar lantai bawah menyanyikan lagu yang sama. Mereka menyanyikan lagu itu dengan Global Tongue alias bahasa global, yang biasa digunakan sebagian besar orang Eremidia.

We're merry men of Northreach
So strong and so stout
When the day is done
When it's time for fun
We'll drink and sing and shout!

You weak livered milk drinkers
Can let your throats run dry
Cause there's just one drink
That we will sink
Until the day we die


Dan juga satu lagu yang tidak kalah asik, mereka nyanyikan sambil bersulang bersama,

Chug a mug of mead
And another mug of mead
Chug another mug of mead
Till you fall down
Chug a mug of mead
And another mug of mead
Chug another mug of mead, warrior!


Sungguh asik banget, kata Vent. Vischelia membalas senyum saat beberapa orang yang mabok oleh biang madu yang notabene dibuat oleh orang-orang utara itu tersenyum pada gadis manis seperti dia. Mereka melewati orang-orang yang sedang bersenang-senang itu dan menuju ke orang yang duduk di belakang meja bartender. Sepertinya lelaki tegap kekar dengan baju dan rompi kulit adalah John Barrelmore, temannya oom Brom.

"Oh, jadi kalian yang bersama Brom..." John menyambut Vent dan Vischelia dengan hangat, sehangat biang madu Nord yang disimpan di dekat perapian. "Kalian bisa pakai kamar yang Brom biasa pakai. John beri diskon untuk kalian, karena temannya Brom adalah teman John."

Tawa John disambut dengan tawa Vent yang orangnya memang hangat bersahabat. Vischelia hanya bengong kenapa mereka tertawa.

"Oke, John akan antar kalian ke kamar kalian. Tidak perlu takut dengan orang-orang itu. Mereka memang selalu bernyanyi dan berteriak sepanjang hari sambil minum mead, tapi mereka orang baik. Jangan menyinggung mereka, dan kalian akan baik-baik saja."

--

"Inilah kamar yang bisa kalian pakai."

Di lantai atas penginapan, Vent dan Vischelia diberikan sebuah kamar yang lumayan luas dan nyaman, dengan lantai, dinding dan langit-langit kayu. Ada dua ranjang di kamar itu. Sepertinya kamar itu untuk dua orang. Cahaya matahari bisa masuk dengan lancar tanpa hambatan dari dua jendela yang menghadap langsung ke kota dengan latar belakang pegunungan bersalju.

"John lihat kalian suka kamar ini..." John kembali tertawa melihat Vischelia langsung melihat pemandangan dari jendela sementara Vent langsung tiduran di salah satu ranjang. "Jika ada apa-apa, panggil saja John."

Vischelia terus melihat pemandangan dari jendela. Terlihat beberapa orang lalu lalang di kota sementara awan begulung di tebing pegunungan. Belum puas melihat pemandangan dari jendela saja, dia melompat ke lantai dan ingin mengajak Vent untuk jalan-jalan di luar.

"Mumpung cerah dan rame," kata Vischelia yang terus mengguncang-guncang badan Vent yang sudah malas bangun. "Aku ingin lihat lebih banyak lagi pemandangan di luar sana. Sepertinya bagus kalau dilihat langsung di sana."

Vent lantas bangun, ogah-ogahan dia meregangkan badannya yang pegel terus duduk di karavan selama tiga hari perjalanan dari Northreach.

"Okelah, tapi kita nggak bakalan jauh-jauh dari kota."

Vischelia langsung membawa perlengkapan melukisnya, dengan semangat dan setengah lari dia membuka pintu kamar.

"Vent, ayo!" Vischelia terlihat begitu semangat, padahal selama perjalanan kemarin dia tidak sesemangat kali ini.

"Oke," timpal Vent rada ogha-ogahan dan ingin lanjut rebahan, "Tunggu di bawah aja duluan."

--

Vischelia--dengan wajah penuh semangat menunggu Vent turun di luar penginapan. Tidak lama kemudian, Vent muncul dari pintu penginapan sambil membawa sebotol biang madu.

"Ini buat ane doang," Vent langsung berkata begitu saat Vischelia melihat botol yang Vent pegang. "Soalnya di sana rada dingin, makanya ane bawa bekal buat hangetin badan."

"Oh, ane punya sesuatu yang kali aja ente suka."

Vent memberikan sebotol 'apple cider' alias sari apel ke Vischelia. Botol yang tidak terlalu besar, namun mungkin bisa menghangatkan badan saat diminum nanti, kata Vent. Apple cider itu juga buatan Vent saat dia melewati kebun apel di dekat Belmont's Town dulu, dan dia masih punya beberapa botol tersisa.

"Tenang," jawab Vent saat Vischelia khawatir dia akan mabok berat lagi seperti hari kemarin di Northreach. "Sari apel itu ngga bikin mabok-mabok amat, lagian itu sari apel kesukaan Charlotte dulu..."

Sekali lagi Vischelia mendengar nama Charlotte. Sepertinya Charlotte itu memang orang yang sangat berarti bagi Vent, gumamnya. Sebotol sari apel dia terus lihat, warna keemasan yang berkilau dari minuman itu memukaunya. Dia masukkan botol itu ke kantongnya yang gedenya naudzubileh; sepertiga dari tinggi badannya dan isinya rupa-rupa.

Lalu mereka melangkah ke luar kota, berniat mencari pemandangan indah pegunungan bersalju di luar sana.

--

Petang hari mereka baru kembali dari luar kota, setelah berkeliling jalan-jalan melihat banyak sekali pemandangan yang Vischelia bisa lukis; mulai dari gunung yang dihiasi gumpalan awan seperti kapas, pepohonan cemara dengan banyak jenis burung, beberapa ekor elk yang kepergok nongkrong di tanah bersalju, dan seekor beruang yang menyerang mereka dan berhasil Vent kalahkan dengan gaya. Pengalaman yang asik banget untuk mereka di alam liar sana...

Kembali ke penginapan John Barrelmore, dengan orang-orang yang gembira dan selalu bernyanyi bersama, mereka disambut dengan meriah. Vent dan Vischelia ditarik untuk ikut minum-minum bersama, bernyanyi dan sorak sorai bersama para pemburu, petarung dan orang-orang penikmat biang madu dan berbagai jenis minuman, tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan. Sampai malam mereka minum, bernyanyi dan bergembira bersama--kecuali Vischelia yang sudah bertekad berhenti mabok-mabokan, namun pada akhirnya dia ikut minum mead alias biang madu itu bersama. Beberapa gelas mungkin lebih dari cukup untuknya.

Bersama Vent yang membimbingnya untuk tidak terlalu mabok, Vischelia diboyong ke kamar dan ditidurkan di ranjang. Sementara, Vent menyimpan bawaan Vischelia di bawah tempat tidur Vischelia dan lanjut tidur di ranjang yang lain. Cahaya lilin menerangi kamar, lalu Vent meniup api lilin itu. Mereka harus beristirahat untuk besok hari. Sepertinya mereka berdua akan bangun kesiangan lagi seperti biasa jika malamnya mereka minum-minum.

"Vent..."

"Pisselia..."

Klik to Chapter XVI

Quote :
NB: Lirik lagu diambil dari Miracle of Songs - Nord Mead. Dengan sedikit perubahan. headbang
Dan juga, seperti yang ane tekankan berkali-kali, tidak ada kisah cinta diantara Vent dan Vischelia. Sekian. 8)


Terakhir diubah oleh richter_h tanggal 2012-07-16, 13:32, total 3 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-15, 21:16
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
NachtEinhorn 
Robot Gedek Galak
NachtEinhorn

Level 5
Posts : 1274
Thanked : 9
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Chapter 9: Instruction

Aku dan Kyrie masuk ke tenda besar, yang sepertinya milik gadis mungil berambut hijau, dan berkacamata yang mengadakan ekskavasi ini. Di depan pintu masuknya berjaga 2 orang kekar, memelototiku.

Di dalamnya terlihat sebuah meja lipat, dengan sebuah lilin dan beberapa carik kertas diatasnya, dan sebuah kasur lipat yang tergulung rapi.

"Baiklah" katanya. "Pertama, bisa kau memberi tahu apa yang tertulis di badan Zirah Ksatria itu?"

"NAG - 0099 Gearberos" jawabku. Kurasa aku tidak perlu memberi tahu lebih jauh tentang Velchen Guild.
"ooh, menarik sekali. Dan sekarang, bagaimana kau bisa membaca huruf kuno tersebut?"

Aku terdiam.

Aku sendiri juga tidak tahu apa yang harus aku jawab. Apakah aku datang dari masa depan, atau zaman inikah zaman depan? Akan tetapi, jika jawaban yang kedua adalah yang benar, kenapa teknologi di sini tidak semaju di Zelute? Tidak, jangankan Zelute, bahkan Festiana yang penuh dengan *cough* Sihir *cough* ngga jelas lebih maju dari tempat ini.

"Halooo, kau dengar aku tidak? Hei kakak berambut aneh~" tanya gadis pendek tadi lagi kepadaku.

"Uh, oh ya, jadi sebenarnya..." aku menemukan alasan yang sepertinya lumayan logis "Bahasa ini mirip dengan bahasa yang dipakai di tempat asalku"

Well, tidak dihitung ngibul kan?

"Oooh, begitukah? Hahaha, bagus!" Gadis itu menepuk tangannya "Akhirnya ada yang bisa membantuku mentranslasi kitab kuno yang ditemukan bersama Zirah Ksatria ini. Kakak berambut aneh, maukah kamu melakukan tugas tambahan ini? Tentu saja dengan bayaran ekstra yang lumayan besar"

Menterjemahkan... kitab?

"Bisa kulihat kitab apa yang kamu maksud?"

"Ah, ini"
dia memberiku sebuah buku kumal, yang ketika kulihat lebih lanjut lagi, samar samar terlihat sisa cetakan logo Velchen Guild di sampulnya. "NAG-0099 Blueprint and Manual" tercetak di bawah logo tersebut.

Aku harus menguak lebih lanjut hal ini. Dengan membaca baca blueprint... kitab ini, aku mungkin bisa mengetahui di zaman apa aku sekarang tinggal.

"Oke, beri aku waktu beberapa hari, akan kutranslasikan menjadi Bahasa Eremidia."
"Jadi kita sepakat? Yahoo!" gadis itu melonjak kegirangan.
"Ah, ya, omong omong kita belum berkenalan. Namaku Ryliene Von Taffres, Putri pertama keluarga Von Taffres. Senang berkenalan denganmu dan maaf atas ketidaksopanannya" kata gadis itu sambil sedikit membungkuk.
"A... aku juga minta maaf atas ketidaksopananku. Namaku Schneide Vanzelt, Hunter. Dan Sister yang bersamaku ini bernama Kyrie."
Kyrie pun tersenyum dan ikut sedikit membungkuk "Namaku Kyrie, Sister. salam kenal"
"Salam kenal" jawab gadis bernama Ryliene itu. "Kyrie... apakah hanya perasaanku atau aku pernah mendengar nama itu?" gumamnya pelan.

Kyrie sedikit bingung "Eh?"

Ryliene menjawab "A, tidak, mungkin aku yang salah"

Singkatnya, setelah memberi tahu Ryliene inn tempat kami tinggal, kami undur diri.

===============================================================================

Malamnya, aku mencoba membaca baca manual tersebut. Kulihat struktur Armored Gear yang ada di dalamnya, mirip dengan struktur Armored Gear yang kami miliki di guild, AG-03 TypeSpecter, dan versi customnya, AGX-03c NachtEinhorn. akan tetapi juga, Armored Gear yang memiliki kode seri NAG-0099 ini juga memiliki sistem yang lebih rumit, sehingga sulit untuk aku mengerti.

"Wow, sistem transformasi ke 'LandCrash' mode ini benar benar hebat..." sepertinya Gearberos ini memiliki kemampuan untuk merubah bentuknya agar dapat bergerak lebih efisien di daerah darat.
kubalik ke halaman berikutnya, dan kulihat foto wanita yang tidak kukenal, kulihat namanya...

Mataku serasa mau copot.

"Lily... Vanzelt?"

Siapa? aku tidak kenal Vanzelt lain selain kakak....

Kepalaku terasa berat. Aku tidak akan mendapatkan hasil lebih jauh jiak aku memaksakan diri. Akhirnya, aku menutup manual itu, dan tidur...

=======================================================

Selang beberapa hari, aku berhasil menerjemahkan manual tersebut, dengan sedikit modifikasi. Aku mengganti semua kata Vanzelt dengan Zonvolt, nama yang aku ambil dari salah satu tokoh anime idolaku saat aku masih kecil... hingga saat ini sih.

Pagi harinya, aku bersiap turun ke bagian lobby penginapan. Ternyata Ryliene sudah hadir di penginapan itu, dengan 2 pria kekar di sebelah kiri dan kanan nya.

"Ah, selamat pagi, Tuan Schneide Vanzelt" sapa Ryliene. "Selamat pagi, Ryliene, ini hasil transla..."
Tiba tiba 2 pria kekar tersebut berdiri, menghunuskan pedangnya, dan menodongkannya kepadaku.

"Eh?"
"Beraninya kau tidak sopan dengan Putri keluarga Von Taffress!" sahut salah satu penjaga itu.

"Kian, Kion, turunkan senjata kalian. Huh, kalian ini terlalu Overprotektif."

"Tapi Putri, dia tidak sopan..."

Aku akhirnya sadar. Ryliene ini tampaknya berasal dari salah satu keluarga terpandang di Eremidia, dan aku memanggilnya hanya dengan nama. Dan sialnya sepertinya dia mendapat penjaga yang terlalu ketat, hingga salah panggil saja berakibat ditodong pedang begini.

Pikiranku mulai berpikir yang tidak tidak. Apakah gadis ini juga tipe gadis yang memandang rendah orang lain, seperti putri putri bangsawan pada umumnya? kalau iya, It's nyolot time...

"Maafkan mereka, tuan Schneide, mereka sering begitu"

"Err... sudah biasa?" jawabku gugup. Ok, kayaknya Ryliene ngga seperti putri putri bangsawan mainstream. Dia lembut dan sopan. bahkan lebih sopan dari saat kami pertama bertemu di gua Ekskavasi. Di sana kata katanya sedikit kasar, seperti berusaha membaur dengan para penambang. Disengaja atu tidak, Plan nyolot canceled.

Aku menyerahkan "kitab" dan hasil translasinya ke Ryliene, dan mendapatkan upah tambahan.

"A,anu" kata Ryliene sebelum berpamitan "Jika tuan tidak sedang menjalankan quest, maukah tuan, err... menerima misi lagi?"

"Tentu, kenapa tidak" Jawabku "Dan ngga perlu memanggilku tuan. Cukup Schneide saja" kataku smbil mengacungkan jempol.

"Ka-kalu begitu, mohon Tu- Schneide, dan Sister yang bersama Schneide, menyiapkan diri"

"Eh?"

"Dalam 3 hari ini, saya akan pergi ke utara untuk melakukan 'percobaan' terhadap Zirah Ksatria di Villa kami, dekat Northreach. Mengingat cuaca Utara yang ekstrim..."

Percobaan? Mungkinkah dia akan mencoba mengaktifkan kembali Armored Gear itu?
Kesempatan ini tidak boleh dilewatkan.

"Ok, dalam 3 hari, kami akan bersiap siap!" ucapku bersemangat.

===================================================

Setelah Ryliene undur diri, aku segera mengetuk kamar Kyrie. Kyrie membuka kamarnya, dengan muka masih rada mengantuk.

"Bersiap siaplah! 3 hari lagi, kita ke utara! Ada Misi penting!"

To Be Continued
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-15, 21:35
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Dezwil 
Moderator
Moderator
Dezwil

Kosong
Posts : 310
Thanked : 7
Engine : RMVX
Skill : Advanced
Type : Developer

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
from chapter 4

Chapter 5: Bad Route

Sampai di North Cave.
Sekitarnya hanyalah rumput2 hijau dan sedikit pepohonan.
Di depan ada pintu masuk goa. Sepertinya goa ini langsung turun ke bawah.
SIap-siap menghadapi banyak monster.
Molfone, "Punya sihir yang membuat sekitar kita terang kan?"
Fion, "Iya punya."
Kami segera memasuki goa dan jalan ke bawah.
Terdengar suara kelelawar dan angin lewat yang seperti teriakan setan.
Sekitarnya sudah mulai gelap. Fion mengeluarkan Rune Book dan mulai mengeluarkan sihir.
"Dewa, izinkan kami menggunakan cahayamu untuk menunjukan jalan yang sebenarnya..
Flash Light!
Muncul cahaya yang begitu terang dari buku Fion. Buku Fion menjadi sebuah bohlam yang menerangkan sekitar kami.
Cena, "Dengan ini kita bisa melihat jelas sekitarnya."
Kami berjalan dengan hati-hati perhatikan sekitarnya.
"krekk.. krekk.."
Tiba-tiba terdengar bunyi yang ringan tetapi jumlahnya cukup banyak.
"Merekakah...?"
Fion segera siap-siap untuk mengeluarkan spellnya.
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 %E3%82%B9%E3%82%B1%E3%83%AB%E3%83%88%E3%83%B32
"krtetetetetetetekerekrek!"
Muncul skeleton dengan jumlah yang amat banyak.
Aku tidak sengaja teriak Waw! karena saking banyaknya.
Molfone, "Takut karena kalah jumlah? Innalilahi~ :fa:"
Fion mencoba mengeluarkan sihir Fire tetapi apinya tidak muncul.
Jelas, ini di dalam goa. Dan api tersebut jatuh dari langit tetapi api tersebut dihalang oleh goa.
Molfone, "Kamu bodoh atau apa. Mikir dulu sebelum mengeluarkan spell! Jangan memakai spell yang muncul dari langit!"
Fion, ":ngacay:"
Fion tampak sedikit melas dan Magic Point dia kebuang sia-sia.
Cena, "Akan ku urus satu per satu!"
Mencoba maju dan menyerang skeleton.
Molfone, "Ini lagi! Lawan segitu banyak berani maju sendirian!"
Cena, "!"
Aku ngerem mendadak. Tetapi lenganku dipegang oleh skeleton dan juga kakinya.
Aku tidak bisa melakukan apa-apa.
"Uuukh... Sial..! Woy Fion! Bantu kek! Ny. Molfone juga bukannya bantu!?"
Fion, "......! :o Oh iya! Rasakan ini, Thunder!"
Panah listrik menyerang para skeleton yang sedang menahan aku.
Berhasil lolos dari mereka.
Tetapi tidak lama kemudian skeleton itu bangkit lagi.
"Ukh, apa mereka tidak mempan spell!?"
Fion tampak panik.
Cena, "Sihir tidak mempan. Bila ku maju langsung ketangkap. Bagaimana ini...!?"
Molfone, "......... :ckck:"
Cena, "Ny. Molfone, apakah ada cara yg baik untuk lawan mereka!?"
Molfone, "................Untukmu, untukmu yang sekarang, tidak ada. Kamu tidak akan bisa melawan bahkan mengalahkannya!"
Cena, "!?"
Fion, "!?"
Cena, "Lalu...!? Kenapa testnya seperti ini!?"
Molfone, "Berarti kamu memang tidak pantas untuk menjadi anggota guild kami!"
Cena, "....!! :o"
Fion, "Tidak...! Masih ada harapan!"
Cena, "Apa...!?"
Molfone, ".......!"
Fion, "Hampi saja ku lupa keberadaan spell baru ini.. Mungkin karena baru jadi aku tidak begitu dipandang.."
Cena, "Lah, gimana maksudnya itu...? :swt:"
Fion, "Purification...! Dengan spell ini kita bisa mengalahkan skeleton dalam sekejap!"
Molfone, "...... hmph. :fa:"
Cena, "Akan ku tarik perhatian agar castingmu tidak terbatal."
Mencoba menarik perhatian skeleton untuk menyukseskan spell Fion.
Ini demi keberhasilan test kami ini...!
"Cahaya mengkilap menerangi bumi dan isinya. Hapuskan kegelapan yang ada di muka bumi ini! Dan sucikan kami dari tangah setan! Purification!"
Cahaya suci yang menerangi sekitar kami. Membuat para skeleton shock dan berhasil melepaskan roh jahat dari tubuhnya.
"Aaaaaaaaagh..." Suara roh-roh jahat telah meninggalkan tubuhnya dan terhapus oleh
cahaya spell.
Semua sekelton yang ada di sekitar kami berhasil mati.
Fion, "Yeah! Berhasil!"
Cena, "Nice Job, Fion!"
Molfone, "Pekerjaan yang bagus.. "
Fion, "Terimakasih nenek, atas spell yang anda berikan! Ternyata tertolong untuk menyelesaikan test ini...!"
Molfone, "....................."
Cena, "Nah, dengan ini test kita selesai bukan? Tinggal lapor master dan menjadi hunter secara formal...! =w=b"
Molfone, "Tidak."
Cena, "!!"
Fion ,"!! ..............Nenek..?"
Molfone, "....Kalian semua tidak lolos tst hunter.."
Cena, "Loh!? Kenapa...!? Kita berhasil mengalahkan skeleton! Syarat lolos test sudah kami lakukan!"
Molfone, "Kau kira.. Menjadi hunter itu semudah ini...!?"
Cena, ".....!!?"
Molfone, "Dari tadi ku lihat, kalian ini benar-benar bodoh! Ampas!"
Fion, ".....! APA!? :kesel:"
Molfone, "Aku sudah melihat kemampuan kalian sejak dari kalian melawan Goblin Chief."
Cena, ".....! Jadi, andakah yang menolong kami!?"
Molfone, "Tidak berguna kekuatan kalian.. Dengan kemampuan secuil gitu ingin menjadi hunter? Hah! Benar-benar membuatku kesal!"
Cena, ":grr:"
Molfone, "Kalian tahu? Aku yang kekuatan sperti ini. Yang kalian pandang hebat! Aku ini hanyalah hunter rank B!"
Cena, "!?"
Fion, "B!? ....Tidak mungkin...!!"
Molfone, "Sudah cukup untuk tes kemampuan kalian. Kalian dicap sampah oleh guild kami.
Selamt tinggal kalian.. Kalian cocoknya menjadi Junker :twisted:"
Fion, "... Nenek sialan...! :FU:"
AKupun menjadi marah dan menyerang Molfone. Begitu juga Fion langsung siap mengeluarkan spell untuk menyerang Molfone.
Cena, "Rasakan ini!"
Fion, "Hanguslah kau, Thunder!"
Spell Fion dan seranganku maju bersamaan.
Molfone hanya senyum melihat kami...
"......................Musnahkan ketidakgunaan dari dunia ini. Berikan sanksi kepada mereka yang tidak tahu apa-apa. Indignation!!"
Muncul bola kegelapan dari buku Molfone. Tiba-tiba tubuhku dan spell Fion danjuga dia terhisap oleh bola itu dan bola tersebut meledak mengeluarkan kegelapan yang merasa ngilu. Tubuhku dan Fion tiba-tiba berguncang secara cepat dan penglihatanku menjadi gelap...


"Junker.. Istilah yang cocok untuk kalian..."

To Be Continued...
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-15, 22:45
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Signus Sanctus 
Newbie
Newbie
Signus Sanctus

Level 5
Posts : 69
Thanked : 3
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Developer
Awards:
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Chapter 13 Link

Chapter XIV : The Monster of Hero

"FINAL BLADE SAVER!!!!"

*SLASH'D!!!!!!!

Minotaur terakhir berhasil kutebas, sejauh pandanganku melihat, sama sekali tidak ada lagi bayangan seekorpun Minotaur di sekitar desa Clemates yang terletak tepat sebelum perbatasan antara Grand Desert dengan Kingdom Road yang langsung menuju kerajaan Eremidia ini, sepertinya serangan mereka terhenti sejenak.

"Ini sudah yang ke 10 kalinya mereka menyerang tempat ini...."

Ucap Hibana, dan menghitung yang kali ini, sudah lebih dari 5 hari aku, Elicia, dan Hibana terus berada di kota ini, mengambil Quest Class B untuk melindungi kota dari serangan Minotaur.

"Ada yang sedikit aneh...."

Ucapku sedikit bingung.

"Kudengar dari Leila, Minotaur memang memiliki kekuatan besar, namun reproduksi bangsa mereka tidak terlalu sering, seharusnya bangsa mereka tidak mungkin sebanyak ini...."

"Apakah Minotaur yg baru itu bisa melahirkan banyak Minotaur?"

Ucap Elicia spontan, membuatku memegag dahiku dengan keras dan Nina hanya bisa geleng - geleng mendengar ucapan Elicia, memang sudah terduga pikiran Elicia tidak sepintar General lainnya, namun tetap saja mengejutkan.

"Satu - satunya cara untuk menghentikan serangan mereka adalah dengan menyerang langsung sarang mereka dan mengurangi populasi mereka...."

Sambil aku berkata seperti itu, aku memandangi Hunter License ku dengan sedikit emosi, berkat penjagaan ketat Dnasman, aku benar - benar tidak bisa naik menjadi Rank A dengan mudah.

"Sial, andaikan saja ada cara lain untukku mencapai Rank A...."

"Kau mau mencapai Rank A?"

Segera setelah aku melontarkan gumamanku sedikit keras, seorang laki - laki dibelakangku yang cukup familiar mendatangiku dan menawarkanku sebuah solusi yang cukup mengejutkan.

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Q14l8

"Master Alquerio..."

Ucap Leila sambil memasang postur hormat.

"Kalau kau memang bersedia untuk mencapai Rank A, aku bisa membantumu...."

Membantu?

***

"Tempat apa ini...?"

Aku menaiki Tower tinggi yang terletak di sekitar barat laut dari Eremidia, butuh perjalanan lebih dari 3 hari dari Eremidia kemari, dan dihitung dengan perjalanku dari Desa Clemates, kurang lebih 4 hari.

"Tower of Oblivion. Tower ini sempat dibentuk oleh Magus sebagai tempat untuk pengintaian Eremidia, namun sejak kekalahan kerajaan Garnean, Tower ini hanya tower kegelapan yang jarang didatangi oleh orang lain."

Aku cukup kagum dengan luasnya pengetahuan orang ini tentang tower ini, bagaimana ia bisa tahu bahwa tempat ini adalah milik Magus.

"Kau sepertinya tahu banyak tentang Magus..."

Aku mencoba memancing pembicaan dengannya, aku cukup penasaran dengan Magus ini sendiri, dengan ia yang telah melahirkanku, Lichty, dan kelima Chrome Familia yg lainnya...

"Aku adalah keturunan dari salah satu pengikut Magus...."

Aku lumayan syok dengan jawabannya, kenapa ia bisa dengan mudahnya memberitahukan identitas aslinya padaku, dan kenapa ia bisa menjadi salah satu orang yang memiliki jabatan tinggi di Eremidia.

"Mungkin kau penasaran dengan apa yang kulakukan di Eremidia atau kenapa aku memberitahukan hal ini dengan mudahnya padamu...."

Tak lama kemudian, aku dan Alquerio sampai di sebuah ruangan yang cukup besar dan megah, namun aku mampu mencium bau darah yang menggelinang di tempat ini, sangat pekat, namun tidak ada satupun mayat ataupun bekas darah ditempat ini, semuanya bersih.

"Akan kuberitah setelah kamu mengalahkan monster itu...."

Alquerio menunjuk kepada 1 orb yang ada ditempat itu, kulihat itu bukanlah suatu obyek biasa, aku merasakan sesuatu yang sangat mengerikan dari objek tersebut.

"S Class Monster, DoppleGanger."

Aku terkejut mendengar ucapannya, pantas saja ia bisa dengan entengnya memberikan bantuan kepadaku, sekalipun ia tahu konsekuensinya menaikkan rank seorang hunter sepertiku dengan mudahnya.

"Heh, lagipula aku tidak mengharapkan sesuatu yang lebih mudah daripada ini... Dan lagipula bukan berarti aku tidak bisa mengalahkan belahan diriku sendiri kan?"

"Tidak, kalau hanya sekedar DoppleGanger biasa, aku sanggup mengalahkannya...."

Eh? Apa maksud ucapannya tersebut.

"Tidak ada yang tahu sebelum mencoba...."

Aku melangkah, mendekat Orb hitam tersebut dan kulihat ia mulai mengambil bentuk manusia.

"Pada kenyataannya, DoppleGanger biasa yang meniru bentuk lawannya sendiri hanyalah Monster Class A, namun untuk DoppleGanger Class S...."

Dan terlihat sosok yang benar - benar familiar untukku, sosok yang mampu membuatku merinding, sosok yang membuatku selama ini menderita, sosok yang selama ini telah membuatku lepas diri, dan sosok yang terus tertanam di batinku selama entah berapa ratus tahun, atau bahkan ribuan tahun....

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 FJVWA

"Suzaku Trance....!?!?!?!?!?!"

Ya, Hero yang dulu pernah mengalahkanku pada masa perang antara Eremidia melawan Garnean, dan yang bertukar posisi denganku ketika aku hampir tersegel, menyebabkan ia sendiri yang tersegel.

"DoppleGanger ini mampu mengambil wujud ketakutanmu yang paling dalam, dan bahkan memiliki kekuatan yang jauh lebih tangguh daripada sumber ketakutanmu...."

Tubuhku bergetar, tak sanggup menahan kuasa ini lebih jauh, seluruh tubuhku merinding, seakan tubuhku diambil alih oleh seekor setan penakut ketika melihat sosok tersebut.

"GWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARH!!!!!!"

Aku langsung menerjang sosok tersebut tanpa jeda, dan seketika itu juga...

*CLANG!!!!!!

Pedangku dan pedang monster ini beradu dengan keras, gerakan dan caranya menangkis pedangku terasa sama, aku tidak bisa berpikir jernih, kedua mataku hanya dipenuhi oleh sosok mengerikan yang berdiri tepat dihadapanku, aku hanya bisa terus menyerang, menyerang dan menyerang.

"Shining Blade Cut!!!!!"

Aku mengeluarkan jurus andalanku seperti biasa, namun...

*BLAM!!!

Ia mengeluarkan sihir api dari tangannya, menghentakkannya ke tanah, dan membuat badannya terpental kebelakang, menghindari seranganku dengan mudahnya.

"Cih....!!!!! kalau begitu terima ini, FINAL BLADE SAVER!!!!"

Kulepaskan tenaga tebasanku melesat menuju monster itu dengan kecepatan penuh, namun seketika itu juga ia membuka telapak tangan kirinya dan...

"Mana Control...."

Ia menghilangkan energi mana tersebut dengan tangan kirinya, seakan - akan itu adalah hal yang mudah.

"Hybrid Skill; Flame Drift."

Monster tersebut mengeluarkan gelombang api yang tidak begitu cepat, aku dengan mudahnya memperhitung jarakku dan serangan tersebut, kemudian menghindarinya....

*ZRASH!!!!!

Dan tanpa kusadari serangan itu telah membelah setengah perutku, aku hanya bisa syok menatap perutku yang terbuka setengah itu dan mempertanyakan bagaimana orang sepertinya bisa mengeluarkan serangan yang membingungkan seperti itu.

"Guuu... GAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!!!!"

Aku hanya dapat menyerang membabi buta dengan seranganku yang terbatas, namun ia menghindari semua seranganku, atau lebih tepatnya, setiap aku melakukan serangan tertentu, ia selalu berada diluar jarak seranganku, dan kemudian kembali dengan cepat supaya serangannya sampai kepadaku.

"Hybrid Skill; Desperate Thrust"

Kembali ia melakukan serangan tusukan - tusukan mematikan kepadaku, aku berusah payah menghindari serangan - serangannya, namun akhirnya tubuhku pun tercabik - cabik tidak karuan hingga aku hanya mampu menggerakkan tangan kananku dan kaki kiriku.

"Argh.... aghk...."

Mustahilkah bagiku untuk mengalahkannya? meski ia bukan orang yang mengalahkanku.... meski ia bukan manusia yang sama....

"Hybrid Skill; Agito Firewing."

Dengan kecepatan tinggi, Doppleganger itu menusukku ditengah - tengah dadaku, dan dengan sekejap membakar seluruh jiwa dan ragaku dalam sekali telan, aku yang sudah terbiasa dengan rasa sakit, mulai berteriak dengan rasa sakit yang diberikan oleh tiruan ini.

"AAAAAAAAAAAAAAAGHK!!!!! GHAAAAAAAAAAAAAHK!!!! GRAAAAAAAAAAAHK!!!!!!!"

Inikah akhir dari kehidupanku? mati ditangan tiruan orang yang telah mengalahkanku...? Setidaknya aku yang seorang monster ini tidak punya penyesalan....

---------------------------------------------------------------

(Reminiscing of the Past)

"Phoenix-sayang~"

"Ya?"

Aku dan Leila yang sedang berada dalam 1 ranjang dikamar yang sama, saling bertatap mata satu sama lain, sambil terkadang mencium kepala ataupun pipi masing - masing.

"Serakah kah aku.... jika aku menginginkanmu untuk tetap hidup sampai akhir hidupku bersamamu...?"

Aku menatap dalam - dalam mata Leila, ia sangat ingin aku mejawab pertanyaan tersebut, aku tahu Leila sangat terpukul akan kematian adiknya, namun aku sendiri belum tahu banyak tentang Leila, dan aku tidak ingin melukainya lebih dalam lagi, namun aku akan siap jika ia sudah siap ingin memberitahukanku tentang masa lalu. Aku mengelus pipi Leila sambil berkata...

"Aku akan terus hidup... demi kamu, dan demi anak kita...."

"Phoenix.... sayang....!"

---------------------------------------------------------------

DEG!!!

"GAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!!!!!!!"

Kudorong pedang monster biadab ini pelan - pelan keluar dari dadaku, monster itu tetap berusaha mendorongnya, namun dengan sisa tenagaku yang ada, aku terus menerus mendorong pedang itu dari tubuhku yang sudah berlubang ini.

"EX..... TEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEND!!!!!!!!!!!!"

*BYAAAAAR!!!!!!

Kuledakkan aliran energi yang ada dalam tubuhku untuk mementalkan monster tersebut, darah terus mengucur dari seluruh tubuhku, pikiranku menjadi lebih jernih, dan entah mengapa pandanganku semakin jelas, kemudian sekilas aku mengingat ajaran yang diberikan oleh Hibana padaku...

"Fokuskan seluruh kesadaranmu dalam pedangmu, jika kamu dapat menguasai ini, kamu akan dapat melakukan segala macam serangan apapun yang kamu inginkan, dan kamu dapat membelah apapun yang kamu inginkan...."

Ya, aku lupa Monster dan Manusia itu adalah dua entitas yang sangat berbeda, jika mereka memfokuskan kesadaran kepada senjata, maka untuk monster adalah dengan memfokuskan energy kepada senjata. Kuambil pedangku yang tergeletak di lantai, kupusatkan seluruh energy ku kepada pedangku.

"Extend!"

*BWOOOOOOOOOOSH!!!!

Pedangku mengeluarkan aura yang pekat, tajam, dan mengintimidasi, aku merasakan keraguan pada gerakan Monster yang ada didepanku. Ya, aku lupa akan satu hal, hanya karena dia mampu menyerupai gerakan dan kekuatannya, tetap banyak hal yang sangat berbeda darinya denganku.

"Sungguh ironis, dulu aku yang seorang monster melawanmu yang seorang manusia, sekarang aku adalah manusia, meski tidak sempurna, melawanmu monster...."

Aku menyiapkan kuda - kuda baru untuk seranganku, serangan yang kupastikan akan mengenai monster itu dengan telak.

"Hybrid Skill; Agito Firewing!"

Aku terus bernapas, kuabaikan semua rasa takut, semua rasa trauma, semua rasa keraguan yang tertanam dalam - dalam.

"HISSATSU!!!!!!!!Chaotic Deep Hazard!!!!!!!!!!!!!"

*CRING!!!!!

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 P9oxD

"愛がなければ、みえない (Ai ga Nakereba, mienai) [Without Love, You cannot see it]"

Kulepaskan 16 tebasan dalam 1 gerakan, dengan menggunakan semua energi yang kufokuskan pada ujung pedangku, dan kuledakkan semua tebasan itu pada timing yang sama, meledakkan musuh dari dalam dan memberikan luka external yang cukup dalam.

.......................................

Keheningan merajalela, baik diriku maupun Doppleganger yang ada dibelakangku terdiam, namun perlahan - lahan aku sedikit tertunduk dan mulai ambruk, aku hampir tidak mampu menahan lukaku yang sudah terlalu dalam.

"You have a great skill, it's been a long time since I've fought that serious, you've already surpased the Great Magus, o Warrior of the new age...."

Mendadak sosok hitam tersebut menghilang ditelan kegelapan, setelah mendengar ucapannya, aku cukup bangga karena berhasil melampaui ayahku sendiri, aku tersenyum kecil sambil mencoba menahan badanku dengan pedangku.

"Kau berhasil, sunggu mengejutkan...."

"Alquerio...."

"Maaf aku tidak membantumu sama sekali, jika monster itu mendeteksi ada orang lain disekitar arena pertarungan tersebut, ia bisa membelah diri menjadi dua dan kamu akan kesulitan melawan mereka berdua...."

"Memangnya kamu tidak bisa menahannya?"

"Sayangnya, mentalku tidak sekuat dirimu...."

Alquerio hanya dapat tertunduk malu dihadapanku, entah karena ia seenaknya memintaku untuk mengalahkan Doppleganger itu atau karena ia tidak sekuat diriku.

"Di pintu inilah tujuanku kemari..."

Alquerio menunjuk pintu lemari yang sangat besar tersebut, dan kemudian dengan sihirnya Alquerio membukakan lemari tersebut.

"Pedang?"

"Sword of Destiny, pedang takdir yang dibuat oleh Magus untuk menghisap kekuatan sang Prince of Darkness...."

Pedang takdir yang digunakan untuk menghisap kekuatan orang lain? Aneh sekali sense penamaan Magus....
Tapi kalau kupikir - pikir...

"Ia yang mendapatkan kekuatan baru, sama saja mengubah takdirnya sendiri...."

"Benar, bersamaan dengan saat ia memperoleh kekuatan baru dari sang Prince of Darkness, pada saat itu juga, takdirnya berubah jauh dan menjadi Magus yang sekarang semua orang tahu...."

"Dan inikah alasanmu mengajakku kemari?"

"Benar, Phoenix, atau Chrome Arphage, salah satu dari 7 Heavenly God yang dibuat oleh Magus...."

Aku hanya menatap Alquerio dingin, aku sudah bisa menebak ia sudah tahu segalanya tentangku dari pertama kita bertemu.

"Ini...!"

"Eh?!?!?"

Pedang itu dilemparkan kearahku, dan secara bersamaan, pedangku yang selama ini kupegang berubah menjadi Sword of Destiny.

"EH?!?!"

"Aku ingin kau memegang pedang tersebut...."

"Apa maksudnya semua ini?!?! Kau membantuku mencapai Rank A, sekarang kau memberikan pedang berharga ini kepadaku?! Apa tujuanmu sebenarnya?!?!?"

".............................."

Alquerio terdiam sejenak sambil tertunduk.

"Aku mempunyai seorang istri...."

"Hmm?"

"Dia adalah seorang Hunter, ceria, baik, cerdik, dan juga rendah hati...."

Apa maksudnya dia tiba - tiba berbicara tentang istrinya...?

"Namun, ia... telah tewas ditangan seekor S Class Monster.... sang naga legendaris, Kirin."

Kirin...? Aku belum pernah mendengar nama monster tersebut....

"Dan yang mengabarkan kematiannya adalah... seorang stray Hunter berambut merah dan penuh dengan bau darah...."

Eh....? Jadi selama ini....

"Chrome Arphage!!!!"

Alquerio maju kehadapanku, kemudian bertekuk lutut dihadapanku, dan membuka topengnya dan menunjukkan mukanya kepadaku, muka yang mungkin menurut manusia sangat menjijikkan, tubuhnya penuh bekas jahitan luka dan memar, entah darimana.

"AKU MOHON!!! BALASKAN DENDAMKU PADA MONSTER BIADAB ITU!!!!! WANITA ITU TIDAK BERHAK MENERIMA SEMUA INI, WANITA ITU.... WANITA YANG MAU MENERIMA LELAKI BIADAB DAN MENGERIKAN SEPERTIKU...!!!!!! TIDAK SEHARUSNYA IA MATI DENGAN TRAGIS SEPERTI INI!!!!! KUMOHON!!! AKU PAHAM AKU MEMINTA YANG TIDAK - TIDAK KEPADAMU, TAPI.... TAPI....!!!!!!"

".................."

Aku menarik nafas sejenak, kemudian aku menjawab pertanyaan Alquerio....

"Janjiku pada Leila adalah untuk tetap bersamanya...."

Alquerio sedikit kecewa ketika aku mengucapkan setengah kalimatku...

"Tapi jika aku berhasil menemukan monster itu, akan kupenuhi itu semua, untuk mengembalikan semua pertolongan yang telah kamu beri."

Dan senyuman lebar menghiasi muka Alquerio yang hancur, ia terlihat sangat bahagia dan kembali menundukkan kepalanya kepadaku.

"TERIMA KASIH BANYAK, ARPHAGE!!!!!!!"

***

"Dan begitulah, berkatnya, aku berhasil mencapai Rank A dan mendapatkan pedang baruku~! semua berakhir dengan damai~!"

"BERAKHIR KAKIMU!!!! LIHAT LUKA PERUTMU!!!! LIHAT BADANMU!!!! KAU PIKIR KONDISIMU YANG SEPERTI INI KAMU BILANG DAMAI?!?!?!?!?!"

Teriak Leila murka dirumah sakit besar Eremidia, wajar saja, sudah tidak pulang - pulang selama lebih dari seminggu, sekarang malah kembali membawa tubuh sekarat yang hampir mati ini.

"Le... Leila... kalau kamu teriak - teriak seperti itu, bayimu bisa stress...!"

"Bayi monster ini~, seharusnya teriakan seperti ini hanya sebuah erangan monster saja kan~?"

Entah sarkasme atau reality, tapi mudah sekali Leila berkata seperti itu.

"Tapi setidaknya selain kamu berhasil mengalahkan orang yang menjadi traumamu, kamu berhasil menyelesaikan latihanmu selama berminggu - minggu, kurasa ini adalah pencapaian yang sangat besar...."

Tidak, aku belum dapat mengalahkannya, karena monster itu dan lelaki itu...
Kemampuan mereka berdua masih berbeda, Monster itu tidak bisa merasakan ini...
sesuatu yang telah kudapatkan setelah aku bertemu Leila....

"Leila..."

"Apa?"

Jawab Leila ketus.

"あいしてる (Aishiteru)[I love you]"

"EH?!?! APA YANG KAU UCAPKAN TIBA - TIBA, PHOENIX?!?!?!?!"

Leila langsung panik dan kalang kabut mendengar ucapanku yang keluar secara mendadak.

"Dasar...!"

Leila langsung mendekati mukaku dan mulai menggerakkan bibirnya yang halus merona kemerahan.

"私もあいしてます (Watashi mo Ai shitemasu) [I love you too]"

Dan dalam sekejap sekelilingku dan Leila menjadi hening dan sepi, sepertinya ketika aku mengucapkan kata barusan, semua orang meninggalkan ruangan ini.

"Phoenix...."

"Leila....

Aku masih sakit, jadi tolong pelan - pelan...."

"Ihihihi~

You're so hopeless~...."

selesai mengucapkan kata - kata tersebut, aku dan Leila saling menempelkan bibir kami masing - masing, saling melahap kedua bibir kami dan menelusuri bagian - bagian terdalam mulut kami berdua dengan lidah kami, dan meneruskan aksi kami diranjang seperti apa yang kami lakukan akhir - akhir ini.

To be continued in Next Week
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-15, 22:55
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Cloverfield 
Novice
Novice
Cloverfield

Level 5
Posts : 254
Thanked : 27
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Artist

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Episode IV After Storm, Spring Is Coming

Air mataku mengalir hangat di pipiku, Mungkin sekarang ini aku sudah mati... Gadis berambut pirang itu terlihat kebingungan melihatku, dan bertanya.
"Ada apa? ada yang sakit?"
"Sakit? bukankah aku sudah mati karena semburan Chrome Disaster... Ini di surga ya?"
Gadis itu terdiam sejenak, lalu dia tertawa kecil. Aku tidak mengerti, aku jadi ingin menangis, maka menangislah aku sambil memejamkan mata. Kematian yang sangat mengerikan, dibunuh oleh Chrome Disaster hanya karena sedang mencari tumbuhan untuk membuat ramuan cinta.
"Wuaaaaa tidaaaaaaaaak, kenapa aku matiiiiii"
Tiba-tiba saja, ada rasa sakit di pipiku.

*gyuuuuuuuuuuuuuuuuut*

"AW AW AW AW Sakiiiiiiit!!"

"Sudah benar-benar sadar sekarang?"

Seorang anak laki-laki berambut coklat dengan goggle di kepalanya mencubit kedua pipiku. Aku langsung duduk memegangi kedua pipiku.
"Andy! tidak sopan"
Kata gadis berambut pirang itu sambil setengah tertawa. Apa yang sedang terjadi di sini, yang pasti pipiku sakit sekali habis dicubitnya sekeras itu. Aku tidak mati??? Aku bengong sambil menatap wajah Andy yang tersenyum geli melihat wajahku yang kebingungan. Sebelum aku bengong berkepanjangan, gadis itu berkata kepadaku.
"Namaku Alexis, sekarang kamu sedang berada di klinikku, semalam kamu pingsan sampai saat kamu bangun tadi, namamu Nina kan?"
"Aku Andy, kejadian kemarin benar-benar sulit dipercaya... seperti bohongan saja"
Setelah dilihat baik-baik ini memang klinik, astaga memalukan sekali aku tadi, menangis seperti orang aneh... :hammer:


....


*Blush*

"maafkan aku sudah merepotkan kalian... bagaimana dengan yang lainnya?"
"Kami juga tidak tahu, sepertinya mereka punya urusan tersendiri. Alexis lukaku sepertinya mulai sakit lagi nih"
"Baik, akan kuganti segera Andy"
Aku diam di tempat tidurku sementara Alexis mengobati tangan Andy yang terluka. Aku berusaha mengingat-ingat lagi... cahaya kematian itu... aku mungkin tidak akan bisa melupakannya seumur hidupku, kecuali aku mengalami hal yang lebih buruk lagi.
"Jadi, apa kalian juga ikut bertarung kemarin...?"
Mereka berdua melihat kearahku, kemudian Alexis yang menjawab.
"Benar, kemarin kau pingsan selama pertarungan..."
"..yang sangat epic menurutku"
Sahut Andy.
"Epic apanya, jangan bodoh, kita hampir mati semalam"
"Ouch, pelan-pelan dengan lukaku Alexis! :hammer: "
Jadi mereka benar-benar mengalahkannya... hebat sekali aku tidak bisa membayangkannya... aku jadi pusing, aku memegang kepalaku, eh.. jadi aku tidak pulang seharian?!!
DOENG Ayah pasti sangat marah kepadakuuuuu, otakku pun segera berpikir untuk mencari alasannya... Tidak mungkin aku bilang kalau aku menghadapi Chrome paus itu, bisa-bisa aku tidak boleh pergi kemanapun selamanya nanti.
"Aku mau pulang dulu ya! berapa biaya.... hauuuu"
Aku panik kelabakan dan buru-buru turun dari tempat tidur, namun badanku limbung, aku seperti habis mengeluarkan tenaga dalam jumlah besar saja kemarin, mataku pun berkunang-kunang karena bangun tiba-tiba.


"Awas"


Hup, Andy langsung menangkapku. Tangan kirinya memeluk dan menopang bagian belakang tubuhku.

"Hati-hati, kamu kan baru saja sadar, kenapa terburu-buru seperti itu?"
"Terimakasih..."
Cepat sekali dia menangkapku, padahal tadinya dia berjarak sekitar 3 meter... wajahnya jadi dekat. Matanya berwarna biru... wajahku jadi panas, perutku jadi geli, apa yang aku pikirkan :hammer: . Aku segera berdiri sendiri dan melepaskan pegangan Andy.
"Aku harus segera pulang, keluargaku pasti khawatir... Akan aku bayar biayanya..."
"Kalau begitu hati-hati ya, kau yakin kau baik-baik saja? kulihat kondisimu memang sudah baik, tapi jangan memaksakan diri ya. Dan tidak perlu bayar kok khusus hari ini"
Ujar Alexis sedikit khawatir. Aku tersenyum lega, lalu segera mengambil jaket dan tas yang ada di meja.
"Aku pulang dulu ya Alexis dan Andy"
"Yoo"
"Hati-hati ya Nina"
Aku melemparkan senyum kepada mereka berdua dan segera berlari-lari kecil menuju rumah. Benar saja Ayah langsung menginterogasi aku, aku sudah menyiapkan alasan, bahwa ada sedikit rintangan selama perjalanan, jadi kami menginap di hutan. Tapi tetap saja ayah memarahiku, yah ini lebih baik daripada ayah mengetahui kalau anak perempuannya hampir kehilangan nyawa oleh seekor monster kelas S.
Hari pun berlalu... dengan tenang.

-

Aku duduk di sofa sambil membaca buku, sudah berlangsung sekitar 45 menit. Aku meletakkan bukuku di pangkuan, dan melihat ke arah jam, sekarang ini pukul 2 siang... Aku merasa sedikit jenuh di rumah. Soal eksperimen itu sudah aku lupakan :hammer: bahannya masih ada di kamarku, mungkin lain waktu saja aku membuat ramuan cinta bodoh itu.

Sudah 2 hari semenjak aku keluar dari klinik, tiba-tiba aku merasa ingin tahu kabar mereka, apa mereka masih ada di Eremidia? Aku pun memutuskan untuk mengunjungi Alexis dan Andy. Aku segera mengambil sepatu boots coklat kesukaanku. Aku keluar dari rumah dan melangkahkan kakiku menyusuri jalanan kota Eremidia menuju ke klinik Alexis. Hari ini begitu cerah, aku memandang ke langit biru yang silau, udaranya juga nyaman, burung-burung menari di udara bersama pasangannya dengan riang. Orang lain ada yang berjalan searah denganku ada pula yang berlawanan, setelah melewati satu gerbang perbatasan blok, terlihat kerajaan Eremidia yang megah dan tinggi, tempat berdiamnya Dnasman, sang raja dari negeri ini. Hari-hari yang damai di Eremidia... meski akhir2 ini banyak sekali isu-isu tentang serangan monster berbahaya. Aku harap aku dan negeri ini selalu berada dalam kedamaian. Tinggal beberapa meter lagi aku sampai di klinik Alexis, aku melihat Andy keluar dari pintu klinik.

"Andy!"
Panggilku


"oh?"

Andy yang tadinya melihat ke depan menolehkan kepalanya kepadaku.
"Aku sedang ingin mengunjungi kalian berdua, apa kabar kalian?"
Tanyaku sambil tersenyum, Andy pun membalas.
"kami berdua baik-baik saja, luka-lukaku sudah sembuh dirawat oleh Alexis"
"Kalau begitu syukurlah!"
Jawabku lega dan riang.
"Bagaimana denganmu? sudah tidak apa-apa?"
"Ya, aku baik-baik saja kok"
Kataku sambil mengepalkan kedua tanganku di depan dadaku, aku agak senang Andy menanyakan keadaanku.
"Bagus, kalau begitu aku pergi dulu ya, Alexis ada di dalam tuh"
"Ah... iya Andy, hati-hati ya"
"yoo"

Andy melambaikan tangannya dan pergi, aku masih diam di tempat bersama bayanganku, menatap punggung Andy sampai dia menghilang di dalam keramaian. Kalau berdiri terus di sini, aku bisa dianggap patung :hammer: akhirnya aku segera masuk ke dalam klinik.

Begitu pintu klinik dibuka, tercium aroma herbal yang wangi dan menenangkan, membuat hati dan pikiranku ringan.
"Alexis...?"
Aku membuka tirai putih di tengah ruangan, dimana tadi ada terlihat siluet Alexis. Aroma herbalnya semakin tercium, bahkan lidahku hampir merasakannya, terlihat jelas Alexis sedang meracik tumbuh-tumbuhan.
"Nina?"
Alexis yang menyadari keberadaanku segera menghentikan aktivitas meraciknya. Aku merasa sepertinya aku mengganggu kesibukannya.
"Aku datang mengunjungi kalian berdua, sepertinya Andy sudah sembuh ya?"
"Iya benar, terimakasih ya Nina sudah mau mengunjungi kami lagi, kamu mau minum teh herbal?"
"Bo-boleh jika tidak merepotkan..."
Nina pun mempersilahkan aku untuk duduk di kursi kayu putihnya, karena di situ tidak ada tempat untuk duduk yang lainnya, yang ada hanyalah beberapa tempat tidur bersprei putih yang bersih. Aku melihat ke meja kerja Alexis tadi, ada banyak sekali tumbuhan yang pernah kulihat dibuku ensiklopedia kesehatan. Didorong oleh rasa penasaranku aku mendekat ke meja itu.
"Wah... ternyata seperti ini ya pembuatannya... uhm..."
Aku memegang-megang tumbuhan yang ada di atas meja, ada yang warnanya bagus sekali, warna merah muda dan bertulang enam. Wanginya seperti apa ya? Aku mencoba menghirupnya aromanya :hammer:
"Uwah wanginya menusuk... :pokerface:"
Wanginya tajam sekali, aku tidak tahan dan jadi agak pusing. Uwah pusing sungguhaaaan. Mataku jadi berputar-putar, gawat.


"Nina ini tehnya... Nina?!"
"Awawawa Alexis...."
Mataku berputar-putar dan hampir jatuh. Alexis panik, dia meletakkan teh itu di meja dan mencoba menolongku.
Aku pingsan lagi :hammer:

-

Setelah aku sadar aku sudah ada di tempat tidur... Alexis tidak ada... oh ternyata dia sedang melayani para pengunjung klinik...
Aku segera turun dari tempat tidur dan mengintip dari balik tirai. Alexis sepertinya sibuk sekali, pengunjungnya banyak dan sepertinya kebanyakan adalah hunter. Bodohnya aku tadi :hammer: merepotkan Alexis saja.

...

"terimakasih sudah datang berobat ke sini, semoga cepat sembuh tuan"

...

"baik akan saya ambilkan potionnya, silakan tunggu sebentar"

...

"Selamat sore, mari saya periksa dulu"

...

"Apa monster yang menyerang anda mengeluarkan lendir berwarna ungu? kalau iya..."

...

Sepertinya Alexis sibuk sekali, apa tidak ada orang lain yang membantunya di sini? :OMG: Aku merasa harus membantunya, jadi aku segera keluar dari balik tirai.

"Alexis ada yang bisa aku bantu?"
"Nina, kamu sudah sadar? tidak perlu, kamu kan tamu, tunggu saja dulu"
"Sepertinya kamu kerepotan sendirian, biar aku bantu ya"
Aku memaksa untuk membantu, aku janji tidak akan membuatnya susah lagi.
Aku melihat list potion, lalu aku melihat ke lemari penyimpanan potion. Beberapa pengunjung ada yang hanya memerlukan potion biasa, ini dia kesempatanku.
"Alexis, biar aku yang menjual potion biasa, jadi kamu perlu terlalu banyak bolak balik kan? ini listnya bukan? aku hapal kok tentang potion potion umum"
Alexis mengangguk dan tersenyum.
"Lemari potionnya ada di balik tirai tadi, kamu sudah lihat kan?"
"Baik!"
Aku pun dengan semangat membantu Alexis, melayani pengunjung klinik. Ini mungkin pengalaman kerja yang bagus meskipun sukarela.
Health Potion I, Health Potion II, Antidote... Mana Potion I dua botol... Antidote... Mini Serum...

"Terimakasih tuan, semoga cepat sembuh ya"

...

"Terimakasih, semoga cepat sembuh"

...

"Eh bukan yang ini potionnya tuan? Alexis? ini bukan ya? :hammer: "

...

" :OMG: Alexis ini health potion I nya habiiiiis"

...

"Alexis :hammer: "

...

"Aaaaaaaaaaaaa potionnya habis lagi Alexissss :OMG: "

...

Aku ricuh sekali. :hammer:

Tak terasa hari sudah sore, matahari sudah sangat menjauh ke barat, langit mulai berwarna pink,ungu, dan jingga, klinik pun sudah sepi. Kami berdua duduk menikmati teh herbal Alexis yang menenangkan syaraf yang tegang sehabis bekerja.
"Nina terimakasih atas bantuanmu ya, aku terbantu sekali"
"Ah tidak kok! maaf ya kalau agak merepotkan selama bersamamu"
"ahahaha, santai saja Nina"
Kami pun berbincang-bincang, ternyata Alexis asalnya adalah dari Alumnea begitu pula dengan Andy, karena dari tanah yang sama makanya mereka berdua bisa akrab. Aku pun berbagi cerita soal beberapa kebudayaan Eremidia.

*Kriek* Pintu Klikin terbuka.
"Aku kembali Alexis"

Itu Andy, dia baru saja kembali ternyata...

"Bagaimana Andy? apa kamu mendapatkan informasi?"
Tanya Alexis sambil meletakkan cangkir tehnya. Informasi apa ya...?
Kulihat Andy hanya menggelengkan kepala dan duduk di kursi sebelah kami. Aku segera menuangkan teh herbal Alexis ke cangkir yang baru untuk Andy.
"Terimakasih Nina"
Andy tersenyum, namun dia agak lesu.
Alexis menatap dan menepuk-nepuk bahunya Andy .
"Tenanglah, kamu harus optimis Andy, kamu pasti akan menemukannya"
"Hmm kamu benar"
Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, sepertinya Andy sedang mencari sesuatu yang berharga baginya, namun aku tidak berani untuk bertanya terlalu jauh, hubunganku dengan mereka masih terlalu dangkal...
Andy meminum tehnya, lalu dia menatap kepadaku.

*dheg*

Lalu dia menatap jam.

:hammer:

"Nina ini sudah jam setengah 6 lho, apa tidak dicari keluargamu?"

Oh iya :hammer: aku harus segera pulang.

"Kalau begitu aku pulang dulu ya, Alexis terimakasih untuk hari ini"
"Sama-sama Nina, hati-hati di jalan ya"
"Hati-hati Nina"

...
Aku sudah memegang ganggang pintu keluar klinik, aku ragu-ragu tapi aku mau mengatakan sesuatu. Aku berbalik dan melihat Andy yang ternyata sedang melihat aku yang mau keluar klinik.

"?"

"Andy semangat ya! semoga apa yang sedang kamu cari kamu temukan secepatnya"

Mataku sambil sedikit terpejam saat mengatakannya.
Mata Andy membuka lebar, sepertinya agak kaget dengan kata-kata spontanku barusan. Aku jadi malu sendiri, mukaku merah dan siap mengambil langkah keluar klinik secepatnya. Namun Andy akhirnya tersenyum.

"Terimakasih Nina, aku pasti akan menemukannya"

Aku...
Wajahku pasti sangat aneh sekarang, aku hanya tersenyum dan langsung pergi keluar.

Aku menatap bebatuan jalanan Eremidia, warnanya jadi cantik sekali karena ditimpa oleh cahaya senja... atau karena aku habis melihat senyum Andy?
Langkahku jadi ringan, entah karena teh herbal Alexis atau...
...
...
Rasanya aku ingin menampar diriku sendiri sudah berpikiran seperti itu. :hammer:
Aku melewatir gerbang perbatasan blok... setelah melewati naungannya terlihatlah langit yang perlahan memperlihatkan warna ungu dan biru malam beludrunya... Ada bulan...

"Bella Luna..."

gumamku pelan, aku tersenyum, sambil berjalan kurasakan belaian angin sejuk yang menyentuh pipi dan membelai rambutku. Pipiku memerah dan terasa hangat. Aku terus tersenyum tanpa bisa kubantah.
Rasanya bersemi...

-

Selama 3 hari kedepannya aku terus membantu Alexis, aku senang bekerja di klinik, selain itu aku juga punya niat terselubung... Aku menunggu Andy pulang ke klinik setiap sore :hammer: .
Benar-benar, bekerja di klinik itu tidak mudah juga, hampir setiap hari, selepas siang pasti akan ada banyak pengunjung yang datang, hampir tidak ada jedanya sampai sore tiba...

-

Hari keempat aku membantu Alexis, aku mau mengabarkan soal pertemuan penyihir kepada Alexis dan Andy. Benar, Lusa adalah hari pertemuan penyihir dari seluruh negeri. Apa itu pertemuan penyihir? Pertemuan penyihir adalah pertemuan yang diadakan satu tahun sekali di Eremidia, bertempat di kastil Eremidia, seluruh penyihir dari berbagai negeri bisa ikut. sebenarnya sampai dua tahun yang lalu, pertemuan ini eksklusif hanya untuk para penyihir saja, namun sekarang warga non-penyihir bisa menikmati event ini juga. Acara yang diselenggarakan event ini adalah, Presentasi ilmu sihir baru, lelang barang antik sihir, pertunjukkan hiburan sihir, dansa di istana dan dansa rakyat.
Aku tidak sabar untuk segera sampai ke klinik.

To be continued...
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-16, 13:05
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
richter_h 
Salto Master
Hancip RMID
richter_h

Kosong
Posts : 1705
Thanked : 30
Engine : Other
Skill : Skilled
Type : Developer
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
The Tale of Vent McGraves
Chapter XVI


Klik to Chapter XV

"Hari yang cerah untuk berburu, kawan!"

Pagi menjelang siang--dimana Vent dna Vischelia bangun kesiangan setelah bersenang-senang dengan orang-orang kota di penginapan John Barrelmore mereka disambit oleh pria kekar brewokan berwajah garang seperti beruang dan memakai perlengkapan serba kulit; rompi kulit, sarung tangan kulit, sampai celana dan sepatu kulit.

"Akulah Sven si barbar," jawabnya. "Muro telah memberitahuku, kalian akan pergi ke hutan Nord's Peak. Dan teman Muro adalah temanku juga."

Tidak lama kemudian, Muro muncul dari gudang minuman, melihat Vent, Vischelia dan Sven sedang berbincang di depan gudangnya itu.

"Akhirnya kalian datang juga," sambut Muro yang menunggu mereka. "Jadi, Ventski, kau akan pergi ke Nord's Peak sekarang?"

"Pastinya. Ane penasaran sama akar Hucklewood yang kemaren disebut-sebut."

"Dan gadis itu akan ikut juga?"

Muro dan Sven melirik Vischelia yang dari tadi senyum-senyum saja. Vent ikut lirik, lalu dia menghela napasnya.

"Ni cewek emang pengennya ikut ane terus..." Vent menjawab keraguan Muro dan Sven. "Leluhur sepertinya pengen banget cewek ini sama ane terus, makanya ane ngga bisa nolak. Lagian, dia udah nolong ane dulu."

Muro dan Sven saling tatap, saman-sama sepikiran menangkap apa yang dikatakan Vent.

"Apa dia akan baik-baik saja selama kita ke hutan itu?" Tanya Sven, "Bahkan satu rombongan penuh dengan petarung sampai kerepotan saat di sana melawan Goblin Es yang memakai perlengkapan aneh. Aku tidak bisa menjamin keselamatan gadismu itu, Vent."

"Tenang saja, aku bisa jaga diriku sendiri!" Jawab Vischelia dengan semangat. "Aku, Vischelia Abilaine, bisa jaga diriku sendiri. Berlaga di medan perang, aku sudah terbiasa melihat dan bergelut dengan kematian."

"Meyakinkan, kan?" Vent facepalm lalu menghela napasnya. "Paling enggak ni cewek bisa jaga dirinya sendiri. Selama kita-kita pergi ke hutan sana, ane yang tanggung jawab sama keselamatan Pissel."

Muro dan Sven angguk-angguk saja mendengar penjelasan Vent.

"Sebelum pergi, mungkin Ventski dan Vischelski mau melihat-lihat perlengkapan dan perbekalan di toko Aldurski. Ya, Aldurski adalah temanku. Bilang saja kalian adalah temanku, dan dia akan memberikan apa yang akan kalian butuhkan."

--

Toko milik Aldur berada tidak jauh dari penginapan John Barrelmore, terpisah beberapa rumah dari penginapan itu. Mereka masuk ke toko itu dan disambut oleh seorang lelaki paruh baya yang sedang membereskan dagangannya yang macem-macem; mulai dari obat-obatan, perlengkapan berburu, sampai ke bahan-bahan ramuan dan beberapa buku. Kata Sven, Aldur ini dulunya pedagang yang sering keliling Northern Borderline dan sudah menjelajah seluruh penjuru Eremidia, dan memutuskan untuk berhenti menjelajah dan membuka toko di kota Remorr ini.

"Ah, akhirnya pelanggan," sambut Aldur. "Apa yang kalian butuhkan, kawan?"

Sven menjelaskan apa yang akan mereka lakukan, dan menjelaskan siapa Vent dan Vischelia yang ikut bersamanya. Aldur angguk-angguk dan dia dengan ramahnya menyambut kawan baru Brom, teman lamanya.

"Teman Brom adalah temanku juga," kata Aldur. "Ya, tentu, aku punya beberapa barang khusus untuk temanku, tentunya dengan potongan harga yang menarik... Tapi akakn kuberikan ini gratis, karena kalian akan pergi ke tempat dekat para Goblin sering berkeliaran."

Aldur mengeluarkan beberapa botol obat-obatan. Aldur sudah tahu bahaya macam apa yang akan mereka jumpai di huta Nord's Peak itu.

"Itu gratis." Aldur tertawa saat Vischelia heran kenapa dia bisa dapat obat-obatan itu cuma-cuma. "Apalagi untuk gadis secantik dirimu..."

Aldur Surandul ini memang punya kebiasaan menggoda gadis yang ada di depannya, dan kebanyakan kata-kata yang dilontarkan pria itu selalu melempem di hadapan para gadis. Vischelia hanya menatapnya dengan tatapan seperti melihat kakek-kakek genit :lirik:

"Kami akan pergi sebelum tengah hari, dan terima kasih atas pemberianmu."

Sven, Vent dan Vischelia lantas beranjak ke luar. Tentu saja mereka menerima obat-obatan itu dengan senang hati. Bukan hanya itu, Vischelia tertarik dengan segulung lukisan yang disimpan di rak buku, dan dia membelinya dengan harga 20 keping emas, harga yang tinggi menurut Aldur. Petualangan pun dilanjutkan...

--

Sepanjang hari mereka berjalan ke arah selatan, ke arah gunung yang tingginya naudzubileh dan dikelilingi pepohonan yang tertutup salju. Nord's Peak, nama gunung itu. Menurut legenda, seorang petarung asli Northreach pergi ke sana untuk berlatih pedang dan dia menemui banyak halangan rintangan untuk sampai ke sebuah reruntuhan kuil tepat di puncak gunung sana. Tidak ada lagi orang yang pergi ke sana setelah orang itu sampai sekarang, menurut Sven.

Hingga mereka sampai ke pinggiran hutan, maahari sudah berada di belakang pegunungan dan hari mulai gelap. Mereka memutuskan untuk berkemah di alam liar. Sven mengumpulkan beberapa ranting kering dan membuat api unggun sementara Vent memeriksa minuman dalam barel yang selalu dia bawa dan Vischelia melukis lagi pemandangan hutan dan pegunungan menjelang malam. Malam yang dingin akan mereka lewati di sana, kata Sven.

Malam gelap, hanya api unggun menerangi mereka di luar sana. Suara dari dalam hutan mewarnai suasana kelam. Terlihat jelas langit malam bertabur bintang dihiasi tirai penuh warna hasil karya para dewa. Mereka masing-masing bercerita tentang apa yang telah mereka lalui ditemani minuman hasil racikan Vent dan sari apel. Memang, minuman beralkohol di tempat gelap dan dingin itu rasanya nendang banget. Namun kehangatan api unggun dan minuman itu harus terganggu dengan suara-suara mencurigakan dari dalam hutan. Sven langsung siaga, menghunuskan pedangnya dan bersiap jika ada yang menyerang.

"Waspadalah," Sven berbisik pada Vent dan Vischelia yang juga sudah bersiap, "Mungkin beberapa serigala sedang mengintai kita dari dalam sana."

Terlihat beberapa pasang mata menyala dari kegelapan hutan. Seram dan menyeramkan, tapi baik Vent, Sven bahkan Vischelia tidak takut. Tiba-tiba, sekonyong-konyong beberapa ekor serigala muncul dan langsung mengepung mereka. Mungkin tujuh atawa delapan ekor, dan mereka terlihat begitu nanas ganas dan kelaparan. Tanpa banyak menghabiskan baris naskah para serigala itu langsung menyerang. Sven menghalau serigala yang menyerang dengan pedangnya, sedangkan Vent menendang setiap serigala yang menuju ke arahnya. Vischelia menghindari setiap serangan serigala dengan indah dan gaya sambil mencoret mata setiap serigala yang menyerangnya dengan kuas. Paling tidak para serigala itu tidak bisa melihatnya, tutur Vischelia sambil membasahi kuasnya dengan cat hitam.

"Vent, Vischel, lari!"

Vent dan Vischelia lari sambil membawa bawaan mereka masing-masing, sementara Sven menghalau para serigala gila itu. Mereka meninggalkan Sven, masuk ke dalam hutan dan tidak tahu mereka berlari ke arah mana.

"Vent, apa Sven akan baik-baik saja?"

"Ente nggak usah kuatir. Dia udah terlatih sama suasana dimari."

Vent dan Vischelia terus lari ke dalam hutan. Terlihat di ujung kegelapan hutan sebuah obor yang menyala. Mereka terus berlari ke arah sana. Terlihat sebuah pintu tua nan besar dari besi di tebing, dan tidak panjang pikir mereka membuka pintu itu dan bersembunyi di dalam.

Terengah-engah, mereka memutuskan beristirahat di balik pintu itu yang ternyata adalah pintu goa, dan goa itu diterangi dengan obor-obor yang mungkin saja memandu mereka ke suatu tempat antah berantah di dalam sana. Tidak lama kemudian, mereka memutuskan untuk menyusuri goa itu, kemanakah goa itu akan membawa mereka?

Mereka terus berjalan menyusuri goa yang diterangi cahaya obor di dinding goa dimana jarak antar obor tidak terlalu jauh. Ternyata goa itu membawa mereka ke sebuah pintu besi lagi.

"Vent," Vischelia merasa tidak yakin untuk membuka pintu itu. "Lebih baik jangan dibuka. Perasaanku tidak enak..."

Baru saja Vent mau memegang gagang putar pintu itu, pintu itu tiba-tiba terbuka sendiri dan terlihat jelas beberapa orang kerdil lengkap dengan pakaian paduan besi dan kulit serta membawa berbagai senjata--pedang, kampak, palu dan tombak dan langsung menyergap mereka.

"Penyusup!!" Teriak salah satu orang kerdil itu. "Bawa mereka ke kurungan!"

Ditodong berbagai jenis senjata, Vent dan Vischelia memilih untuk cari jalan aman; dibawa ke kurungan oleh para orang-orang kerdil dengan kumis dan jenggot brewokan yang tingginya hanya setengah dan lebih dikit dari tinggi Vent. Entah apa yang akan mereka jumpai nanti...

Klik to Chapter XVII


Terakhir diubah oleh richter_h tanggal 2012-07-17, 19:45, total 2 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-16, 15:26
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
McPherson 
Senior
Senior
McPherson

Level 5
Posts : 777
Thanked : 7
Engine : Multi-Engine User
Skill : Intermediate
Type : Mapper
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Gila! Ketinggalan bnyk bngt! :hammer:

y udahlah, langsung saja chapter 2 milikku.


The Seeker of Legendary Swordman


Episode 02 : "Pemuda ahli pedang ambisius dari Negeri asal Sakura" - Part 2



Location : Tony's House, Faleon, South-East Eremidia

"Silahkan teh dan kuenya. " - Ucap seorang pelayan wanita di kediaman Sir Tony
"Hei, terima kasih yah. " - Kata Kotaro dengan senyum di wajahnya,
"Wah, rumah anda besar sekali, sepertinya nyaman sekali. " - Lanjut, Kotaro
"Hei, sopan sedikit, beliau ini adalah seorang bangsawan. " - Kata pelayan itu.
"Hahaha, tidak benar, meskipun rumah ini cukup besar, namun isinya tidaklah senyaman yang kau kira. " - Kata Sir Tony dengan ramah.
"Kenapa begitu? " - Tanya Kotaro.
"Di dalam rumah ini hanya ada saya dan pelayanku, dan berdua saja sungguh sangat sepi. Makanya aku sering berjalan-jalan di kota ini untuk menghilangkan kebosananku. Tapi, setelah sekian lama, berkat anda, rumahku kedatangan tamu juga. Mungkin rumah ini akan jadi ramai karena kedatangan anda. " - Ucap Sir Tony.
"Katakan, maukah anda tinggal di rumah ini untuk sementara? " - Tanya Sir Tony.
"Wow, anda baik sekali. " - Kata Kotaro.
"Jadi anda mau? " - Tanya Sir Tony sekali lagi,
"Baiklaaah, lagipula aku juga membutuhkan tempat tinggal di Negeri ini. " - kata Kotaro.
"Bagus! Segera siapkan kamarnya untuk Tuan ini. Omong2 siapa nama anda? " - Tanya Sir Tony.
"Oh, namaku Kotaro, saya berasal dari Negeri timur jauh, Negeri asal bunga Sakura. " - kata kotaro dengan senyum.
"Negeri asal Sakura? Begitu, anda adalah seorang petualangkah? " - Tanya sir Tony.
"Begitulah, saya di sini ingin mengasah ilmu pedang saya sekaligus mencari orang yang saya kagumi yang rumornya merupakan ahli pedang nomor satu di seluruh dunia. " - Jawab Kotaro dengan antusias, matanya yang juga menyorotkan sinar tanda ambisi.
"Wah, hebat sekali padahal masih muda, tapi anda sudah berani berpetualang. hahaha. " - Puji Sir Tony.
"Ngomong-ngomong, Tuan sebelumnya bertanya tentang 'pemburu', apa yang Tuan maksud dengan itu? " - Tanya Kotaro
"Ah, ya, benar! Hunter! Hunter yang saya maksud adalah seorang pekerja upahan untuk membasmi para Monster, yang akhir-akhir ini makin banyak jumlahnya. Terdapat banyak sekali seorang Hunter di negeri ini, mereka bekerja dengan sebuah misi yang dberikan oleh Guild Hunter, yang merupakan tempat para hunter berkumpul, dan tempat penerimaan reward dan misi. " - Jelas sir Tony.
"Wow, sepertinya asyik sekali. Hehe. " - Kata Kotaro.
"Jelas asyik untuk seorang sperti anda, haha, apalagi bayarannya cukup besar. " - Kata sir Tony.
"Kau mau menjadi Hunter? " - Tanya sir Tony
"Ya! " - Jawab Kotaro.

Lalu, keduanya saling asyik bercerita tentang negeri asalnya, pelayannya pun ikut mendengarkan, tampak rumah seperti ramai. Bahkan sir tony sampai terkagum-kagum mendengar cerita dari kotaro, tentang perjalanannya menjadi seorang ahli pedang di negerinya, ia kaget, karna sudah banyak sekali ahli pedang di negerinya, lebih takjub lagi ternyata ia smua sudah terlatih sjak umur 3 tahun.

...
Bersambung

yg d garis bwh, blum tau nama yg cocok.. :hammer:
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty2012-07-16, 18:12
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
hyperkudit 
Pahlawan Super
hyperkudit

Level 5
Posts : 2288
Thanked : 30
Engine : RMXP
Skill : Very Beginner
Type : Artist
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
Quote :

About Howl
Quote :

Previous Chapter
Chapter 9 : Red Riding Hood

Aku berjalan menyusuri hutan, masih sedikit kesal dengan perintah Shirloin-something yang seenaknya. Aku memang membuat kontrak tidak resmi dengannya, tapi tidak seperti ini yang ada dalam bayanganku, aku berpikir bahwa aku bisa memanfaatkan Shirloin-something dan antek-anteknya, tapi yang terjadi justru sebaliknya.

"gah.. menyebalkan!!" seruku, aku ingin sekali rasanya menarik kembali ucapanku semalam, namun itu benar-benar menyimpang dari Rule-of-Cool point delapan, pria sejati tidak pernah menarik kata-katanya. dan yang lebih penting adalah The Master Rule of Rule-of-Cool, setiap poin dalam Rule-of-Cool adalah MUTLAK!!, melakukan hal yang menyimpang dari Rule-of-Cool adalah sebuah kejahatan terbesar dimuka bumi.

Aku berusaha berjalan tegap dan selalu terlihat tampan, walau aku tidak tahu pasti sebenarnya perintah yang Shirloin-something berikan padaku, tetapi aku pura-pura mengerti agar terlihat berotak. Aku memang benci rapat, teori, belajar dan semua hal yang berhubungan dengan duduk lalu mendengar orang yang menganggap dirinya lebih pintar komat-kamit kepada ku.

Ribuan tahun aku ada di dunia ini tapi tak satupun bentuk aksara dan tulisan yang bisa kumengerti, aku hanya melihat mahluk hidup menggambar garis-garis yang terkadang berbentuk seperti cacing atau hewan lainnya, lalu secara ajaib gambar tersebut membuat orang-orang berkata 'A' atau 'B' atau 'C' dan lain-lain.

Aku belajar segalanya dari pengalaman, praktek bukan teori.. siap yang membutuhkan teori jika kau bisa mengalaminya langsung, mengulanginya semaumu, dan tanpa batasan waktu untuk umurmu? jika aku sedikit mau berpikir, kurasa aku adalah pria paling jenius yang ada di dunia. Tapi belajar teori tetaplah membosankan, praktek adalah tehnik ku, pengalaman adalah guruku, walau aku seringkali tidak belajar dari pengalaman.

"KYAAAAH.."

Jeritan seorang gadis membuatku memfokuskan perhatian kepada sumber suara itu. Seorang gadis kecil berkerudung merah tersungkur, merangkak menjauh dari tiga ekor serigala besar, bukan werewolf, hanya serigala yang mungkin tingginya setengah manusia dewasa. Meh.. bukan masalahku, orang-orang mati setiap hari, jadi ini hanya satu hari sial bagi gadis itu, dan sebuah keberuntungan bagi para serigala.

"PERGI KAU ANJING NAKAL!!!" teriak gadis itu, sembari memukul-mukuli setiap serigala yang mendekat dengan keranjangnya. Hanya itu jurus pamungkas mu? menyedihkan sekali memang menjadi manusia. Aku memutuskan untuk menonton pertunjukan ini sebentar, berharap bisa melihat sesuatu yang keren seperti darah yang muncrat atau usus dan otak yang beterbangan.

"Tuan.. Tolong!!" seru gadis itu tiba-tiba ketika matanya mengarah ketempat persembunyianku. Aneh, ini sangat aneh, aku yakin sekali persembunyianku ini sempurna dan sangat keren, bagaimana mungkin dia bisa menemukanku?

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Asas10

Aku menyibak daun pohon yang telah menyembunyikan wajahku bersama ketampanannya.

"khukhu.. Kau pasti bukan orang sembarangan jika bisa mengetahui keberadaanku." gumamku sambil memberikan kesan misterius.

"Tolong tuan!!! mereka anjing-anjing buas." teriaknya lagi, gadis itu berusaha mempertahankan roknya yang ditarik-tarik oleh para serigala.

"hmm... apa untungnya bagiku?, jika aku menolong mu apa yang kau akan berikan kepadaku?" tanyaku sembari mengusap-usap daguku yang ditumbuhi rambut tipis.

"Aku akaan memberikaan apapuuunn!!!" teriaknya karena sudah tidak tahan lagi.

Aku manggut-manggut sambil mengamatinya dari ujung rambut sampai ujung kaki, gadis itu memiliki rambut pirang, mata biru dan tubuh ramping kira-kira mungkin usianya 14 tahun.
Selain itu dia mengenakan kemeja putih, lengkap dengan kerudung dan rok merah lebar sampai betis.

Mataku terfokus ke arah dadanya.. indah, sungguh sangat indah sekali, aku belum pernah melihat yang bentuknya sebagus itu sebelumnya.

"Baiklah, tapi sebagai imbalannya aku ingin itu jadi milikku.." tunjuk ku kearah dada gadis itu, kearah sebuah hiasan kupu-kupu berwarna merah yang juga berfungsi sebagai kancing.

"baiklaaaahh!!, tapi cepat tolong aku!!!" teriaknya.

Aku mengangkat tangan kananku, bersiap menjentikan jariku kearah para serigala.

...

Tiba-tiba aku teringat menggunakan kemampuan membakar ku pada situasi yang sama seperti ini, aku ingat ketika berusaha membakar musang-musang yang mencuri kelinci buruanku yang rasanya manis, mereka terlalu dekat sehingga kelinciku juga ikut mati terbakar dan tidak enak lagi rasanya. Aku tidak ingin kancing kupu-kupu itu juga ikut terbakar. Tidak heran mengapa orang mengatakan pengalaman adalah guru terbaik.

Aku mengurungkan niatku untuk membakar mereka, lalu mengambil kuda-kuda.

BUK!!!

Kutendang satu serigala, lalu ku tinju serigala lainnya. sekarang mereka sudah cukup jauh dari gadis itu, namun masih berusaha menyerang. sungguh menyedihkan, bahkan serigala kini tidak takut padaku.

GRRR...

Salah satu serigala menyerangku dari depan dan berhasil ku halau, namun seekor serigala melompat kearahku dari belakang, melahap kepalaku dan wajah tampanku, membuatku tidak dapat melihat apapun keluar.

"AAARRGGHHH.. ARRRGGHH!!! AKU BUTA!!! SESEORANG NYALAKAN LILIN ATAU SESUATU!!" teriakku sambil berlari berputar-putar. kepalaku masuk sepenuhnya kedalam mulut mahluk itu, membuatnya serigala itu menempel pada leherku.

UGH!!!

Aku terdiam, aku baru saja melanggar Rule-of-Cool nomor 6, bertarung santai. Aku malah berteriak seperti orang gila, di depan seorang gadis pula. Aku menenangkan diriku, lalu kembali membuat kuda-kuda walaupun samasekali tidak bisa melihat. Ya, aku akan bertarung dengan seekor serigala menutupi kepalaku. Tidak keren? kawan.. tehnik bertarung dengan menutup mata adalah salah satu hal terkeren legendaris yang pernah tercipta.

Aku mendengar derapan langkah kaki mereka, ku prediksikan kemana mereka bergerak.
Aku terus menunggu, menendang, berputar dan berbalik sampai akhirnya kudengar mereka melarikan diri. Aku berjalan mundur dan tiba-tiba..

JLEB!!.

"kyaaa..." Kudengar jeritan gadis itu lagi

Terlebih serangan ini terasa sakit, sangat sakit.. sesuatu menembus punggungku sampai ke dada, apa ini pimpinan mereka? sungguh pengecut jika menyerang dari belakang.

"k-kau ini a-apa?" kudengar samar-samar suara gadis itu, mungkin dia bertanya kepadaku/

"mblp..blm..blp..bmlemblep.." Itu suara yang keluar dan tersalurkan melalui udara, padahal aku sudah yakin mengatakan 'Aku adalah seorang pria macho, tampan dan jenius yang melintas.'

"LEPASKAN ITU DARI KEPALAMU!!" bentaknya, membuatku teringat satu lagi serigala yang menancap di kepalaku.

Aku melepaskan serigala itu, lalu membuangknya. Kini aku bisa melihat mata gadis itu berlinang ar mata, bukan sedih tapi kurasa karena ketakutan. Aku melihat kearah dadaku, yang membuatku merasa sakit dari tadi. yang ternyata....

hanya sebuah batu tajam..

Jadi yang kusangka pemimpin para serigala itu hanya sebuah batu yang tajam? kurasa aku tertusuk karena kecerobohanku sendiri. Kurasa aku memang tidak belajar dari pengalaman, terakhir aku bertarung dengan mata tertutup aku berakhir dengan terjatuh di jurang.

Errggh... aku melepaskan diriku dari batu itu, seperti biasa, lukaku meregenerasi dan sembuh kembali, lalu berjalan kearah si gadis.

"si-siapa kau sebenarnya.." tanyanya ketakutan.

"hmmpphh.. namaku..., HOWL" aku biarkan kegelapan menyeliutiku, setengah wajahku berubah menjadi wajah asliku dengan mata emas bercahaya, lagi.. demi dramatisasi, tertulis dalam Rule-of-Cool poin kedua.

"a-aku tahu Howl.. apa kau akan memakanku sekarang?" tanyanya, kakinya gemetaran. tapi kata-katanya benar-benar membuatku terharu, ini pertamakalinya, ya pertama kalinya saudara-saudara...
seorang gadis muda dari generasi modern tahu dan takut akan diriku. Jangan menangis.. jangan menangis.. jangan menangis.. pikirku dalam hati, aku meneguhkan hatiku dengan Poin no 3, aku meneteskan sedikit airmata lalu berjongkok didepannya, memberikan wajah tertampanku dan senyum terbaikku.

"Tenanglah nona, aku tidak akan memakan gadis sepertimu, dan apakah kancing itu boleh kuminta seka..." belum selesai kalimatku, gadis itu telah pingsan.

Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal, sebenarnya aku tidak pernah peduli dengan hal seperti ini, bisa saja ku ambil kancingnya, lalu kugeledah barang-barang yang mungkin bisa menunjang penampilan tuan Winkle lalu meninggalkannya. Tapi aku tidak bisa meninggalkan anak muda yang tahu akan eksistensiku di dunia ini, mungkin seharusnya gadis ini kuangkat menjadi anggota pertama sekaligus koordinator Howl Fans Club, pikirku mengenai rencana kedepannya.

Kugendong gadis itu, lalu kembali berjalan sambil mengingat-ingat apa sebenarnya yang Shirloin-something perintahkan padaku.

-to be continued-

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Empty
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Sponsored content 




[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 5 Vide
 

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 

Similar topics

+
Halaman 4 dari 5Pilih halaman : Previous  1, 2, 3, 4, 5  Next

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
RPGMakerID :: Community Central :: Role Playing-