Per 2016, RMID pindah ke RMID Discord (Invite link dihapus untuk mencegah spambot -Theo @ 2019). Posting sudah tidak bisa dilakukan lagi.
Mohon maaf atas ketidaknyamanannya dan mohon kerjasamanya.
|
|
| [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin | |
| |
2012-07-09, 19:17 | [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
shikami Member 1000 Konsep
Posts : 3744 Thanked : 31 Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Developer
Awards:
| First topic message reminder :StoryPlay adalah istilah baru untuk sebuah permainan cerita pendek dimana character akan mengembangkan plot dalam suatu setting dan memungkinkan bisa berinteraksi dengan character lain. dalam storyplay,pemain hanya diberikan sebuah basic background cerita dimana mereka cukup mengembangkan cerita tersebut dengan gaya mereka sendiri. setiap tokoh buatan pemain dapat digodmodding sendiri selayaknya dalam sebuah cerita normal. Tujuan :- Spoiler:
- Mengembangkan kemampuan writing member rmid. - memungkinkan development sebuah game berdasarkan cerita-cerita yang ada. - membantu meramaikan forum yang kelewat sepi (?) oleh para senior - menyalurkan imajinasi member tanpa effort besar. Rules :- Spoiler:
- selalu berikan tulisan Episode <XX> diawal post dimana xx adalah chapter/seri dari cerita tersebut. - genre bebas ( horror,romance,epic ). - boleh menambahkan gambar untuk memperkuat cerita. - no Porn,DP,SARA,Alay writing - tulisan HARUS panjang - jika mau memasukan character member lain,silahkan konfirmasi dulu kepada pemilik. - cerita memakai first point of view / sudut pandang orang pertama ( optional ) - no multiverse story,ikuti setting jaman yang ditentukan. - no godlike character please. - berikan point2 penting sebagai ide untuk setting2. Background Story Eremidia, . . Negeri indah nan megah terletak di benua forumia. negeri dimana sihir dan ilmu pengetahuan berpadu. para penduduk luar berdatangan menuju ke tempat ini untuk berbagai macam tujuan. demi mimpi mereka, demi cita-cita ataupun demi tujuan yang lebih gelap seperti balas dendam dan ambisi. namun banyak misteri menyelimuti negeri ini, seolah ada suatu rahasia gelap yang tersembunyi dan siap menghancurkan keharmonisannya. para orang bijak meramalkan bahwa legenda-legenda baru akan lahir untuk melindungi atau pun mungkin menghancurkan dunia. Peta Eremidia http://www.nible.org/images/worldmapver2.jpg < peta ini bersifat temporary, anda bisa menambahkan daerah sendiri di eremidia >Important Fact - setting Eremidia adalah antara abad feudal dan pre modern. sekitar 2200 C.Y cek lebih lanjut di sini - Eremidia membutuhkan banyak hunter karena kemunculan misterius para monster-monster asing. - Ibukota Eremidia ini cukup luas terdiri dari 4 bagian kota. dikelilingi tembok raksasa. ada 4 Quest Center di kota. Quest Center adalah tempat untuk mencari Quest bagi para Hunter. - para bandit serigala padang pasir/Desert mengacau di wilayah selatan negara eremidia. - Winhart family adalah keturunan keluarga penyihir yang cukup terkenal di pusat kota Eremidia. fakta2 lainnya bisa dlihat disini rmid.forumotion.net/t5706-eremidia-verse-central-database Richter's stories chapter 1chapter 2chapter3chapter4chapter5chapter6chapter7chapter8chapter9chapter10chapter11Cokre's stories chapter 1chapter2chapter3chapter4chapter5Izn's stories chapter 1chapter 2Clover's stories chapter1chapter 2Signus's stories chapter 1chapter 2chapter3chapter4chapter5chapter6chapter7chapter8chapter9Roland's stories Chapter 1[/END] Nacht's stories chapter1chapter2chapter3chapter4chapter5chapter6chapter7mcpherson 's stories chapter 1lowling's stories chapter1Theo's stories chapter1chapter 2chapter3chapter4EmperorAlan's stories Chapter 1nisa's stories chapter 1chapter 2chapter3chapter4Whitehopper's stories chapter1chapter2Aegis's stories chapter1chapter2Radical Dreamer's stories chapter 1Lyonesse's stories chapter 1superkudit stories chapter1chapter 2chapter3yukitou's stories chapter 1echizen's stories chapter1aidil's stories chapter1kabutop's stories chapter1chapter2
Terakhir diubah oleh shikami tanggal 2012-07-13, 05:49, total 12 kali diubah |
| | |
2012-07-12, 23:17 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
hyperkudit Pahlawan Super
Posts : 2288
Awards:
| Chapter 1 : Dark FearChapter 2 : The Dark Knight RisesChapter 3 : ugh!
Beberapa jam setelah aku meninggalkan desa, cukup sepi tapi tidak lebih sepi dari penjara, setidaknya disini terang, dan suara yang kudengar tidak cuma tetesan air dari pipa. “Oke.. menyebar terror sudah, selanjutnya apa yang akan kulakukan ya?” gumamku pelan. Tunggu sebentar, aku tidak yakin menelanjangi seorang pria dan membuatnya mengompol itu merupakan terror yang benar, dan ada satu hal yang aku lupa, sesuatu yang cukup penting, setidaknya bagiku. PLAK! Aku menepuk dahiku, aku baru ingat belum menjemput tuan Winkle dari Shirloin-something, terkadang aku merasa menyesal menjadi seorang yang kelewat jenius, saking jeniusnya pikiranku sering ngelantur dan terlihat bodoh didepan orang lain. Tapi jangan pernah sekalipun berpikiran aku benar-benar bodoh, Karena sebenarnya aku hanya berpura-pura bodoh untuk membodoh-bodohi orang lain agar kejeniusanku tertutupi, walaupun sebenarnya dalam lubuk hati terdalam aku sendiri tidak yakin aku ini orang yang pura-pura bodoh, atau benar-benar orang bodoh yang menganggap dirinya jenius? ARGGHH!! Cukup sudah kata ‘bodoh’ nya, itu benar-benar mengganggu. Kembali ke permasalahan awal, sekarang bagaimana aku menemukan tuan Winkle? Ah.. untuk menemukan tuan Winkle, aku harus menemukan Sirloin-something, dan untuk menemukan Sirloin-something aku harus kembali ketempat semula, desa kecil yang disebut Eremidia oleh para goblin, walau setahuku Eremidia terakhir yang kulihat itu merupakan sebuah kerajaan yang besar, mungkin itu hanya ke-kurang pengetahuan-nya para goblin yang seingatku dulu hidup menyendiri dan menghindari kontak langsung dengan bangsa manusia. “hmmph..” aku menahan tawaku, kenapa aku bisa berpikir dangkal seperti itu? Petir tidak akan menyambar tempat yang sama dua kali. Kembali ke tempat yang sudah kau tinggalkan karena ada hal yang tertinggal itu samasekali tidak keren. Cara terkeren yang bisa kulakukan sekarang hanya berjalan kearah angin berhembus, sambil berharap Sirloin-something secara ajaib jatuh dari langit.. Ralat, maksudku secara ajaib tuan Winkle jatuh dari langit, aku tidak terlalu membutuhkan Sirloin-something disini. Aku berjalan dan terus berjalan, semenjak 30 tahun terakhir, hanya sebuah Ucok yang menjadi makananku, aku sedikit menyesal kenapa tidak sekalian kumakan saja pria di desa tadi, tapi jika kumakan, tidak aka nada yang menceritakan kepada orang-orang bahwa aku telah kembali. Kurasa aku harus ke kota, sekalian melihat-lihat perubahan apa saja yang sudah terjadi pada dunia atas semenjak kutinggalkan. Tiga hari berlalu, dan aku akhirnya tersadar sedang tersesat, tidak ada satupun binatang atau monster atau manusia yang bisa kutanyai atau kumakan. Aku sudah terbiasa tidak makan selama ratusan tahun, tapi aku belum pernah tersesat sebelumnya. Posisi pohon-pohon benar-benar berubah semenjak terakhir aku ke dunia atas. Matahari semakin menyengat, akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat di tepi sungai, meminum air yang cukup jernih, sampai ada seekor anak rusa lucu menghampiriku. ------------------------------------------------------------------------------ “Errrggghh..” Sendawaku terdengar seperti raungan singa. Kurasa camilan tadi sudah cukup mengisi perutku yang kosong selama 30 tahun terakhir. Akupun melanjutkan perjalananku, meninggalkan sisa-sisa anak rusa yang cukup lucu untuk jadi camilanku. Tiga hari kemudian, perjalananku makin suram. Aku semakin tidak tahu berada dimana, bahkan sempat berpikir bahwa aku berada di dunia lain. Kakiku sudah cukup lelah berjalan, akupun merebahkan diriku, mungkin lebih tepatnya tengkurap di rerumputan, jika dilihat dari sudut pandang orang lain, kurasa aku benar-benar seperti pria paruh baya yang sekarat. “hey lihat apa ada mayat..” kudengar suara seseorang dari kejauhan, tapi tidak ku gubris karena saat itu aku benar-benar mengantuk. Selanjutnya aku merasakan sesuatu mencolek-colek diriku, membuatku risih dan bergerak kecil, berharap mengusir binatang yang menggangguku. Selanjutnya entah mengapa dan bagaimana, aku terbangun di sebuah ruangan, jauh lebih bagus daripada penjara. Dan yang lebih penting bagaimana aku bisa sampai ditempat ini? Berjalan ketika tertidur? Demi Raja Iblis, ini hal paling ajaib yang pernah terjadi padaku. -to be continued- |
| | | 2012-07-13, 00:01 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
richter_h Salto Master Hancip RMID
Posts : 1705 Thanked : 30 Engine : Other Skill : Skilled Type : Developer
Awards:
| The Tale of Vent McGraves Chapter XIKlik to Chapter X"Vent? Vent, bangun. Vent?" Suara itu dia kenal betul. Suara yang sedikit lembut nan unyu unyu gimana... E? Tunggu. Jangan jangan... Ternyata benar. Dugaan Vent tidak salah maupun meleset. Saat membuka matanya, wajah tersenyum itu membuat Vent bersumpah pada semua leluhur semua ini tidak pernah terjadi. "Ente?! " "Iya. Ini aku." Ternyata wajah itu, sosok yang sebelumnya dilihat oleh Vent itu adalah Vischelia, gadis yang dia tinggalkan di ibukota beberapa hari lalu. "Sejak kapan ente..." "Aku mengaku saja kalau begitu," Vischelia menoleh ke luar jendela dan berkata, "Sebenarnya, aku mengikutimu begitu kamu keluar kota. Saat aku menemukanmu di tumpukan salju, aku segera membawamu ke sini." "Demi semua leluhur, ente udah gila, ya?!" Vent yang masih pusing terlalu banyak tidur bangun dan duduk bersila di ranjang. "Ane udah bilang kan, kalo perjalanan ke sini itu bahaya banget. Tapi, ane nggak yakin ane bisa bawa balik ente ke ibukota secepatnya..." "Tidak apa-apa, soalnya aku memang ingin terus bersamamu." JEDHUAR!! Pikiran Vent seakan meledak. Kata-kata pamungkas dari seorang gadis itu membuatnya terdiam, tanpa kata tanpa suara, bahkan tanpa napas. "Vent? Vent?! Bernapaslah!" Tidak digubris, Vent yang sejak tadi tidak bernapas akhirnya pingsan. Vischelia jadi kerepotan karenanya... -- "Terima kasih atas kunjungannya ke desa Ravenmore." Penjaga penginapan itu sepertinya terpana saat melihat Vent dan Vischelia pergi. Mereka berdua adalah sepasang kekasih? Jangan harap, kawan. Memangnya ada gadis yang suka sama seorang pemabuk berat yang rada ngotot dan keras kepala? Yah, kayaknya untuk kasus Vent kali ini, lain ceritanya... Ravenmore. Masih jauh dari kota penghasil biang madu Nord yang para penduduk di desa sebut dengan nama kota Northreach. Tetap didominasi dengan warna putih salju, desa ini lumayan rame. Maklum lah, Ravenmore ini ada diantara Eremidia dengan Northreach, dan jadi tempat singgah favorit para pengelana. Desa ini lumayan kecil, namun tidak terlalu sepi. Banyak orang, banyak barang, dan pastinya banyak bir yang lalu lalang! Setelah dari toko perlengkapan untuk membeli beberapa setelan penghangat badan, Vent berniat melanjutkan perjalanan ke Northreach. Namun, "Vent, aku ingin melukis tempat ini. Boleh, kan?" Vent hanya bisa menghela napas, lalu dengan sesantai-santainya dia bilang, "Oke, tapi jangan lama. Perjalanan masih jauh dan ane ngga mau ente sampe ketimbun salju." "Baiklah!" Vischelia begitu semangat mendengarnya. -- Di satu bukit dekat Ravenmore, kira-kira 500 langkah jauhnya, Vischelia melukis pemandangan desa dan sekitarnya. Warna putih salju yang begitu banyak menutupi kertas, dan lembut. Sementara Vent duduk rada jauh dari Vischelia, minum sebotol bir dan mencoba memahami hikmah dari perjalanannya kali ini. Memang, melakukan perjalanan dengan gadis imut itu luar binasa susah dan banyak halangan rintangan membentang, namun semua tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran untuknya... "Desa ini sudah kuabadikan..." Vischelia mengakhiri lukisannya. Lukisannya bisa disetarakan dengan aslinya; indah dan begitu hidup. Walau dia aslinya adalah seorang pelukis di medan perang, sekarang dia kebanyakan melukis tempat-tempat dan kedamaian yang bisa dia lukis saat itu juga. "Oi, Pissel, udah beres, kan?" Vent berdiri dan meregangkan badannya yang mulai pegel-pegel kelamaan duduk. "Kita lanjut perjalanan..." Vischelia berkemas dan bergegas untuk melanjutkan perjalanan bersama Vent ke Northreach. Menuruni bukit, menyusuri lereng gunung dan melewati pepohonan yang tertutup salju. Mereka tidak berjalan beriringan; Vent di depan sementara Vischelia jauuuuh agak di belakang. Namun, saat di lebatnya pepohonan lereng gunung, Vent menyadari ada sesuatu yang memperhatikan mereka. "Pissel, merapat sini." Vent berbisik sambil memberi aba-aba untuk menghampirinya. Vischelia pun menurutinya dan berlari kepada Vent. Sesuatu yang menarik berbahaya dan penuh aksi sepertinya akan terjadi, menurutnya... "Semoga halal dan leluhur menyertai kita..." Klik to Chapter XII
Terakhir diubah oleh richter_h tanggal 2012-07-13, 07:50, total 1 kali diubah |
| | | 2012-07-13, 03:46 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
fly-man
Poison Elemental Anak Cantik
Posts : 917 Thanked : 11 Engine : RMVX Skill : Beginner Type : Artist
Awards:
| SadnessHari ini, hari penuh duka pada kaum kami para goblin. 2 orang hangtulah meninggal pada hari yang sama, 50 Cuk goblin menemaninya menuju surga, dan aku hanya bisa berlari sejauh mungkin tanpa bisa melakukan apa -apa. Goa Goblin rahasia -El-Nurlaine- adalah goa yang berada di bawah tanah, hanya orang - orang yang paham betul seluk -beluk hutan timur yang bisa sampai kemari. Tidak satupun manusia pernah datang, dan kini, tepat saat ini, kami para Goblin sedang berkumpul di El-Nurlaine. Upacara kematian segera di mulai. Mahjemrong, kepala suku kami menyalakan api duka cita tepat di atas patung dewa Simbalatupang, Dewa tertinggi kami. Patung tersebut menyala, cahyanya terang menyinari seisi goa. Semua orang yang menghadiri acara penuh duka ini kini terlihat. Para hangtulah duduk di barisan terdepan, du susul para cuk Goblin duduk teratur. Goblin betina duduk lagi di belakangnya, sebagian anak goblin yang masih kecil duduk di pangkuan ibunya. Sebagian lainnya yang sudah agak dewasa duduk di bangku paling belakang. Ah, aku salah!!! Ada yang lebih belakang dari itu, Shanto si Werewolf, Budangdang si Ogre, dan Timoniho si Cobold. Mereka bertiga adalah beberapa tahanan yang kami bebaskan tadi siang hingga mengorbankan 2 Hangtulah. Kini mereka mengabdi pada kami untuk membalas budi katanya. Mahjemrong mengangkat tangannya tinggi - tinggi, seolah skalaktit di atas kepalanya ingin sekali dia raih, mulutnya terbuka, dan nyanyian - nyanyian peribadatan kami para goblin pun mulai terdengar. Seisi Goa ikut menyanyi. Suasana Goa sungguh mencekam sekaligus mengharukan. Tepat seperti waktu itu. Waktu di mana aku di angkat sebagai seorang hangtulah. Bedanya, kini aku duduk di sini m dan dulu aku berada di tengah tepat di depan patung Simbalatupang. Sekedar saja, inti dari nyanyian - nyanyian ini adalah untuk mendo'akan arwah para pahlawan agar sampai dan diterima oleh para leluhur, kemudian memberikan berkat pada kami.. agar kami dapat lebih tegar dan makmur dalam hidup. 7 cuk goblin maju menari - nari mengelilingi api dari patung Simbalatupang. Biasanya upacara ini berhenti ketika fajar datang menjelang, namun kali ini berbeda. Mendadak Mahjemrong mengangkat tangannya hingga setinggi wajahnya. Telapak tangannya ia pamerkan pada kami semua, kemudian ia mulai berucap dengan nada suara cukup tinggi , "Berhenti" . Seketika semua yang bernyanyi mendiam sepi. Semua orang menari berhenti bertingkah. Goa El-Nurlaine hening dalam beberapa saat. Mahjemrong mengacungkan jari telnjuknya. Lalu mengarahkan ujungnya padaku. Aku diam, bingung, tidak tahu apa - apa. "Sirloin, majulah kau kemari", ujarnya tegas. Aku hanya berdiri, tak sanggup aku melangkahkan kaki, aku benar - benar tak tahu apa yang akan terjadi. Mungkinkah ia akan menghukumku karena ide busuk-ku 2 orang Hangtulah mati hari ini. "Cepat maju kau kemari", dia berkata lagi dengan nada lebih tinggi. Aku melangkahkan kaki, perlahan sekali.. hingga akhirnya, aku benar - benar berada di tengah kerumunan. Tepat berada di depan patung Simbalatupang. "Hari ini kita telah kehilangan 2 orang hangtulah karena satu orang hangtulah sok berani ini!!! Melawan bangsa atas dengan kepala tegap. Membebaskan saudara - saudara kita dari kekejaman mereka", Mahjemrong memulai pidatonya. "Oleh sebab itu ia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya, balas semua kelakuan keji bangsa bajingan Manusia!! Yang semakin hari semakin memberikan kerusakan, kesengsaraan, keputusasaan pada bangsa kita!!", Mahjemrong melanjutkan pidatonya. "Apa kau siap untuk menerima tanggung jawab itu?", Mahjemrong melihat ke arahku dengan tatapan tajam. Aku hanya bisa menganggukan kepala dengan ragu. "JAWAB DENGAN TEGAS!!!", Mahjembrong berteriak. "SiAP!! SAYA SIAP!!" , jawabku lantang sekali. Goa El-Nurlaine senyap hening kembali beberapa saat. Mahjemrong terlihat sedikit tergesa. Tangannya ia masukan ke dalam bajunya. Bukan, bukan baju, hanya kain kumal penuh sobekan berwarna coklat kumal. "Ini!!!" , dia mengeluarkan sesuatu dari tangannya, ia mengeluarkan sebongkah batu. "Ini adalah kekuatan baru bagi bangsa kita, serpihan batu ini adalah milik makhluk aneh di luar sana, makhluk yang sangat kuat hingga membuat para manusia itu kewalahan, namun sayang sekali. Makhluk itu harus menemui ajalnya saat hak-nya untuk hidup di ambil manusia", Mahjemrong menundukan pandangannya. Ah apakah benar? makhluk itu? makhluk yang aku lihat di depan Goa kemarin? Mahjemrong memang hebat dalam melihat dunia, dalam menyadari siapa yang kuat dan siapa yang berguna bagi bangsa. "Dengan batu ini, akan aku anugerahkan kekuatan baru padamu Sirloin, untuk menunaikan tanggung jawabmu hari ini!!!", Mahjemrong ber-api - api. mulutnya mulai komat - kamit. Patung Simbalatupang tiba - tiba membuka mulutnya. Dulu saat upacara pengangkatan Hangtulah, mayat para hunter hebatlah yang dimasukan, namun kali ini, hanya sebongkah batu. Benar - benar sebongkah batu ia masukan kedalamnya. Mahjemrong mulai bernyanyi kembali, diikuti para goblin seisi Goa. Cuk Goblin yang tadi di depan untuk menari melanjutkan tariannya. Mata Simbalatupang menyala, cahayanya mengenai tubuhku, selanjutnya aku benar - benar tak tahu apa yang terjadi. Fajar menyingsing, suara kokok ayam terdengar , kepakan burung ubul - ubul kian menjelas. Aku membuka mataku perlahan.. Suara teriakan semangat dengan mengangkat tangan dari para goblin membuatku sadarkan diri lebih cepat, aku tercengang. Tubuhku benar - benar berubah, Aku berdiri dengan tegap. Mengangguk sebentar pada Mahjemrong, lalu mengangkat tanganku tinggi - tinggi sambil berteriak, "Ayo kita balas kelakuan biadab manusia!!!" Sorak Sorai terdengar, hauuuu- hauuuu.. mungkin hanya itu yang bisa di dengar oleh manusia, namun lain bagiku. Ini adalah teriakan semangat luar biasa dari bangsaku. Hari Pembalasan segera dimulai. |
| | | 2012-07-13, 06:59 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
Signus Sanctus Newbie
Posts : 69 Thanked : 3 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Developer
Awards:
| Chapter 9 Link-------------------------------------------------------------------------------------------------------- Chapter X : Chrome Familia "SUDAH KUBILANG FOKUSKAN SELURUH SENSE-MU PADA UJUNG PEDANGMU, SUDAH 10 HARI KAU TERUS BERADA DALAM POSISI SEPERTI INI DAN KAMU SAMA SEKALI TIDAK ADA KEMAJUAN!!!!!!" Kepalaku dipukul dengan benda mirip kipas yang tidak begitu sakit namun entah mengapa mampu melukai lubuk hatiku yang terdalam, kalau tidak salah Hibana menyebutnya dengan "Harisen", namun bukan itu masalahnya. Selama 10 hari ini aku diminta untuk menanggalkan bajuku, melakukan posisi duduk dengan kakiku menyilang, yang membuat kakiku kram selama berhari - hari, dan aku terus memegangi pedangku dengan posisi yang "sama". "Dari yang kulihat, kamu bukan orang yang mengandalkan kecepatan sendiri, ataupun tenaga kasar mu sendiri, kamu cukup bergantung pada situasi dan mengerahkan tenagamu pada situasi tertentu, dan itu yang membuatmu bisa dengan mudah kalah oleh Tyrant tersebut, kau harus bisa mengerahkan tenaga maksimalmu dari pertama kamu menarik pedangmu, dan untuk itu, yang pertama kali harus kamu lakukan adalah FOKUS!!!!" Entah sudah berapa ratus kali aku mendengar kalimat tersebut, sudah benar - benar bosan aku dikerjai oleh wanita ini... "Ini sih bukan cara cepat untuk menjadi Class A, melainkan jalan terlambat....!" Ucapku sinis "JANGAN PROTES!!!" *PLAKK!!! Kembali aku ditampar oleh Harisen milik Hibana terus menerus, tanpa henti nya aku terus disuruh melakukan pose ini sampai dia puas. *** Aku hanya duduk termenung dibawah pohon penuh tumpukan salju sambil menikmati pemandangan gunung putih yang terbentang besar sekali. "Hibana." "Ya?" Jawab Hibana sedikit halus. "Mungkin aneh jika aku bertanya seperti ini sekarang, tapi apa manfaatnya untukmu melatihku seperti ini? Selama ini aku benar - benar tidak ada kemajuan, dan dari yang kulihat, meskipun aku berhasil nanti, tidak ada untungnya sama sekali buatmu, kenapa kau harus memaksakan dirimu seperti ini?" Hibana sedikit tertawa. "Ahaha~!" "Hmm?" "Sepertinya, yang mengalami kemajuan itu bukan fokusmu, tapi sisi manusiawimu, sekarang kamu jadi lebih paham cara berbicara dengan orang lain, tidak seperti 10 hari sebelum aku bertemu denganmu~!" Ucap Hibana sambil sedikit tertawa lagi. "Memang benar, seharusnya tidak ada untungnya bagiku untuk mengajarimu hal - hal seperti ini...." Hibana memejamkan matanya, kemudian menatap langit. "Mungkin aku... mencoba untuk memaafkan diriku sendiri..." Aku hanya memperhatikan Hibana dengan sedikit seksama. "Dulu, di perguruanku, hanya ada 2 murid ninja, aku dan adik laki - lakiku, aku sangat menyayangi adikku, dan aku akan berbuat apapun untuk melindunginya...." Hibana sedikit tertunduk. "Namun, ia memberontak, ia sama sekali tidak mau terus kulindungi, ia terus berlatih sendiri tanpa pengawasan guru kami, sering bertindak ceroboh...." Terlihat Hibana mulai menitikkan sedikit air mata. "Dan akhirnya... Ia harus meninggalkan dunia ini.... ia terbunuh... oleh salah satu monster S Class.... Chrome Joker...!!!!!!" Hibana mengepalkan tangannya, dan matanya mulai berlinang air mata. "Jadi begitu....." Aku hanya bisa tertunduk mendengar cerita tersebut, aku yang dulu mungkin tidak akan menggubriskan hal ini, namun entah mengapa aku cukup mengerti perasaan Hibana sekarang ini... "Sekarang kau jadi lebih manusia ya?" DEG!!! Aku langsung berdiri, merasakan hawa keji yang sama sekali belum pernah kurasakan, melebihi hawa yang dikeluarkan oleh Chrome Disaster. "SIAPA KAU!?!?!" Hibana pun menarik pedangnya dari sarungnya. "HAH? KAU...!?!?" "Sudah berapa ratus tahun tidak berjumpa! HAHAHAHAHAHA!!!!" Muka Hibana langsung penuh dengan emosi, dendam, dan amarah, aku bisa merasakan kebenciannya yang menggebu - gebu pada Hiban yang sekarang tertuju pada makhluk tidak jelas tersebut. "CHROME JOKER!!!!!!!!!!!" Hibana langsung maju menerjang monster tersebut, namun *ZLEBBB!!!!!! Perut Hibana tertusuk dengan mudahnya oleh ekor tipis monster tersebut. "U.... AGHK!!!" "HIBANA!!!!" Aku langsung lari menerjang Monster tersebut "FINAL BLADE SAVER!!!!" Kuhentakkan serangan Tenaga Tebasanku, yang ternyata sekarang lebih besar daripada sebelumnya "WHOA!!!! Sejak kapan kau memiliki serangan baru seperti itu, Arphage?!?!?" "Eh?" Monster tersebut langsung meloncat kebelakang, dan aku langsung mendekati Hibana, menghentikan darah yang terus mengalir dari perutnya. "Arphage, bukan sifat aslimu untuk menolong manusia seperti itu, lepaskan dia sekarang juga....!!!!" Mendadak seseorang berada dibelakangku, aku hanya bisa menghindar sekilas, meskipun aku tahu serangannya akan tetap melukaiku.... *BRETTT!!! "GAH!!!!" Setidaknya Hibana tidak mendapatkan luka tambahan. "Si... siapa kau...." "Kejam sekali kamu melupakan kami semua, Arphage...." Aku menoleh kearah belakangku, yang posisinya sangat jauh namun aku yakin ia mampu melukaiku dari jarak sejauh itu, sambil berlari ke tepian, aku menghindar, entah menghidar dari apa, namun... *ZLEBB!!!! "UGH!!!!!" Sebuah tombak es menyerempet pundakku, dan kulihat ditempat dimana aku berpijak barusan, sudah ada ratusan Tombak es terhujam disana. "Eh?!?!" Dan semakin aku melihat mereka, semakin aku merasa mereka semua bukan manusia... "Ugh?! Angin kencang ini.... tidak normal...!!!" Aku melihat keatas, kulihat sebuah burung besar berkepak sangat tinggi dan kencangnya sampai anginnya terasa sampai sini. "Sepertinya... kau benar - benar kehilangan seluruh ingatanmu, Arphage...." Mendadak sebuah Magic Seal besar timbul, dan dalam sekejap sesosok makhluk besar yang memiliki aura yang mengerikan muncul... "Apa... SIAPA KALIAN SEMUA SEBENARNYA?!?!" Teriakku melihat kelima monster yang memiliki aura yang benar - benar berbeda dari monster biasanya, bahkan Chrome Disaster pun tidak ada apa - apanya dengan monster - monster yang kuhadapi sekarang ini. "Malang sekali nasibmu sekarang ini, Arphage..." seseorang berbaju hitam legam berdiri didepan kelima orang tersebut, posturnya terlihat sangat manusia, namun aura dan hawa orang tersebut terlihat sangat hitam, seakan - akan dia adalah entitas lain yang benar - benar berbeda dari semuanya. "Arphage.... return back to us....!" "Aku tidak paham maksud kalian sama sekali.... Aku Phoenix, dan siapa yang kalian maksud dengan 'Arphage'??" Lelaki berjubah hitam itu tertawa sedikit "Khuhuhuh, sepertinya kau memang benar - benar kehilangan ingatanmu... Baiklah, akan kuberitahu...." Tangannya menunjuk kearahku. "Kau adalah salah satu dari kami, Arphage, atau lebih lengkapnya, Chrome Arphage, kau adalah salah satu dari 7 Heavenly God Monster seperti kami!!" DEG!!!!! Aku bereaksi dengan nama tersebut, seolah - olah merupakan suatu nama yang familiar dengan diriku. "A... apa...?!?!" Aku tidak punya ekspresi yang lain, aku hanya bisa sedikit demi sedikit menyerap fakta tersebut... "JANGAN BOHONG KAMU!!!" Hibana, yang sejak tadi kehilangan kesadaran, langsung meneriaki keenam monster tersebut. "Phoenix adalah manusia, bukan monster seperti kalian!!!!" "HAHAHAHAHAHAHAH, JIAAHAHAHAHAHAHAHA, KAU TIDAK TAHU APA - APA, GADIS KECIL!!!!!" Ucap monster yang barusan menusuk Hibana tertawa keras. "Biar aku jelaskan... Kita adalah 7 Deadly Sins yang dibentuk oleh Kerajaan Garnean, dan kita lahir dari kekuatan besar sang raja terkuat bernama Magus." Magus, salah satu raja yang konon kekuatannya setara dengan Sir Dnasman V. "Selain kita semua memiliki kekuatan regenerasi yang sangat tinggi, kita juga dilengkapi dengan Sihir 'Laser Force' yang cukup mematikan, dengan 'Repel Force' yang cukup tinggi, dan ability khusus lainnya, selain itu, kita memiliki kemampuan untuk melahirkan monster Chrome lain yang memiliki salah satu trait dari kita semua." Jadi, asal Chrome Disaster itu.... "Namun, Dnasman dan Hero - heronya mampu mengalahkan kami, dan menyegel kami di 7 tempat yang benar - benar berbeda, dan Magus pun dikalahkan...!" Tiba - tiba orang berbaju hitam tersebut maju dan menatapku dengan pandangan keji. "TAPI MEREKA BERBUAT KESALAHAN...!!!!!" Ia menunjukku dengan sigap. "Mereka semua tidak menyadari bahwa salah satu Hero mereka telah kami tukar, dan akhirnya dari kami bertujuh, hanya kami, Chrome Valedict, Chrome Lichteis, Chrome Joker, Chrome Divina, Chrome Medea, dan Chrome Diabolic, yang tersegel bersamaan dengan tewasnya Magus!!!!! Dan orang yang terbebas itu tidak lain tidak bukan adalah KAU, CHROME ARPHAGE!!!!" Hibana terkejut tidak percaya mendengar hal tersebut, akupun cukup syok mendengar masa laluku yang tidak lain tidak bukan adalah salah satu Monster buatan Magus... "Tapi aku tidak terlalu kaget, karena waktu itu kau mati - matian melawan Sir Dnasman VI dan kalah, meskipun kau berhasil membuka segelku, dan aku mampu membebaskan saudara kita yang lain...!!" Itukah yang terjadi...?!? Itukah yang membuatku kehilangan ingatan.... "Sekarang, saatnya kita kembali ke Eremidia, Chrome Arphage, saatnya kita serbu kota menjijikkan itu kembali bersama - sama, kita hancurkan kota tersebut tanpa sisa, dan mengembalikan kejayaan kerajaan Garnean!!!!!!!!" DEG!!!!! Hancurkan kota...? "Hei....!" "Hmm?" "Memangnya apa yang akan kau lakukan kepada penduduk Eremidia?" Tatapku dingin dan keji kepada keenam monster itu, meski tidak akan efektif. "Tentu saja yang melawan akan kita penggal, kemudian kita jadikan makanan Goblin, dan untuk yang lain, akan kita jadikan Slave Breed untuk melahirkan makhluk - makhluk yang lebih kuat!!!" DEGDEGDEGDEGDEG!!!!!!!!!!!! Dikepalaku terbayang hukuman - hukuman yang menanti manusia - manusia tersebut, aku tidak pernah merasa semarah ini, karena mereka kuat, mereka mampu melakukan itu semua, namun.... "Tidak akan.....!!!!!" "huh?" "FINAL BLADE SAVER!!!!! EXTEND!!!!!" Pedangku bercahaya lebih terang dari biasanya, Tenaga sabetan yang kukeluarkan lebih besar daripada sebelumnya, dan sabetan itu mampu membelah keenam monster itu dengan gampang. "GAHK!!" "GUH!!" "GHWAAARK!!!!" "KYAAH!" "AGH!!" "CIH!" Namun percuma, seperti halnya Chrome Disaster, mereka memiliki kekuatan regenerasi yang terlampau kuat. ".......................... Apa maksudnya ini, Chrome Arphage....?!" "........... Aku adalah Phoenix....!" "KAU MAU MENGKHIANATI TUAN MAGUS!?!?!? YANG TELAH MEMBERIMU NYAWA?!? YANG TELAH MEMBERIMU KEKUATAN!?!? YANG TELAH MEMBERIKANMU SOSOK SEPERTI ITU?!?!?!?" "Aku lebih berterima kasih jika aku tidak dilahirkan ke dunia yang merepotkan seperti ini." "KAU PENGKHIANAT!!!! ARPHAGEEEEEEEEEEEEEEE!!!!!" "Phoenix!!! tutup matamu!!!!" *BLAAAAAAAAAAR!!! Hibana melontarkan bom kakunya kepada keenam monster itu, membuat mereka berenam tidak bisa bergerak sama sekali. Aku berlari, sambil membawa Hibana di gendonganku, terus berlari, karena aku yakin aku yang sekarang tidak akan bisa melawan mereka berenam sekaligus. "ARPHAGEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE!!!!!!!!!" Suara itu terus terngiang ditelingaku, dan aku yakin untuk seterusnya, aku akan bertarung mati - matian dengan mereka. *** Sambil terus berlari, Hibana menatapku dengan pandangan penasaran. "Phoenix... kenapa kamu menolak ajakan mereka....?" Tanya Hibana penasaran, dan aku hanya tersenyum menjawab... "Mungkin aku memang monster...." Ucapku sedikit perih... "Tapi aku masih mempunyai seseorang di Eremidia yang menungguku, yang mau memelukku, yang mau melindungiku... dan yang mau menyayangiku...." Ya, aku masih memiliki Leila, dan aku tidak akan biarkan keenam monster yang sudah tamat sejak zaman Dnasman V untuk muncul dan menghancurkan hidup Leila...! Akan kulakukan apapun untuk itu...!! To be continued |
| | | 2012-07-13, 07:11 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
richter_h Salto Master Hancip RMID
Posts : 1705 Thanked : 30 Engine : Other Skill : Skilled Type : Developer
Awards:
| The Tale of Vent McGraves Chapter XIIKlik to Chapter XI"Semoga halal dan leluhur meyertai kita..." Vent tidak salah. Dari tadi menyusuri pepohonan perasaannya sudah nggak enak. Ternyata, beberapa orang beringas yang tidak memakai pakaian selain kolor dan tahan dinginnya cuaca lereng pegunungan bersalju itu, berwajah garang dan seperti pengen diajak gelut, dan membawa beberapa macam senjata; baik gada maupun kampak. Sepertinya orang-orang itu serupa dengan Barbarian yang pernah dia temui di Northrend dulu. Ciri-cirinya hampir sama, namun yang versi dunia ini mereka lebih beringas, berwajah garang dan lebih bergerombol--dibandingkan dengan Barbarian Northrend yang tidak lebih dari 3-4 orang per komplotan. Enam atawa tujuh Barbarian itu mengepung Vent dan Vischelia, berharap mereka bisa membunuhnya dengan mudah. Tapi, mereka tidak tahu siapa yang mereka hadapi. Tanah, semak-semak dan pepohonan bersalju itu menjadi tempat bertarung antara Vent dan para barbarian ngamuk. Berbeda dengan para Goblin yang nyerangnya keroyokan, Barbarian nyerangnya maju satu per satu. Selera Vent. Satu demi satu Barbarian itu terpental, namun namanya juga orang barbar, mereka kembali bangun dan bersiap untuk menyerang Vent yang sudah sigap dan penuh aksi. Pertarungan berlangsung begitu lama. Tunggu. Sementara Vent melayani para barbar, kemanakah Vischelia? Dia berada agak jauh dari tempat pertarungan. Entah kapan dia ke sana, tapi yang jelas dia mengabadikan pertarungan antara Vent dan para barbar utara. Coretan demi coretan tinta dilukiskan pada kertas, dengan wara putih salju yang mendominasi, dia berusaha melukiskan pertarungan itu. Namun, lukisannya belum selesai, seseorang menyerangnya dari belakang. Ternyata masih ada satu orang barbar yang mengincar kesempatan saat Vischelia fokus pada lukisannya... Sekonyong-konyong barbar itu menyergap Vischelia, namun karena Vischel sudah berpengalaman dalam medan pertempuran--menghindari segala serangan yang datang padanya, dia menghindari barbar itu. Lantas barbar itu tersungkur ke salju. Barbar itu melemparkan kampaknya, Vischel menghindari lemparan kampak berbahaya itu dengan indahnya. Tidak tergores sedikitpun pada badannya. Saat dia masih melayang dan kakinya belum menyentuh tanah, tiba-tiba sebuah kampak lagi melayang ke arah dirinya. Itu mungkin dari salah satu barbar yang sedang bertarung melawan Vent. Seketika dia mengeluarkan papan gambarnya, dan papan itu menyelamatkannya sekali lagi walau sekarang papan itu terbelah menjadi dua bagian. Vischelia lantas merapat ke Vent, sementara para barbar kembali mengepung mereka. Bergerak perlahan menuju ke arah pasangan itu, para barbar bersiap untuk menyergap mereka. Sementara Vent--yang memegang barelnya bersiap untuk kemungkinan terburuk, Vischelia menggambar kembali rapalan nyentrik pada secarik kertas beralaskan sepotong papan gambar yang tersisa. Situasi menjadi makin menegangkan disini, saudara-saudara... Satu... Dua... Dan... Begitu mereka menyergap Vent dan Vischelia bersamaan, tiba-tiba mereka terpental jauh ke belakang, menjauhi pasangan semi-mustahil itu. Ada yang nyungslep di tanah bersalju, ada yang nyangkut di pohon, ada yang masuk ke semak-semak, semuanya terpental. "Ente pake jurus itu lagi, ya?" Vent hanya heran saat para barbar itu beterbangan menjauhi mereka. "Apa enggak apa-apa? Ane masih inget ente dulu pake tu jurus dan berakhir pingsan." "Kalau hanya segini, tidak masalah," Vischelia menghela napas. Sepertinya dia tidak sebagus tadi kondisinya, pikir Vent. Dari raut wajahnya terlihat gadis itu sedikit kelelahan. Sementara Vischelia mengambil lagi beberapa perlengkapan melukisnya yang terjatuh saat menghindari serangan orang barbar semi bugil itu, terlihat salah satu barbar berusaha untuk berdiri. Tidak disadari baik olhe Vischelia maupun Vent. "Oke, kita lanjut sebelum matahari terbenam." Sahut Vent. Beberapa langkah kemudian, saat Vent dan Vischelia meneruskan perjalanan, tiba-tiba barbar yang tadi telah sadar menerkam Vischelia yang buyar konsentrasinya karena kelelahan telah mengeluarkan jurus nyentrik tadi. Suara sergapan si barbar itu tidak terdengar oleh Vent--jarak antara Vent dan Vischelia belasan langkah, dan Vischelia berada di belakang Vent, dan kaget saat melihat Vischelia si gadis imut itu ditindih dan dicekik oleh si barbar itu. Lagipula, sudah mah Vischelia tidak didesain untuk bertarung, dia sudah terlalu letih untuk menghindar bahkan melepas cekikan si barbar. Vent masih tidak sadar Vischelia dalam bahaya. Dia tidak menghiraukan apa yang terjadi pada gadis yang setia mengikutinya itu. Apakah ini menjadi akhir hayatnya? Apakah sekarang dia akan bertemu dengan maut, pikirnya. Dia sudah mulai lemas, tangan mungilnya yang berusaha melepaskan cekikan si barbar itu sudah tidak kuasa lagi. Pandangannya mulai buram. Mungkin saja ini menjadi akhir dari petualangannya untuk melukiskan setiap penjuru dunia... Namun, Cekikan si barbar itu tiba-tiba terlepas. Vischelia langsung terjerembab ke tanah bersalju. Untung saja Vent tidak terlambat menendang wajah barbar yang mencekik Vischelia itu, kalau tidak, garis takdir Vischelia akan sama saja dengan kekasih-kekasih pada pendahulu Vent. Memang, dari semua kisah ayah, kakek, kakek buyut sampai ke generasi pertama keluarga McGraves semuanya diwarnai dengan kematian seorang gadis yang ikut bersama bertualang dan mencari hal-hal baru. Inilah alasan kenapa Vent meninggalkan Vischelia di ibukota saat itu. "HOME RUN!" Teriak Vent setelah menendang kepala barbar itu. Oke, kembali ke pertarungan. Dengan cepat Vent memberikan rentetan tendangan dan pukulan ajib nan berbahaya ke barbar itu, membuatnya tidak bisa berdiri lagi. Tujuh barbar terpental dan satu barbar babak belur, terkapar di dinginnya tanah bersalju dan hembusan angin lereng pegunungan. Sementara itu, Vent harus segera mencari tempat berisitrahat dan untuk merawat Vischelia yang tidak sadarkan diri akibat cekikan barbar yang barbar itu. -- "W-where am I?" Dia tersadar dari tidurnya. Vischelia tidak terlalu ingat apa yang membuatnya tidak sadarkan diri. Namun, sejak kapan dia dibawa ke rumah kabin itu, gumamnya. Dia lihat ada seorang kakek renta duduk di sampingnya dan seperti sedang meracik sesuatu. "D-dimana aku sekarang?" ucapnya rada lemas. "Nak, beruntunglah kamu dibawa ke sini oleh pemabuk itu." Kakek renta itu lantas menuangkan racikannya ke sebuah mangkok kecil. "Beberapa saat lalu, pemabuk itu datang ke sini sambil membawamu yang tidak sadarkan diri. Untung saja kalian bisa selamat dikeroyok barbar itu... Sekarang, minumlah obat ini. Mungkin tidak akan cepat menyembuhkanmu, tapi paling tidak bisa membuatmu tetap bangun." Vischelia bangkit, dan menerima mangkok berisi obat dari kakek itu. Dari aromanya, dia kenal betul apa salah satu bahan obat itu. Baunya sangat kuat, bahkan sampai dia tidak bisa memungkirinya lagi kalau salah satu bahan obat itu adalah bir. Daripada tetap lemas dan loyo seperti sekarang, dia memutuskan untuk meminumnya. "PUHA!!" Wajahnya langsung memerah. Obat itu rasanya nendang, menurutnya. Tapi, rasanya seperti dia pernah meminumnya sebelum itu... "Kakek, apa saja bahan obat ini?" "Beberapa daun Laurel, beberapa tetes sari rempah-rempah dan bir dari pemabuk itu." Kakek itu hanya tertawa melihat reaksi Vischelia setelah minum obat itu. "Tenang, dia bilang itu tidak akan membuatmu mabuk." Mendengar hal itu, Vischelia langsung menghabiskan obat itu. Dia yakin akan cepat sembuh dan bisa meneruskan perjalanan ke Northreach yang jaraknya hanya beberapa perbukitan lagi. -- Beberapa hari kemudian, akhirnya Vischelia sembuh bener. Obat campuran bir dan daun Laurel itu rasanya enak, kata Vischelia--yang sebenarnya sudah berhenti minum. Sebenarnya, dia ingin 'sakit' beberapa hari lagi karena ketagihan obat itu, tapi Vent ngotot untuk tidak memberikan lagi obat kalau Vischelia tidak mengaku sudah sembuh. "Ente itu kan katanya udah berenti minum," lirik Vent dengan tatapan sedikit curiga (tentu saja, lirikan seperti ini ). "Ternyata efek bir itu bisa bikin ente ketagihan. Makanya ane nggak ngasih kakek itu stok bir ane lagi." Vischelia hanya menggembungkan pipinya, modusnya ketahuan oleh Vent. Dia masih ingin minum 'obat' itu lagi, namun apa daya, yang menyediakan bahan utama obat itu tidak memberikan setetespun untuk dijadikan obat. "Tapi, apa kakek itu tidak kerepotan beberapa hari aku dirawat di rumahnya?" Vischelia ingat, karena selama dia berbaring di tempat tidur di rumah kakek itu, baik Vent maupun dia tidak memberikan apapun kepadanya. "Kata siapa ane ngga ngasih apa-apa?" Vent nyengir, seperti menyembunyikan sesuatu di belakang semua ini. "Jangan ane panggil Brewmaster kalo enggak bikin bir." Sementara, sang kakek yang ikut merawat Vischelia itu sedang asik-asiknya mabok di dalam rumahnya yang kecil nan hangat. Sebotol. Sebotol bir dari Vent kayaknya cukup bikin si kakek teler beberapa hari ke depan... Vischelia melihat sebuah menara di horizon, agak terhalangi semak-semak dan bukit. Menara itu sepertinya dikelilingi sebuah kota, dan terlihat kota itu seperti seukuran dengan ibukota Eremidia di selatan sana. Ya. Northreach sudah dekat. Northreach, 500 langkah lagi. Sebuah plang penunjuk sudah memberitahu mereka lebih dari cukup. Dari kejauhan, kota itu terlihat begitu hangat dan asik banget, terlebih di sana ada biang madu Nord yang sanggat diidamkan Vent. "Ayo, Pissel. Kita udah deket kota." Vischelia mengangguk. Semangat tersirat pada wajahnya yang tersenyum. Dia membayangkan seperti apa kota itu dari dekat, walaupun dia ingin sekali menggambarkan kota itu dan seekor tupai yang nongkrong di dekat plang. Vent memutuskan untuk membiarkan Vischelia melukis si tupai di atas tanah bersalju itu sebelum berangkat ke kota yang sudah tidak jauh lagi... Klik to Chapter XIII
Terakhir diubah oleh richter_h tanggal 2012-07-13, 23:07, total 3 kali diubah |
| | | 2012-07-13, 08:47 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
NachtEinhorn Robot Gedek Galak
Posts : 1274 Thanked : 9 Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Developer
| Chapter 8: Prelude to "E" 's ReturnTengah malam, setelah aku bermain kejar kejaran dengan om om yang bisa henshin di atap rumah Eremidia. Kami sudah kembali ke penginapan. Kyrie sudah masuk ke kamarnya sendiri, ditemani Poyo. Akupun sudah merebahkan tubuhku di ranjang, bersiap siap untuk masuk ke alam mimpi... "Wie es aussieht, sind in einem störungsfreien... (It looks like you are in a trouble)" Di sekitarku menjadi gelap, aku tidak bisa menggerakan tubuhku. Di depanku muncul bayang bayang yang familiar, bayang bayang kadal bersayap yang gedenya melebihi gede Paus Gembrot tempo hari... "Ex?" Tawanya menggelegar dalam mimpiku. "Ich sehe alles. Wie es aussieht, in einen lästigen Ära wurden von der Zeit, Gott geworfen worden (I see everything. It looks like you have been thrown into a troublesome era by the time god)" "Kau tahu era ini?" "Dieser Ära mit Abstand dein ist weit, noch bevor Festiana. (This era's distance with yours is far, even before Festiana.)" "Lalu, kau tahu bagaimana cara pulang?" aku sedikit gembira mendengar Ex tahu akan era ini. "Oooh, natürlich, natürlich (Oooh, of course, of course)" "Lalu..." Kadal itu tiba tiba mengaum, lalu menggertakku "Nicht, dass schnelle, mickrigen Menschen! Es gibt noch einige Dinge, die Sie brauchen, um in dieser Zeit zu tun ... Nr. .. einige Dinge, die ICH in dieser Zeit tun müssen ... (Not that fast, puny human! There is still some things you need to do in this era... No... some things I must do in this era...)" "Eh?" "Dieser Mann namens Phoenix, ist gefährlich. Beseitigen Sie ihn. (That man named Phoenix is dangerous. Eliminate him.)" "Aku tahu dia brutal dan suka mencincang orang, tapi bahkan sampai kau ingin dia lenyap..." "Das ist nicht die Ursache, Schwachkopf! Herrje ... Wie auch immer, ich werde über Ihren Körper nach einigen Tagen nehmen, freuen sich für ihn (THAT'S NOT THE CAUSE, DIMWIT! Jeez... Anyway, i'll take over your body after some days, look forward for it)" Maaaan, this sucks. Sebelumnya Ex hanya membantuku lewat Channeling Summon dengan Pact yang dia berikan kepadaku, setelah kami berantem (baca: He tests my strength and worthyness) tentunya. Entah kenapa sekarang ia malah ingin memakai tubuhku. Aku nggak mau memikirkan bagaimana rasanya. "Kenapa nggak menggunakan Channeling Summon seperti biasanya?" "Das Bündnis kann nicht in dieser Ära verwendet werden, da wir es nicht in dieser Zeit getan haben (That pact cannot be used in that era, since we haven't done it in that time)" "...." "In der Zeit erhalten Sie Ihren Ärger unkontrollierbare, werde ich übernehmen. HAHAHAHAHA! (In the time you get your anger uncontrollable, I shall take over. HAHAHAHAHA!)" Di saat amarahku sudah tak terkendali lagi... Belum sempat kutanyakan hal hal lainnya, Ex menghilang. Aku pun tiba tiba bangun, dengan keringat dingin di sekujur tubuhku. Apa hubungan Ex dengan Phoenix? Aku menggaruk garuk kepalaku, melihat ranjang yang basah total. "Maaaan, ini bisa bisa dikira gw ngompol" To Be Continued |
| | | 2012-07-13, 08:48 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
hyperkudit Pahlawan Super
Posts : 2288 Thanked : 30 Engine : RMXP Skill : Very Beginner Type : Artist
Awards:
| - Quote :
- Tentang Howl
- Quote :
Previous Chapter
Encountering Terror (Previous Story)
Chapter 4 : Nightmare Awaken“Kyrie.. huh?” gumamku pelan, aku berjalan menyusuri jalan sempit di Capital, kurasa itu nama kota ini. Aku memang tidak terlalu mengingatnya, siapa bahkan nama Kyrie saja aku belum pernah dengar, tapi entah mengapa aku merasa harus menghindarinya, bukan karena takut padanya hanya saja.. perasaan yang tidak bisa kujelaskan, aneh memang. Mood ku memang cukup buruk saat ini, bagaimana tidak eksistensiku terlupakan, melakukan pertarungan bodoh dengan anak ingusan. err.. ralat, kami bermain-main.. mengingat pertarungan terakhirku jauh lebih keren dan megah dari permainan anak-anak tadi, tapi kuakui, itu cukup menghibur setidaknya sebelum gadis bernama Kyrie itu datang. “Hoy.. tangkap..” terdengar teriakan seorang anak di salah satu sudut jalan. Kulihat tiga orang anak sedang bermain tangkap bola disudut jalan. Anak-anak jaman sekarang benar-benar bandel, apa orang tua mereka tidak pernah mengajari untuk tidak keluar rumah malam-malam? Akupun berjalan menuju gerombolan anak bandel tersebut, berusaha bersikap lembut. “Hey.. nak apa kalian tidak sadar ini sudah malam? Howl akan menangkapmu jika kalian bermain malam-malam begini!” seruku pada mereka. “Howl? Kau kenal?” tanya seorang anak kepada anak lainnya. “tidak, mungkin dia penculik anak-anak.” timpal anak itu. Ugh.. ini mungkin sedikit sulit, aku berjalan mendekat sampai tepat dihadapan anak itu, tanpa menundukan kepalaku aku melihat wajah kecilnya, kuharap itu bisa memberikan kesan angker mengingat pencahayaan di jalan itu memang mendukung, melelahkan memang mengarahkan bola mataku kepada anak manusia yang tingginya tidak lebih dari 130 sentimeter, tapi Rule-of-Cool tetap nomor satu. “jadi kau tidak kenal Howl ya..? dia adalah mimpi buruk dari masa lalu… Mahluk dari mimpi terburukmu, ayah dari semua monster, Vampir yang muncul dari…” “oh.. aku tahu Vampir!!” belum sempat aku menyelesaikannya, seorang anak memotong kata-kataku, tapi setidaknya aku bersyukur salah satu julukanku masih diingat oleh generasi muda. “ya.. kau tahu, bentuknya seperti babi, ada garis putihnya..” anak tersebut menjelaskan panjang lebar sesuatu yang dianggapnya ‘Vampir’ kepada teman-temannya. “bukankah itu bernama Tapir?” gumam anak lainnya. JLEB!! Jantungku serasa ditikam belati, aku sempat senang karena kurasa eksistensiku tidak sepenuhnya terlupakan, ternyata aku salah. “bukan.. bukan.. itu namanya Satyr..” anak lainnya menimpali pernyataan temannya. Mereka malah berdebat tentang vampire, bahkan mulai berimajinasi dan mengubah-ubah bentuk vampire dalam benak mereka, mulai dari kadal raksasa, sampai kuda poni berwarna merah jambu di kait-kaitkan dengan kata vampire. Ingin sekali rasanya ku kunyah kepala anak-anak itu, tapi kuurungkan niatku. Aku pergi meninggalkan mereka, sungguh menyedihkan karena kisah-kisahku benar-benar dilupakan, dan yang lebih parah anak-anak jaman sekarang sudah tidak takut dengan cerita hantu lagi. -------------------------------------------------------------------------------- Aku melanjutkan jalan-jalanku, kulihat ada dua orang pria yang sedang berbincang-bincang. “Kau sudah mendengar beritanya?? Kudengar mereka membunuh Chrome Disaster dengan dengan mudah.” Kata seorang pria. Telingaku langsung terfokus pada omongan kedua pria itu setelah mendengar ‘Chrome Disaster’ “ya.. kudengar mereka meledakkannya, memotongnya kecil-kecil, lalu bermain-main dengan jantungnya” sahut pria itu lagi ketika kawannya merasa tidak percaya. “bukankah itu terdengar berlebihan dan tidak masuk akal.. maksudku Chrome Disaster itu legenda, mana mungkin bisa dikalahkan seperti itu.” timpal pria satunya. Aku membatu, mendengarnya.. Chrome Disaster, legenda.. Aku, bukan apa-apa.. betapa menyedihkannya diriku dimata manusia jaman sekarang, bahkan kroco seperti Chrome Disaster dianggap legenda. Tapi itu bukan itu masalahnya, aku sedikit terkejut ada mahluk seperti manusia yang bisa membunuh Chrome Disaster. Seingatkan, Chrome Disaster adalah salah satu mahluk yang cukup berani untuk tidak takut padaku, walaupun sekarang semuanya tampak tak takut lagi padaku. Saat itu aku mengampuni nyawanya, tapi aku masih memiliki ambisi untuk menghabisinya. “Khukhukhu..” aku menyeringai, mataku menyorot tajam kedepan. Ternyata mereka benar-benar berkembang, kuharap orang yang berhasil membunuh kroco itu mampu memberikan permainan yang bagus untukku. -to be continued- |
| | | 2012-07-13, 10:00 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
Signus Sanctus Newbie
Posts : 69 Thanked : 3 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Developer
Awards:
| Chapter 10 Link--------------------------------------------------------------- Chapter XI : A new Resolution "............... I'm at loss....." Gumamku pelan, sambil menaiki caravan berkuda dengan tujuan Eremidia bersama Hibana yang kondisinya sedang tidak baik. Aku melihat langit sambil memikirkan hal yang sebelumnya tidak pernah terpikiran olehku. "Apa yang harus kulakukan setelah aku mendapatkan ingatanku...." "Bukannya kamu bilang kamu akan melindungi Leila?" Aku termenung kembali, memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini. "Tapi sebelum itu aku tidak tahu sama sekali tentang diriku... Dan apakah dia masih mau menerima kenyataan bahwa aku adalah S Class Monster... bahkan aku sejenis dengan monster yang sudah membunuh adikmu..." "Apa yang terjadi pada adikku dan kamu adalah dua hal yang sangat berbeda jauh, kau adalah Phoenix, atau Chrome Arphage, itu saja cukup..." Aku sedikit lega mendengar ucapannya. "Tapi kalau kau monster, berarti seharusnya kamu baik - baik saja jika latihanmu sedikit kupersulit kan~?" Kutarik ucapanku, aku semakin menyesali eksistensiku sebagai Monster.... *** "Jadi selama ini kau adalah Monster yang dulu sempat mengancam kedamaian Eremidia, salah satu dari 7 Heavenly God buatan Magus, sang raja kegelapan dari kerajaan Garnean, dan menyandang nama Chrome Arphage, The Beast of Wrath?" Aku lumayan syok dengan pengetahuan Leila yang sangat luas, pantas saja Bar ini ramai dikunjungi mereka yang ingin mencari banyak informasi. "Bukan berarti aku tidak percaya denganmu, apalagi Hunter Class S Hibana ini sendiri adalah saksi matamu...." Leila menatapku dengan lembut dan penuh kasih sayang, seperti biasa. "Tapi kuharap kamu tidak memikirkan hal itu terlalu dalam, meski kamu adalah Phoenix, ataupun Arphage, kamu tetaplah kamu, tidak yang lain..." Aku bersyukur Leila masih mau menerimaku, meski aku adalah seekor monster berbahaya yang bahkan mengerikan dimata Hunter Class S, aku bernapas lega mendengar masih ada yang mau menerimaku di kota ini... "Tapi...." Mendadak Leila mengambil Harisen dari pinggang Hibana, dan... *PLAKKK!!!!!! Menamparku dengan kerasnya sampai - sampai harisen yang rasanya tidak begitu sakit rasanya seperti diseruduk Troll Golem waktu itu. "GAH!" "KURANG AJAR SEKALI KAMU TIDAK MENGABARIKU SELAMA LEBIH DARI SEMINGGU!?!?!? SUDAH KUBERI MAKAN, TEMPAT TINGGAL, DAN PAKAIAN BERSIH, KAMU MASIH BERTINDAK SEENAKMU SENDIRI!?!? KAU PIKIR DISINI TIDAK ADA YANG MENUNGGUMU SAMPAI TIDAK TIDUR SAMA SEKALI DARI PAGI SAMPAI PAGI LAGI MENUNGGU KEPULANGANMU, HAH?!?!? DAN SEKARANG KAMU KEMBALI DENGAN ENAKNYA MEMBAWA SEORANG CEWE DARI TEMPAT LAIN, LELAKI MACAM APA KAMU INI HAH!?!?!?!?" Aku tidak mengerti tapi aku tertimpa suatu perasaan tertekan yang membuatku menundukkan wajahku tidak berani memandang Leila, meskipun aku seorang monster dan aku sudah sadar akan fakta itu, aku tetap tidak berani melawannya sama sekali. "Dasar, kuharap anakmu yang sekarang ada dalam rahimku tidak bersikap sama sepertimu...!" HAH? "EH? Leila? kamu hamil?" Satu bar hening mendengar satu fakta yang sama sekali tidak terduga dari mulut Leila "Ah iya, sebenarnya baru - baru ini sih, tapi kemarin saat aku mengantarkan minuman ke rumah sakit, dokter disana penasaran dengan kondisiku, kemudian melakukan check up, dan ternyata aku sudah hamil, meski baru - baru ini...." "APWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA?!?!?!?!?!!?" 1 Bar yang didominasi lelaki itu menjadi ribut tak karuan, ada yang menangis, ada yang banting - banting tangan dan sebagainya, namun yang paling banyak kulihat adalah orang yang memasang pose tangan dan dengkul setara (OTL). "TIDAAK!!!! LEILA-KU!!!!! LEILAAAAAAA!!!!" "SIAPA YANG BERANI MENGHAMILI LEILA KAMI YANG CANTIK MANIS MENDEWI - DEWI INI!?!?!?!?!" "Tentu saja tidak lain adalah lelaki ini~!" Leila dengan senyum bahagia menunjukku, seekor Monster Class S dengan Hunter Rank B yang sudah terkenal menghukum banyak Junker, mengalahkan Troll Golem, dan gosipnya, telah membantu mengalahkan Chrome Disaster, dan semua lelaki yang ada disana hanya mampu memasang tampang pasrah dan galau. "Selamat ya, Phoenix Arphage." Ucap Hibana padaku agak sinis, entah karena apa. "Well, itu tandanya aku mendapatkan tujuan hidupku setelah mendapatkan informasi tentang ingatan masa laluku." Aku mampu menerima dengan baik takdirku sebagai S Class Monster, meski sepertinya belum sempurna, karena sekarang aku sudah memiliki tujuan hidup yang jauh lebih baik. *** "Hmm....." Aku dan Hibana, yang masih dalam fase penyembuhan, mencari quest B Class yang kira - kira lumayan besar, karena sekarang aku termasuk dalam keluarga Leila, aku harus membantu mencarikan uang untuknya. "Ini saja deh, Kill Giant Hornet...!" "Oh? padahal misi Mengambil permata ini sepertinya lebih besar hadiahnya." Aku melihat tanganku, yang gemetaran karena akhir - akhir ini kehilangan sesuatu. "Maaf, tapi kalau aku tidak membunuh sesuatu... aku taku sewaktu - waktu aku akan lepas kontrol di depan Leila seperti waktu itu..." "Aku mengerti, sejak awal kamu dibuat oleh Magus untuk membunuh prajurit - prajurit Eremidia, jadi wajar saja kamu dibuat dengan kondisi haus darah...." Aku sedikit menyesal dibuat seperti ini, mudah - mudahan saja aku tidak berbuat macam - macam didepan Leila karena kondisiku yang seperti ini... *** "ROWAAAAAAAAAAAAAAAAAAR!!!!!" Kutebas Hornet dan bug yang terus mengelilingi area farm ini, Semakin aku banyak menebas Hornet - hornet itu, semakin banyak pula yang datang, namun senyum kejam dan sinisku tidak bisa berhenti, aku rindu perasaan ini, perasaan mencabik - cabik ini, darah - darah yang berterbangan disana sini, dan bagian - bagian tubuh monster yang berterbangan disana disini. "SHINNING BLADE CUT!!!!!!" Tebasanku terasa makin cepat dan terfokus, hasil latihan dari Hibana cukup membuahkan hasil pada kemampuanku bertarung, namun karena itu juga, rasa hausku akan darah semakin besar, setiap aku melihat orang, nafsuku untuk membelah - belahnya dan mencabik - cabiknya terasa sangat besar, aku hampir kesusahan untuk menahan nafsu ini. "Kaze~!" Namun seharusnya aku akan aman - aman saja, Hibana selalu ada disampingku setiap aku hampir lepas kendali, dan melepaskan ilmu ninjanya untuk meredam gejolak dalam tubuhku, entah jurus apa itu. "Phoenix, jumla Hornet nya semakin bertambah dan semakin mengarah padamu, tidak bisakah kau memusnahkan mereka semua dalam sekali tebas?!" Ya, aku juga harus segera menyelesaikan ini dan pulang, atau Leila akan memukuliku dengan harisen itu lagi... "Shinning Blade Cut! Final Blade Saver!! Extend!!!!" kulepaskan tenaga tebasanku sambil melakukan gerakan melingkar, mengenai semua Hornet yang ada disekitarku dan membanjiri farm tersebut dengan darah dan berceceran dengan tubuh - tubuh Hornet yang sudah tewas. "Suiton~!" Dan Hibana menggunakan jurus tameng es nya untuk menghadang tebasan liarku yang mungkin mengenai para Civillian, tentu saja aku tidak mau dipenjara dan mengkkhawatirkan Leila lagi.... *** "DAN SUDAH KUBILANG!!!! FOKUSKAN AMARAHMU MENJADI SATU DENGAN PEDANGMU!!! KAMU MONSTER YANG MEMBAWA SIN OF WRATH KAN?!?!" Dan latihan keras setiap aku dan Hibana menyelesaikan 1 Quest, ditonton oleh Leila yang baru selesai menutup Barnya, seakan menikmatiku tersiksa oleh latihan yang mampu membuat tangan dan kakiku pegal, aku memang monster, tapi staminaku pun terbatas. "Tapi aku tidak boleh mengeluh... Mereka... Chrome... akan datang menyerang Eremidia lagi.... sebelum itu terjadi.... aku....!!!" "JANGAN BERGUMAM!!!" *PLAKKK!!!!! Tabokan Harisen itu bersarang kembali di kepalaku, latihan berat terus kulalui sambil mencarikan uang untuk Leila dan anakku nanti. Aku mungkin sedang dalam kondisi yang merepotkan sekali, tapi aku tidak akan pernah jatuh, selama aku masih memiliki Leila.... ..................................... To be continued...
Terakhir diubah oleh Signus Sanctus tanggal 2012-07-13, 21:59, total 1 kali diubah |
| | | 2012-07-13, 11:02 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
hyperkudit Pahlawan Super
Posts : 2288 Thanked : 30 Engine : RMXP Skill : Very Beginner Type : Artist
Awards:
| - Quote :
- Tentang Howl
- Quote :
- Previous Chapter
Chapter 5 : Contract from the pastMenyusuri Capital yang cukup luas menghabiskan malamku, tidak terasa matahari sudah terbit dan aku hanya ngalor-ngidul tanpa tujuan seperti orang tersesat. Kota sudah mulai ramai, banyak orang yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing tapi perhatianku tertuju pada satu bangunan di alun-alun kota. Bangunan yang cukup ramai, dipenuhi pria-pria kekar yang sedang minum, kurasa itu sebuah bar dan tak ada salahnya aku mampir kesana sebentar. Begitu masuk suasananya begitu ricuh, beberapa pelanggan tampak menggoda penjaga bar yang menurutku cukup cantik, mungkin sangat cantik bagi manusia, hanya saja aku tidak punya minat samasekali terhadap manusia betina. Aku duduk di sebuah meja kosong, melihat sekeliling dan mencari tahu bagaimana cara mereka mendapatkan minuman ditempat ini. “Eh.. Leila kamu hamil?!?” seruan seorang pria membuatku memberi perhatian kepadanya. Teriakan dan reaksi pengunjung bar membuatku beranggapan kalau wanita yang dipanggil Leila itu sangat populer di kalangan pria. JDEG! Aku terbelalak, walau sekelebat tapi aku bisa merasakannya, sesuatu yang cukup familiar bagiku. Aku merasakan aura milik Magus, walau aura itu benar-benar berbeda namun ada setitik kecil aura Magus di dalamnya. Mirip ketika terakhir kali aku berhadapan dengan Chrome Disaster, bedanya ini jauh lebih kuat. Aku berusaha mencari-cari darimana asalnya, kutunggu sampai hentakan aura tersebut bisa ditangkap oleh indraku lagi. JDEG! Aku merasakannya, pria itu.. ya pria berrambut merah itu.. dia memiliki hubungan dengan pria yang membawa sesuatu milik ku. Pria itu menoleh kearahku dengan tatapannya tajamnya, kurasa dia sadar sedang diawasi, hanya saja dia masih terlalu sibuk dengan wanita bernama Leila itu. Aku menyandarkan tubuhku ke kursi, belum memesan makanan atau minuman apapun, hanya berpikir dan mengingat-ingat. 1000 tahun yang lalu, seorang pria memutuskan mengikat kontrak padaku. Ambisinya untuk menghancurkan sebuah kerajaan, ambisinya untuk menguasai dunia membuatku tertawa saat itu, sebuah keinginan klise tapi aku menyetujuinya. Pria itu berbahaya, ya sangat berbahaya.. bahkan bagiku, dia tidak membutuhkanku untuk memenuhi ambisinya, yang diabutuhkan hanyalah kekuatanku. Dia menghisap setengah dari kekuatanku sebelum aku berhasil kabur. Magus.. dia membawa sesuatu milik ku, dia membawa kekuatanku dan akan kurebut kembali. Aku tahu pria berambut merah itu bukan Magus, tapi entah mengapa aku merasakan setitik kekuatan Magus di dalamnya. “menarik… ini akan menjadi permainan yang sangat menarik..” gumamku dengan wajah licik, kurasa aku terlihat seperti pemeran antagonis jika ini sebuah drama. Aku berdiri dan meninggalkan bar yang masih dalam suasana gaduh tersebut, sudah cukup informasi yang kudapatkan dari tempat itu. Aura pembunuh, aroma darahnya.. itu semua sudah menjadi informasi untuk tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Magus bisa menunggu, untuk saat ini aku harus mencari tuan Winkle terlebih dahulu, untuk menemukannya, aku harus mencari Sirloin-something. Dan aku tahu harus mulai darimana. - to be continued - |
| | | 2012-07-13, 14:25 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
Kabutopsu Advance
Posts : 348 Thanked : 3 Engine : Multi-Engine User Skill : Skilled Type : Event Designer
| Episode 2 Episode 3: IllegalSebelumnya, aku akan memberitahu sekali lagi tentangku, aku Kasei Tsuba, seorang Cybergenian yang berpindah kota. Sekarang kondisiku sedang lumayan baik dengan Kiki Lion, seorang atau anak muda yang lebih muda dariku 2 tahun yang merupakan penduduk asli Eremidia. Kami baru saja menakut-nakuti Clan Fyod, Junker daerah sini. Kami juga baru saja mendapa Rank B dan menyelesaikan misi. Sekarang kami sedang dalam perjalanan menuju Istana Eremidia, mengembalikan para prajurit yang pingsan saat bertarung dengan Clan Fyod. Kamipun telah menaruh mereka ke rumah sakit istana lalu kembali ke guild. Di tengah perejalanan, kami melihat pertunjukan sulap yang cukup menghibur. Pesulap itu menggunakan batu dan melakukan beragam atraksi mengagumka dengannya. Tapi mungkin itu adalah penyalahgunaan sihir. Hanya untuk menambah uang. Di daerah ini, sangat sedikit yang bisa menggunakan sihir. Rasnya pun kebanyakan manusia. Namun, banyak junker teri belkeliaran, sehingga kita harus waspada saat melewati jalan ini. “BUAGH!” seseorang terpental dan jatuh ke tanah. Sepertinya terjadi perselisiha disana. Untuk menghindari keikutsertaan kami, aku dan Kiki Lion berlari melewati mereka. Namun percuma, sang pemukul melihat ke arah kami. “Mengapa kalian terburu-buru anak muda?” kulihat pria paruh baya yang berbadan kecil namun lebih kecil daripada Ucok. Tubuhnya kurus kerontang dan giginya kuning besar dan beberapa ompong. Aku kaget dengan jawabannya. Akupun mencoba menoleh, “Tidak ada, kami hanya harus cepat sampai ke Guild, sampai jumpa!” Akupun menarik Kiki dan lalu berlari secepatnya berlari menuju Guild. Kami melakukan ini agar tak menyebabkan keriibutan dan berakhir dengan kekerasan kepada orang yang bersalah. Arena kami belum tahu apa maksud orang tua itu. Sesampai di Guild, kulihat pimpinan Guild dan juga penjaga yang tadi, “Kami sudah selesaikan misinya pak!” ucapku “Kalian dikeluarkan, karena belum menjalankan tes apapun untuk mendapatkan lisensi, kembalikan lisensi kalian!” bentak pimpinan. Kami tertegun, belum 3 jam mendapat lisensi Rank B, sudah dikeluarkan. Namun peraturan ya peraturan. Kami mengembalikan lisensi. “Sebelum kalian bisa mendapat lisensi, kalian akan dianggap Illegal alias Rank E, namun karena kalian berhasil menjalankan misi pertama yang berlevel B, kalian akan diberikan kemudahan dalam tes, besok datanglah kemari tepat waktu, kalau tidak kesempatan kalian akan hilang,” tukas pimpinan. Kami kecewa, namun apadaya, lagipula, kami masih dianggap Hunter meskipun kami tidak resmi. Kami mencoba ke Quest Center, lalu menanyakan misi apa yang dapat kami jalani. “Mungkin berburu Slime akan menjadi latihan yang ringan, berapa kami harus bayar?” tanyaku “150 RMIDollar,” ujar penjaga. Aku merogoh kantung celanaku, dan memberikan uang 75, dan Kiki juga. Kamipun berangkat ke melewati blok selatan dan berburu beeberapa Slime di sana. Misi mengatakan, kami harus mengalahkan 8 Slime dan membawa apapun yang dikeluarkan mereka. Namun setelah lama mengelilingi daerah ini, biasanya bayak sekali binatang liar, monster-monster kecil berlarian. Namun, hanyalah batu-batu besar yang tampak. Entah apa maksu semua ini. To Be Continued |
| | | 2012-07-13, 14:27 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
Dezwil Moderator
Posts : 310 Thanked : 7 Engine : RMVX Skill : Advanced Type : Developer
| Chapter 1: Begin from the Lost Angin bertiup kencang. Pasir-pasir yang tertiup oleh angin menghalangi pandanganku... "Hari ke 5... Aku belum menemukan apa-apa. Selama ini yang kudapatkan hanyalah fata morgana oasis yang membuatku ingin mencarinya." Berjalan menuju ke arah utara. Sekitarnya hanyalah padang pasir yang luas. Ada fosil-fosil monster dan sedikit kaktus. "Haus... Sudah tidak punya suara lagi untuk teriak.. Apakah aku sampai sini...?" Jejak kaki ku tidak lama terhapus akibat angin yang kencang. Tenagapun mulai melemah dan akhirnya tertidur di tengah Grand Dessert. ________________________ __________________________________ ________________________ "Hey! Ada orang di sana!" Terdengar suara orang yang tidak ku kenal.. Aku sudah tidak punya tenaga lagi untuk bangun dan teriak "tolong!" "Itu ada petualang! Mungkin dia masih hidup! Tolongilah dia!" Sepertinya orang-orang telah membawaku. Syukurlah aku selamat.. Semoga aku dibawa ke kota Eremedia.. Suara A: "Syukurlah, dia hanya pingsan. Kasihan sekali sepertinya dia sudah lama tidak makan maupun minum. Kurus kering begini..." Suara B: "Kita bawa dia ke rumah kami." _______________________ _____________________________ _______________________ ".................? Di mana ini?" Suara A, "Oh, sudah bangun ya?" "Di mana ini?" A, "Rumah kami. Selamat datang di kota Faleon." "Faleon? Bukan Eremedia ya.." A, "Oh, jadi kamu sedang menuju ke kota Eremedia?" "Iya. Aku ingin menjadi hunter dan mengerjakan berbagai quest" A, "Hm jadi begitu toh. Oh iya, kamu belum makan apa-apa bukan? Makanlah. Sudah ku siapkan soup dan roti untukmu." "Terimakasih tuan." A, "Oh iya, siapa namamu?" "... Cena" A, "Baiklah Cena, makanlah dulu." Akupun bangun dari tempat tidur dan menuju ke ruang makan. Tersedia Corn Soup dan 2 potong roti dengan minuman teh hangat. __________________________________ Selesai makan __________________________________ Cena, "Tuan, apakah kota ini jauh dari kota Eremedia?" A, "Tidak. Bila kamu naik kuda, sekitar 1 jam juga sampai. Bila kamu ingin ke sana, akan ku kenalkan pedagang kuda agar kamu bisa meminjam kuda secara gratis." Cena, "Tidak usah tuan. Aku punya sedikit uang. Cukup untuk meminjam kuda." A,"Tidak apa-apa. Terima sajalah." Akupun siap-siap untuk berangkat ke kota Eremedia. Telah diberikan Long Sword darinya untuk bisa jaga diri dari monster. Tertolong sekali. Punyaku sudah tumpul. Sudah tidak lagi bisa disebut pedang. Segera ganti pakaian dan simpang pedang di punggung. Perisai Bucklar ku pasang di lengan kanan. Keluar dari rumah tuan dan jalan menuju ke Horse Rent Shop. Sekitarnya banyak sekali warga kota yang sedang berjualan. "Silahkan dibeli!" "Ada obat herbal yang murah! Silahkan dilihat dan dibeli!" "Perisai! Armor! Semua peralatan untuk bertualang lengkap di sini!" Teriakan para pedagang yang begitu semangat. Aku ingin melihat dagangannya satu per satu. Tetapi bukanlah saatnya. ____________________________ Sampai di Horse Rent Shop A,"Hey Voldo, bisakah pinjamkan seekor kuda?" Voldo,"Oh, dia yang kemarin terlentang di Grand Dessert itu ya?" A,"Iya, dia mau ke kota Eremedia. Jadi pinjamkanlah seekor kuda." Voldo,"Boleh. Tetapi untuk sekarang ini tidak bisa ku pinjamkan." Mendengar itu aku sedikit shock. Padahal aku ingin buru-buru ke sana. Cena,"Kenapa?" Aku bertanya dengan sedikit kecewa. Voldo,"Aku dengar akhir-akhir ini para Goblin sering muncul dan menyerang orang-orang yang melewati jalan menuju kota Eremedia. Aku khawatir, kudaku akan dibunuh oleh mereka." Cena,"Kalau begitu, akan ku urus mereka." Dengan penuh percaya diri ku berkata. Hanyalah Goblin. Dengan kekuatanku saja tidaklah bermasalah. Voldo,"Kamu punya kekuatan untuk melawan monster? Baiklah, kalau begitu tolong membasmi mereka yang berada di jalan menuju kota Eremedia." Saatnya membalasbudi untuk mereka yang telah menyelamatkanku...! To Be Continued. |
| | | 2012-07-13, 14:36 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
hyperkudit Pahlawan Super
Posts : 2288 Thanked : 30 Engine : RMXP Skill : Very Beginner Type : Artist
Awards:
| - Quote :
- Tentang Howl
- Quote :
Previous Chapter
Chapter 6 : Where is my power? where is mr.Winkle?“Tidak salah lagi, itu salah satu ciptaan Magus.” Pikirku. Aku berjalan kearah timur, melangkah menjauh dari bar. Beberapa pertanyaan lama kembali muncul di otak ku, Apa kekuatanku ada disana? Aku sempat menanyakan hal yang sama ketika berhadapan dengan Chrome Disaster, aku merasakan kekuatan Magus disana, tapi tidak dengan kekuatanku. Kemana orang itu membawa kekuatanku? Pertanyaan lain muncul dibenakku, bahkan orang seperti Magus tidak mungkin bisa menahan kekuatan sebesar itu dalam waktu yang lama. Aku memang mendengar bahwa Magus menciptakan tujuh mahluk yang dikatakannya sebagai dewa untuk memenuhi ambisinya, aku sudah bertemu satu, dan kurasa aku baru menemui satu lagi. Aku yakin itu dia, apakah Magus menggunakan kekuatanku untuk menciptakannya? Aku tidak tahu.. tapi, kurasa ini adalah alasan kenapa aku harus berada di dunia atas. Mencari tahu dan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku. Hari sudah mulai senja, Capital memang benar-benar luas, dan coba tebak.. aku tersesat lagi. Awalnya aku tahu sedang berjalan kearah timur, tapi entah mengapa aku berakhir dengan mengikuti arah matahari terbenam yang artinya selama ini aku berjalan kebarat. Ternyata memang benar kata orang-orang, terlalu serius memikirkan sesuatu tidak baik bagi otak dan jiwamu. Matahari sudah benar-benar terbenam, dan aku sudah berada di gerbang perbatasan Capital, walau masih belum yakin kalau itu adalah gerbang timur. “Hey kau.. orang botak berjanggut aneh yang memakai pakaian konyol!” teriak ku kepada seseorang yang berdiri di dekat gerbang. “kau bisa memanggilku penjaga... ada masalah apa?” sahut pria itu dengan ekspresi sebal. “aku mau bertanya, dimana arah utara?” tanyaku santai. Penjaga tersebut menunjuk kearah utara, lalu menurunkan tangannya lagi. “kalau begitu dimana arah barat?” tanyaku lagi. “grrr.. itu tempat darimana kau datang tadi..” sahutnya mulai kesal. “jadi kalau begitu bisa kau tunjukan arah keselatan?” “Berengsek!! Kau mau mengerjaiku? Umurmu sudah terlalu tua untuk mengerjai seorang penjaga gerbang!! Sebenarnya kau mau pergi kemana?!!” tampak si penjaga gerbang mulai gusar dengan kelakuanku. “ke timur” jawabku singkat tanpa rasa bersalah. BLUK!! “Aku benci pekerjaanku!” Penjaga gerbang itu menggerutu, lalu membanting sarung tangan kulit yang dikenakannya. Dalam hati aku benar-benar girang, sudah lama aku ingin melakukan itu kepada manusia, hampir 1000 tahun dipenjara membuat sebuah permainan iseng seperti ini menjadi 100 kali lebih menyenangkan dari sebelumnya. “Billy.. jangan bermain jauh-jauh, nanti Howl menangkapmu..” Suara seorang wanita membuatku tersentak dan menoleh kebelakang, tampak seorang ibu muda mengejar anaknya yang sepertinya baru berumur enam tahun. Aku benar-benar terharu mendengar kata-kata itu, air mataku hampir keluar, tak kusangka masih ada yang mengingatku di dunia atas. Aku berlari menghampiri ibu dan anak itu, memeluk mereka yang meronta-ronta panik karena dipeluk oleh orang asing. “nyonya… kau benar-benar mengajari anakmu dengan baik.. pertahankanlah, dia pasti akan menjadi pribadi yang berguna kelak.” Air mata mulai menetes dari mataku. “Hey kau!!! Apa yang kau lakukan!! Menjauh dari istri dan anak ku!!” penjaga yang kukerjai tadi menghampiri sambil mengarahkan tombaknya kepadaku. EH?? Aku sempat terdiam mendengar kata-kata si penjaga. Aku melepaskan pelukanku dari mereka, sang ibu menarik anaknya menjauh. Akupun berdiri berjalan kearah penjaga gerbang, dia tidak terlihat gentar sedikitpun padaku. Plok… “kau adalah kepala keluarga yang baik, kawan” Kutepuk pundaknya, aku memejamkan mataku sambil tersenyum demi alasan dramatisasi. Penjaga tersebut melepaskan tanganku, tatapan jengkelnya terus mengarah padaku. “apa kau terbelakang?!” gerutunya. “tidak, aku hanya kelewat jenius.” Jawabku sembari meninggalkan mereka, berjalan kearah timur menuju hutan timur Eremidia. Rule-of-Cool nomor 4… jalan perlahan dan jangan menoleh ke arah ledakan, aku melakukannya dengan sempurna. Perjalananku untuk mencari Sirloin-something dimulai dengan sangat keren. -to be continued- |
| | | 2012-07-13, 15:38 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
DrDhoom Doomed Zombie
Posts : 629 Thanked : 22 Engine : Multi-Engine User Skill : Intermediate Type : Scripter
| Chapter 1Chapter 2Chapter 3: Do The Math! Matahari telah menampakkan dirinya. Angin berhembus pelan, membuat pagi ini begitu dingin bagiku. Yah mungkin karena pakaian ku yang begitu minim ini. Aku turun dari tempat tidurku tadi malam. Kulihat kota masih sepi, mungkin mereka masih tidur. Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk berjalan-jalan melihat hal hal yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku melihat berbagai macam bangunan yang menarik, terbuat dari semacam kayu dan batu, disekitarnya tertanam berbagai bunga, membuat perutku sedikit mual melihatnya. Tidak sengaja aku berpapasan dengan seorang penjaga yang masih mengantuk. berjalan menuju tempat jaga nya. Aku terdiam, didalam hati aku berdoa semoga penjaga itu tidak menyadari kalau aku ini bukan manusia. Bukan apa apa, hanya satu penjaga itu terlalu enteng bagiku. Tapi yang kutakutkan adalah jumlah mereka apabila aku berbuat onar disini. Bisa bisa aku dipenjara atau dibunuh, atau aku dijadikan BUDAK! Aku lebih baik memilih mati dari pada menjadi budak oleh makhluk yang lebih rendah dariku. Penjaga itu semakin jauh berjalan meninggalkanku yang terpaku tidak bergerak. Fuh, sepertinya aku selamat. Namun tiba - tiba angin kencang berhembus, membuat kain yang ada diwajahku terlepas. "Gyaaahh!!", teriak ku kaget. Seketika itu juga, penjaga yang tadi ada dibelakang ku berlari kecil mendekat karena jeritanku. Gawat, ini benar benar gawat. Spontan, aku berlari sekencang kencangnya, membuat semua penyamaranku hilang. "TROLL!!! Ada Troll!!!", teriak penjaga itu. Penjaga itu berlari mengejarku, begitu juga 6 penjaga lain yang baru saja mendengar teriakan tadi. "Sial! Apabila aku mati disini, aku bersumpah akan membunuh dewa Angin atau siapalah itu yang membuat semua ini terjadi!", geramku. Di tengah pelarianku, 3 penjaga menghadangku di seberang jalan. Seketika aku melompat, dan mendarat di atas atap rumah orang yang dari tadi meneriaki ku karena rumahnya sudah rusak setengah lebih sedikit. Dan, saatnya pelajaran berhitung, tebak berapa penjaga yang mengejarku saat ini? SALAH! Jawabannya bukan 10. Ada 14 penjaga yang mengejarku, dan ke 14 nya membawa senjata masing - masing. Kalau tertangkap sepertinya aku bakal di goreng atau dibakar, yang mana saja tidak enak untukku. Aku terus berlari, namun sepertinya para penjaga itu tidak kelelahan sedikitpun, makan apa mereka jadi memiliki stamina sekuat ini? Ah, itu tidak penting! Aku harus berkonsentrasi agar dapat lolos dari situasi ini. Hari semakin siang sehingga orang orang sudah mulai memenuhi jalan, membuatku kesulitan untuk berlari secara maksimal. Aku tersenyum, tidak mungkin ini lebih terlihat seperti menyeringai, ah terserah. Aku tertawa karena gerbang ada di depan mataku. Jaraknya tidak jauh. Aku terus berlari, berlari, dan berlari... to be continued
Terakhir diubah oleh WhiteHopper tanggal 2012-07-13, 16:20, total 2 kali diubah |
| | | 2012-07-13, 15:45 | I HAVE NO EXISTENCE HERE |
---|
yukitou Newbie
Posts : 61 Thanked : 1 Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Artist
| I HAVE NO EXISTENCE HERE - Quote :
- Character(s)
Chapter 2previous chapterRelated Chapter HowlRelated Chapter PhoenixMalam itu aku berjalan-jalan di Capital, sekalian melepas penat setelah seharian mengurung diri di kamar membuat laporan yang harus diserahkan pada military. "Cih, kenapa harus pakai acara 'mengisi laporan segala'?" Gerutuku. "Dan apa pula itu perjanjian khusus Beastling untuk tidak mengacau dijalanan tanpa busana dan mengganggu keamanan warga?" Benar-benar peraturan yang sangat tidak masuk akal. "Dasar paranoid." Setelah mendesah berkali-kali dan membenturkan kepala beberapa kali di dinding salah satu bangunan. Aku melihat ada pria paruh baya yang sedang berbicara pada anak-anak di sudut jalan. Sepertinya sedang menasehati mereka agar tidak bermain-main setelah petang. Namun, kelihatannya anak-anak malah terlihat semakin beringas(?) hingga pria itu meninggalkan mereka sambil tertunduk lemas. Memang dasarnya mahluk jelmaan dari setan-setan kecil itu memang susah kalau dinasehati, mereka tidak akan belajar sebelum sebuah belati berhasil menggores punggung mereka. 'Kenapa aku malah berpikir seperti ini?' pikirku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku. 'Mungkin dengan sedikit pelajaran, setan-setan kecil itu akan mengerti betapa 'berharga'nya hidup dunia ini.' Pelan-pelan aku melangkah mendekati para setan-setan kecil itu, sayup-sayup kudengar meeka membicarakan tentang mahluk berbentuk bulat dengan hidung babi dan tanduk yang bercabang. 'Vampir? Buruk, deskripsi kalian buruk sekali... Abstrak lebih tepatnya,' pikirku sambil mengeluarkan sebutir keringat segede bola tenis. "Ah-Hem!" Seruku. "Apa yang kalian lakukan malam-malam begini diluar rumah anak-anak manis?" Sudah kuduga, hanya dengan sapaan manis seperti itu saja mereka langsung lari terbirit-birit bagaimana jika aku benar-benar menerkam mereka? Semoha saja setan-setan kecil itu sadar untuk tidak bermain-main di malam hari. Walaupun kota ini dikelilingi oleh tembok-tembok besar, tetap saja ada mahluk-mahluk yang bisa seenaknya keluar masuk dan berinteraksi dengan warga. Ah, sebaiknya aku tidak membicarakan diri sendiri. -------------------------------- "Bodoh sekali mereka!" Seruku sambil membanting gelas bir ke meja di depanku. "Kalau tidak kutunjukkan lisensiku pasti mereka sudah langsung beramai-ramai untuk memenggal kepalaku. Apa mereka tidak pernah melihat seekor Beastling apa?" Kejadian pagi tadi benar-benar membuatku kesal. Beberapa Hunter wannabe itu dengan terang-terangan ingin memenggal kepalaku dan menyerahkannya ke Hunter Guild demi meningkatkan Rank mereka. 'bodoh, benar-benar bodoh' "Sudahlah Grey, biarkan saja para Newbie itu," kata seorang prajurit didepanku. "Lah, hal yang seperti itu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Setidaknya beri mereka sedikit pengetahuan," kataku. "Memangnya para penguji hunter-hunter baru itu kemana sih? Kalau begini kan kelihatannya mereka hanya memberikan LIsensi Hunter cuma-cuma kepada warga karena kekurangan Hunter." "Kalau dibilang begitu sih, sepertinya benar juga, ah hahaha," kata prajurit didepanku sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Memang akhir-akhir ini kerajaan banyak kehilangan Hunternya katrena mati dibunuh monster yang makin buas saja. Ngomong-ngomong, kamu gak jadi buas kan Grey? Kamu gak bakal makan aku kan, kita sudah menjadi teman selama hampir empat tahun loh." "Pertanyaan macam apa itu?" Tanyaku sambil melirik sinis. "Kau tahu kan aku benci membunuh mahluk hidup. Ralat, kau tahu kan aku sangat membenci ocehan-ocehan dari arwah yang barusaja dibunuh?" "Ah, aku lupa kalau kau bisa berkomunikasi dengan spirit-spirit itu, bahkan dari mahluk yang sudah mati. Ah, aku iri padamu Grey, seandainya saja aku bisa berkomunikasi dengan ibuku-" "KURANG AJAR SEKALI KAMU TIDAK MENGABARIKU SELAMA LEBIH DARI SEMINGGU!?!?!? SUDAH KUBERI MAKAN, TEMPAT TINGGAL, DAN PAKAIAN BERSIH, KAMU MASIH BERTINDAK SEENAKMU SENDIRI!?!? KAU PIKIR DISINI TIDAK ADA YANG MENUNGGUMU SAMPAI TIDAK TIDUR SAMA SEKALI DARI PAGI SAMPAI PAGI LAGI MENUNGGU KEPULANGANMU, HAH?!?!? DAN SEKARANG KAMU KEMBALI DENGAN ENAKNYA MEMBAWA SEORANG CEWE DARI TEMPAT LAIN, LELAKI MACAM APA KAMU INI HAH!?!?!?!?" Soerang wanita tiba-tiba berteriak di bar itu, namanya Leila kalau tidak salah. Dia memarahi seorang pemuda di depannya. 'Seseorang yang baru saja membunuh banyak mahluk hidup,' pikirku, jelas terlihat beberapa spirit yang mengerubungi pemuda itu. 'Merepotkan.' "Itu akibatnya kalau kau selingkuh, ha hahahah," canda prajurit di depanku. "Meh, kau ini," kataku sambil meneguk habis bir yang tersisa di gelasku. To Be Continued....
Terakhir diubah oleh yukitou tanggal 2012-07-13, 19:29, total 1 kali diubah |
| | | 2012-07-13, 16:54 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
Dezwil Moderator
Posts : 310 Thanked : 7 Engine : RMVX Skill : Advanced Type : Developer
| from chapter 1Chapter 2: Sweep Segera keluar dari toko dan keliling kota untuk melihat dagangan. Siapa tahu ada barang-barang yang bisa membantuku dalam bertarung dengan para Goblin. Aku melihat toko yang jual herb. Bila terluka herb bisa menyembuhkannya. Cena, "Uangku ada 1500 Dollar. Beli 10 herb sajalah.." "Terimakasih banyak" pedagang tampak senang. Berjalan menuju TKP. Jalannya tidak begitu luas. Sekitarnya hanyalah tembok dan pepohonan. "Sepi sekali..." Tentu. Di sini sedang ada Goblin yang rusuh. Mana ada yang berani melewatinya. Tiba-tiba merasakan pandangan yang membahayakan dari sisi kanan. Akupun terhenti dan siap-siap mengeluarkan pedang. "Rawr!!" Serangan tiba-tiba oleh Goblin dari sisi kanan dan belakang. Menghindar dengan roll depan. Segera bangun dan bersiap. "3 ekor? Hmph.. mudah sekali...!" Mencoba menebas badan Goblin. Tetapi tidak kena. Goblin yang menghindar tertawa dan mengeluarkan pisau. "Pisau ya..." Maju sambil senyum. Mencoba menebas Goblin yang sama. 3 ekor Goblin menyerang bersama. Goblin yang di tengah melompat dan mencoba menebas kepala. Lari dengan lebih cepat lagi dan menghindar dengan roll. Segera bangun dan berhasil menusuk punggung goblin yang paling dekat dan segera lompat ke belakang. "1 ekor mati...! Siapa selanjutnya?!" Goblin yang tersisa marah dan maju sambil teriak. Tiba-tiba muncul lagi goblin yang lain dari belakang. "Ada lagi...!?" Mencoba terus maju sambil menyerang goblin yang ada di depan untuk bisa menghindari serangan goblin dari belakang. Serangannya ditangkis oleh goblin dan menerima serangan dari goblin. "Sial kekurung..." Depan ada 2 ekor Goblin, di belakang ada lagi 2. Di samping kirinya tembok dan kanannya pepohonan. "Roar!" Dengan teriakan salah satu goblin, muncul lagi 4 ekor goblin. Depan 2, belakang 2, kiri-kanan masing-masing 2 ekor juga. "........ Celaka...!" Situasi semakin berbahaya. Akupun panik. Napasnyapun mulai tidak setabil. "RAWR!!" Dengan teriakan semua goblin yang ada, mereka menyerang Cena bersama. Mencoba melawan salah satu goblin untuk bisa kabur dari kurungannya. "Woooo!!" Dengan teriakan yang penuh dengan khawatir mencoba menyerang 2 goblin yang di depan sekaligus. Jleb!Berhasil menyerang dan keluar dari kurungan goblin tetapi mendapat luka di punggung dan pipi. "Huff.. Syulurlah bisa keluar dari kurungan.. Tetapi bagaimana cara untuk melawan jumlah segini?!" ???, " Api yang diterima dari langit itu membakar segalanya. Alam, nyawa bahkan dunia! Rasakan panas yang tiada hentinya! FIRE!Tiba-tiba api jatuh dari langit dan menyerang para goblin sekaligus. ???, "Maaf terlambat, tetapi untunglah kamu tidak mengalami luka yang berat.." Cena, "Kamu...?" ???, "Namaku Fion. Aku hanyalah spellcaster yang baru belajar." Cena, "Aku Cena. Terimakasih telah menolongku." Fion,"Aku dengar ada calon hunter yang sedang membersihkan jalanan ini dari tangan goblin. Jadi aku datang untuk membantumu." Cena,"Oh, kamu warga Faleon?" Fion,"Bukan. Aku juga petualang sepertimu." Cena,"Begitu ya. Kalau begitu mari bereskan masalah ini bersama." Fion,"Tentu." Aku membersihkan bagian dari jalan menuju Eremedia yang bermasalah dengan Goblin tersebut bersama Fion. Tidak lama. Sekitar 30 menit semua goblin yang muncul sudah dibasmi. Fion, "Semoga kepala ras Goblin tidak muncul.. Dia sangat berbahaya." Cena, "Kepala ras Goblin?" Fion, "Dia benar-benar monster yang agresif. Beberapa kali dicoba diburu oleh para hunter. Tetapi belum ada hunter yang berhasil memburunya." Fion, "Tapi kurasa tidak. Dia hidup di jauh dari tempat ini. Jadi, ku rasa sini sudah aman. Mari kembali ke kota." Kami kembali ke kota dan lapor ke Voldo. Luka yang ada di pipi dan punggung itu sudah disembuhkan dengan herb yang ku beli. Tetapi lukanya berbekas sedikit di punggung. Memalukan sekali.. ________________________________ Sampai di Horse Rent Shop ________________________________ Voldo, "Selamat datang kembali, Cena dan juga Fion! Terimakasih sudah membasmi para goblin dan membuat jalanan kembali aman!" A, "Warga kotapun pada senang dengan aksi kalian." Cena,"Kalau Fion tidak datang untuk membantu, mungkin saya sudah gugur.." Fion,"Iya, hampir saja ya." Voldo,"Sesuai janji, akan ku pinjamkan kudanya secara gratis. Silahkan pakai yang putih ini. Oh iya, silahkan namai kuda itu. Kebetulan aku belum namai kuda putih itu..!" Aku berpikir sejenak dan langsung dapat ide nama. Cena,"...... Falcion! Salam kenal Falcion!" Voldo, "Falcion ya. Nama yang bagus! Lihat! Dia juga tampak senang diberikan nama seperti itu." Fion,"Hey tuan, aku juga butuh kuda." Voldo,"Silahkan! Naiklah kuda yang hitam itu. Nama dia Lance" Fion,"Baiklah. Lance, tolong antarkan aku dengan selamat. Hey Cena, kamu juga pergi ke Eremedia bukan? Aku juga ikut." Cena,"Kamu juga ingin menjadi hunter?" Fion,"Begitulah." Cena,"Baiklah kalau begitu! Mari kita berangkat!" Lanjutkan perjalanan menuju Eremedia... To Be Continued... |
| | | 2012-07-13, 19:37 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
fly-man
Poison Elemental Anak Cantik
Posts : 917 Thanked : 11 Engine : RMVX Skill : Beginner Type : Artist
Awards:
| Revolusionerterduduk aku merenung di atas sebuah batu besar. Batu yang berada di sebelah tenggara pusat Goa para goblin tinggal. di sekeliling ada Werewolf, cobold, dan ogre yang aku ceritakan. "Dukuk melingkar seperti ini, ini cara manusia menyatukan fikiran", ujarku setelah 30 menit dalam keheningan. "Jadi apa yang akan kita lakukan?", Ogre berbadan besar menyahut. "Pikir lah kawan!!! jangan hanya bertanya apa dan kapan lalu bagimana!!! otakmu memang tak sebesar badanmu", ujar kobold kecil diseblahnya. Ogre menunduk, Werewolf tertawa. Aku menelan ludah. "lalu apa yang akan kita lakukan?", tanya kobold melanjutkan ucapannya. Ogre tertawa terbahak, Werewolf jatuh terjerembab ke belakang, dan aku menepuk jidat. "Aku ada ide!!!", ujar werewolf dengan wajah serius. Kita memperhatikannya dengan seksama. "Yang harus kita lakukan adalah tidur", lanjutnya dengan muka penuh ide briliant di kepala. Aku menepuk jidat lebih keras, Ogre tertawa hingga menelan lalat saking lebarnya, dan si kobold berteriak hauuuuuuuuuuuuu hauuuuuuuuuuuuuuu.... "Jangan tertawa dulu. Ini benar, yang harus kita lakukan hanyalah tidur. Saat malam aku akan berubah menjadi serigala, saat itulah aku akan memiliki banyak ide briliant.", ujar werewolf meyakinkan. Aku menggaruk kepalaku yang memang gatal, namun kobold dan ogre melihatku nampak berfikir keras. Aku sudah terdesak, mau tidak mau aku harus memberi komentar. "Baiklah, kita bertemu lagi nanti malam, ide si werewolf benar juga, ayo kita pulang." Aku membalikan badan untuk kembali ke rumah. Ke-empat teman baruku mengkutiku dari belakang. "**** you!! aku bilang kembali ke rumah", aku membentak mereka. Aku benar - benar butuh kesendirian untuk berfikir jernih. "Kami tidak tahu harus ke mana, kami juga tidak tahu apakah bangsa kami masih mau menerima kami", ujar Ogre mewakili teman2nya, wajahnya yang melingkar dengan giginya yang tajam besar bagai gading gajah sama sekali tak mampu menutupi sifat polosnya. Aku terdiam sejenak, lalu menganggukan kepala, dan melanjutkan perjalanan. "Kalian diam saja di sini, ngobrol lah kalian bertiga,siapa tau nemu ide2 keren untuk rapat nanti malam", ujarku seingkat ketika berada di tengah goa. Kobold mengangguk tanda paham, Werewolf nyengir kuda tanda setuju, dan si Ogre asik mengejar kecoa berlari kesana kemari. Aku masuki kamarku, aku lihat gadaku yang besar, gada yang dulu merupakan teman bertarungku. Dafuq!!! Aku terkejut dan terpana, sesuatu menyangkut di gadaku. Aku berjalan mendekat. Beruang? MAYAT BERUANG KECIL!!! Apa yang telah aku lakukan? beruang tidak boleh di bunuh!!! kapan aku melukai beruang kecil ini. Aku panik , ku kitari seluruh kamar. Ku lihat lagi, Apa? tubuh beruang ini isinya kapas dan kapuk? sejak kapan ada beruang seperti ini? ah pokonya aku harus setidaknya mengembalikan bentuk mayat beruang ini seperti semula. Aku berdiri, kulangkahkan kaki kluar kamar, lalu meminta ibu menjahit mayat beruang ini. Kepak sayap kelelawar mulau terdengar, mengitari langit - langit goa. Ini sebuah pertanda, pertanda bahwa malam telah tiba. aku mengajak ke - 3 kawan baruku kembali ke tempat rapat tadi siang, aku membuka dengan ucapan keren seperti manusia, "Selamat malam saudara - saudaraku yang super sekali, bagaimana kabar kalian hari ini?" Mereka diam saja. "Kalau aku bertanya seperti ini sekali lagi, kalian harus menjawab, Supeeer Sekaliii!!", aku memberi tahu mereka tentang hal keren yang selalu aku ingin coba sejak dulu. Aku ulangi pertanyaanku, Kobold dan Werewolf menjawab SUPERRRRRR SEKALIIIIIIIIIII dengan lantang hingga membangunkan para rusa, sementara ogre hanya menggarukan kepala tanda dia lupa akan instruksiku. "Apa kalian benci manusia?", tanyaku serius. "Sangaaat Sekaliiii", mereka menjawab serempak. "MELEDAK!! MARVEOLUS", aku berucap. Aku benar - benar tak mengerti apa yang aku katakan, tetapi aku pernah melihat seorang pemimpin hunter berkata seperti ini pada anak buahnya dan terlihat keren. "Kalau begitu apa yang harus kita lakukan?", kini aku yang bertanya sok bodoh namun dengan tampang di pasang sekeren mungkin agar wibawaku tak turun. "Kita harus membentuk Aliansi, menggabungkan kekuatan dari makhluk - makhluk non - human, dengan begitu kita akan membuat sebuah gebrakan!!! Mengambil alih kota Eremdia!!! Sebuah rencana Revolusi!! Untuk Membuat muluut manusia - manusia itu membisu kaku!!", Werewolf berkata ber-api - api. tak satu pun dari kami paham maksudnya, namun hal itu terlihat luar biasa, kami bertepuk tangan sekeras - kerasnya. Kali ini Orc memasang wajah paling seram yang ia punya. Pertanda dia benar - benar bersemangat. "Jelaskan secara rinci bung Werewolf, tolong dengan bahasa yang lebih ringan, agar saudara kita si orc ini dapat mengerti", Aku berkata sambil menyandarkan kepala di telapak tangan yang sikunya bersandar di lutut. Sebenarnya ini hanya alibi karena aku juga tidak mengerti, namun aku harus membuat diriku jauh lebih hebat dari yang lain. Orc senyum kecut mendengar pernyataanku. "Besok pagi, kita berjalan ke hutan selatan, bertemu dengan bangsa troll, atau bangsa apa saja yang benci pada manusia. Kita ajak untuk bergabung dalam perjuangan kita. Kalau tidak mau kita habisi mereka!!! Pokonya kita akan keliling hutan.. Mengelilingi negeri ini .. untuk mencari pasukan sebanyak - banyaknya. Setelah itu... Perang!! kita akan memulai Perang!!!" , Werewolf menerangkan idenya sambil berdiri di atas batang pohon beringin besar, cahaya bulan ia tutupi benar - benar sehingga yang nampak hanya bayangannya saja. Sungguh gagah rupa kawan kami saat itu. Kita bertiga memberi tepuk tangan meriah, Ogre tertawa terbahak senang sekali. "Sirloooinnn.. ayo makan, ibu sudah siapkan daging kijang,.. ajak juga teman - temanmu", seru ibu dari dalam. Kami masuk dengan wajah berseri karena berhasil emnemukan ide briliant. Ogre lebih berseri karena ada makanan di saat ia benar - benar lapar. ---------------------------------------------------------------------- Jadi besok pagi kita akan memulai semuanya, aku akan benar - benar menjadi seorang tokoh,.. ku miringkan badanku... lalu kau tertidur dengan wajah tersenyum. |
| | | 2012-07-13, 21:57 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
Signus Sanctus Newbie
Posts : 69 Thanked : 3 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Developer
Awards:
| Chapter 11 Link-------------------------------------------------------------------------- Chapter XII : Reinforced Feelings sudah 1 minggu berlalu dan aku lumayan terbiasa dengan kehidupanku yang sekarang ini, membantu finansial Leila, melatih pedangku lagi, serta merencanakan masa depanku dan Leila, sambil menahan nafsu haus darahku yang sangat kuat ini. "................." Aku melihat tanganku yang semakin hari semakin bergetar, bukan karena kram ataupun kedinginan, melainkan gatal ingin membunuh, bukan hanya monster, tapi manusia, aku adalah Monster S Class buatan Magus yang diciptakan untuk membunuh, dan aku mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari membunuh manusia sambil bermandikan darah, aku adalah orang yang benar - benar puas ketika berhasil memutilasi tubuh - tubuh manusia. "Phoenix...." Leila memegang tanganku yang gemetaran, ia paham penderitaanku untuk menahan nafsu ini, namun karena ia tahu tidak ada yang bisa ia perbuat untukku, ia hanya bisa memasang muka sedih seperti itu. "Apakah ini yang benar - benar kau inginkan, Chrome Arphage?" Mendadak terdengar suara dari arah pintu masuk Bar, seorang wanita berambut putih perak dengan matanya yang putih menyilaukan dan kulit hitam yang cukup match dengan baju hitamnya, aku pernah melihatnya, dan aku sangat mengingat persis wanita itu. "Chrome Lichteis...." Aku menatap Chrome Lichteis dengan sesama, namun.... "Sedang apa kau disini?" Aku tidak dapat merasakan aura keji seperti waktu di gunung utara kemarin, seakan - akan ia adalah orang yang sangat berbeda dari sebelumnya. "Mencarimu." "Hah?" Aku bingung dengan ucapannya. "Begini, biar kujelaskan dari awal...." Chrome Lichteis masuk ke Bar, mulai duduk disebelahku, dan mendekatiku yang sedang asik menikmati sandwich buatan Leila, Leila pun melihat kearahku sedikit mengintimidasi, entah mengapa. "Kau mungkin tidak sadar, tapi, ketika kita, Makhluk buatan Magus, masuk ke area Eremidia, kekuatan kita akan berkurang sampai setengahnya, atau malah lebih. Ini disebabkan oleh Force yang dilepas oleh Dnasman VI cukup kuat untuk menghilangkan aura mereka sampai setengahnya" "Eh?" Begitukah? Pantas saja selama ini aku merasa sedikit terbebani.... "Dan dari kita bertujuh, hanya kamu yang sudah terbiasa dengan Force yang ada di Eremidia ini, jadi mau tidak mau kami harus mengakui kalau kehilangan dirimu sama saja kehilangan potensi untuk menghancurkan Eremidia." Jadi begitu, pantas saja selama seminggu ini mereka semua tidak melakukan pergerakan sama sekali. "Dan...." Kulihat Lich menatap Leila dengan sedikit curiga. "Ada perlu apa?" Ucap Leila sedikit sinis pada Lich, entah karena berani atau apa, tapi sepertinya Leila cukup jengkel karena posisi Lich cukup dekat denganku. "Aku merasakan aura Arphage padamu... jadi... dia Istrimu kah, Arphage?" Kami semua cukup terkejut dengan ucapan Lich, ia dapat merasakan kalau Leila telah dihamili olehku, ini bahaya, mereka akan menggunakan Leila sebagai..... "Selamat ya, Arphage~!" "WHAT THE HELL?!?!? kenapa malah ngasih selamat?!?" Ucapku reflek kaget mendengar kata - kata selamat pada mulut salah satu S Class Heavenly God ini, kupikir ia ingin mencari tahu kelemahanku, tapi kenapa malah memberi selamat?!?!? "Terima kasih, Lich~!" Dan kenapa kau harus membalasnya, Leila~? "Dan kalau aku boleh tahu, ada urusan apa kamu mencari Phoenix, atau Arphage?" Ucapan Leila menjadi lebih akrab pada Lich, berbeda dari sebelumnya, aku ngeri dengan mereka para wanita, mudah sekali mereka berbaur maupun berantem, lebih mengerikan dari Chrome Disaster mungkin. "Sebenarnya aku masih penasaran... Apa alasan Arphage untuk mengabaikan kami berenam.... apakah ia sudah tidak mau membalaskan dendam ayah kita, Magus...." Ucap Lich sambil memejamkan matanya. "Tapi.... Ayah kami Magus juga berkata, bahwa melindungi orang yang kalian sayangi lebih penting daripada membalas dendam, jadi, aku tidak akan mau mengganggumu, Arphage...." Ucap Lich dengan senyum yang menerangkan, orang tidak akan percaya bahwa wanita ini adalah S Class Monster sepertiku. "Dan kamu adalah orang kedua yang kucintai setelah Magus." Hah? "Hibana~!" Hibana datang dengan tiba - tiba tepat disamping Leila, dan seketika itu juga Leila mengambil harisen yang ada dipinggang Hibana dan.... *PLAAAAAAAAAKKKKKKKKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Menghajarku dengan keji sampai terlempar dari kursi tempatku duduk. "DASAR TUKANG SELINGKUH!!!!!!!!" Tunggu sebentar, aku belum ingat semua ingatanku..... jangan asal menuduh donk.... *** "Menghilangkan nafsu haus darahmu?" Tanya Lich yang mengikutiku terus sampai Quest Center, dimana aku biasa mencari pekerjaan untuk membayar Leila. "Ya, akhir - akhir ini aku merasa nafsu haus darahku makin kuat, aku taku sewaktu - waktu aku lepas kendali dan membunuh manusia - manusia tepat didepan Leila...." "Kalau begitu kenapa kau tidak membunuh beberapa manusia saja?" Ucap Lich dengan polosnya. "Mustahil, meskipun pihak kerajaan mau melindungiku, Aku tidak bisa semudah itu membunuh manusia tanpa alasan yang jelas, apalagi akhir - akhir ini aktivitas para Junker mulai berkurang dan mereka mulai menghindariku sebagai mangsa mereka." "Jelas saja, karena kita paling mudah untuk melacak keberadaan manusia - manusia ini...." Obrolan kami tentang pembantaian manusia oleh para monster yang terdengar casual ini membuat kami dijauhi oleh para hunter lain karena ngeri. "Hei, memang aku tidak punya rasa haus darah yang sama denganmu.... tapi...." Lich meminta 1 lembar quest yang terpajang di Quest Board. "I.... ini...." *** Aku dan Lich menaiki sebuah caravan kuda yang membawa banyak sekali resource untuk dibawa menuju Faleon Town. "Apa kau yakin ini akan berjalan lancar, Lich...?" "Tentu saja, selebihnya tinggal bagaimana kau beraksi di medan perang saja." Aku hanya menunduk memikirkan hal yang akan kulakukan ini... "HYAHA!!!!!" Dan tiba - tiba saja para bandit berdatangan mengejar caravan ini. "MEREKA DATANG, DRYING LIZARD BANDIT!!! KALIAN BERDUA SUDAH MENERIMA QUEST INI KAN?! LAKUKANLAH SESUATU!!!!" Tiba - tiba Lich berdiri, memasang kuda - kuda untuk mengeluarkan sihir terkuat. "MY 'HEAVENLY GOD' TITLE IS NOT JUST FOR SHOW!!!! DISTORTION EARTH!!!!!" Aku meloncat dari Caravan tersebut, dan mengendarai Lempengan tanah yang terbang oleh kekuatan Lich. "CRAWLING GROUND!!!!" Dan dinding - dinding besar menyembunyikanku dan bandit itu sendirian. "A... APA INI?!?!? SIHIR MACAM APA INI!?!?!" Bandit - bandit itu mulai panik dengan kondisi mereka yang terjepit sihir tanah Lich. "Now.... do you all have one last word...?" Senyum keji dan sinisku bangkit, haus dan dahaga dalam kerongkonganku sedikit demi sedikit terisi, dan tanganku gemetaran ingin segera memutilasi manusia - manusia negara Eremidia ini. "Jangan gentar, ia hanya sendiri!!! MAJU!!!!" "ROWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAR!!!!!!!!!!!!" Aku membelah semua kaki kuda tersebut sehingga semua bandit - bandit yang ada disana tidak memiliki kuda lagi, kemudian tanpa ragu aku langsung menajamkan pedangku dan... *SLASH'D!!!!! Aku terus menebas satu persatu bandit - bandit tersebut sambil menghindari serangan - serangan lambat mereka, ditambah dengan lembabnya tempat ini, aku merasa bebas, tidak ada lagi beban tersisa pada pundakku, kuteruskan sabetan pembukaku pada mereka dan... "Shinning Blade Cut!!!" Tebasan demi tebasan kuarahkan pada tangan kiri mereka untuk memberi mereka rasa ngeri, dan benar saja, sebagian dari mereka mulai kehilangan semangat bertarung, namun masih berani untuk berdiri dihadapanku. "Shinning Blade Cut!! EXTEND!!!" Kutambahkan tebasanku untuk membelah semua tangan kanan para bandit tersebut, dan seketika itu juga moral mereka sudah tumbang, mereka langsung berlarian kesana kemari namun tak bisa kabur, mereka semua sudah terpenjara di penjara tanah milik Lich, tidak ada lagi yang dapat mereka lakukan untuk kabur dari tempat itu. "FINAL BLADE SAVER!!" Kutebas semua kaki milik para bandit tersebut, namun mereka masih kuat untuk berteriak minta tolong, meskipun mereka bandit, mereka tidak sadar bahwa sekarang tidak akan ada lagi yang bisa menolong mereka. "FINAL BLADE SAVER!!! EXTEND!!!!" Dan pada saat itu juga, kuakhiri nyawa mereka dengan membelah dua mereka semua, badan bagian atas dan badan bagian bawah mereka terbelah dua seketika itu juga, kurungan tanah itu berubah menjadi kurungan darah. Namun ternyata ada satu orang yang masih hidup setelah menerima semua serangan dan sakit itu. "To... tolong.....!!!!" Dan masih sempat mengutarakan kata tolong setelah apa yang terjadi. Dengan senyum keji dan sinis... *ZLEBBBB!!!!!! Kutusukkan pedangku pada kepala manusia tersebut, kemudian kutarik dan kudorong hingga membelah tubuhnya menjadi dua secara vertikal. Dahaga ku telah puas terisi dan aku kembali tersenyum puas. *** "Aku pulang." Dengan wajah gelapku aku pulang, aku disambut hangat oleh Leila, namun aku merasa sambutan hangat itu hanyalah hukuman berat untukku karena aku mengkhianatinya. "Leila, maaf, hari ini aku tidak mendapatkan apapun..." "Eh? Kamu gagal dalam quest ini?" Aku tidak menjawab pertanyaannya, dan Hibana sepertinya tidak tertarik untuk mengajariku hari ini. "Leila..." Lich mendekati Leila dan mereka berdua berbincang - bincang, aku hanya kembali kekamarku tanpa mempedulikan apa yang mereka bicarakan. *** Malam telah tiba, dan aku bersantai di kamarku seperti biasa, tanpa ada gangguan sama sekali. "Phoenix..." Leila masuk kekamarku, dan terlihat ia mengunci pintu kamarku dari dalam, entah apa tujuannya. Ia kemudian menidurkanku yang terduduk sejenak melihatnya masuk, kemudian ia masuk kedalam ranjang bersamaku. "Phoenix, kau sudah tahu kan, kalau aku akan kecewa dengan apa yang kau perbuat hari ini." Aku tahu itu, aku tahu kamu akan kecewa, dan aku tidak mengharapkanmu untuk memaafkanku, Leila. "Kenapa kamu tidak pernah memberitahukanku sebelumnya jika kamu akan melakukan ini? Aku akan lebih bersedia menerima semua ini jika kamu memberitahukanku kapan kamu akan berbuat seperti ini lagi..." Leila meraba pipiku, mengusapnya dengan pelan, sambil menatapku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. "Kita sudah menjadi keluarga, Phoenix, jika memang kamu harus melakukan itu, lakukanlah, tapi setidaknya biarkan aku tahu. Aku tidak mau kamu merahasiakan betapa menderitanya dirimu, aku tahu kamu adalah monster dan kamu sudah menerima takdir itu, tapi aku mau kamu juga membiarkanku untuk menerima takdirku sebagai pasanganmu yang seorang monster, agar aku siap menghadapi apapun yang akan menimpamu, menimpaku, ataupun menimpa anak kita...." Aku tertegun, sikap Leila yang sanggup mentoleransi segala perbuatanku, segala sifat burukku, dan penderitaanku, aku merasa bersalah telah merahasiakan semuanya dari Leila, aku seharusnya lebih terbuka padanya. "Leila...." Aku dan Leila mulai bertatap mata, entah mengapa, aku merasakan gejolak aneh yang berada di dalam dadaku, aku ingin melakukan sesuatu pada Leila, sesuatu yang ia lakukan saat aku pertama bertemu dengannya di kamar yang sama, dengan situasi dan kondisi yang sama, namun untuk kali ini aku yang mengambil alih duluan, aku memegangi pipi Leila yang lembut menawan itu, kudekatkan kedua bibir kami dan kami saling melahap satu sama lain, gejolak dada yang kurasakan ini berbeda dengan apa yang kurasakan setiap aku membunuh manusia, namun mampu memuaskan dahagaku yang kering kerontang, dan Leila sama sekali tidak melawan ataupun berontak, ia mengikuti alur gerakanku dengan lincah dan terlihat menikmatinya. "Kamu.... jadi berani sekarang, Phoenix.... sayang~!" Kami lanjutkan aksi kami dan terus meningkat dari malam ke malam hingga pagi pun tiba. *** "Selamat pagi, Phoenix sayang~!" Ucap Leila genit padaku, dan aku menyapanya dengan sedikit senyuman, membuat para pria - pria pelanggan di bar itu hanya terpuruk galau melihat pemandangan kami yang sangat menerawang. "A.... aaaaaaa..... aku mau~~~~ aku mau dipanggil sayang oleh Leila~~~~~~~................" Terdengar sedikit suara yang kira - kira artinya sama, membuat muka Leila sedikit memerah sambil menyiapkan Sandwich untukku sarapan pagi, seperti biasa. "Arphage~~~!!!!" Lich turun dari lantai 2 Bar, aku lupa kalau dia juga menginap di sini. "Kemarin terima kasih ya~! Aku benar - benar sangat puas~!" Hah? "Eh? Apa maksudmu dengan itu, Lich?" Tanya Leila keheranan. "Umm, Leila, kemarin kamu ada di kamar Arphage kan?" "APWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA?!?!?!!?" Seru 1 bar mendengar ucapan Lich yang polos, dan bagaimana dia bisa tahu Leila ada di kamarku? "Umm, begini, karena sejak awal aku dan Arphage lahir dari ayah yang sama, akupun dapat membagi kepuasanku sebagai Beast of Lust dengan Arphage jika posisi kami tidak terlalu jauh, jadi...." Jadi apa yang membuatku bertindak brutal seperti kemarin itu. *PLAK Aku menampar dahiku menutup ketidaktahuan diriku tentang hubunganku dengan salah satu jenisku sendiri. "Li... LICHTY!!! JANGAN SEMBARANGAN MENCERITAKAN HAL SEPERTI ITU DI DEPAN ORANG LAIN!!!!!" "Tapi kalian menikmatinya kan? Aku sendiri sangat puas menerima nafsu birahi kalian berdua~!" "GAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" Sama halnya ketika 1 bar mengetahui Leila lahir dengan anakku, namun aku tak menyangka Lich akan membeberkan hal ini semudah itu, seperti anak kecil..... Tunggu.... Jika Lichteis saja seperti ini.... bagaimana dengan kelima jenisku yang lain....? Bukankah seharusnya mereka juga merasakan hal yang sama dengan Licht? Apakah benar aku harus bertarung mati - matian dengan mereka....? To be continued... |
| | | 2012-07-13, 22:05 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
Dezwil Moderator
Posts : 310 Thanked : 7 Engine : RMVX Skill : Advanced Type : Developer
| from chapter 2Chapter 3: Revenge Dalam perjalanan menuju kota Eremedia. Telah melewati area yang di mana para goblin itu muncul sebelumnya. Fion, "Cena, kamu lahiran mana?" Cena, "Aku? Aku lahir di desa Bodette" Fion, "Bodette? Ga pernah dengar... " Cena, "Desa terpencil. Di peta pun tak kecantum.. kalau kamu? " Fion, "Aku lahir di kota Nect." Cena, "Nect? " Fion, "Kota yang jauh dari sini. Aku datang dari benua lain." Cena, "Wow " Fion, "Ayahku seorang Hunter di Ermedia. Sudah 10 tahun aku tidak bertemu dengannya. Jadi, aku kemari selain untuk menjadi hunter, untuk bertemu dengan ayahku juga." Cena, "begitu ceritanya... Kamipun terus melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba kuda kami berhenti dan teriak. Cena, "Ada apa Falcion!? " Fion, "Lance juga tampak ketakutan.. Sepertinya ada sesuatu....!" ...Duss! ...Duss!Terdengar bunyi yang mengerikan. Cena, "Bunyi apa ini... !? " Fion, "Bunyi langkah monster..." "GROARR!!"Cena,"Be.. Besar sekali...!!" Fion,"G.. Goblin Chief!! Sial, dia datang untuk membalas dendam kepada kita!" Cena,"Sial..! Tak ku sangka akan bertemu dengannya...! Bagaimana ini!?" Fion, "Terpaksa kita melawannya! Kuda kita ketakutan begini tidak ada gunanya untuk mencoba kabur!" Cena, "Ukh.. Ada-ada aja ini..!" Aku langsung mengeluarkan pedang dan bersiap untuk melawannya. Fionpun segera mengeluarkan Rune Book untuk mengeluarkan spell. " Api yang diterima dari langit itu membakar segalanya. Alam, nyawa bahkan dunia! Rasakan panas yang tiada hentinya! FIRE!" Fion mengeluarkan sihir api dari langit dan mencoba melukai Goblin Chief tetapi tidak mempan. Tanganku gemetar begini.. Ada apa ini? Takut..? Hanya karena melihat ukuran monster yang cukup besar? ...Memalukan. Mendekati dia dan menebas kakinya agar dia terjatuh. Coba ku lakukan...! Cena, "Hyaaatt!" Maju dengan penuh percaya diri. Sementara, Fion berusaha menarik perhatian dari Goblin Chief agar serangan Cena tidak ketahuan olehnya. Slash!Cena, "!! Lukanya tipis sekali...!" Fion, "Cena! Segera larilah!" DUMM!Serangan menginjak Goblin Chief. Hampir saja. Untung aku menghindar segera. Kalau tidak, mungkin aku sudah penyok. Cena, "Phew.. nyaris saja. " " Bekukanlah tubuhnya, pikirannya danjuga waktunya dan jadikan objek indah yang menakutkan.. Ice!" Fiona mencoba membekukan kaki Goblin Chief dan berhasil membekukan kaki kanan yang terluka sedikit akibat serangan Cena. "URRRGH..." Goblin Chief telah bertekuk lutut. "Berhasil!" Mendapatkan kesempatan untuk menyerang. Aku mencoba memberikan serangan lagi ke dia. Kali ini mencoba menusuk matanya. "GWARR!" Dukk!!Fion, "Cena! Apa kamu tidak apa-apa!?" Cena, "Sial.. Kuat sekali...!" Dipukul dengan lengannya dan mental cukup jauh. "WOOO!" Goblin Chief berusaha untuk mencairkan kaki yang membeku itu. Fion, "Coba lagi, Fire!" Mencoba menyerang bagian kepalanya Goblin Chief dan berhasil membakar rambut yang ia miliki. Goblin Chief tampak kepanasan tetapi segera mencabut rambut yang terbakar itu dan tempelkan ke kaki yang membeku itu. Dengan api yang panas, kaki yang membeku itu mulai mencair dan Goblin Chief mulai menyerang lagi. "Hyaaat!" "Slash!"Aku berhasil melukai kaki yang sama dan pada bagian yang sama. Melukai tempat yang sama tentu lebih sakit dibanding melukai tempat lain. Tetapi justru membuat Goblin tambah marah. DUAKK!!Aku ditendang oleh Goblin Chief dan kecemplung ke sungai. Sakit sekali.. Pandanganku mulai gelap.. "Si...al..." Fion, "Cena!!!" Fion tampak panik. Dia ingin menolongnya, tetapi dihalangi Goblin Chief. "Bagaimana ini?" Fion sudah menjadi panik. Dia sudah tidak memikirkan serangan ke Goblin Chief lagi. BUKK!!Ditonjok oleh Goblin Chief dan mental. Tetapi berkat pohon dia tidak mental begitu jauh sayangnya tekanan yang diterima saat kebanting ke pohon membuat ia langsung pingsan. Maafkan aku ayah... __________________ " Bintang-bintang di langit, hukumlah yang telah mengotori keindahanmu. Berikan ketokan palu keadilan yang anggun. Starlight Rain!Langit tiba-tiba menggelap dan turun hujan bintang. Goblin Chief langsung hangus akibat terkena bintang itu. ???, "Semoga mereka masih hidup. Payah sekali bisa gugur lawan beginian saja.. " To be continued...
Terakhir diubah oleh dezwil tanggal 2012-07-13, 22:24, total 2 kali diubah |
| | | 2012-07-13, 22:15 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
wltr3565 Senior
Posts : 870 Thanked : 28 Engine : RMVX Skill : Skilled Type : Scripter
Awards:
| Chapter 1: Stuck! "Asli, nyangkut lagi, nyangkut lagi!" keluhku melihat pisauku menancap begitu dalam di kepala beruang yang habis kutumpas... Aku terlalu kasar, sudah tahu batok kepala beruang sangat keras. "Setiap kali pasti ada beruang yang menyerbu. Aku masuk dalam daftar black list besar keluarga beruang apa?" Namaku Walter. Aku adalah pedagang keliling yang biasa menjajakan berbagai macam barang. Dari keperluan sehari-hari, hingga barang eksklusif. Tidak, aku tidak menjajakan barang ilegal. Terakhir aku menstock barang dagangan dari para goblin di Goblin Colony. Aku salah satu dari sedikit non Goblin yang bisa bernegosiasi dengan mereka tanpa ancaman berarti. Sekarang saatnya untukku menjajakan barang di Capital kembali. "Aku sudah kebanyakan barang untuk kubawa, terutama kulit beruang. Kubiarkan saja mayatnya membusuk disini. Dan mencabut pisauku susah sekali!" Kukumpulkan seluruh tenaga untuk mencabut pisauku yang masih menancap keras dalam kepala beruang mati ini. Kuinjak sekalian kepalanya untuk memudahkan pencabutan. "Gyieeee!!!! Hah!", Aku terpelanting begitu pisauku berhasil tercabut. Sungguh, ini yang kesekian kalinya salah satu pisauku menancap sampai tersangkut di kepala beruang. "Baiklah, mari jalan lagi!". Kunaiki kuda kesayanganku, Popon, menuntunnya keluar Eastern Forest bersama gerobak yang berisikan barang dagangan, yang jelas dia tuntun. Barang dagangan kelihatannya tidak terusik sama sekali selama aku sibuk baku hantam dengan beruang tadi. "Asli, aku benci beruang." Matahari sudah tidak menampakkan batang sinarnya begitu aku sampai di Capital of Eremidia. Malam hari bukan hari yang cocok untuk berjualan, jadi kuputuskan mencari penginapan terlebih dahulu, mengistirahatkan tubuh yang lelah ini, terutama setelah ada beruang yang mengganggu. Ah, tavern di Capital akan sangat cocok untuk meluangkan waktu hingga kantuk menjelang. Lonceng berbunyi menandakan kehadiranku di tavern. Seperti biasa, kupesan segelas susu yang segar. Maklum, jiwaku bukanlah jiwa alkohol. "Hahaha, pasti habis diserbu beruang lagi, Walter." ejek sang penjaga tavern, Brina. "Gila, bagaimana kamu bisa tahu?" Balasku. "Wajahmu menjelaskan segalanya. Hihihi." Brina menjawab. Ya, wajahku terlihat lebih cemberut dari biasanya kalau sudah diserang beruang, menandakan kemuakanku diserang beruang setiap kalinya mereka melihatku. "Memangnya wajahku sekhas itu kalau habis bertemu beruang?" "Siapa lagi?" "Hah..." hela nafasku, "Jadi, ada informasi bagus tentang harta yang bernilai tinggi?" Percaya atau tidak, berdagang hanyalah pekerjaan sampinganku. Aku sebenarnya seorang pemburu harta karun, menghadapi berbagai bahaya demi peninggalan yang memiliki nilai jual yang besar. Reputasiku sebagai pemburu harta karun tidaklah buruk. "..." Brina terdiam. "Hei, kenapa diam?" "Informasi ini bisa kuberikan gratis, tapi..." Brina menjadi waswas. Apa informasi yang dia maksud? "Sekali kamu mencoba mencarinya, mustahil berhenti. Serius?" Wajahnya menjadi serius. "Ayolah, aku orang yang selalu serius. Jadi, apa yang kau punya?" jawabku sedikit bergurau. "... Ini tentang 'Pengunci Naga'" "Pengunci Naga?! Senjata yang belum diketahui wujudnya yang dirumorkan ampuh menumpas apapun termasuk Naga?!" Teriakku terkaget, tapi untungnya aku masih dapat meredam suaraku. "Ya, dan seseorang mengetahui keberadaannya." "Oke, dimana orang itu?" Mataku berbinar-binar penuh harapan. Wajar saja, 'Pengunci Naga' ini pasti akan dapat terjual dengan harga setara dengan tabungan kerajaan! "Dibelakangmu." senyum Brina. "Eh?" Kubalikkan badanku kebelakang, dan aku jelas melihat cambuk... CTAR!"Hwaaa!!!! Ada apa ini?! Kenapa aku diikat?!" Cambuknya melilitku keras! "Walter si Ksatria Beruang? Menarik sekali!" Suara wanita yang berat didepanku memberikan firasat yang lebih tidak enak dari yang pernah kualami... "Kau?! Kau yang diceritakan orang-orang?!" Sahutku melihat wajahnya. Detil wajahnya bisa kuceritakan nanti mungkin? "Iya, Solestris si Gila dari Utara akan memberi keterangan lebih lanjut!" senyum Brina. Sial, dia pasti sudah tahu! "Bohong kamu ya, Brina?!" tanyaku tidak percaya pada Brina, menjerumuskanku untuk diembat dengan orang segila Solestris... "Sudahlah, kau mau ikut mencari Pengunci Naga kan? Aku tidak berbahaya, jadi mulai jalan!" Solestris mengatakan itu sambil menyeretku yang tidak berdaya diikat cambuknya... "Gyaaaaa!!!! Brina, tolong rawat Popon baik-baik selama aku tidak adaaaaaa~~~~~~!!!!!" pintaku secara histeris.... Para tamu tavern yang lain memandangku dengan kasihan. Malunya... "Ya, aku yakin Walter akan sukses!" Brina masih melanjutkan senyum profesionalnya... Solestris, yang bersamanya memiliki kemungkinan terlihat kembali 0%. Tidak ada bukti dia membunuh, tetapi dia sendiri tidak mau menceritakan nasib "partner-partner"nya yang lenyap... Aku benar tidak bisa kembali, stuck! Apa aku akan mati percuma, atau kuraih Pengunci Naga? To be continued... Mungkin? |
| | | 2012-07-13, 22:48 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
NachtEinhorn Robot Gedek Galak
Posts : 1274 Thanked : 9 Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Developer
| Chapter VII: No Reason yetBeberapa hari setelah Ex memberi peringatan kepadaku. Aku dan Kyrie baru saja pulang setelah menyelesaikan quest dengan imbalan lumayan. Ah ya, sekarang aku sudah naik tingkat, menjadi Hunter Rank B. Aku memutuskan untuk menghabiskan petang di bar. Kyrie tidak ikut, karena dia kurang suka dengan suasana bar yang penuh dengan pria pria pemabuk. Aku masuk ke bar, meminta minum seperti biasa. Mataku melirik ke arah phoenix yang sedang dikerubuti oleh 3 perempuan. 1 aku sudah kenal, tapi 2 lagi siapa? aku meneguk alkohol yang ada di depanku. "Kayaknya aku mulai tahu kenapa Ex pengen ngebunuh itu phoenix" pikirku. Yaa, siapa juga yang ngga cemburu berat liat cowo random dikelilingi oleh perempuan perempuan cantik... "GAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" aku dikagetkan dengan teriakan itu. sepertinya mereka sedang dalam suatu perdebatan... .............. "H-hey, ist dies nicht wahr, richtig?! (H- hey, this is not true, right?!)" tiba tiba aku mendengar suara EX, bikin tambah kaget aja "Sekarang apa? Aku lagi nggak marah, jangan coba coba keluar" "Es gibt zwei Phoenix?! (There are two Phoenix?!)" Aku terbelalak, tersedak bir yang sedang kuteguk. "yang bener aja, cuma ada 1 tuh. Kamu mulai berhalusinasi di dalam ya? Atau ini trik supaya kamu bisa langsung keluar dan melakukan kekacauan?" "Nicht mit mir, Kleiner! gibt es zwei Stromquelle ähnlich dem bösen Wesen! (Don't mess with me, kid! there are two power source similar to that evil being!)" Salah satu perempuan yang berada di dekat Phoenix tiba tiba menghampiriku. kulitnya coklat pucat, telinganya runcing, mirip dark elf di Festiana. Tatapan matanya yang tajam terarah ke mataku. "Bisa keluar sebentar? Ada yang mau aku bicarakan" Perempuan itu menggenggam tanganku, sedikit menarik. Phoenix yang sadar bahwa perempuan itu menarik diriku, langsung menghardikku. "Aku nggak tau apa apaaaaaaaa" kataku, sambil ditarik oleh perempuan itu keluar bar. ============================================================= "Jadi?" tanyaku "Ada urusan apa nona yang rupawan ini dengan diriku?" "Maaf sekali, wahai pemuda" jawabnya "Urusanku bukan denganmu, tapi dengan Kadal Ganteng yang ada di dalam sini" katanya sambil menunjuk dadaku. tiba tiba... TING! Aku tidak bisa menggerakan badanku, dan hawa panas melanda tubuhku... "Jangan sentuh sentuh, iblis sialan..." Dafuq. Itu barusan aku yang ngomong? "Araaa~ kasar sekali, seperti biasa" "Cukup basa basinya. Apa maumu?!" "Maukah wahai Ksatria Naga Perak ini membantu kami, daripada menghalang halangi kami?" "Tidak akan! Bahkan di mimpi terburukmu!" "Arara~ kalau begitu, sayang sekali~ Bagaimana kalau setidaknya, jangan mencoba menghalang halangi kami?" "Dan membiarkan kalian berbuat seenaknya? Langkahi dulu zirah perakku!" er... aku tidak memakai zirah perak saat ini... "Sayaaang sekali~" "Dan kau akan amti disini!" tangan kananku sudah bersiap untuk mencabik cabik perempuan itu. "Hoi, hentika..." aku mencoba berteriak, tetap saja, tak ada suara yang keluar. "Kamu yakin, wahai Naga Perak?" tanganku berhenti tepat di depan matanya. "Kalau kau membuat keributan, bocah itu bisa bisa ditangkap loh~ Dan kamu tidak akan bisa menghentikan kami~" "Grrrrrr" Wanita itu teratwa puas, meninggalkan kami ke dalam bar. "Jadi... bisa kuminta tubuhku kembali?" Aku mencoba menggerakkan tubuhku, yap, kembali seperti semula "Jadi, apa yang membuatmu begitu dendam? Siapa perempuan itu? Apa hubungannya dengan Phoenix? Dan rencana apa?" "Du wirst wissen, wann es an der Zeit ist. ( When the time comes, you shall know") tak kudengar lagi suara Ex. Aku kembali ke bar, melanjutkan minumku, sambil dipelototi oleh Perempuan itu dan Phoenix. To be COntinued |
| | | 2012-07-13, 22:59 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
Cloverfield Novice
Posts : 254 Thanked : 27 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Artist
| Episode III Things Can't Be Worse<Morning 7 A.M> Aduh aku bangun terlambat lagi... Tadi malam aku membaca ensiklopedia Creatures and Races Edisi Spesial : Vampire, maklum aku sangat senang yang namanya membaca, buku setebal 200 halaman lebih itu aku habiskan dalam semalam. Vampire... Ras undead yang abadi, mereka punya kemampuan regenerasi yang tinggi makanya kebanyakan mereka itu cantik dan tampan (kulitnya mulus terus), Yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup adalah darah manusia dan hewan, mereka tidak bisa bertahan lama di bawah sinar matahari karena akan merusak sel yang berkemampuan regenerasi itu, mereka akan mati kalau jantung mereka ditusuk dengan paku perak. Buku ini sungguh menarik, tapi aku sekaligus ngeri membayangkan, mereka itu bisa hidup beribu-ribu tahun lamanya... bayangkan, tidak bisa bermain dibawah matahari, selama beribu-ribu tahun, hanya ditemani selimut langit malam kelam yang dingin, rembulan dan bintang yang bisu , terlebih lagi... jika kau mencintai seorang manusia... bagaimana jadinya? huwa aku jadi sedih sendiri kenapa aku tiba-tiba lari ke kisah cinta? :Pokerface: Saatnya aku mandi dan sarapan... Akupun turun dari tempat tidurku dan segera merapikannya kembali. <Afternoon 1 P.M> Siang ini terik sekali, rasanya aku jadi ingin mandi lagi... Aku duduk di sofa sambil membolak-balik ensiklopedi Vampireku, "Ayah pulang..." "Selamat datang ayah" Aku segera mengambil topi yang baru saja dilepaskan oleh ayah, dan meletakkannya pada tempatnya. Aku lihat ayah membawa suatu bungkusan... "Nina, ayah beli ini tadi" "Wah apa itu ayah?" Aku mengambil bungkusan tersebut dan membukanya, isinya sebuah buku, mataku berbinar-binar! "Ini... Buku petunjuk eksperimen sihir dengan tumbuh-tumbuhan!" Seruku senang, aku berputar-putar diruang tamu mengangkat buku tersebut keangkasa. Ayah hanya tersenyum melihat tingkahku yang kekanakan tersebut. Aku berhenti berputar. "Horeee terimakasih ayah! Nina sudah menunggu-nunggu untuk membaca buku ini" "Iya Nina, syukurlah jika kamu senang, sekarang ayah ingin istirahat dulu, panas sekali di luar tadi" "Iya ayah~ selamat istirahat, mau Nina ambilkan minum?" "Iya boleh" Aku segera mengambilkan minuman untuk ayah, bukunya aku letakkan terlebih dahulu ke kamar. Setelah aku memberikan minuman kepada ayah, aku langsung kabur ke kamar. Aku pertama-tama menatap covernya... "Petunjuk Eksperimen Sihir dengan Tumbuh-Tumbuhan" Semenjak lulus akademi sihir, aku sudah tidak pernah lagi yang namanya praktikum. Paling-paling membaca teori teori dan teori, aku butuh pengalaman juga... namun sulit sekali mendapatkan kesempatan itu... ... Akupun mulai membaca daftar isinya, wah buku ini bagus sekali kualitasnya, kertasnya licin seperti ini, terlebih lagi wanginya enak, sepertinya dibuat dari kayu yang bagus... oke aku akan mulai dari eksperimen yang menarik mataku saja... ... ... ... ... "WAH ADA RAMUAN CINTA!" ups aku terlalu bersemangat melihat judul eksperimennya. .... *uhuk* Ahahaha... coba aku lihat dulu... Ramuan Cinta : Ramuan yang akan membuat yang meminumnya jatuh cinta pada yang membuatnya. Namun hanya pada batas waktu tertentu yaitu sekitar dua hari. Wanginya manis dan akan membuat yang meminumnya pingsan terlebih dahulu karena mabuk pada aromanya, setelah dia bangun maka ramuan itu akan menunjukkan khasiatnya. "Hoo... hanya untuk waktu tertentu saja ya... eh tunggu memangnya siapa yang mau aku buat jatuh cinta?!" ... Tapi aku tetap penasaran. "Tapi ini menarik juga... hmm" "Aku jadi ingin mencobanya! mari kita lihat bahan-bahannya... air, akar manis pohon hitam, wildberry, daun semak biru, bubuk duri mawar merah dan merah muda..." "Semuanya ada semua di ruang eksperimen ayah... tapi ada satu yang tidak ada... Daun semak biru. Aduh dimana carinya ya... meskipun aku anak orang kaya tapi uang jajan tidak berlebihan uangku ngga bakal cukup beli-beli tumbuh-tumbuhan itu... Mataku pun meneruskan untuk menelurusi halaman tersebut... "Aha benar-benar buku yang bagus sekali... sampai-sampai tempat tumbuhnya juga ditulis disini~" Disana tertulis Daun semak biru ada di Hutan Timur... Tidak banyak pikir dan basa basi lagi aku langsung menuju ke lemari pakaianku memilih baju yang pantas untuk pergi ke hutan besok... Ya aku memang begitu, kalau sudah niat, tidak ada lagi yang namanya ragu-ragu. Malam ini aku mau minta izin ke ayah untuk pergi ke Hutan Timur... <Tomorrow > Fyuh untung aku menang negosiasi dengan ayah... Semua ini demi pengalaman dan pendidikan! Tapi ayah bilang ada kabar yang membahayakan disekitar Hutan Timur, yaitu ada kelompok goblin yang sering menghilangkan nyawa penduduk sekitar sini, terutama hunter yang sedang berburu. Padahal hanya Goblin, aku sampai heran juga. Ayah memberi aku uang untuk menyewa bodyguard hunter yang lumayan, karena itu sekarang aku berdiri di Quest Center... aku pernah kesini dengan ayah waktu kecil, tapi aku tidak tahu bagaimana prosedur untuk menyewa seorang bodyguard. Aku mulai tengok kiri kanan, banyak sekali orang berpakaian zirah, ada yang sedang duduk-duduk, ada yang berbicara pada Quest Receptionist, bisa dibedakan yang mana yang hunter yang mana yang bukan dari kostum mereka, hunter pastilah yang berbaju zirah... "Aduh aku harus segera menyewa bodyguard... kemana ya? apa ke resepsionis?" Aku bingung, di sini banyak sekali orangnya... Tiba-tiba saja ada seorang wanita yang menyapa aku. Trust And Belief"Sedang apa kamu ditempat ini?" Wanita itu penampilannya sepertinya aku pernah melihatnya di buku... tapi ingatanku agak samar, rambutnya berwarna hijau dan dia memegang sebuah tombak. Aku agak gugup namun aku segera menjawabnya. "Anu, aku Nina, Nina Winhart, aku kemari karena aku ingin merekrut seseorang untuk melindungiku berjalan menuju Hutan Timur, kudengar disana banyak bahan untukku bereksperimen sihir, tapi aku tidak tahu prosedur untuk merekrut bodyguard..." Keluarlah bahasa formalku, ayah selalu mengajarkan aku untuk berbahasa sopan kepada orang lain. Aku pun menunggu jawaban nona itu. "Oh, bagaimana kalau kamu ikut bersama kami, kebetulan kami akan pergi kesana ko!" Aku baru saja mau tersenyum senang dan mengucapkan terimakasih tetiba-tiba... "EH?!?" Seorang laki-laki berambut merah di sebelahnya tiba-tiba berteriak begitu uhm... aku merasa sedikit tidak enak kenapa dia bersikap seperti itu... aku kan jadi makin gugup. Kemudian ada lagi muncul seorang wanita. "Hei, kudengar kalian akan pergi keluar kota, boleh aku ikut bersama kalian?" Dia memakai baju zirah yang sepertinya berat sekali. Orangnya juga cantik berambut coklat lembut... aku jadi ingin memanggilnya kakak. Tapi aku kembali melirik ke wajah laki-laki ini, dia semakin cemberut saja atau memang wajahnya seperti itu? apa benar boleh? "Umm, benarkah boleh...?" Tanyaku khawatir, sambil melirik-lirik kepada Lelaki berambut merah itu. "Tentu saja kalian berdua boleh! Dan kau akan melindungi mereka kan, Phoenix??" "Like I care what will happen to both of them...!" Uuuaah laki-laki ini menakutkan sekali, kenapa dia marah-marah seperti itu sih. Ha... hahaha... dan mulailah perjalanan kami menuju Hutan Timur. - Selama perjalanan di hutan, mereka memperkenalkan diri, ternyata wanita berawmbut hijau itu bernama Elicia dan yang berambut coklat bernama Claire. Mereka berdua hebat dalam sekali melawan monster dan melindungiku, aku juga ingin bisa seperti mereka, tapi aku hanya penyihir yang baru lulus akademi... Lalu... Lelaki ini bernama Phoenix, dia tidak terlalu banyak bertarung selama perjalanan, mana cemberut terus lagi. Tapi siang sudah datang, dan kami belum juga sampai, aku khawatir akan sampai malam sekali ke rumah nanti. "Anu... Kira - kira kapan kita akan sampai ya?" "Sebentar lagi, itu hutannya sudah terlihat!" Oke sebentar lagi katanya, syukulah... Selama perjalanan yang hampir sampai itu Elicia ada bercerita mengenai gerombolan goblin yang menyerang manusia itu... aku jadi ngeri, ternyata seserius itu, aku kira cuma rumor belaka... Tapi melihat kekuatan dua kakak perempuan ini aku pikir tidak akan ada apa-apa. - Akhirnya sampai juga! ada beberapa semak biru di sini, saatnya mengambil beberapa. Claire bilang akan membantuku memetiknya, akhirnya kami berdua yang pergi sementara Elicia dan Phoenix beristirahat. Aku menatap Claire, cantiknya... aku sedikit terpana. "Ada apa Nina?" Claire menyadari aku menatapnya, aku kaget dan malu, pipiku merah. "Ti-tidak, aku hanya berpikir kamu cantik sekali Claire! rambutmu halus sekali" "Nina juga manis kok, hihi" Kami berdua tertawa, kemudian aku memutuskan untuk mengambil daun semak biru lebih banyak lagi ke seberang... padang rumput ini luas sekali, seperti lapangan, dikelilingin dengan bukit-bukit bebatuan... anginnya juga semilir... Tiba-tiba ada bayangan dihadapanku yang semakin lama semakin membesar... aku pikir itu bayangan awan... ketika aku mendongak ke atas... I... ITU......!!! "KYAAAAAAAAAAAAAAA......!!!!" Aku langsung mengenali itu adalah monster Chrome Disaster! Aku pernah melihatnya di buku! Kenapa makhluk ini ada di sini?! Apa aku akan segera mati??? Aku sangat shock, ingin lari pun sulit, tubuhnya begitu besar sepertiikan paus, dan dari kejauhan Elicia dan Phoenix berlari ke arah sini. To-tolong aku kumohon! Wajahku sangat pucat, Chrome Disaster adalah monster Rank S, apa aku bisa pulang hidup-hidup setelah ini?! Phoenix lari dan memposisikan dirinya di depanku, lalu melancarkan serangannya "Final Blade Saver!!!!!" Tepat mengenai Chrome. Monster itu terbelah menjadi dua! kekuatan macam apa yang lelaki ini miliki... Aku terpana sambil menatap Phoenix yang habis mengeluarkan kekuatannya. Namun yang aku sudah kira-kira terjadi! Monster itu memiliki kemampuan beregenerasi dengan cepat! Belahan Chrome segera bergabung kembali dan menjadi utuh. Phoenix sepertinya sudah salah kira, sekarang apa yang akan terjadi??? "THUNDER GOD STYLE!!!!...LIGHTNING PURGE!!" Kali ini Claire yang maju mengeluarkan jurusnya, namun aku masih panik dan tidak bisa tenang, karena aku tahu ini semua percuma! Lihat saja Chrome segera kembali ke bentuk semula, ka-kalau tidak salah... Chrome Disaster memiliki core yang... Belum sempat aku berpikir, Chrome raksasa yang mengerikan itu sudah membuka mulutnya, dan segera cahaya terkumpul di dalamnya... Mataku terbelalak, pupilku mengecil melihat cahaya yang berderang itu, apa itu cahaya kematian kami??? Aku... apa yang bisa aku lakukan agar kami tidak mati di sini?!! "DAMMIT, SEMUA, LARI!!!!!!! Semburan cahaya itu menghujam penglihatanku, cahaya kematian itu... Tiba-tiba saja dari inti tubuhku ada suatu lonjakan energi. BYAAAAAAAAAAAAARRRR!!!! - - Strenght Of A Thousand Men- - ...Apa aku sudah mati...? Dengan semua kegilaan itu... monster Chrome Disaster itu... Ayah... Ibu... Maafkan anak gadismu yang keras kepala ini... Yang kulihat hanya putih... lalu ada gadis muda berambut pirang... dia pasti malaikat... habislah sudah... Air mataku pun mengalir. To Be Continued...
|
| | | 2012-07-13, 23:06 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
richter_h Salto Master Hancip RMID
Posts : 1705 Thanked : 30 Engine : Other Skill : Skilled Type : Developer
Awards:
| The Tale of Vent McGraves Chapter XIII
Celebrating my 777th Post and 13th ChapterKlik to Chapter XIINorthreach. Kota di utara Eremidia, dimana sinar mentari petang menghiasi pemandangan di belakangnya saat Vent dan Vischelia tiba di sana. Mereka tiba di kota bernuansa khas Utara; bangunan beratap jerami dan kayu, dinding batu, dan beberapa bangunan dengan dinding batu. Denah kota itu tidak terlalu berbeda dengan Eremidia, namun di Northreach, alun-alunnya luas dan di dekat kota, agak ke barat laut dan naik ke bukit ada sebuah menara berarsitektur kuno nan tinggi. Orang-orang di kota itu menyebutnya dengan Menara Whitestone, karena menara itu berwarna putih kalau dilihat dari kejauhan. Seperti yang biasa Vent lakukan, tradisi Vent jika mengunjungi sebuah kota, dia akan mengunjungi bar terlebih dahulu sebelum ke penginapan atawa ke tempat lain. Kali ini, dia ke bar bersama Vischelia si gadis imut yang selalu bersamanya. Mereka duduk di bar. Hanya duduk, tidak memesan minuman bahkan biang madu Nord yang Vent inginkan. Mereka mendengarkan apa yang orang-orang di bar bicarakan, salah satunya tentang rumor Goblin Es yang semakin menggila akhir-akhir ini. "Tapi Goblin yang disini tidak seganas yang ada di selatan sana," celetuk salah seorang pemburu yang minum bersama temannya. "Beberapa orang yang dari ibukota sana bilang banyak sekali Hunter yang mati di tangan Goblin." "Dan mereka sekarang sepertinya akan menyerang ibukota, apalagi mereka sudah membebaskan Howl," celetuk satu lagi pemburu di penjuru lain bar. Goblin? Howl? Siapa pula Howl itu, pikir Vent. Dia ingat dia pernah memberi pelajaran pada satu Goblin ngotot bin ngamuk dahulu kala. Tapi Howl? Siapa pula Howl ini? Sementara itu, di samping Vent, Vischelia tidak sadar ngiler nan ngacay saat melihat biang madu Nord dituangkan ke gelas besar. Dia sepertinya ingin sekali mencoba minum seteguk, tapi dia sudah berjanji untuk tidak minum lagi. Vent kembali meliriknya dan menyadarkan gadis itu saat minuman manis dari dewa itu mengalir ke tenggorokan salah seorang pemburu yang haus dan begitu menikmatinya. "Pissel, tidak ada lagi minuman buat ente." Vischelia menjawabnya dengan menggembungkan pipinya--ciri khas Vischelia yang menambah nilai imut gadis pelukis ini. Vent hanya ketawa kambing melihatnya. Dipikir-pikir juga, gadis ini memang menarik dan kenapa dia tidak sadar sejak dia pertama bertemu? Tapi, lupakan hal-hal romantis seperti itu. Dia ke Northreach ini untuk minum dan mencari biang madu Nord, bukan untuk kencan bersama gadis pelukis nyentrik itu. Sekuatnya dia menahan hasrat untuk minum biang madu Nord itu. Tapi, saat dia melirik ke Vischelia, alangkah terkaget-kagetnya dia saat ternyata Vischelia kepergok sedang minum minuman yang Vent dari tadi mau. "Pissel!!" Vent merebut gelas yang isinya habis setengahnya diminum Vischelia. Terlihat wajah Vischelia memerah, dan bicara ngawur. Cekikikan nggak jelas. Gayanya yang tadi terkesan imut lucu dan layaknya gadis penuh semangat sekarang rusak total. Karakter Vischel rusak total saat itu. Saat Vent merebut minumannya, Vischelia menatap Vent dengan raut wajah yang beda total; dia tersenyum padanya, tapi dengan senyuman yang lain dari biasanya. "Apa, sih, Vent?" Vischelia bicara dengan logat dan cara bicara yang beda banget dari biasanya. "aku belum habisin semua..." "Demi semua leluhur, Pissel, ente udah kelewatan! Ente seharusnya jangan minum biang madu ini setetespun!" "Aku masih mau, sedikit..." "Pisselia Abilen! Tidak ada minum-minum lagi." Vent lantas meminum semua biang madu yang tersisa di gelas itu. Biang madu Nord, minuman hasil olahan madu hasil penyulingan, dengan rasa yang manis dingin dan efek yang nendang banget, mengingatkannya saat dia pertama kali minum seteguk 'minuman para dewa' itu. Walau hanya setengah gelas tinggi, dia merasa telah minum 2-3 botol bir yang biasa dia minum. Efeknya beneran nendang banget, sampai dia tidak bisa membedakan antara duduk dan berdiri. Tapi dia masih bisa bertahan, tetap tidak mabuk dan mencoba untuk menghentikan Vischelia yang ketagihan minuman yang berbahaya untuk gadis imut sepertinya. Terlalu banyak minum, dan karena efek biang madu nendang banget, akhirnya Vischelia terkapar tidak kuat lagi. Vent--yang biasa mabuk dan masih bisa sadar walau mabuk berat pada akhirnya memboyong Vischelia ke penginapan tidak jauh dari bar, dan menidurkannya di salah satu kamar. Sementara, Vent memutuskan untuk jalan jalan di luar, menghilangkan maboknya, dan bertemu dengan Brom Sradovirr, juragan bir di Northreach. Karena Brom menyukai hasil racikan Vent yang super ajib itu, akhirnya Brom mengajaknya ke gudang bir untuk memperlihatkan koleksi dan komoditi yang akan disebar ke seluruh penjuru Northreach. Dan juga, Vent lebih memilih tidur di gidang bir iru sendirian. Lebih enak tidur di tempat yang penuh dengan aroma alkohol, menurutnya. -- Besoknya, Vischelia bangun kesiangan lagi--seperti saat dia minum minuman dari Vent saat di Eremidia dulu. Kepala pusing, tidak bisa bangun, dan malas untuk mengangkat badannya bahkan untuk duduk bersandar pada dinding. "Ane udah bilang kalo jangan minum biang madu itu kebanyakan." Vent hanya bisa facepalm ketika Vischelia ternyata masih mabok walau tidur semalaman. Vischelia masih saja cekikikan nggak jelas dan cara dia memandang masih seperti orang mabok. "Kenapa kamu tidak memberitahu minuman lezat itu? Pantas saja kamu dulu ingin meninggalkanku di ibukota..." "Bukan itu, Pissel, tapi ane ngga bisa bikin ente jadi punya kebiasaan kek ane. Mabok-mabokan dan adu jotos seenaknya..." Vischelia tertegun. Raut wajahnya kembali seperti saat jika dia tidak mabok. Dengan ekspresi biasa, dia hanya memandang Vent. Sepertinya, dia ingin meminta maaf pada Vent karena merepotkannya selama ini. "Sudahlah," Vent menghela napas, "Ane punya beberapa kerjaan di luar. Ente mau ikut atawa enggak, itu pilihan ente. Sana, cuci muka kalo mau ikut..." Beberapa saat kemudian, mereka berdua mendatangi sebuah pondok untuk mendatangi Brom Sradovirr, pria kekar brewokan berjanggut tebal. Tidak jauh dari alun-alun dan tidak jauh pula dari pusat perlengkapan para penjelajah. "Vent, ada kerjaan untukmu." Brom dengan penuh semangat berkata pada Vent, "Kita akan pergi ke Remorr, membawa minuman-minuman ini. Ongkos pengiriman dari temanku Muro kita bagi dua nanti." Dan akhirnya, Vent dan Vischelia akan melakukan perjalanan ke kota Remorr, timur Northreach, dimana banyak pepohonan dan lereng terjal akan mereka lewati. "Pissel, selama di jalan jangan minum satupun bir, baik dari ane maupun dari peti ini." Klik to Chapter XIV
Terakhir diubah oleh richter_h tanggal 2012-07-14, 22:27, total 1 kali diubah |
| | | 2012-07-14, 00:27 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
Gramadi Novice
Posts : 209 Thanked : 4 Engine : RMVX Ace Skill : Very Beginner Type : Artist
| Chapter 2 : Fragile ValkyrieKami kembali menuju bar di eremidia setelah pengalaman yang tak terlupakan itu.Melawan makhluk seperti Chrome disaster merupakan sesuatu pengalaman bagi bahwa tidak semua musuh bisa dikalahkan oleh kekuatan saja namun juga kecerdasan.Namun,yang menarik perhatianku adalah orang bernama phoenix.Dari yang kulihat ia mungkin tipe-tipe orang yang senang menunjukkan kekuatannya namun disisi lain sisi pendiamnya itu merupakan poin positif yang dimilikinya.Dimataku,Sifat phoenix tersebut persis dengan pria yang ada di liontinku.Tanpa kusadari aku terus melihat kearahnya yang sedang duduk di dalam bar.,Mungkin hal itu mengusiknya hingga ia pun menegurku. "Hmmph.. ada urusan kah sehingga kau melihatku?" tegur Phoenix Aku yang terkejut membalas dengan spontah. "Eh.. jangan besar kepala kamu, siapa yang melihatmu , aku hanya melihat ke arah etalase minuman itu" Jawabku sambil memalingkan muka. "Hmmph.." tanpa menjawab balik phoenix melanjutkan minumnya. melihat respon phoenix ,Aku tidak berkata apa-apa lagi, hingga terpikir untuk mencari penginapan. "Hmm... ada baiknya aku mencari penginapan sekarang"Aku yang tidak memiliki tujuan lagi di bar tersebut melangkahkan kaki keluar bar.Terlihat banyak sekali orang dijalanan sana dimulai dari calon hunter yang ingin mendapatkan lisensinya hingga hunter kelas atas.Di keramaian tersebut aku bertanya kepada beberapa orang yang menurutku penduduk setempat tempat penginapan disekitar sini.Hingga aku menemukan penginapan yang tidak jauh dari Bar, mungkin hanya terletak berberapa blok dari sini.Aku kemudian menyewa satu kamar,Kamar yang disewakan tidak terlalu buruk dan sesuai dengan harganya.Kamar tersebut ada di lantai 3 dengan ukuran sekitar 5x4 meter cukup kecil namun terlihat nyaman.Diujung kamar terdapat lemari dan pot bunga lily diatasnya.Kasur yang ada di kamar ini pun cukup empuk dan nyaman.Aku melepas Armorku dan menyimpannya dalam lemari.Rasa sejuk kurasakan setelah melepas Besi yang terus menempel di badanku tersebut.Aku membuka jendela dan merasakan angin yang berhembus diluar.Dari atas dapat kulihat jalan yang tadi kulalui.Terlihat juga banyak anak bermain di jalanan dan salah satunya melambaikan tangan ke arahku.Aku pun membalas sapaan dari salah satu anak tersebut. "Huft....Hari ini sungguh melelahkan" Kataku sambil menutup jendela dan merebahkan tubuhku di kasur. Namun suatu yang empuk mengganjal di pungungku.Aku pun menggerakkan tanganku dengan hati-hati dan meraba benda empuk tersebut,ternyata itu adalah bungkusan yang diberikan oleh kapten kapal.Aku tersenyum simpul sambil membuka isi dari bungkusan tersebut.Mataku terbelalak melihat isi bungkusan tersebut, "I..ini.." Yang kulihat adalah Baju dari putri kapten kapal tersebut yang sempat kupakai dan sebuah Baju yang cukup cantik beserta beberapa uang.Aku terharu,Pakaian ini mungkin adalah satu-satunya peninggalan dari putrinya namun kapten kapal tersebut mempercayakannya padaku.Aku melihat ke arah Baju lain yang diberikannya.Baju tersebut merupakan baju dengan kesan feminim.Baju yang hampir mustahil aku pakai,Namun aku mencoba mencari-mencari kesempatan untuk memakainya. Besok paginya ,Aku keluar untuk mencari informasi mengenai kelompok yang mengatasnamakan mereka Crusader of Palast.Dari yang kudengar sebelum menginjakkan kaki di Eremidia.Crusader of Palast pernah berhubungan dengan pria yang aku cari.Setelah mencari informasi berhari-hari aku tidak menemukan secuil pun informasi mengenai crusader of palast.Aku pun mulai kehilangan harapan. 2 Minggu kemudian. Pagi hari sekali aku menuju kamar mandi di penginapan tersebut.Aku melepas seluruh kain yang melekat dibadanku dan membasuh tubuhku dengan air ,aku menyalakan shower dan membiarkan tubuhku disiram dengan percikan air selama beberapa saat.Aku mengalirkan energi sihir ke shower tersebut dan sekejap air di shower tersebut berubah menjadi air hangat. "Ahhh...sungguh menyegarkan...." kataku dengan nada lega Setelah menyegarkan diri, Akupun memakai kembali pakaianku dan kembali ke kamar.Sesampainya ke kamar aku melihat baju yang diberikan kapten kapal.Lama melihat baju tersebut aku pun memutuskan untuk memakainya sekarang.Aku menutup Jendela kamar dan mulai mengganti bajuku dengan baju yang diberikan kapten tersebut.Tak lama kemudian aku melihat cermin dan .. ".............., sungguh feminim sekali" kataku sambil terkejut. Terbesut dipikiranku untuk mengunjungi kembali phoenix di bar sambil memakai baju ini.
"Ahhhhhhhh..... apa yang kupikirkan!!!, seperti orang bodoh saja memikirkan laki-laki seperti itu..."
"Ah...iya.... Aku ke Bar untuk mencari informasi mengenai Crusader of tri arch, bukannya mencari phoenix"..Teriakku. Aku pun keluar dari kamarku menuju ke bar, Seluruh penginapan melihatku.Mungkin tidak setiap hari aku berpakaian seperti ini.Atau mungkin juga mereka tertarik atas pesonaku.Bahkan pemilik penginapan tersebut terpukau. "Pagi..." Sapaku terhadap pemilik penginapan tersebut. Er.. ah iya pagi.." jawabnya aku pun berjalan menuju bar.Sesampainya disana ,sama seperti kejadian di penginapan.Hampir semua pria menoleh kearahku .Ada yang tertarik dengan pesonaku ada pula yang mungkin berpikiran liar tentangku.Yang manapun aku tidak peduli karena aku kesini hanya untuk menemui phoenix,ah maksudku mencari informasi mengenai crusader of palast.Aku melihat ke sekelilingku, namun aku tidak melihat phoenix.Aku pun mendekati counter dan pelayan disana menghampiriku. "Mau minum sesuatu nona?" tanyanya. "Ah..iya, Susu Coklat satu" Jawabku. Seluruh bar menjadi hening sesaat,tak lama kemudian semua tertawa terbahak-bahak. "Hey..gadis kecil,kalau kau ingin susu mintalah pada ibumu jangan ketempat seperti ini" ledek salah seorang di bar Mendengar kata-kata orang tersebut aku mulai mengalirkan energi sihir dari tanganku.Namun belum sempat mengeluarkan energi tersebut , muncul seorang wanita memukul pria tersebut dari belakang. "Hmm... jangan mengganggu anak kecil seperti itu" Ucapnya Aku sedikit tersinggung juga karena dia memanggilku anak kecil .Namun fakta tetap membuktikan dia menolongku dan menghemat energi sihirku.Setelah aku melihat dengan seksama ternyata dia adalah leila. Wanita yang sempat kutemui di bar.Kami berbincang bincang untuk beberapa saat. Dan tak lama kemudian.Pintu bar terbuka dan terlihat Phoenix datang bersama seorang wanita yang tidak kukenal.Aku merasakan perasaan yang kurang nyaman melihat mereka berdua,Hingga leila menghampiri mereka berdua dan menyambutnya.Aku pun kembali sendiri di bar.Aku hanya bisa melihat ke arah phoenix tanpa sekalipun dia melihat balik kearahku.Akupun sempat melihat Leila memukul phoenix dengan harisen milik gadis yang satunya lagi.Namun,Hal yang tak pernah aku duga akhirnya aku dengar juga. "Dasar, kuharap anakmu yang sekarang ada dalam rahimku tidak bersikap sama sepertimu...!" ucap leila lirih Satu bar hening mendengar satu fakta yang sama sekali tidak terduga dari mulut Leila "PRANGGG!!!!"Beberapa gelas pecah , Seluruh ruangan sesaat menjadi hening setelah mendengar hal yang mengejutkan itu. Hal yang tidak mungkin dipercayai seseorangpun di bar itu.Hal itu merupakan mimpi buruk bagi siapapun yang berada disitu.satu Bar yang didominasi lelaki itu menjadi ribut tak karuan, ada yang menangis, ada yang banting - banting tangan dan sebagainya, namun yang paling banyak kulihat adalah orang yang memasang pose tangan dan dengkul setara (OTL). Aku yang sempat Shock , kemudian berkomentar. "HUH...Beruntung sekali Laki-laki sepertimu,yang tidak ada apa-apanya mendapatkan pendamping hidup seperti Leila" Jawabku dengan nada mengejek. Namun keramaian di bar mungkin yang membuat phoenix tidak mendengar komentarku.Aku pun terdiam melihat dia tidak membalas perkataanku.Aku keluar dari bar yang masih ribut atas berita yang barusan ,tanpa berkata apa-apa. sesampai di pintu ,mulutku bergerak lirih. "S..selamat ya..." Kataku sambil berjalan keluar Bar. =================================================================================== Begitu aku keluar dari bar , Tiba-Tiba seorang wanita mendorongku ke arah dinding memegang daguku dan mencium ku tepat di bibirku.Bibirnya yang lembut menyentuh bibirku,Akupun bisa merasakan napas hangat wanita tersebut.Aku mencoba mendorongnya namun wanita ini sangat kuat.Aku juga mencoba membenturkan tanganku ke tembok dengan tujuan orang-orang sekitar mendengar dan menolongku namun sepertinya mereka tidak bisa mendengar/melihatku.Bahkan ada orang yang keluar dari bar tanpa melihat kami. Usaha yang kulakukan sia-sia perlahan pandanganku kabur,tubuhku lemas tak bertenaga.Hal terakhir yang aku lihat adalah rambut berwarna ungu.Dan aku pun menyadari bahwa ini bukan ciuman biasa. "I...in...ini....Kiss....of....Dea...." belum selesai mengucapkan kata2ku. pandanganku sudah hilang dan aku pun tersungkur di tanah. ===================================================================================== Umm... Ummmm... Suara air terdengar di telingaku, hingga percikan air mengenai wajahku dan membangunkanku. Aku terbangun dan melihat sekitarku.Ternyata aku terbangun di dekat air terjun di tengah hutan. "Sepertinya aku belum mati..." pikirku sambil memegang kepalaku yang masih pusing. "Apa yang terjadi...? aku keluar bar dan....""Araa...... kau sudah terbangun rupanya..."Aku menoleh kearah suara yang familiar tersebut.Mataku terbelalak,Aku melihat Wanita dengan rambut Violet mengenakan baju hitam.Baju tersebut sangat minim dibagian atas sehingga mereval belahan dada wanita tersebut.Aku mengenal wanita tersebut , Wanita itu adalah MAOUU!!! Teriakku. "Araaa..... jangan teriak seperti itu, Claire chan~" Balas Wanita itu dengan nada genit. Kakiku gemetaran,Aku tidak menduga bahwa Demon Lord (Maou) akan menghampiriku sendiri. "Ugh...aku tidak membawa Armor dan senjataku..,Apalagi harus menghadapi KING class seperti ini" Pikirku "Araaa... jangan salah claire chan~" Wanita tersebut tiba2 berbicara "??? APa? " aku heran. "Aku kesini tidak ingin bertempur denganmu, aku ingin memberikan informasi mengenai keberadaan Cygnus" "DEG!!" hatiku bergejolak mendengar nama itu,itu adalah nama dari laki2 yang sedang kucari cari.Aku penasaran dengan apa yang akan dikatakan Maou sehingga aku melonggarkan pertahananku dan memilih untuk berbicara. "Jadi informasi apa yang ingin kau beritahu" Kataku. "Araa... kau memang tidak sabaran,Baiklah akan kuberitahu,Cygnus pernah bergabung dalam suatu organisasi bernama Paladin of Tri Arch dan pusat dari organisasi tersebut di kota ini.Mungkin kau akan dapat menggali informasi dari situ""Kenapa kau memberitahukan ini kepadaku..." Tanyaku kembali. "Araaa... untuk membantumu menemukan Cygnus.." jawabnya. "Kenapa kau membantuku menemukan Cygnus..." Tanyaku kembali "Araaa... karena aku ingin bertemu dengan cygnus.." Jawabnya. "Kenapa kau ingin bertemu cygnus" Tanyaku kembali. Tiba-Tiba Maou menghilang dari pandangan dan beberapa kemudian muncul dihadapanku sambil berbisik. "Tentu saja...karena cygnus satu-satunya manusia yang sangat aku inginkan menjadi ayah dari anakku" Bisik Maou sambil Menjilat telinga kiriku. Ketika aku menoleh kearah Maou dia menghilang. Aku terdiam untuk sesaat.... "Huh.... paladin of tri arch..." Pikirku Hanya kata-kata itu yang aku pikirkan sambil mencari jalan pulang ke penginapan. To Be Continued... |
| | | 2012-07-14, 01:33 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
Signus Sanctus Newbie
Posts : 69 Thanked : 3 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Developer
Awards:
| Chapter 12 Link---------------------------------------------------------------- Chapter XIII : The King's Meet "Hei, kira - kira untuk mencapai Rank A aku harus menyelesaikan berapa Quest lagi?" Tanyaku pada GuildMaster, aku sebenarnya tidak masalah jika terus berada di Rank B, toh Quest Rank B hadiahnya tidak begitu sedikit, aku masih bisa membantu Leila secara finansial, tapi.... *** "Phoenix... Arphage.... identitasmu lumayan rumit..." keluh Elicia yang datang mengunjungi Bar, dengan Hibana, Leila, dan Lichty berada disampingku. "Apanya yang rumit? intinya dia ini adalah S Class Monster~!" Ucap Lichty menggampangkan masalah tersebut. "TAPI!!! KAU LUPA KASUS CHROME DISASTER?!?! KAMU MEMBUNUH BANGSAMU SENDIRI LHO?!?!!?" "Kan aku masih belum mendapatkan semua ingatanku, Elice..." Ucapku sedikit sinis kepada Elicia, dan entah sudah berapa puluh kali ia melakukan pose FacePalm. "OK! mau siapapun kamu, kamu tetap phoenix, jadi namamu adalah Phoenix Arphage!!!!" "What the hell?" Cara memberi nama macam apa itu? Kukira selama ini dia orang yang cukup berwibawa dan pintar, ternyata otaknya hampir mirip dengan para goblin, hanya lebih besar sedikit saja.... "Yang terpenting, Phoenix Arphage!!!" "Cukup panggil aku dengan salah satu nama itu, jangan dua - duanya." "Peduli amat, aku membutuhkanmu untuk segera menjadi Hunter Class A!" "Eh? Untuk apa?" Aku merasa sesuatu yang tidak enak sekarang, dan kenapa prajurit kerajaan seperti Elicia meminta tolong kepada Hunter Rank B sepertiku? Meski memang aku ini S Class Monster seh.... "Aku membutuhkanmu untuk menyerbu Sarang Minotaur di Grand Desert!" "What the hell?" "Tunggu, Elicia, apa kamu gila?! meminta tolong Hunter Rank B seperti dia, ini bisa merusak nama baik kerajaan!!" bantah Hibana yang ikut mendengarkan. "Dan bukannya prajurit - prajurit Eremidia cukup tangguh ya~?" Tanya Lichty manja. "Kemarin aku sudah menyerbu kesana...." Elicia sedikit tertunduk dan menggenggam tangannya dengan keras. "1000 pasukan Eremidia musnah dalam semalam oleh para Minotaur tersebut...." EH? Sekuat itukah para minotaur tersebut...? "Apakah ada yang aneh dengan Minotaur tersebut, Elicia....?" Tanya Hibana dengan jelas. "Entah... Namun memang, ada 1 monster yang kekuatannya diluar kendali kita semua sama sekali.... Dia memang punya tanduk besar, namun tubuhnya penuh kulit kristal biru yang keras, pedang kami tumpul semua, dan akhirnya semua prajuritku tumband olehnya...." "Mustahil, Crystal Golem?!?!?" Leila langsung sadar sosok asli dari Minotaur chrome tersebut. "Eh? Kamu tahu monster itu, Leila?" "Ya, kudengar monster itu ada sepeninggal Magus, bentuknya memang menyerupai Minotaur, tapi tenaganya berkali - kali lipat lebih besar daripada Minotaur, dan kulit setebal kristal nya itu mampu mematahkan besi apapun!" "Kira - kira rank monster itu apa?" Kutanya Leila dengan muka sedikit serius. "AA...!" Meski Bar terlihat ramai, namun terasa keheningan diantara Elicia, Phoenix, dan yang lainnya. "Akan kuusahakan..." Aku berkata begitu didepan Elicia sambil berdiri meninggalkan Bar. "Eh?" Elicia sedikit terkejut mendengar ucapan Phoenix. "Aku ikut!" Pinta Lichty kepada Phoenix. "Lichty, promosi rank seperti ini hanya bisa kulakukan sendiri, tunggulah disini bersama yang lain." Elicia hanya terbengong melihat perubahan drastis Phoenix setelah beberapa minggu tidak berjumpa. "Leila, apa yang kamu lakukan padanya?" Tanya Elicia bingung. "Itu... rahasia keluarga deh~~!" Elicia semakin bingung dengan maksud ucapan Leila, dan terlihat Lichty membisikkan sesuatu kepada Elicia, namun aku sudah berada diluar Bar. Tak lama kemudian, berjalan sedikit, aku mendengar teriakan yang sangat keras dari arah Bar. "APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA?!?!?!?!?" Dalam pikiranku, aku hanya bisa mengucapkan kata 'Sialan....' *** "Apa? Kenapa aku tidak bisa menjadi Rank A dengan cepat lagi?! Apakah gara - gara aku gagal di quest ku waktu itu?!?" Ucapku sedikit jengkel pada GuildMaster, namun sepertinya ia punya alasan lain. "Err, begini, hari ini...." Belum sempat aku berbicara lebih jauh, seseorang memasuki Guild ini, dan semua orang yang ada disana terdiam sesaat. "Eh...?!?!?" Ternyata aku mengenal orang tersebut, meski aku kehilangan ingatanku, namun tubuhku mengingatnya dengan sangat jelas, dia adalah penyebab aku kehilangan ingatanku, dan penyebab aku beralih jalan dari pembunuh Eremidia, menjadi seorang Hunter biasa seperti ini. "Dnasman VI.....!!!!!" Dnasman, yang bereaksi dengan ucapan reflekku, menatapku dengan seksama, dan sejenak itu juga matanya terbelalak, siapa yang menyangka musuh yang sudah pernah ia hadapi akan hidup kembali dan muncul dihadapannya. "Chrome... Arphage....!" *** "Sulit kupercaya.... belum ada 6 bulan aku bertemu dan bertarung mati - matian denganmu, dan sekarang kau sudah berada di Eremidia, di tanah kekuasaanku sendiri ini, selama lebih dari sebulan." Aku dan Dnasman berbincang - bincang di air mancur di sekitar Square Town. Ternyata Dnasman masih ingat kasus itu, dimana aku berhasil membebaskan segel salah satu dari 7 Heavenly God buatan Magus, dan terus hidup sampai sekarang. "Tapi yang lebih mengejutkanku.... Kenapa sampai sekarang kamu tidak menyerang kami? Meneror kami? Seperti waktu ayahku masih berjaya...?" Tanya Dnasman padaku dengan muka serius, aku ingin menjawabnya namun aku tidak yakin apakah aku harus mempercayai kodok ini, Force nya terlalu besar.... "Bagaimana kalau... sekarang belum saatnya...?" Ucapku ambigu, karena meskipun aku dan Lichty tidak ada niat untuk menyerang Eremidia lagi, beda kasusnya dengan kelima Chrome yang lain, mereka akan tetap membalaskan dendam Magus, apapun caranya. "Jadi kau akan menyerang ketika kondisi kalian sudah dalam tahap maksimum...?" Sambil berkata begitu, Dnasman menarik pedangnya, akupun langsung bersiaga dan menarik pedangku, ia menginginkan duel, aku tidak yakin bisa mengimbanginya, tapi aku hanya bisa mencoba. "Kalau begitu aku hanya perlu mengalahkanmu disini sekarang juga, supaya kedamaian Eremidia tetap terjaga!!!" Dnasman maju menyerangku, dan akupun menghunuskan pedangku, menyerang kearah Dnasman. *CLANG!!!!!! BWOOOOOOOOOOOSH!!!!!! Adu pedang antara aku dan Dnasman terjadi, sekitar tempatku dan Dnasman berpijak terpancar aura yang sangat besar, hingga menerbangkan beberapa orang disekitar, keributan terjadi namun para prajurit tidak berani bertindak macam - macam didepan raja mereka, aku dan Dnasman saling bertatap mata, terus mengencangkan adu pedang kami berdua. "HENTIKAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN!!!!!" Mendadak terdengar teriakan seorang wanita dari kejauhan, yang membuatku dan Dnasman saling menarik pedang, kemudian melirik kearas sumber suara tersebut, dan terlihatlah seorang wanita paruh baya berlari tergesa - gesa menuju arah kami, siluet orang tersebut sudah tergambar jelas dimataku, siapa yang datang kearahku. "Leila....!?!?" Dan setelah sampai, Leila langsung berdiri didepanku, melindungiku dari ancaman Dnasman, Dnasman bingung dengan apa yang terjadi diantaraku dan Leila, namun setelah mengamati sekilas, Dnasman cukup paham dengan situasinya. "Kamu.... didalam tubuhmu itu.... terdapat gen dari Magus.... apakah itu anak lelaki itu? Anak dari Chrome Arphage?" "Kalau iya, apakah anda akan membunuhku juga?!" Ucap Leila dengan berani membangkang raja mereka sendiri, dan tak lama kemudian Hibana, Elicia, dan Lichty pun datang menuju kearahku, mencoba melindungiku dari Dnasman. "Maaf, Dnasman, tapi anda tidak boleh mengambil nyawa muridku tanpa seizinku...!" "Jangan seenaknya menyerang Arphage! Arphage sudah tidak ada niat untuk menguasai kerajaan ini!!!!" "Tuan Dnasman....!!" Dnasman semakin terkejut dengan kondisi yang terjadi hari itu, seorang monster pembunuh, dan buatan sang Magus, dilindungi oleh 4 wanita. "Leila, Lichty, Hibana, Elicia, mundur...!" Aku maju mendekati Dnasman, mengabaikan perlindungan keempat wanita yang ada dibelakangku. "Tunggu Phoenix! Kenapa?!?!?" Aku bertatap mata dengan Dnasman, dan Dnasman kembali menatapku dengan serius. "Apa yang barusan kukatakan tadi.... itu adalah kebenaran, dan teorimu pun juga benar, Dnasman generasi VI....!" Ucapku dingin kepada Dnasman. "..... Sial.... Pertama Invasi Goblin, kedua bebasnya Howl, sekarang giliran kalian sisa ambisi Magus, beraksi....!" Dnasman menatapku dengan tegap. "Jawab pertanyaanku, Chrome Arphage! Apa tujuan dari Magus...!?!?! Apa tujuanmu?!?!" Pertanyaan yang membingungkan, aku yang kehilangan ingatan ini benar - benar tidak ada petunjuk tentang Magus ataupun tentang diriku sendiri, aku hanya bisa menjawab... "Aku hanya ingin melindungi mereka yang mau menerimaku, yang mau menyayangiku, cukup itu saja." "Kau tidak peduli jika mereka berbuat salah dan rela menginjakkan kakimu kejalan tersebut?!?!" "Benar dan salah itu adalah hal yang sangat ambigu, karena jika menurutmu Eremidia adalah Benar dan Garnean salah, maka menurut Magus Garneand adalah yang benar, dan Eremidia adalah salah...!" Tatapan kami berdua semakin sengit, kami berdua tidak berniat untuk mengalah sama sekali, namun... "Ambil ini...." Dnasman memberikan sebuah orb padaku, orb yang terlihat sangat familiar, namun tidak kumengerti... "Itu adalah Core Unit milikmu, yang kuambil darimu ketika pertarungan kita di Medea's Ruins...." EH!?!? "Kalau memang kau benar - benar hanya ingin melindungi mereka yang mencintaimu, lakukanlah sesukamu, tapi jika kau terlihat mengkhianati mereka...." Dnasman menodongkan pedangnya terhadapku. "Aku akan menghukummu , dan melenyapkan kalian semua dari dunia ini tanpa sisa." Dnasman meninggalkan kami berlima, ditambah dengan 1 Core Unit milikku. "Dengan ini... Ingatanku...." Aku tergesa - gesa ingin menggunakan ini, namun... ".................." Aku menatap Leila sesaat, dan ia terlihat sangat cemas dengan apa yang akan kulakukan dengan Core Unit ini.... "Leila.... ini..." Aku menyerahkan Core Unitku pada Leila. "Eh?!?! Kenapa...?!?!" "Belum saatnya aku menggunakan itu, nanti saja, jika latihanku dengan Hibana sudah selesai, aku akan kembali sebagai sosok asliku, dan aku akan mampu melindungimu lebih baik lagi dengan itu, jadi, sampai saat itu tiba, tolong jaga baik - baik Core Unit tersebut...." Leila terlihat bahagia, mendengarku mempercayakan sesuatu yang sangat penting bagiku, ia merasa telah melakukan tugasnya sebagai pasangan yang baik. Aku memang masih takut dengan ingatanku yang sekarang ini, tapi itu bisa nanti, yang terpenting sekarang adalah apa yang harus kulakukan sekarang... To be continued...
Terakhir diubah oleh Signus Sanctus tanggal 2012-07-14, 10:24, total 1 kali diubah |
| | | 2012-07-14, 07:11 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
RolandMelvinZ Novice
Posts : 294 Thanked : 3 Engine : RMXP Skill : Beginner Type : Composer
| Episode 2 - This is.. Impossible.."Sial.. gua ini rumit sekali.. Jejak para goblin itu mengarah kemana saja.. akan makan waktu lama untuk mengetahui jejak mana yang menuntun pada sarang para goblin itu." Begitulah keluh Ermi. Memang ada banyak sekali jejak kaki Goblin, dan percaya atau tidak, beberapa jejak itu milik manusia, milik para Hunter yang pernah masuk ke sini. "Cih, sudah ada hunter yang masuk ke sini sebelum kita. Sekarang, kemana dulu kita harus mencari desa goblin?" Setelah ini kita harus mengambil jalan turun ke kanan.. disitu kita akan menemukan jejak-jejak Goblin yang terputus.. tapi tidak perlu bingung, tinggal tengok ke atas dan kita akan menemukan ada celah lubang kecil, kita harus memanjat dari situ. Lalu tinggal mengikuti jejak goblin-goblin itu, dan kita akan menemukan desa goblin di sanaErmi hanya terbelalak mendengar ocehanku. "Darimana kau tahu?" Tanyanya dengan penuh keheranan. Aku sendiri juga bingung, kalimat itu spontan keluar dari mulutku sendiri. Aku bahkan tidak mengerti apa yang sudah aku ocehkan. Kami hanya berdiam diri di tempat kami selama beberapa saat. Lalu Ermi memecahkan keheningan. Kau tahu? Kelihatannya konyol kalau aku percaya padamu. Tapi, karena aku sendiri bingung harus kemana, tidak ada salahnya kita mencoba membuktikan ocehanmuSetelah itu kami mengambil jalan turun ke kanan. Dan benar saja, setelah itu jejak para goblin terputus, dan jejak para Hunter juga memenuhi ruangan ini. Aku memandang Ermi, Ermi dengan ekspresi kaget dan sedikit tidak percaya segera mengangkat obor untuk mencari celah di atas. Percaya atau tidak, celah itu memang benar-benar ada. "Se..Se-ren.. s...sejak kapan kau b..berbakat meramal?" Tanya Ermi dengan wajah kaget-kaget dan tidak percaya. "Entahlah, aku sendiri tidak tahu." ucapku. Ya, aku memang tidak tahu apa yang sedang terjadi pada diriku. Yang jelas, aku merasa ada yang aneh. Tempat ini terasa familiar, terlalu familiar, bahkan benar-benar sangat familiar!! ANEH! Lalu kami mencari cara untuk bisa naik ke atas situ, kami memutuskan bahwa seseorang harus menjadi tumpuan buat yang lain untuk bisa naik, dan yang berada di atas harus memasangkan tali untuk yang di bawah bisa naik. Dan setelah diundi, aku mendapat bagian sebagai tempat pijakan. Sambil menunggu Ermi memanjat, aku mencoba menggali pikiranku. Apa ada yang salah? Aku mencoba memikirkan hal ini, kenapa aku bisa kenal dengan tempat ini? Lalu tiba-tiba di pikiranku terbayang, aku sedang berjalan bersama Ermi di sebuah bagian gua, menyusuri jejak Goblin. Kami menemukan beberapa rumah goblin, dan setelah itu kami hendak mengendap-endap masuk.. dan kemudian.. HOI!! melamun apa kau? Cepat naik kemari!!Karena seriusnya aku berpikir, aku sampai tidak sadar bahwa Ermi sudah melemparkan tali untuk naik itu. Bayanganku tadi mendadak terputus, entah apa yang kubayangkan tadi, aku tidak pernah mengalami kejadian seperti itu sebelumnya. Namun yang jelas, kejadian itu benar-benar serasa sangat nyata. Aku terus memikirkannya sambil naik ke atas. "Pelan sekali kau!? Cepat sedikitlah..!" Ermi kelihatannya tidak sabar karena aku berlama-lama memanjat. Akhirnya aku segera memanjat ke atas cepat-cepat. Sesampainya di atas, aku melihat hanya ada jejak goblin saja. Pasti Hunter sebelumnya tidak dapat menemukan jalan kemari dan menyerah pulang. Segera saja kami berjalan mengikuti jejak goblin itu. DEG!Ada yang mengganggu perasaanku, aku mencoba mengamat-amati sekitarku.. ".............." Hei... ini gua yang persis sama dengan yang kubayangkan tadi! Bagaimana mungkin!? "Ini ANEH!" teriakku tanpa sadar. Ermi segera menyuruhku merunduk dan kemudian berbisik padaku "Shhtt... kenapa kau berteriak seperti itu!? Akan bahaya kalau sekumpulan goblin datang. Memang ini aneh kau bisa tahu jalan ke sini. Tapi, lihatlah ke sana." Mataku terbelalak.. Karena terlalu dalamnya aku berpikir, sampai-sampai aku tidak sadar dengan ada yang di depan mataku.. Ya, saat ini kami sudah keluar dari lorong gua, dan kami sedang berada d atas tebing gua, dan di bawah kami.. Desa Goblin yang tidak pernah ditemukan para Hunter. Persis dengan yang kulihat dalam bayanganku tadi. Ini.. tidak mungkin..to be continued~ |
| | | 2012-07-14, 07:15 | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
hyperkudit Pahlawan Super
Posts : 2288 Thanked : 30 Engine : RMXP Skill : Very Beginner Type : Artist
Awards:
| - Quote :
- Tentang Howl
- Quote :
Related Facts
Previous Chapter
Chapter 7 : God.Aku baru saja memasuki hutan, perjalananku untuk mencari tuan Winkle ternyata sangat membosankan, tidak ada mahluk yang bisa memberikanku permainan bagus. Oke mungkin ada beberapa, hanya saja aku belum bernafsu untuk bermain dengannya sekarang. Selama perjalanan aku tidak bisa lepas dari pertanyaan-pertanyaan, tentang pria berambut merah yang kulihat di bar, tentang gadis bernama Kyrie. Entah mengapa setelah memutuskan untuk meninggalkan penjara aku jadi sering memutar otak, entah dunia atas sudah menjadi sangat kompleks atau sebelumnya aku memang tidak pernah peduli dengan apa yang terjadi. Semenjak kembali ke dunia atas aku memang merasa ada banyak masalah yang menimpaku, kurasa ini berkat melewatkan masa-masa 1000 tahun terakhir di got bau itu. Aku beristirahat di rerumputan, pohon-pohon tidak terlalu lebat disini jadi sinar bulan masih bisa masuk dan menerangiku, walaupun jika terlalu gelap pun tidak ada masalah bagiku, tapi jika seorang pria merenung di bawah sinar bulan akan terlihat keren, walau mungkin tidak akan ada yang melihatnya. “Tuhan huh?” gumamku, merasa heran dengan tingkah laku mahluk dunia ini, terutama manusia. Mereka menggambarkan tiga entitas tetapi menyembah satu Tuhan, sebenarnya apa yang mereka pikirkan? Aku melihat telapak tanganku, ku kepal-kepalkan perlahan. “lingkaran kiri.. lambang kekuatan tanpa batas pikirnya..” aku tersenyum miris, betapa tidak, sebelumnya aku bisa dengan mudah melenyapkan gunung, tapi semenjak Magus menipuku dan mencuri lebih dari setengah kekuatanku, aku bukan siapa-siapa. Orang-orang lebih meninggikan drajat si kroco Chrome Disaster dan ciptaan Magus, bahkan anak-anak menyamakanku dengan babi bergaris putih. Pengetahuan… Kekuatan… Kebenaran… Aku sedikit tersentak ketika tiga kata tersebut terlintas di benak ku, aku sudah melupakannya benar-benar melupakan masa dimana aku dihormati dan diagung-agungkan, bukan ditakuti. Kebenaran… kebenaran.. kebenaran.. “AAARRRRHHHH!!!!” aku menghancurkan batu yang ada disampingku. Kata-kata itu membuatku kembali mengingat sesosok wanita, sangat cantik, ya cantik. Bahkan mungkin wanita bernama Leila di bar akan iri kepadanya. Tapi bukan itu yang membuatku marah, aku tidak marah kepadanya ataupun kepada wanita-wanita cantik lainnya. Aku marah kepada diriku sendiri, kesalahan yang kuperbuat sehingga aku harus mengalami semua ini sekarang. Ingatanku tentang wanita itu membuatku mengingat semua memori yang kubiarkan terkubur. Gelar raja ku, siapa diriku yang sebenarnya… Aku sudah tahu itu semua, hanya saja… sengaja kulupakan. Kenapa? Itu karena kesalahanku dimasa lalu, sebuah kesalahan yang membuatku lebih memikirkan penyesalan daripada Rule-of-Cool ku. Wajah wanita itu belum bisa menghilang dari otak ku, aku bukannya tidak suka dengan wajah itu, aku hanya tidak suka karena wajah itu mengingatkan ku dengan kesalahanku. “Tri-Arch katanya..” aku kembali tersenyum sinis, manusia modern membuat kepercayaan dan menyembahnya seenak perutnya sendiri, tanpa tahu apa yang sebenarnya mereka lakukan. Bersikap fanatik namun samasekali buta dengan kebenaran, atau mungkin mereka sengaja menutup mata atas kebenaran itu. - Spoiler:
Seumur hidupku baru satu orang yang berusaha keras dan berhasil mengetahui kebenarannya, dan itu berakhir dengan tidak bagus. Siapa? Biar kuberi petunjuk, seseorang dengan nama yang berawalan Ma- dan berakhiran -Gus. Tapi jangan beranggapan dia adalah Marsingus, aku kenal orang itu dan dia tidak tahu apa-apa soal masalah ini, jadi dia bersih dari tuduhan. Aku kembali tertawa, menertawai betapa menyedihkannya diriku. Dahulu aku adalah dewa, salah satu Raja Bumi, tapi sekarang aku bukan siapa-siapa. Aku berdiri dan melanjutkan perjalananku, tidak berapa lama aku melihat setitik cahaya di balik pepohonan, bukan bulan, lebih seperti cahaya api. Aku mendekatinya dan kulihat itu adalah mulut gua yang diterangi obor, mungkin pertanda pintu masuk. “ah… tuan Winkle!! Ini pasti kediaman Sirloin-something.” Seruku, setidaknya aku sudah bisa mencium aroma sahabatku lagi, maksudku disini adalah tuan Winkle, bukan Sirloin-something. -to be continued- |
| | | | Re: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin |
---|
Sponsored content
| | | | | [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin | |
|
Similar topics | |
|
Similar topics | |
| |
Halaman 3 dari 5 | Pilih halaman : 1, 2, 3, 4, 5 | |
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
Latest 10 Topics | [Web Novel] Gloria Infidelis 2016-11-17, 21:27 by LightNightKnight
[Announcement] Forum baru untuk RMID 2016-08-25, 16:39 by TheoAllen
Where I'm Wrong ? 2016-07-24, 16:10 by ReydVires
flakeheartnet's Resources part III 2016-07-08, 14:30 by flakeheartnet
Keira's Art Warehouse 2016-06-28, 19:27 by KeiraBlaze
Theo Core Time System + Bingung 2016-06-27, 16:24 by Lockin
Error Script, Maybe ? 2016-06-27, 16:20 by Lockin
Nusaimoe @ RMID Lounge 2016-06-21, 05:02 by Jihad Bagas
Call Random Battle 2016-06-15, 17:04 by Lockin
Flakeheartnet Resources Part II [come back gift] 2016-06-07, 15:51 by flakeheartnet
|
Statistics
|
Members: [ 4947 ]
Topics: [ 8258 ]
Posts: [ 112606 ]
Newest member: [ https://rmid.forumotion.net/u4968 ]
|
|
|
|
|
|