Per 2016, RMID pindah ke RMID Discord (Invite link dihapus untuk mencegah spambot -Theo @ 2019). Posting sudah tidak bisa dilakukan lagi.
Mohon maaf atas ketidaknyamanannya dan mohon kerjasamanya.

Share | 
 

 [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
Pilih halaman : Previous  1, 2, 3, 4, 5  Next
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-09, 19:17
Post[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
#1
shikami 
Member 1000 Konsep
avatar

Level 5
Posts : 3744
Thanked : 31
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer
Awards:


[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
First topic message reminder :

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 G97T5
StoryPlay adalah istilah baru untuk sebuah permainan cerita pendek dimana character akan mengembangkan plot dalam suatu setting dan memungkinkan bisa berinteraksi dengan character lain.
dalam storyplay,pemain hanya diberikan sebuah basic background cerita dimana mereka cukup mengembangkan cerita tersebut dengan gaya mereka sendiri. setiap tokoh buatan pemain dapat digodmodding sendiri selayaknya dalam sebuah cerita normal.

Tujuan :
Spoiler:
Rules :
Spoiler:

Background Story
Eremidia, . .
Negeri indah nan megah terletak di benua forumia. negeri dimana sihir dan ilmu pengetahuan berpadu. para penduduk luar berdatangan menuju ke tempat ini untuk berbagai macam tujuan. demi mimpi mereka, demi cita-cita ataupun demi tujuan yang lebih gelap seperti balas dendam dan ambisi.
namun banyak misteri menyelimuti negeri ini, seolah ada suatu rahasia gelap yang tersembunyi dan siap menghancurkan keharmonisannya.
para orang bijak meramalkan bahwa legenda-legenda baru akan lahir
untuk melindungi atau pun mungkin
menghancurkan dunia.
Peta Eremidia
http://www.nible.org/images/worldmapver2.jpg
< peta ini bersifat temporary, anda bisa menambahkan daerah sendiri di eremidia >

Important Fact
- setting Eremidia adalah antara abad feudal dan pre modern. sekitar 2200 C.Y
cek lebih lanjut di sini
- Eremidia membutuhkan banyak hunter karena kemunculan misterius para monster-monster asing.
- Ibukota Eremidia ini cukup luas terdiri dari 4 bagian kota. dikelilingi tembok raksasa.
ada 4 Quest Center di kota. Quest Center adalah tempat untuk mencari Quest bagi para Hunter.
- para bandit serigala padang pasir/Desert mengacau di wilayah selatan negara eremidia.
- Winhart family adalah keturunan keluarga penyihir yang cukup terkenal di pusat kota Eremidia.

fakta2 lainnya bisa dlihat disini
rmid.forumotion.net/t5706-eremidia-verse-central-database

Richter's stories
chapter 1
chapter 2
chapter3
chapter4
chapter5
chapter6
chapter7
chapter8
chapter9
chapter10
chapter11

Cokre's stories
chapter 1
chapter2
chapter3
chapter4
chapter5

Izn's stories
chapter 1
chapter 2

Clover's stories
chapter1
chapter 2

Signus's stories
chapter 1
chapter 2
chapter3
chapter4
chapter5
chapter6
chapter7
chapter8
chapter9

Roland's stories
Chapter 1[/END]

Nacht's stories
chapter1
chapter2
chapter3
chapter4
chapter5
chapter6
chapter7

mcpherson 's stories
chapter 1

lowling's stories
chapter1

Theo's stories
chapter1
chapter 2
chapter3
chapter4

EmperorAlan's stories
Chapter 1

nisa's stories
chapter 1
chapter 2
chapter3
chapter4

Whitehopper's stories
chapter1
chapter2

Aegis's stories
chapter1
chapter2

Radical Dreamer's stories
chapter 1

Lyonesse's stories
chapter 1

superkudit stories
chapter1
chapter 2
chapter3

yukitou's stories
chapter 1

echizen's stories
chapter1

aidil's stories
chapter1

kabutop's stories
chapter1
chapter2



Terakhir diubah oleh shikami tanggal 2012-07-13, 05:49, total 12 kali diubah

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-11, 14:52
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Aegis 
Legendary
Legendary


Posts : 2152
Awards:


[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Chapter 1 : The Very Beginning of The Chronicle of the Annoying Anus

Nama : Aegis
Umur : 16th
Hobi : Ngacay
Job : -



Malam itu, aku terbangun dari mimpi sedang mengejar ayam tetangga sebelah yang baru dicabuti bulunya gara2 ketombean dan lupa pake shampoo, padahal sedang bagian asik-asiknya. Peristiwa "tiba-tiba bangun" itu dikarenakan karena ada suatu getaran yang dahsyat, terasa ada kekuatan lain di dalam sangat menggila bagaikan Tsunami setinggi 20,572 1/5 meter, yaitu yang biasa disebut2 orang sebagai kabusyatan, cepirit, ataupun rasa pengen buang air besar dan hampir ee di celana, mencret pula. Seperempat dari "Kepala"nya pun sudah hampir mau keluar.

Aku yang waktu itu setengah sadar, menyadari keadaan seperti tsb, langsung terjaga dan mencari2 tempat untuk menjinakkan atau membuang segala kebusukan duniawi tsb. Di dalam taman tsb terlihat ada sebuah pohon besar. Aku dapat melihat sebuah sinar terang benderang imajinasi memancar dari pohon tsb, mengundang untuk di-ee-in.Dengan segala daya upaya, keringat yg bercucuran, kaki yang bentol2, kedua tangan yang memegang pantat, aku pun berlari ke arah pohon tsb, membuka celanaku, lalu jongkok. Kukerahkan seluruh tenagaku yang tersisa, tenaga yg berasal dari sarapanku tadi pagi yg mungkin sebagian telah jadi ee, apakah ini namanya pengkhianatan ? diriku bertanya-tanya akan pertanyaan yg sangat penting itu sangat lama sekali, tapi untunglah, semua beban berhasil dikeluarkan dengan selamat. Namun muncul lagi suatu masalah yang amat sangat tidak terpikirkan oleh bocah2 di jaman itu.

Tangan kiri atau Tangan kanan ? Aku pun bingung memilih tangan mana yang akan dipakai untuk cebok. Mungkin karena rasa persahabatan ini, setelah sekian lama bersama-sama bercanda dan bersenda gurau dengan kedua tangan ini, rasanya tidak ingin mengkhianati salah satu dari keduanya. Namun, disaat yang genting tsb, aku mengingat kata-kata om-om tadi pagi, bahwa daun itu memiliki klorofil. Klorofil benar2 nama yang sangat keren. Aku pun percaya kepada kekuatan sang klorofil untuk menghapus bekas2 dosa duniawi ini, untuk mengembalikan hati anak yang masih suci. Kuambil sepuluh helai daun yg besar2, lalu kuusapkan ke bagian yang seharusnya tidak perlu disebutkan. Rasanya sulit dijabarkan, seperti kesambar geledek di siang bolong, semuanya berlalu begitu cepat. Saat-saat genting sudah lewat. Aku pun kembali ke pojok taman, dan tidur disana sampai pagi, tanpa sadar bahwa cebok dengan daun dapat berakibat sangat fatal banget.

to be continued...


Terakhir diubah oleh Aegis tanggal 2012-07-15, 15:52, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-11, 17:08
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Radical Dreamer 
Novice
Novice
Radical Dreamer

Level 5
Posts : 152
Thanked : 1
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Writer
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Episode 1 : Petualanganpun dimulai

Karakter utama

Nama : Loki
Umur : 20 Tahun
Asal : Desa Wina, Eremidia.
Ciri fisik : Rambut Gondrong pirang, wajah lumayan tampan, memakai baju berwarna cokelat dan jubah berwarna hijau.


Hosh… Hosh…

Aku terus berlari, tetesan keringatku terhempas oleh kuatnya arus angin yang kulawan. Jantungku berdetak sangat kencang, begitu kencang hingga aku tak dapat membedakannya dengan suara langkah kakiku. Jauh dibelakang, sekelompok bandit gurun pasir memacu kudanya dengan kencang. Mereka mengejarku bukan karena ingin mencuri sesuatu dariku, tapi karena aku telah mencuri sebuah barang yang berharga dari markas mereka. Aku telah mencuri sekantung Golden Seed, sebuah bahan Brewing yang sangat langka.

Telapak kakiku sudah tak merasakan tanah lagi, pandanganku kabur oleh bayangan fatamorgana, tubuhku sudah tak mampu berlari… aku pun terjatuh di atas debu pasir. Para bandit sialan itu mengelilingi tubuhku yang tergeletak tak berdaya. Mereka mengeluarkan tawa jahat yang melecehkan. Salah satu dari mereka segera turun dan memeriksa tubuhku, ia mengambil Goden Seed dari kantung bajuku. Setelah itu ia memasangkan tali di kedua pergelangan kakiku, lalu mengikatkan tali itu pada sadel kuda miliknya. Ia bermaksud untuk menarik tubuhku oleh kuda.

Inikah akhir hayatku…?

Aku tahu bahwa aku tak akan selamat. Aku hanya dapat menyesali perbuatanku, menyelinap ke markas bandit tanpa persiapan adalah perbuatan yang sangat bodoh. Tapi menyesal tak akan menghasilkan apapun, saat ini aku tengah menghadapi kematian. Dengan sebuah hentakan kaki yang keras, kuda yang menyeret tubuhku pun berlari kencang. Tubuhku yang lemah terombak-ambik di lautan padang pasir yang ganas. Rasanya seperti disayat oleh ratusan pedang yang terbakar. Kulitku sobek, darahku mengalir deras, aku meraung kesakitan. Kesadaranku semakin menghilang, sampai tiba-tiba…

*cleb*

Sebuah anak panah menancap pada kuda yang tengah menyeretku. Kuda itu terjatuh bersama penunggangnya. Bandit yang lain berhenti karena terkejut. Dari kejauhan di atas bukit, terlihat seorang gadis tengah merentangkan busur panah.

*cleb* *cleb* *cleb*

Tiba-tiba tiga orang bandit terjatuh bersamaan, sebuah panah menancap di masing-masing dada mereka. Aku terkesima melihatnya, baru pertama kali aku melihat orang yang sanggup melepaskan tiga panah sekaligus. Gadis itu pasti adalah seorang pemanah yang sangat hebat. Melihat hal tersebut bandit yang tersisa segera memacu kudanya untuk berlari ke arah sang gadis pemanah. Namun satu per satu dari mereka terjatuh, tarikan panah gadis itu lebih cepat dari laju kuda mereka. Setelah yakin semua bandit telah tewas, gadis itu segera turun dari bukit dan datang menghampiriku. Ia menempelkan telinganya ke dadaku, memastikan apakah aku masih hidup. Setelah mendengar suara detak jantungku yang pelan, gadis itu segera mengeluarkan sebuah kotak obat dari tasnya. Ia memberiku sebotol Elixir dan membalut kulitku yang robek. Ikatannya sangat kuat sehingga aku kesakitan dan tak sadarkan diri.

Saat terbangun aku sudah berada disebuah kamar yang hangat. Gadis pemanah yang menolongku terlihat sedang memasak didapur. Aroma sup jamur yang wangi telah memenuhi seisi ruangan. Lalu tiba-tiba saja suara perutku berbunyi…

Kruuuuuk~

Gadis itu langsung menoleh kearahku dan tersenyum, wajahku merah padam. Ia mendekat dengan membawakan semangkuk sup jamur di atas kedua tangannya. Ia duduk disampingku dan memandangi bagian tubuhku yang terluka.

“Bagaimana keadaanmu…?” gadis itu bertanya, jika dilihat dari dekat ternyata ia cukup manis.

“Aku lapar…” jawabku.

Gadis itu tersenyum kembali, ia meniup perlahan sendok yang sudah terisi oleh sup jamur, lalu menyuapkannya padaku.

“A.. aku bisa sendiri” tiba-tiba saja kata itu terlontar dari mulutku.

“Begitukah…?” Gadis itu terdiam.

“Kalau begitu ini…” lanjut gadis itu sembari menyodorkan mangkuk sup.

Aku berusaha untuk bangkit, gadis itu berusaha menolong dengan menopang punggungku. Aku meraih mangkuk sup jamur lalu menyuapkannya perlahan ke dalam mulutku.

Sesaat kami saling terdiam.

“Siapa namamu…?” suara gadis itu memecahkan keheningan.

“Loki.” Jawabku lugas.

“Namaku Elina.”

Aku mengangguk pelan lalu bertanya, “Saat di gurun pasir, kenapa kau menolongku? kau tahu apa yang kau perbuat adalah tindakan yang sangat berbahaya… mereka dapat saja membunuhmu.”

Elina terdiam sejenak, “Itu adalah tugasku…”

“Maksudmu…?”

“Aku adalah seorang Hunter.”

“Oo… begitu…?” aku sedikit terkejut, aku tak percaya gadis semanis dia adalah seorang Hunter.

“Wajahmu mengatakan padaku bahwa kau tidak percaya…” ucap Elena seakan ia mengetahui apa yang kupikirkan.

“Tidak, aku percaya padamu… hanya seorang Hunter berpengalaman saja yang dapat melepaskan tiga anak panah sekaligus…” ucapku.

Elena tersenyum tipis, “Aku mempelajari itu sejak kecil…”

“Oh ya?” sahutku tak percaya.

Elena perlahan berdiri lalu berjalan pelan mendekati sebuah foto yang tergantung di atas perapian.

Ia pun mulai menceritakan kisahnya, “Ayahku adalah seorang Hunter yang hebat, aku sangat mengaguminya… sejak kecil aku ingin sekali menjadi seperti dirinya, karena itu aku selalu berusaha keras...”

Elina membalikan badannya ke arahku. Nada suaranya tiba-tiba meninggi.

“Namun setelah aku menjadi seorang Hunter yang hebat, ia malah pergi meninggalkanku! Kau tahu kenapa?!”

Aku menggelengkan kepalaku.

“Dia bilang aku sudah tak memerlukannya lagi! dia bilang aku dapat menjaga diriku sendiri! setelah mengucapkan itu ayahku pun pergi untuk berpetualang… dan tak pernah kembali. Dia sungguh sangat egois!”

“Lalu, kenapa kau tak ikut bersamanya…?”

Elene mendengus, “Apa kau lupa? Hanya Hunter level S saja yang bebas berpetualang kemanapun mereka suka. Dan sekarang aku hanya level A, tapi mungkin tahun depan aku akan naik ke level S.”

“Itu bukan hal yang mudah.” Sahutku.

Elena menghela nafas, “Aku tahu itu… menjadi Hunter level S bukanlah perkara yang mudah.”

Aku terdiam sejenak, lalu berkata…

“Bagaimana jika aku membantumu…?”

“Apa? Bagaimana caranya…?” Elena merespon dengan nada setengah tidak percaya.

“Aku tahu lokasi markas rahasia bandit gurun pasir… jika kau dapat menangkap pemimpin mereka, mungkin kau akan dipromosikan menjadi Hunter level S…” ucapku dengan alis terangkat.

“Oh ya…? Apakah kau yakin itu adalah markas rahasia mereka…? Elena kembali merespon dengan nada setengah tidak percaya.

“Tentu saja, disana aku mencuri sekantung Golden…”
Wajahku pucat, tiba-tiba saja aku teringat sesuatu yang harusnya tidak kulupakan…

“Dimana Golden Seedku…?!!”

“Apa?”

“Agh… bandit itu merebutnya…”

“Apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti…”

“Saat di gurun pasir, apakah kau memeriksa tubuh bandit didekatku…?

“Tidak… kenapa…?”

“Celaka… dia mempunyai Golden Seed yang kucuri.”

“Golden Seed…?”

“Ya, itu adalah bahan Brewing yang sangat langka.”

“Brewing? jadi kau adalah…?

“Ya… aku adalah seorang Brewmaster.”

Elena sedikit terkejut.

“Kupikir Brewmaster hanya terdiri dari orang tua saja…”

Alisku terangkat, “Terkejut? Aku adalah Brewmaster termuda di Eremidia.”

“Hoo… tapi kenapa aku tak mengenalmu…?” ucap Elena dengan berkacak pinggang.

“Itu karena… aku belum pernah berhasil meracik sebuah minuman…” jawabku pelan.

Elena menahan tawanya, “Pfft, dan kau sebut dirimu adalah Brewmaster?”

“Jangan tertawa, kemampuanku sudah diakui oleh Brewmaster yang lain.” aku berusaha meninggikan diriku.

“Dan kenapa kau belum pernah berhasil membuat sebuah minuman… Brewmaster?” ucap Elena degan nada mengejek. Seketika aku merasa rendah diri.

“Aku selalu bereksperiment dengan minuman yang kubuat…”

“Dan semua eksperiment itu gagal?

“Hanya satu bahan lagi, maka minuman racikanku akan sempurna! Aku membutuhkan Golden Seed! Kita harus kembali ke gurun pasir, sebelum ada yang mengambilnya.”

“Dengan luka seperti itu?”

Aku terdiam.

“Sekarang lebih baik kau pulihkan dirimu” lanjut Elena.

Aku mengangguk pelan.

Sebelum Elena meninggalkan ruangan aku kembali bertanya, “Bagaimana dengan tawaranku? Apa kau tidak ingin tahu lokasi markas bandit gurun pasir?”

Elena berpikir sejenak, “Akan kupikirkan malam ini… karena bagaimanapun pergi ke markas bandit tanpa persiapan adalah perbuatan yang bodoh.”

Kata-kata itu seakan menusuk dadaku.

Elena pergi ke lantai atas, menghilang dibalik keremangan lampu pijar.

Aku harus kembali ke gurun pasir…

Bersambung ke episode 1 part 2


maaf kata-katanya kacau dan belum beres :sembah: sedang terburu-buru...
nanti aku edit. :v
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-11, 18:25
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
nisamerica 
Living Skeleton
nisamerica

Kosong
Posts : 1668
Thanked : 25
Engine : RMVX
Skill : Very Beginner
Type : Artist
Awards:


[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Chapter 3: Leisure Time

Aku memandangi pemandangan malam kota dari jendela lantai dua penginapan. Cahaya kelap-kelip memenuhi kota, dan tak bisa dipungkiri bahwa kota tersebut sangat indah di mata. Kupalingkan pandanganku ke arah lorong penginapan, pemuda mabuk yang bernama Vent tersebut tampaknya akan kembali ke kamarnya.

Melihat pemuda tersebut, aku jadi mengingat kejadian tadi, dan aku merasa agak kurang enak, karena aku tadi gugup sekali hingga hampir tidak bisa berkata-kata, sebabnya adalah karena bahasaku belum benar-benar fasih, dan aku terlalu banyak berpikir mencari kata sehingga otakku malah buntu. Aku pun menepuk dahiku dan menghembuskan napas.

Setelah bisa berpikir jernih, aku jadi kepikiran macam-macam tentang orang itu, bukan hal yang aneh-aneh, hanya saja aku merasa ada beberapa hal yang janggal dengan dirinya. Aku memutuskan kalau ada kesempatan, aku akan bicara lagi dengannya, tapi mungkin bukan malam ini, aku pun kembali memandangi pemandangan di luar jendela hingga akhirnya aku menyadari sesuatu yang telah kulupakan.

*Guuuuuuu*

“Oops.” perutku berbunyi, lumayan keras pula, aku lupa belum makan apapun sedari siang, paling hanya wildberries yang kutemukan di seperjalanan menuju ke sini.

“I need to eat something…” bergumam seperti itu, aku pun mulai menuruni tangga, namun sebuah ide terlintas di benakku. “Maybe I’d ask Vent to dine with me, I don’t have any acquaintance here anyway.” aku pun kembali ke lantai atas, dan menuju ke kamar Vent.

Awalnya aku ingin mengetuk pintu, tapi karena takut Vent sudah terlelap, aku mencoba memutar kenop pintunya, dan ternyata tidak terkunci. Kubuka perlahan pintu kayu tersebut untuk memeriksa keadaan di dalam. Pintu penginapan ini cukup bagus, tidak berdecit terlalu keras, mungkin karena itu lah Vent tidak menyadari aku membuka pintu, atau mungkin itu karena dia sudah terlalu mabuk, atau mungkin dia sudah terlelap.

Aku menjulurkan kepala ke dalam kamar, memaksakan kepalaku ke celah pintu yang kubuka kecil. Kudapati Vent sudah berbaring di ranjang dengan posisi menghadap berlawanan dari arah pintu, aku berniat memanggilnya perlahan untuk memastikan ia sudah benar-benar terlelap atau belum.

“Ve-” belum sempat aku selesai berkata, sudah ada suara lain yang membalas suaraku dari arah dalam.

“Pisselia….” begitulah suara yang sayup-sayup terdengar keluar dari mulut Vent. Pikiranku campur aduk mendengarnya, di sisi lain aku merasa aneh dengan nama ‘PISSelia’, ‘piss’ kan berarti buang air kecil di negeriku, dan di sisi lain aku tertawa kecil, apakah ia mengigau tentang diriku atau apa?

Lalu aku mencoba iseng menjawab, sedikit tertawa memikirkan reaksi Vent bila ia tahu bahwa aku mendengarnya.

“Kau memanggil? :hihi:” tanyaku sambil menaruh jemariku di bibir sedikit menahan tawa.

“Hwalakadah!” seru Vent. Spontan ia langsung bergulir ke sisi dalam kamar dan berdiri menghadap pintu dengan ekspresi terkejut. Aku yang melihatnya cekikikan, dan karena hampir tak bisa menahan tawa, kakiku gemetar dan aku terjatuh ke lantai, duduk dengan posisi bersimpuh. “E... Ente di sini Piss?!” serunya.

“...Piss... Ahahahahaha! =))” aku akhirnya tidak kuasa menahan tawa, reaksi Vent sudah merupakan pukulan yang cukup keras ke perutku, apalagi ditambah nama panggilan yang unik itu. Melihat diriku yang tertawa, Vent hanya bisa bengong dan di wajahnya terpampang ekspresi bingung sebingung-bingungnya.

Selesai tertawa, aku menjelaskan bahwa aku ingin mengajak dia makan, sekalian bertukar kata tentang berbagai macam hal, dan juga saling mengenal satu sama lain. Vent menunjukkan wajah setuju, namun ia menolak karena ia sudah tidak punya uang, kubalas tidak apa-apa karena aku mempunyai cukup uang untuk mentraktirnya makan malam. Air muka Vent langsung cerah mendengar kata “traktir”, dan kami pun turun bersama ke lantai satu.

“Hah... Dasar ente, Piss, aya-aya wae, ane kaget tadi pas ente tiba-tiba nyaut.” ujar Vent tiba-tiba seraya menuruni tangga bersama.

“Hihihihi... Maafkan aku, sudah menjadi kebiasaan. :hihi:” jawabku sambil meletakkan punggung tanganku di depan mulut yang tersenyum.

“Tadi ente ketawa sampe segitunya... Seneng banget ya liat ane jungkir balik jumpalitan kaya tadi?” tanya Vent.

“Ahahahaha, kau harus melihat ekspresimu barusan tadi, Vent, sangat lucu! Kapan-kapan akan kugambarkan.” aku kembali tertawa meskipun kecil, Vent tersenyum sambil garuk-garuk kepala. “Selain itu, nickname yang kau berikan itu juga lucu.” tambahku.

“Pisselia? Kenapa emang? Dialek ane emang gitu gara-gara seseorang, susah bedain P dan P.” meskipun ingin mengatakan V, tapi Vent latah mengatakan P, aku tertawa lagi mendengarnya.

“Yah... Masalahnya, di bahasaku, piss sama berarti dengan... Buang air kecil... Hehe. :P” kujelaskan alasan aku tertawa tadi kepada Vent, dan mendengarnya, ia turut tertawa kecil.

“Hmhm, pantesan tadi ente ketawa. :hihi: Jadi gimana? Ga suka dipanggil Piss?” Vent kembali bertanya.

“Tidak, tidak mengapa, biasanya aku dipanggil Vivi atau Elena, tapi aku tidak keberatan.” jawabku.

“Ooooo oke kalo gitu ane tetep panggil Pissel ya, udah kecantol di otak sih.” balas Vent, aku hanya membalas senyum menandakan tidak masalah.

Kami terus mengobrol, bahkan ketika sedang makan. Aku menanyakan kepada Vent darimana asalnya, karena aku penasaran, meskipun ia memiliki marga Barat, namun ia memiliki dialek Timur sempurna, bahkan yang termasuk unik di Eremidia ini.

“Oh, itu, yah ceritanya panjang sih, tapi singkatnya bisa dibilang ane tuh amnesia, terus kedampar di Timur.” jelas Vent. Aku sedikit terdiam mendengarnya sembari berpikir kejadian macam apa yang menimpanya, tapi aku tidak ingin menarik keluar luka lamanya, sehingga berhenti hanya sampai di situ. Lantas aku mengalihkan topik, dan tanpa sadar, topik sudah beralih ke kisah petualangan Vent sebelum tiba di sini.

“Heeee, jadi sebelumnya kau berasal dari tempat bernama Westerland? Aku pernah dengar tentang tempat itu, tapi tidak tahu secara detail.” celetukku mendengar kisah Vent.

“Well, banyak macamnya sih, tapi salah satu yang paling unik menurut ane adalah Brewmastery.” jawab Vent, “dan ane adalah salah satu Brewmaster.”

“Brewmaster? Itu berarti bartender bukan? Jangan-jangan kau adalah satu orang pekerja di bar tadi?” aku terus bertanya, rasa ingin tahuku memang besar.

“Oh bukan, ini tuh gelar khusus dari tempat asal ane. Emang namanya sih sama, tapi artinya lain pisan, bisa dibilang Brewmastery tuh seni-“

“Seni??” aku memotong pembicaraan Vent dan menjulurkan kepalaku condong ke depan, semakin tertarik dengan Brewmastery yang dikatakan Vent ini.

“Hooh, seni, jadi intinya tuh Brewmastery teh kerjanya ngeracik-racik bahan untuk minuman, dan merupakan seni untuk "ngebangkitin Spirit" yang ada di bahan-bahan racikannya.” jelas Vent.

“Whoa sepertinya sangat keren! Aku ingin coba satu dong!” seruku.

Vent yang mendengarnya mengangkat bahu, dan bertanya, “Ente yakin? Itu tadi yang ane tawarin tuh salah satu racikan ane loh, dan ga ada yang ga beralkohol dari racikan ane, gimana?”

“Err... Begitukah...” aku terdiam sesaat, lalu kembali berbicara, “Ya sudah kalau begitu, aku ingin mencobanya!”

Vent pun tersenyum mendengar responsku dan merogoh barang bawaannya, mengeluarkan botol kecil yang sama dengan yang ia tawarkan tadi kepadaku. Ia membuka tutupnya, dan menyodorkan botol tersebut kepadaku. Aku mengendus botol itu, dan tercium bau alkohol yang sangat kuat. Aku menuangkan isi dari botol tersebut ke dalam gelas, hampir tumpah karena minuman tersebut berbuih hingga batas gelas, lalu aku pun meminum seteguk setelah terdiam beberapa saat.

“Gluk...” aku terdiam.

“Gimana?” tanya Vent, ia belum mendapati timbulnya reaksi dari wajahku dan terus memperhatikan.

“I... Ini...” aku kembali terdiam beberapa saat. “LUAR BIASA!!” seruku sambil mengacungkan tangan, mengejutkan semua orang yang mendengarnya, bahkan ada kemungkinan orang yang sedang tertidur di lantai dua terbangun. Sedangkan, Vent? Ia tetap tenang dan tersenyum, ia sepertinya sudah tahu bahwa ramuan racikannya tidak akan menggagalkan kepercayaannya.

Aku menghabiskan minuman tersebut hingga tetes terakhir, dan aku pun langsung berseru, “Minuman yang sangat enak! Awalnya terasa sedikit pahit namun setelahnya terasa emm.. Manis yang sangat lembut dan seakan menyebar ke seluruh tubuh! And my err... kerongkonganku hangat dan lidahku menjadi panas, aroma lembut pun berhembus dari hidungku!” celoteh diriku, aku sangat menyukai minuman tersebut hingga berbicara panjang lebar, namun tidak lancar karena berbicara terlalu cepat. “Aku ingin segelas lagi! XD” seruku lantang sembari mengacungkan gelas.

“Nah kan ente ketagihan...” balas Vent sambil tersenyum seraya menuangkan lagi ramuan racikannya ke dalam gelas yang dipegang olehku, dan aku langsung menghabiskannya dalam hitungan detik.

“PUHAAAAA!! MORE!!” wajahku memerah, gelagatku mulai tidak karuan dan aku kembali menggunakan bahasa negaraku, sepertinya aku mabuk.

Vent yang menyadari keadaanku tidak mengizinkan, “Kayanya ente gampang pisan mabuk ya, ane simpen dulu deh ramuannya.” sembari berucap, Vent mengambil kembali tutup botol tersebut dan menutup botol ramuannya, namun aku menjulurkan tangan berniat untuk mengambil botol tersebut.

“Ets, tidak bisa.” Vent mengangkat tinggi-tinggi tangannya sehingga berada di luar jangkauan diriku yang berstatur kecil.

“Huuh! =3=” aku menggembungkan pipiku karena kesal, dan terdiam beberapa saat. Vent berniat mengembalikan botol itu kembali ke dalam tasnya, namun ia tidak menyadari gerakan kecil yang membautnya kehilangan botol tersebut.

“Egh??” dalam sekejap, botol tersebut hilang dari genggaman tangan Vent, ia lantas membalikkan badan dan mendapati diriku berdiri di atas meja, menenggak ramuan tersebut langsung dari botolnya.

“E...Ente! Tadi ente ngapain sampe bisa ngambil botol itu dari tangan ane?!” seru Vent yang tampak bingung. Aku hanya membalas dengan senyuman kecil, sembari menjilat bibirku, mengecap sisa minuman yang menempel.

“Pissel... Mending ente balikin deh, kayanya ente udah ga tahan tuh minumnya...”

“NO! I can still drink!!” seruku sambil memalingkan wajah.

Vent menghela napas, lalu berkata, “Oke... Deh, kalo gitu ane rebut dengan paksa, jangan dendam ya ke ane.”. Ia lantas menerjang ke arah diriku, meskipun ia tidak memasang kuda-kuda, tapi gerakannya sangat cepat dan mendadak sudah ada di depanku, matanya fokus kepada mataku, namun tangannya mengarah ke botol minum yang kupegang. Vent tampak yakin bisa merebut botol tersebut, namun sesuatu yang tak terduga terjadi...

*Wurr wurr wurr wurr*

Aku berputar di udara, lalu mendarat tepat di meja yang berada di belakang Vent dengan satu kaki, dan duduk bersila kembali menikmati minuman tersebut. Vent tampak terbelalak, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Jelas saja, cukup jarang orang yang bisa melakukan performa tersebut, apalagi ia hanyalah gadis pelukis kecil!

Setelah terdiam beberapa saat, Vent berseru, “WUAAASEM!! Jangan-jangan ente juga makin jago kalo mabok ya?!”

Aku terdiam, menatap Vent sesaat, tersenyum, dan kembali minum, tidak menghiraukan pertanyaan Vent. Vent juga terdiam, namun setelah itu berkata sambil mengusap dahinya, “Wuih... Kayanya bakal repot nih...”

...
...
...
...




“Urrgh...” aku memegangi kepalaku, kepalaku sakit tidak karuan. Entah apa yang terjadi, namun aku tidak ingat apa-apa, hal terakhir yang kuingat adalah ketika aku meminum ramuan Vent kedua kalinya, dan sekarang mendadak aku sudah di kamarku dan hari sudah siang...

“Aw aw aw... My head... :cry:

To be continued...


Terakhir diubah oleh nisamerica tanggal 2012-07-11, 21:37, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-11, 20:43
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
NachtEinhorn 
Robot Gedek Galak
NachtEinhorn

Level 5
Posts : 1274
Thanked : 9
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Chapter 6: Mischievous Kitten

Kami berdua tiba di Desa yang meminta request untuk mengusir Lesser Cathyloph. Penduduk desa menyambut kami dengan hangat. Kyrie menemani anak anak desa tersebut bermain sebentar.

Aku bertanya kepada kepala desa tentang Lesser Cathyloph ini. "Mereka adalah mahkluk jahat yang suka merusak panen!" jawabnya singkat. "Err, maksudku pak, bentuk fisik, sifat, besarnya?"
"Kamu akan lihat sendiri di ladang kami! Bocah banyk tanya!" jawab kepala desa itu ogah ogahan. Sedikit annoyed, aku langsung menuju ke TKP.

Di TKP kulihat kumpulan mahkluk berkaki empat, berbulu emas mengkilat, dengan tubuh sebesar Anjing herder. Telinga mereka runcing, mata mereka tajam, kulihat sesekali taring mereka, setajam pisau dapur jet li :hammer:.

Aku menyiapkan pedangku, akan tetapi, tiba tiba Kyrie menahanku smabil menggeleng gelengkan kepala. "Baiklah, misi kita kali ini hanya 'ngusir', nggak sampe bunuh kan?" Kuurungkan niatku untuk memakai pedang, dan bersiap dengan tangan kosong. "Kamu di desa saja terlebih dahulu". Kyrie menurut, dan kembali ke desa, membawa pedangku.

Aku langsung menyerbu kawanan itu, melancarkan pukulan bertubi tubi agar mereka mau menyingkir dari ladang. Sekejap, sudah 10 ekor terkena kutukan Explosive Diarrhea dari jurusku. Akan tetapi, tetap saja, hal ini gagal. Bukanya menyingkir mereka malah balik menyerbu. 4-5 ekor sih nggak masalah, tapi ini... 1 pasukan tentara. Aku kembali ke Desa tersebut dengan penuh luka.

Di depan gerbang desa, beberapa anak anak menyambutku, tertawa, dan meledek. Salah seorang dari mereka menyahut, "Benar kata kakak tadi, preman berambut perak ini akan masuk dengan luka di sekujur tubuhnya."

Menahan sakit luar dalam, aku menepuk kepala bocah itu. "Pertama, aku bukan preman =A=, kedua, apa maksud kalian 'Benar kata kakak tadi'?"

Bocah tadi menjawab "Ketika pre... eh, kakak 'main main' dengan para Lesser Cathylhop, Kakak perempuan yang menemani kami bermain tiba tiba sakit kepala, lalu berkata kalau kakak tidak bisa mengatasi Cathyloph Catyloph itu dengan cara biasa, dan gagal di usaha pertama."

"Kyrie?! Dimana dia sekarang?" Aku agak panik. "Kepala Desa sudah merawatnya" jawab bocah yang lain.

Ternyata Kakek nyolot itu punya sisi baik juga.

Aku menjenguk Kyrie di kamar yang dipersiapkan warga. Sepertinya dia sudah terlelap. Aku tersenyum. Sedikit.

Sementara tubuhku penuh dengan perban lagi, Aku berusaha berpikir keras bagaimana caranya agar mahkluk mahkluk biadab itu mau pergi dari ladang desa ini. Setelah nyaris berjam jam tidak mendapatkan hasil, Aku mendengar Kyrie bergumam "Ganti... Orang irangan sawah..."

That's IT!

Aku melihat kembali orang orangan sawah di ladang itu, tentu saja dari jauh. Dan benar, tidak serem sama sekali. Aku menepuk jidat "Orang orangan sawah ngga niat gitu gimana ngga bebas hama"

Aku bergegas kembali ke desa, mengumpulkan warga untuk membuat scarecrow baru yang nggak hanya seram, tapi juga besar dan kelihatan hidup. Hampir seluruh desa membantu.

Akhirnya, Orang orangan sawah baru buatan kami pun selesai. Kami membuatnya dengan model setan alas lengkap dengan jubah hitam dan lidah bohongan yang menjulur panjang ke bawah, sesuai dengan petunujk2 yang kudapat dari warga sekitar yang akhirnya mau membuka diri. Malam harinya, saat Lesser Cathyloph2 pergi dari ladang, kami mencabut orang orangan sawah itu dan menggantinya dengan yang baru.

====================================================================================================

Keesokan paginya...

Strategi kami berhasil. Nyaris. Tidak ada satupun Lesser cathyloph terlihat di ladang, kecuali 1 ekor. Cathyloph ini aneh, dia kecil, dan bulat. Disaat Lesser cathyloph 2 lain ketakutan melihat boneka sawah setan alas itu, dia malah mendekatinya, serasa ingin tahu apa itu. Sesekali kudengar "Hya~?" keluar dari mulut binatang ini.

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 3

Aku mendekati Lesser Cathyloph aneh itu, bersama dengan Kyrie.

"Hya~!" Lesser Cathyloph bulet itu merasakan kehadiran kami dan mengambil ancang ancang.

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 1

Aku mencoba menjulurkan tanganku "Anak baik, sini sini". Lesser cathyloph itu mengerang, dan...

*capu*

dia meloncat dan menggigit kepalaku.

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 2

"UAAAAAAAAAAAAAAAADAAAAAAAAAAAAAAAAOOOOOOOOOWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWWZZZZZZZZZZZ" Teriaku sambil tersungkur ke tanah, kehilangan keseimbangan. Mahkluk bulet biadab ini kayaknya seneng menyiksa diriku, dan entah kenapa berhenti setelah Kyrie datang dan mengangkatnya.

"Kyrie, hati hati..." sahutku. Akan tetapi, entah kenapa mahkluk itu jadi diam di pelukan Kyrie. Seperti.. seperti anak kucing asli.

Kyrie, di lain pihak, juga kelihatan senang memeluk bulet biadab tadi. wajahnya blushing, sesakli diusap badan Lesser Cathyloph bulet itu.

Aku mengusap usap kepalaku, masih sakit bekas gigitan. Kyrie berkata kepadaku "Anu, bolehkah aku memeilhara anak ini? Kasihan dia..."

Kasihan? mahkluk ini nyaris membuat aku gundul! Ingin sih, aku ngomong seperti itu, akan tetapi Kyrie kelihatannya senang sekali dengan anak Lesser cathyloph ini. Setelah menghela napas "Selama kamu yang ngerawat, ngga masalah". Kyrie tersenyum senang dan mengusap usap tubuh Lesser Cathyloph yang bulet tersebut.

Pada akhirnya, kami bertiga kembali ke kota setelah menerima bayaran dari penduduk. Di tengah jalan, aku bertanya pada Kyrie, yang masih mengusap usap mahkluk bulet tersebut.

"Omong omong, sudah kamu kasih nama itu mahkluk bulet?"

"Dia bukan mahkluk bulet, Namanya Poyo"

Aku tersenyum "Yap, salam kenal, Poyo!" sambil menjulurkan tangan.

Poyo melompat dan menggigit kepalaku lagi.

"UAAAAAAAAAAAAAAAAAGHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!111111111111"
=====================================================================================================

Kami sampai di kota pada petang hari. Kami menginap di Inn di tengah kota. Aku menyewa 2 kamar, 1 untukku, satu lagi untuk Kyrie dan si bulet biadab bernama Poyo. Aku tidak mau orang orang berpikiran yang tidak tidak (meski sebenernya aku juga pengen tidur sekamar dengan Kyrie sih :mimisan: )

Saat aku menuju ke kamarku, aku mendengar suara gaduh di ruang makan, namun aku terlalu capek untuk mengecek. Suara laki laki dan perempuan. Entah kenapa aku familiar dengan suara laki laki tersebut.

"Hmm... Vent kah? Tidak mungkin..." aku menggeleng gelengkan kepala.

Sampai di kamar, aku merebahkan tubuhku, sambil mengingat peristiwa peristiwa saat aku sampai di negeri aneh ini. Muali dari saat diserang goblin, diinterogasi Gorila, si Pemabuk IMBA Vent, Phoenix, Kyrie...

"Well, masih ada esok hari" aku coba berpikir positif. Aku ingat akan sebotol arak IMBA yang diberikan Vent kepadaku. Kuminum beberapa teguk dan...

"IMBAAAAAAAAAAAAAAAA SUGIRUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!!!!!!!!!!!111111111"

akhirnya aku tidak bisa tidur :swt:

To Be Continued


Terakhir diubah oleh NachtEinhorn tanggal 2012-07-11, 21:11, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-11, 21:10
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
izn_lawliet 
Advance
Advance
avatar

Kosong
Posts : 434
Thanked : 5
Engine : RMVX
Skill : Beginner
Type : Event Designer

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Legend of Aeryn
Chapter 2


Aku terbangun, mataku terbuka, tetapi aku tidak bisa melihat. Perlahan-lahan cahaya mulai memasuki mataku. Sebuah cahaya terang tetapi sinarnya dihalangi oleh sesosok bayangan. Ingin kuusir bayangan itu. Aku ingin menikmati cahaya tersebut seutuhnya. Tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku.

“Hey, kau sudah bangun?” Tanya suara itu.

“Hua!” teriakku, sebuah wajah tiba-tiba muncul di depan mataku.

Seorang pria yang sudah tidak muda, tetapi belum menginjak usia paruh baya. Di wajahnya terdapat brewok yang sangat tebal, ia memakai ikat kepala yang cukup tebal, sedangkan wajahnya penuh parutan-parutan bekas luka perang. Aku tahu itu, karena di tubuhku sendiri terdapat beberapa luka perang hasil pengalamanku sebagai prajurit.

“Nggak usah kaget gitu kayak abis liat hantu aja.” Canda pria itu.

“Kalau kau sudah bisa bangun, makan roti itu, mereka baru saja mengantarkannya kemari.” Lanjutnya.

Aku melihat sekeliling. Gelap. Aku melihat tiang-tiang besi didepanku. Apakah ini penjara? Satu-satunya sumber cahaya adalah lampu dibalik sel. Didepanku ada dua buah nampan. Satu nampan sudah kosong, sepertinya milik pria itu. Nampan yang satu lagi berisi sebongkah roti dan semangkok air. Aku mengambil nampan milikku, meneguk sedikit air, dan mulai memakan rotiku. Sembari aku memakan roti, aku mencoba mengingat-ingat kejadian sebelum ini.

“Hey, pak……” panggilku.

“Panggil saja aku Edward, Edward Duncan, Hunter berlisensi S dari kerajaan Erimidia, kau?” sahutnya.

“Aku Jendral Lachlan Silverlance, dari Divisi 3 kerajaan Erimidia. Aku dan pasukanku sedang menjalankan misimenumpas para Serigala Padang Pasir sejak…… Entah beberapa tahun yang lalu. Tetapi kemarin…….” Perkataanku terputus. Aku melihat sesuatu dibalik sel. Seorang wanita berambut pink diseret dan dijebloskan kedalam sel, tepat didepan sel ku. Badanku mengejang. Aku kenal wanita itu!

***

Segera setelah para penjaga pergi, aku beringsut mendekati pintu sel. Aku mengambil sebuah kerikil dan melemparnya ke sel didepanku.

“Hey Karine! Bangun woy!” panggilku pelan.

Wanita itu Karine Rhapsody, seorang Letnan di Divisi 5. Meskipun kami mendaftar menjadi prajurit Erimidia bersama, tetapi pangkatku naik lebih cepat dibandingkan dia. Itu karena misiku jauh lebih berat dibandingkan dengan misi-misi Divisi 5. Tetapi satu hal yang mengganggu pikiranku. Dulu ketika kami masih di akademi, ia lebih kuat dariku. Sudah berapa perkelahian yang ia menangkan dariku. Tetapi kenapa sekarang ia tak berdaya, berada di sel ini?

“Dia temanmu?” Tanya Edward dari sampingku.

“Kenapa kau selalu mengagetkanku sih? Iya, ia temanku dari Divisi 5.” Jawabku disertai protes. Aku hendak melempar sebuah kerikil lagi kearah sel Karine. Tetapi sebuah tubuh yang berdiri di depan sel ku menghalangiku untuk melempar kerikil lagi. Aku mendongakkan kepala untuk melihat tubuh itu. Astaga! Orang setengah serigala itu!

“HEY! Tempat apa ini?! Keluarkan aku sekarang juga!!” teriakku sambil berdiri, menjatuhkan Edward ke lantai karena kaget.

Menusia serigala itu tidak menjawab, hanya menyeringai, menunjukkan gigi-gigi setajam pedang. Perlahan-lahan aku menyadari bahwa sedang terjadi sesuatu pada tubuhnya. Moncongnya menyusut. Telinganya tertarik kedalam. Bulu-bulunya juga lambat-laun menghilang, digantikan kulit manusia. Ia sedang berubah menjadi manusia. Aku memperhatikan dengan terkesima. Manusia didepanku digantikan oleh seseorang yang aku kenal. Prajuritku yang waktu itu menyelamatkanku dari serangan di batu besar.

“Kamu! Hey, kamu! Cepat keluarkan aku dari sini!” teriakku semakin menjadi, antara emosi dan penasaran.

“Haha, jendral bodoh, kami tidak akan mengeluarkanmu secepat itu”sahutnya sambil tertawa.

“Bangsat! Apa yang akan kau lakukan?!” emosiku naik. Tetapi orang itu tidak menjawab pertanyaanku, ia terdiam.

“Hey jendral bodoh, apa kau tahu bagaimana nasib para prajuritmu?” tanyanya kemudian.

Aku lupa dengan prajuritku. Well, aku baru saja terbangun dari pingsan. Aku hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaannya.

“Tanpamu yang menjadi penghalang, dan Aeryn terkutukmu itu, mereka habis kurang dari satu menit hahahahaha!” ia tertawa puas.

“Jahanam! Dimana Aeryn ku?!” seruku.

“Meskipun Aerynmu terkutuk, tetapi ia terbukti sebagai penyelamat kaum kami.” Katanya. “Aerynmu yang terbuat dari batu langit memang pernah membuat kaum kami terpaksa mundur kedalam gua seperti sekarang ini, itu terjadi pada masa ayahmu memegang Aeryn ini. Saat ia meninggal, kami sadar, bahwa penerusnya hanyalah cacing lemah. Maka kami pun menyusun rencana untuk mengambil Aeryn dari tanganmu. Di tangan kami, Aeryn menjadi sebuah kunci. Kunci untuk mendapat berkah dari sang Dewa Ulv Yang Maha Agung.”

“Kami menggunakan Aeryn untuk menyalurkan berkah dari Dewa Ulv ke tubuh kami sendiri, mengubah kami menjadi kaum yang terpilih. Aku adalah percobaan pertama dari sebongkah batu langit. Pecahan Aeryn saat ia ditempa, kau tahu? Berkat batu langit dan berkah Dewa Ulv, aku bisa bergerak seratus meter per detik, dan bisa melompat setinggi lima meter. Luar biasa bukan? Aku bahkan belum menyebutkan kekuatanku. Kekuatan Serigala Padang Pasir yang sesungguhnya. Memungkinkanku melempar kuda sejauh yang kau bisa bayangkan.” Ia menyeringai lagi.

“Sekarang, setelah kami mendapatkan Aeryn, kami bisa membangun tentara Serigala Padang Pasir. Dengan berkah Dewa Ulv, kami tidak akan terkalahkan! Hahahahaha” ia tertawa. Setelah itu, sambil berlalu, ia menendang sel ku. Entah apa motivasinya melakukan itu.

***

Keesokan harinya Karine masih belum terbangun juga. Entah apa yang mereka lakukan padanya. Siangnya, kami dibawa menuju sebuah altar di tengah gua. Di altar tersebut aku melihat sesosok tubuh yang tengah terbaring. Dari tempat aku berdiri memang tidak terlihat dengan jelas, karena banyaknya orang yang memadati ruangan ini. Kemudian si manusia serigala itu melangkah menuju altar.

Seketika ruangan ini menjadi hening. Seperti datangnya keheningan ini, sekejap saja mereka mengeluarkan suara-suara aneh. Lebih seperti bernyanyi. Bukan, lebih cocok jika dikatakan mereka sedang membaca mantra.

Seiring waktu, tempo mantra itu semakin cepat, si manusia serigala pun mulai berteriak-teriak dalam bahasa yang tidak kumengerti. Semakin lama teriakan itu semakin keras, pembacaan mantra juga bertambah cepat. Dalam sedetik, mereka menghentikan apa yang mereka lakukan dan diam.

Si manusia serigala mengacungkan tongkatnya ke atas altar, menuju ke langit-langit. Secara tidak terduga, dari langit-langit muncul secercah cahaya yang menyinari altar. Kemudian yang terjadi berikutnya membuatku ternganga. Tubuh yang tadinya berada di altar melayang sekitar dua meter diatas altar.

Setelah tubuh itu melayang, aku baru sadar, itu Karine. Saat aku sedang terperangah melihat Karine, si manusia serigala berdiri di bawahnya dan mengacungkan pedang ke arah Karine. Aku bergerak maju sampai ke depan altar. Tidak ada yang berusaha mencegahku karena mereka tampak terhipnotis dengan apa yang ada di hadapan mereka. Kemudian si manusia serigala itu mengucapkan suatu mantra dengan lantang.

“lys, samlet i dette sværd. og gøre disse personer, der modtager velsignelser til dig, o Gud Ulv” kata si manusia serigala.

Apa yang terjadi berikutnya sungguh-sungguh membuatku terkejut. Cahaya yang awalnya menyinari altar, berkumpul menjadi bola cahaya dan merasuk ke Aeryn secara perlahan-lahan. Aku sudah bisa membaca apa yang akan terjadi, dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Dengan berlari, aku melompat dan menerjang tubuh Karine, tepat ketika cahaya dari Aeryn meledak dan menyembur ke arahku.

Panas sekali, rasanya tulangku hendak meleleh. Hal selanjutnya yang aku tahu aku mendekap tubuh Karine dan pingsan.

To be continued...
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-11, 21:12
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Signus Sanctus 
Newbie
Newbie
Signus Sanctus

Level 5
Posts : 69
Thanked : 3
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Developer
Awards:
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Chapter 6 Link

Chapter VII : Disorder Event

Aku hanya duduk termenung di bar, menikmati segelas bir yang disediakan oleh Leila beserta sandwich buatannya, aku tidak melakukan apapun, selain menanti sesuatu yang akan datang sebentar lagi.

"Kamu tidak mengambil Quest, Phoenix?"

Tanya Leila, yang bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa - apa.

"Aku menunggu sesuatu...."

"Eh? apa maksudmu?"

Dan mendadak dari pintu bar keluar beberapa penjaga kerajaan Eremidia. Seorang General wanita mendekatiku dan menatapku dengan tatapan dingin.

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Eli-a

"Apakah anda orang bernama Phoenix?"

Aku membalas tatapan wanita tersebut

"Ada perlu apa denganku?"

"Aku General Elicia, aku disini untuk menahan Anda atas tuduhan membakar gereja di utara, dan bertanggung jawab atas kematian seorang Priest dan seorang Junker."

Leila langsung menghalangi General tersebut

"Tunggu sebentar!! Mungkin ada kesalah-pahaman disini, kenapa anda bisa langsung menuduh Phoenix begitu saja!?!?!?"

"Kemarin kami mendapatkan laporan bahwa orang dengan rambut merah terang seperti anda pergi menuju gereja utara malam hari tepat sebelum kejadian tersebut."

Aku hanya berdiri pelan dan terus menatap wanita bernama Elicia tersebut

"Aku cukup ikut bersamamu kan?"

Aku melepaskan pedang dan pisau yang selalu kusembunyikan di balik bajuku.

".............. Kamu tidak akan melawan ataupun membela dirimu sendiri?"

"Tunggu Phoenix!! Kenapa kamu menyerah semudah itu?!?!?!?"

Leila melihatku dengan tatapan khawatir.

"Aku akan kembali, aku hanya akan pergi bersama mereka sebentar saja, untuk sekarang lebih baik aku mengikuti perintah mereka daripada aku merepotkanmu, Leila"

Ucapku kepada Leila yang khawatir, kemudian kembali menatap Elicia

"Cukup aku saja kah?"

"Untuk sekarang, ya, cukup anda saja."

Sambil digiring beberapa Kingdom's Soldier, aku berangkat bersama Elicia dan yang lainnya.

***

"Benarkah kamu yang membunuh Priest dan Junker tersebut?"

Aku yang mendengar pertanyaan tersebut hanya bisa menganguk, posisiku yang sekarang berada di ruang interogasi yang gelap dan penuh darah mereka yang diinterogasi dengan paksa, dalam kondisi yang tidak terlalu menguntungkan.

"Atas alasan apa kamu membunuh Junker dan Priest tersebut?!"

Tanya prajurit itu keras, namun aku tidak bergeming dan hanya menatap prajurit itu sambil mengambil sedikit nafas untuk berbicara...

"Priest itu sempat dijadikan tameng oleh Junker tersebut ketika pedangku melayang ke arah Junker tersebut, karena memang pada awalnya niatku hanya untuk membunuh Junker tersebut..."

prajurit itu hanya mampu menggaruk - garuk kepalanya, mendengar jawaban tanpa nada dan jujur dariku, mungkin jawabanku berbeda dengan para tahanan yang lain. Tiba - tiba seseorang masuk kedalam dan menatapku dengan detail.

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Q14l8

"Benarkah tujuanmu waktu itu hanya ingin membunuh Junker tersebut?"

Aku menatap orang yang bertanya tersebut dan terheran dengan nada suaranya yang seakan palsu.

"Benar, dan Priest itu hanya sebuah halangan bagiku untuk membunuhnya..."

"Tapi aku tidak semudah itu percaya dengan kata - kata kriminal sepertimu, kecuali...."

Aku hanya mendengarkan perkataan orang bertopeng misterius tersebut, cukup terkejut dengan apa yang diusulkannya padaku...

***

Aku duduk termenung di balik jeruji besi yang menghalangiku dari semua pengaruh dunia luar, terus duduk tanpa peduli akan bisikan orang - orang disekitarku, maupun gerak - gerik mencurigakan seorang gadis didepanku. Mendadak gadis yang ada didepanku mengajakku berbicara.

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Rita-smile2

"Hei kamu, kenapa kamu diam saja disana? Kamu tidak bersiap - siap?!?"

Aku tidak terlalu menghiraukannya, namun ia tetap memaksa untuk berbicara denganku.

"Kau tidak perlu bersedih seperti itu, karena sebentar kita akan keluar dari ruangan kumuh dan sempit seperti ini, tenang saja~!"

Aku agak bingung dengan perkataannya, seakan - akan dia yakin semua orang yang ada di sini akan keluar dari sini bersamaan, dan tiba - tiba...

*BLAMMMM!!!!!!

"ITU DIA!!!"

Terlihat puluhan orang menembus penjara bawah tanah ini dengan sihir penggali tanah, beberapa orang pergi keatas untuk berjaga - jaga kalau - kalau ada prajurit yang datang kebawah. Dan terlihat wanita yg barusan mengajakku berbicara berusaha membuka jeruji besiku.

"Ayo! Kita raih kebebasan kita bersama!!!!"

Ucap wanita itu mengulurkan tangannya kepadaku.

".................."

Aku berdiri, mengambil pedang yang sudah terletak di sebelah kananku, dan...

*SLASH'D!!!!!!!

Kutebas tangannya dan seketika itu juga...

"K.... KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!"

Wanita itu berteriak dengan kencangnya, menarik perhatian para tahanan dan Junker yang mencoba menyelamatkan mereka, sampai salah satu dari mereka ada yg berteriak.

"BAHAYA!!!! PRAJURIT KERAJAAN SUDAH MENUTUP LUBANG TEMPAT KITA MASUK BARUSAN!!!!"

Ternyata semua ini telah ditebak oleh orang bertopeng tadi, alasan kenapa ia menjebloskanku ke penjara yang cukup jauh dari tempatku diinterogasi barusan adalah karena ia ingin tahu apakah aku berniat untuk bekerja sama untuknya.

"Heh...!"

Aku hanya memasang senyum sinis dan keji sambil mengarahkan pedangku pada puluhan orang yang ada didepanku bersamaan dengan muka ngeri wanita yang mencoba menyelamatkanku itu.

"Shinning Blade Cut!!!!"

Kutebas semua yang ada didepanku, pria, wanita, remaja, maupun yang sudah uzur, kutebas tanpa ada rasa belas kasihan dan prihatin, darah mengalir dimana - mana, tangan, kaki, kepala, dan badan yang terbelah - belah berterbangan kemana - mana, pedangku terus berayun tanpa ampun.

"Final Blade Saver!!!!"

Mereka yang akan menyerangku balik dengan jarak jauh, terkejut dengan serangan pedang jarak jauhku yang mampu membelah banyak orang sekaligus dan menggagalkan serangan mereka.

"Mo... MONSTER!!!! ORANG INI MONSTER!!!!!!!"

Ada yang kembali melawan, dan ada orang yang mencoba kabur menuju pintu keluar penjara, namun didepan sana sudah menanti sekelompok prajurit kerajaan yang mencoba mencegah mereka yang kabur, hilang sudah harapan mereka untuk kabur.

***

"I.... ini...."

Kulihat Elicia mendatangi area yang sekarang penuh dengan abu, darah, tangan, kaki, badan, kepala, dan organ - organ dalam manusia yang berceceran dimana - mana, badanku yang sebelumnya sudah bersih dari segala bau darah, kini kembali bermandikan darah segar manusia yang tak terhitung berapa jumlahnya. Elicia hanya memandangiku dengan rasan ngeri dan takut, ia tidak bisa marah sama sekali...

"MARVELOUS!!! HEBAT!!! BAGAIKAN MESIN YANG DIDESAIN HANYA UNTUK MEMBUNUH!!!"

Orang bertopeng itu masuk kembali dan menepukkan tangannya seakan - akan sedang menyaksikan pemandangan yang menakjubkan

"Kau akan menepati janjimu kan?"

Tatapku dingin kepada lelaki tersebut.

"Tentu saja... atau tidak, aku akan menghadiahimu lebih dari itu...."

Ia memberikanku segunduk uang yang jumlahnya lebih dari ratusribuan rmidollar.

"Kau bebas, kau tidak akan dinganggu gugat oleh kami prajurit kerajaan, meskipun kau membunuh 1 atau 2 Junker lagi, tapi tolong minimalisir kematian para Civillian, ok? Meskipun aku sebenarnya senang ketika kamu membunuh Priest sialan yang selalu mengganggu kami setiap ingin menghukum mati Junker yang sudah kami tangkap~"

Aku hanya menganguk sambil tersenyum sinis.

"Oh aku lupa bilang, kamar mandi ada di samping ruang interogasi, bersihkanlah dirimu sebelum dicurigai orang lain~!"

"..........heh...!"

Aku pergi meninggalkan ruangan penuh darah tersebut, bersamaan dengan tatapan Elicia diiringi dengan tawa puas dari lelaki bertopeng tersebut...

To be Continued...

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Chapter VII-2

After the Bloodbath

Aku pulang menuju Bar dimalam hari yang sudah sangat gelap, dan terlihat seorang wanita bersandar di sebuah tiang sambil menunduk terpejam, Leila, yang selama ini sudah menungguku.

"Leila...."

Mulutku reflek mengucapkan namanya, dan Leila yang mendengar suaraku langsung menoleh, kemudian tangannya naik menuju mulutnya, mulai menitikkan air mata, kemudian langsung berlari kearahku, kemudian memelukku dengan erat.

"Phoenix... syukurlah kamu kembali....!!!!"

"Aku sudah bilang kan... aku akan kembali...."

***

Kembali di bar dimana aku disuguhi segelas bir besar dan sandwich yang baru saja dihangatkan, bekas tadi pagi.

"Leila, bolehkah aku sedikit bercerita...."

Entah kenapa aku merasa baik - baik saja dengannya, aku sama sekali tidak merasa terintimidasi ataupun ketakutan akan sesuatu yang ada didalamku.

"Ya?"

Dan entah kenapa, aku ingin terus melihatnya tersenyum....

"Aku ini...."

sambil aku berbicara, Leila mendekatiku dan mendekatkan wajahnya kepadaku, membuatku sedikit bertingkah aneh.

"Sebenarnya, selama ini....."

Aku sedikit memalingkan pandanganku pada Leila...

"Aku... mungkin nama asliku bukan Phoenix..."

Leila sedikit bingung dengan perkataanku.

"Eh? maksudmu...?"

"Waktu itu... aku kehilangan ingatanku...."

"EH?"

Leila sedikit terkejut mendengar pernyataanku.

"Dan sekarang ini... aku tidak tahu... siapa sebenarnya aku ini... terkadang tubuh dan pikiranku diambil alih... dan dalam sekejap.... sekitarku.... aku...."

tanganku gemetar, aku tidak berani menyebutkan hal - hal yang akan membuatku menyerang Leila, aku tak mau.....
Kenapa... kenapa aku hanya ingin melindungi Leila, kenapa aku hanya bisa berbagi dengannya, kenapa aku....

*GREP

Dan didalam kebingunganku....
Aku dipeluk oleh Leila....

"Tidak apa - apa, aku yakin kamu bukanlah orang sejahat itu....."

"Bagaimana... kau bisa berkata seperti itu...!!!!!"

Leila mengarahkan tangannya menuju mataku dan mengelusnya sedikit, dan ia mendapatkan setitik air dibalik mataku.

"Orang jahat.... tidak mungkin bisa menitik kan air mata selembut ini...."

Leila memelukku lebih erat lagi, dan aku hanya bisa terhanyut dalam kelembutannya.

"Aku akan melindungimu, Phoenix, dan aku akan mengembalikan ingatanmu...."

Dan kami berdua terus berada dalam posisi ini dalam waktu yang sangat lama....

Chapter VII-2 End


Terakhir diubah oleh Signus Sanctus tanggal 2012-07-11, 22:22, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-11, 22:21
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Cloverfield 
Novice
Novice
Cloverfield

Level 5
Posts : 254
Thanked : 27
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Artist

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Episode I

Episode II The Truth

Aku melangkah mendekat Bill, sepertinya suasananya sedikit aneh.
Aku sudah berdiri dibelakangnya namun Bill tidak juga menoleh, dia justru masih tertawa sambil minum-minum.
"Bill"
Panggilku, namun sepertinya suaraku tenggelam dalam suara mereka yang sedang berbicara.
"Hey Bill!"
Aku menaikan suaraku dan akhirnya terdengar juga, mereka menyadarinya, orang-orang yang sedang berbicara dengan Bill itu, Begitupula Bill, dia menoleh kepadaku.
"Nina!"
Katanya sambil meletakkan minumannya dan tersenyum kepadaku. Langsung saja aku menanyakan kenapa dia tidak datang untuk makan malam tadi...
"Kenapa kau tidak langsung datang seperti biasanya? semuanya sudah menunggumu..."
"Oh itu"
Bill mengisyaratkan teman-temannya itu untuk pergi meninggalkan kami, aneh sekali, wajah-wajah teman Bill ini jarang kulihat di Ibukota Eremidia.
"Lihat semua harta ini Nina, aku sekarang punya uang!"
Aku melihat Bill membuka kantung hartanya, banyak sekali batu permata di dalamnya!
"Itu kan... bagian dari tubuh monster Jewel???"
Monster Jewel adalah monster level tinggi yang biasanya hanya mampu diburu oleh hunter berlisensi khusus yaitu hunter kelas S, bentuk tubuh mereka seperti badak namun lebih besar dan warna mereka keperak-perakkan.Para pejantan Jewel memiliki 5 buah tanduk dikepalanya yang berbentuk seperti mahkota permata, semakin besar mahkotanya yang mana akan juga semakin keras, maka semakin kuat makhluk itu, yang memiliki tanduk terbesar biasanya adalah pemimpin dari kelompok, ya monster ini biasanya membentuk kelompok dan tidak mengganggu manusia kecuali diganggu. Karena kuat jarang ada yang bisa memburunya namun terkadang ada saja orang dengan kekayaan berlebih yang meminta ke quest center untuk diburukan monster ini, demi tanduknya itu untuk dijadikan perhiasan. Karena itulah, aku sangat, sangat terkejut melihat Bill memilikinya!
"Bagaimana Nina? sekarang aku kaya!"
Bill tertawa-tawa melihat aku yang masih terpaku melihat permata-permata indah ini, terpaku karena tidak percaya sama sekali.
"Bill bagaimana kamu bisa mendapatkan ini? apa kamu ini sebenarnya hunter berlisensi S?"
"..."
Tiba-tiba Bill terdiam.
"Sudahlah untuk apa kamu memikirkan itu? yang penting aku mendapatkannya"
Bill berdiri dan merangkulku, Bill nafasnya bau bir...
"..."
Ini...
"..."
Aku menjadi pusing, aku tidak mengerti, ini tidak mungkin...
Tiba-tiba saja wajah Bill sudah dekat sekali dengan wajahku, spontan aku langsung mendorongnya.
*brugh*
"Apa-apaan kamu Bill?!"
Bill jatuh terduduk, aku mundur gemetaran.
Wajahku merah, aku marah dan sekaligus ketakutan dengan sikapnya yang seperti itu.
"Bill kalau kamu seperti ini ini! aku..."
"HAHAHA"
"...!"
"Apa? mau mengakhiri hubungan ini? hmm?"
"Ha... Hah?!"
Aku terkejut Bill berbicara seperti itu dengan entengnya dan tertawa, aku memang mau bilang seperti itu untuk menggertaknya tapi...
"Dengan harta seperti ini, berakhir juga tidak apa apa"
"....!!"
Apa ini... rasanya menyakitkan, Bill berkata seperti itu, sesuatu yang menakutkan muncul dalam benakku... kalau... selama ini aku sudah salah besar.
"Karena sudah seperti ini lebih baik akhiri saja, aku sebenarnya menjadi kekasihmu hanya karena kamu anak keluarga Winhart, yang mana artinya, hartamu banyak..."
Aku seperti kena sihir paralyzed... tubuhku menjadi kaku... begitu mendengar hal tersebut.
"Awalnya aku terus berusaha mendekatimu, tapi kamu hanya memberikan aku masakanmu yang tidak enak, aku pikir kamu bisa jadi mesin uang untukku, ternyata sama saja"
"..."
"dengan harta begini, aku bisa mendapatkan gadis yang lebih manis darimu"
"..."
Aku sudah mengepalkan tinjuku, air mataku sudah mau tumpah. Emosiku sudah tak bisa ditahan lagi!
"DASAR BAJINGAN, RENDAHAN!! KURANG AJAR!!"
Aku langsung berlari kebelakang, aku tidak mau meninjunya, aku tidak mau menyentuhnya sedikitpun lagi! manusia rendah seperti dia...
*BRAKK*
Aku langsung mendobrak pintu bar, lenganku sakit... tapi aku tidak peduli. Aku masuk ke dalam gang sempit itu lagi... gelap... tidak akan ada yang melihatku disini... Aku duduk, aku tidak peduli bajuku kotor, aku tidak peduli... hatiku sakit sekali, menyadari semua kebodohanku, ayah benar...
Bodohnya kau Nina Winhart...!!
"hu.. hiks... Huwaaaaaaaaaah waaaaaaaaaaaaah"
Aku menangis sekencang-kencangnya, aku tidak peduli lagi...
"wah wah wah, kenapa ente nangis begini?"
Ada suara seorang laki-laki. Siapa orang ini?! dia sepertinya mabuk!
"Ente kena..."
Karena mataku buram berkat menangis, tampangnya jadi menakutkan! mencurigakan! aku tidak mau sesuatu yang lebih buruk terjadi padaku malam ini!
*BUGH!!*
"UAGH"
Aku langsung menendang lelaki itu, dia jatuh terjerembab, aku yang emosinya kacau langsung saja lari, mungkin aku sudah membunuh orang, aku tidak tahu...
Dalam setiap langkah yang kuambil dalam berlari, kesedihanku semakin mendalam, air mata yang menetes sudah tidak terhitung jumlahnya, hingga aku sampai di depan rumahku, ada sosok... itu ayah... ayah menungguku pulang...
Mataku buram aku tidak bisa melihat wajah ayah...
*Puk2*
Tangan ayah yang besar dan hangat menepuk2 kepalaku... Tangisku semakin menjadi-jadi.
"A-ayah... ma-maafkan Nina... hu... hiks"
Aku menangis terlalu berlebihan... sesegukanku tidak bisa dikontrol...
"masuklah, ganti bajumu, cuci muka dan kakimu, dan tidurlah segera"
Aku mengangguk lemah, dan tertunduk menangis, aku masuk ke dalam rumah, melihat ibuku duduk di meja makan... makananku masih ada...
"Nina... "
Ibuku sepertinya mengerti, aku tidak akan mau makan malam ini... Ibuku tersenyum dan mengambilkan baju tidurku...

...
...

<evening, 9 P.M>

"..."
Aku belum tertidur... aku menatap langit-langit kamarku... Bill...
Aku tidak mau bertemu dengannya lagi... ... ...
Mataku sembab...
Aku tersenyum, mungkin aku seharusnya bersyukur dengan kejadian seperti ini, lihat sisi baiknya, aku tidak bersama orang seperti dia lagi.
Tidak apa-apa...

...
...

<morning, 9 A.M>

...
...

Suara keramaian orang berlalu lalang di luar rumahku terdengar sampai kamar... Maklum rumahku langsung di pinggir jalan besar... Jika sudah seramai ini berarti aku bangunnya terlalu siang...
"Sudah bangun kakak?"
"...!"
"Aduh Mimi, kamu ini mengagetkan saja..."
Mimi tersenyum, senyumnya itu jahil, tapi aku senang melihat senyumnya.
"..."

"..."

Mimi diam saja, tapi dia menatapku dalam, sepertinya dia ingin tahu cerita tadi malam, anak umur 11 tahun yang selalu ingin tahu saja si Mimi ini.
"..."
"Mana ayah dan ibu?"
Aku berusaha mengalihkan, aku hanya akan menjelaskan kalau dia bertanya saja nanti. dan sepertinya dia diam itu memang untuk menjaga perasaanku, aku tahu dia seperti itu.
"Ayah dan Ibu pergi! katanya mau mengambil undangan pertemuan penyihir tahunan kak"
"Oh... iya sebentar lagi ya waktunya, aku lupa..."
"..."

"..."

"Boo! sini kamu!"
"Aaaa kakak! hentikaaan ahahahahaha! hentikan kak!"
Aku menggelitiki Mimi, aku gemas dengan tingkahnya yang menatapku seperti itu, kami tertawa tergelak-gelak, aku tidak percaya tadi malam aku sudah menangis tersedu-sedu.
Soal itu sebaiknya tidak usah aku pikirkan lagi, ... meskipun rasa kecewa itu masih ada, aku harus tersenyum, sudah tidak ada hubungannya lagi denganku kan?
Aku pun memeluk Mimi dan berusaha untuk semangat kembali.

...

...

To be continued...


Terakhir diubah oleh Cloverfield tanggal 2012-07-12, 21:19, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-11, 23:48
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Gramadi 
Novice
Novice
Gramadi

Level 5
Posts : 209
Thanked : 4
Engine : RMVX Ace
Skill : Very Beginner
Type : Artist

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
CHAPTER 1 : Valkyrie In The Middle Of Nowhere.
Character : Saint Claire
Ciri2 : Rambut Coklat, dengan Armor Biru dan jubah putih, membawa Rapier.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suara ombak mulai berkurang dan tidak terdengar lagi suara badai dan petir yang sebelumnya sangat membahana.Yang terdengar kini hanyalah suara burung camar yang terbang tinggi di atas kapal.Kapal ini adalah
Kapal pengangkut barang yang menuju pelabuhan di Eremidia.Terlihat di salah satu ruangan kapal tersebut Sesosok gadis menyelimuti dirinya dengan kain selimut dan terlihat ketakutan akan badai yang sebelumnya menerjang kapal tersebut.

Gadis itu kemudian beranjak dari tempat tidurnya, dan tidak lama kemudian ia mulai melepas bajunya,Dan tak lama kemudian ia memakai baju yang ada di dekat tempat tidurnya.

"Ah..... kapten kapal ini begitu baik mau meminjamkan aku baju ini dan memperbolehkanku tidur di kamar ini " Kata gadis itu sambil mengambil baju yang tadi dilepasnya.

Ia pun kemudian menuju cermin dan mencoba merapikan rambutnya yang berantakan.Senyum simpul menghiasi wajahnya setelah ia merapikan rambutnya.

"Sepertinya aku harus mengembalikan baju ini kepada kapten kapal " Pikirnya.

Ia pun bergegas keluar untuk menemui kapten kapal.

Gadis itu melewati lorong dan berpapasan dengan beberapa awak kapal.Beberapa dari mereka tidak bisa melepaskan pandangan terhadap gadis itu.Mungkin ini dikarenakan gadis itu merupakan satu satunya wanita di kapal tersebut.Namun bukan pandangan liar yang terpancar dari awak kapal tersebut namun pandangan " Respect" yang terpancar dari para awak kapal tersebut. Sesekali gadis tersebut membalas senyum kepada awak kapal tersebut.Diujung lorong terlihat cahaya matahari yang terpancar dari luar kapal.Gadis itu pun kemudian keluar dari lorong tersebut menuju dek kapal.

Sesosok pria tua menyapa gadis tersebut , melihat penampilannya sepertinya dia adalah kapten kapal tersebut.

"Ah... kamu sudah bangun rupanya,Badai sebelumnya. terlihat menakutkan kan?" Sapa Kapten tersebut.

"ini, pertama kalinya aku berlayar mengarungi samudra, jadi badai seperti kemarin merupakan pengalaman tersendiri bagiku" Jawab gadis itu.

"Hohohoho....." Tawa si pria tua mendengarkan jawaban gadis tersebut.

"Dan.., terimakasih telah memberiku tempat untuk tidur dan pakaian ganti selama aku disini.., aku tahu sebenarnya membawa gadis dalam sebuah pelayaran akan membawa peta- .."

belum selesai gadis itu menyelesaikan kalimatnya,pria tua itu menyentuh bibir gadis itu dengan tangannya.

"Ssst....jangan bicara lagi ,aku tidak merasa keberatan membawamu naik keatas kapal ini , lagi pula mitos seperti itu hanya berlaku bagi perompak kapal " kata pria tua tersebut.

pria tua tersebut kemudian terdiam sejenak,kemudian tak lama kemudian ia mulai kembali berbicara.

"Aku.. memiliki anak gadis yang mungkin seumuran denganmu,Mata biru itu, Rambut itu, dia mirip denganmu..,
Baju yang kamu sebelumnya kamu kenakan, adalah baju kesukaannya
"

"Namun, karena kecerobohanku.....................................dia meninggal" Kata pria tua itu penuh penyesalan.

"beberapa tahun yang lalu, ketika berlayar menuju Eremidia seperti sekarang, kami menemukan hal yang menakjubkan ,Kraken."

pria tua tersebut menghela napas kemudian melanjutkan ceritanya.

"Aku bermaksud menangkap kraken itu mengingat kargo bawaan kapalku penuh dengan senjata dan obat bius, Putriku telah memperingatkanku namun aku menghiraukannya".

Air mata mulai keluar dari mata pria tua tersebut.

"Kami berhasil membiusnya, dan ketika kami berpikir telah menangkapnya tiba2 bagian belakang perahu kami terangkat"

"Kraken tersebut menghancurkan bagian belakang kapal kami, dan kami semua berusaha lari menuju bagian depan dimana air tidak dapat menjangkau kami."


Gadis tersebut tetap diam mendengarkan pria tua tersebut bercerita.

"Aku memeluk putriku yang ketakutan,dan beberapa awak kapalku sempat memberikan perlawanan terhadap kraken tersebut dengan menggunakan senapan"

"Aku terus melihat putriku yang berada di pelukanku , dan berdoa bahwa kami dapat menghadapi maut yang akan menghampiri kami"

"Namun, perhatianku teralihkan oleh teriakan awak kapal, dibelakang kami terdapat satu tentakel kraken dan menghantam kami tanpa sempat kami menghindar dan hal terakhir yang aku tahu aku terpisah dari putriku.."


"Aku tersadar dan tengah berada di klinik di Eremidia,beberapa awak kapal yang selamat juga berada disana, dan mereka semua sekarang awak kapal yang berada disini " kata pria tua tersebut sambil menunjuk kebelakangku.

gadis itu melihat kebelakang dan terlihat awak kapal yang ternyata juga mendengarkan kisah dari pria tua tersebut.
Gadis itu mencoba untuk tidak bertanya, namun rasa penasaranku mendorongnya untuk bertanya.

"Dan putrimu..??" Tanya gadis itu.

Pria tua tersebut terdiam dan tidak lama kemudian ia menggelengkan kepalanya.Gadis tersebut tahu bahwa seharusnya ia tidak bertanya.Keheningan menyelimuti kedua manusia tersebut ,dan Gadis tersebut memilih untuk kembali ke dalam kamarnya.Pria tua tersebut melihat gadis itu kembali ke kamarnya.

Gadis tersebut kembali ke kamarnya kemudian merebahkan tubuhnya dan terdiam.Sesekali ia bergerak namun tidak berkata apa apa.Gadis tersebut melihat ke arah baju milik putri dari pria tua tersebut.Ia merenung atas kejadian yang menimpa putri pria tua tersebut.Gadis tersebut berjalan ke arah jendela kapal dan melihat ke arah lautan.namun ketika ia sampai didepan jendela , ia melihat awak kapal dengan expresi terkejut jatuh dari atas kapal dan melewati jendelanya.Gadis tersebut terkejut atas hal yang baru saja dilihatnya.Suara senapan pun mulai terdengar dari atas kapal. Gadis tersebut bergegas membuka lemari di kamarnya dan memakai, Baju zirah berwarna biru dan mengambil Rapiernya.Gadis tersebut bergegas menuju dek kapal dan sesampainya disana hal yang pertama kali dia lihat adalah awak kapal yang berterbangan dan salah satunya terlempar menabrak dinding kapal tepat disebelah gadis tersebut.Gadis tersebut melihat kearah apa yang melempar awak kapal tersebut dan ia melihat.

"KRAKEEEN.." teriak pria tua tadi.

dia membawa senapan dan menodongkannya ke arah kraken tersebut.

ia dan beberapa awak kapal menembakkan peluru ke arah kraken tersebut.beberapa dari peluru tersebut kelihatan menyakitinya.Pria tua tersebut melompat kedepanku dan berbicara.

"Huh..mungkin ini saat terakhirku, tapi aku tidak akan membiarkan makhluk ini melakukan hal yang sama seperti putriku kepadamu...dan .. aku belum tahu namamu.." kata pria tua tersebut.

'Saint... Saint Claire..." Jawab Gadis tersebut.

"Sinclair eh,...?? nama yang bagus semoga kamu -"
belum selesai menyelesaikan kalimatnya salah satu tentakel kraken tersebut menghantam pria tua tersebut tepat didepan Claire.pria tua tersebut tak sadarkan diri.Melihat hal tersebut Claire pun geram dan mengeluarkan
Rapiernya.Dia berlari menuju Kraken tersebut.Dia mengayunkan rapiernya dan bersiap menusuk. Dari ujung rapiernya terpancar energi yang tidak biasa.

"THUNDER GOD STYLE!!!!...LIGHTNING PURGE!!

Seberkas sinar keluar dari ujung rapiernya dan mengeluarkan energi petir dan menghanguskan tentakel dari kraken tersebut.beberapa tentakel yang lain mencoba menyerangnya dan kemudian Claire menaiki tentakel tersebut dan bermanuver diudara menghindari beberapa serangan tentakel yang lain.Awak kapal mencoba membantu Claire dengan menembakkan senapan ke tentakel yang mengarah ke arah claire.Kemudian Claire membentuk lingkaran sihir diudara dengan cepat dan rapiernya mengeluarkan sinar kembali.

"THUNDER GOD STYLE!!! THUNDER GOD SONG!!
5 petir muncul dari lingkaran sihir tersebut dan menghanguskan ke lima tentakel kraken yang lain.
Kraken tersebut kelihatan sangat kesakitan dan mencoba untuk menyelam kedasar laut namun Claire dengan cepat mendekatinya sebelum kraken tersebut menyelam.

"KAMU TIDAK AKAN LARI!!!" Teriak Claire.

Claire memunculkan beberapa layer magic circle dan mengarahkannya ke kraken tersebut.Claire kemudian menusuk salah satu Magic circle tersebut dan mengalirkan energi petir kedalamnya.

"THUNDER GOD STYLE!!!!" LAYERED LIGHTNING PURGE!!!.

Petir yang dihasilkan lebih kuat daripada yang pertama kali dikeluarkan tadi.seluruh tubuh kraken tersebut hangus dan tenggelam.Awak kapal yang melihat aksi Claire pun terkagum-kagum.

"VAL....VAKYRIE...." Kata Salah Satu awak kapal.

Kemenangan Claire disambut teriakan sukacita oleh awak kapal yang tersisa.
Awak kapal kemudian menghampiri claire dan mengelu2kannya.Claire dengan cepat berdiri dan berbalik.

"Bagaimana dengan kapten?? " tanya Claire.

"Dia tidak apa - apa dia hanya pingsan "kata salah seorang awak yang menghampiri kapten kapal"

Senyum simpul menghiasi wajah Claire dan karena kelelahan Claire pun pingsan di dek kapal.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Beberapa Hari kemudian

Kapal telah sampai di pelabuhan Eremidia.dan Claire telah bersiap siap untuk meninggalkan kapal.
Sebelum pergi Claire menyempatkan mengunjungi Kapten kapal yang masih terbaring.Kapten kapal tersebut menyambut Claire dengan baik.

"Jadi.. kau akan pergi..?" Tanya kapten kapal tersebut.

"Iya... terimakasih sudah memberiku tumpangan menuju Eremidia ini... "
jawab Claire.

Claire membungkuk kemudian memberi salam dan berbalik, namun belum ada satu langkah pria tersebut memegang tangan clair.

"Tunggu...! ada sesuatu untukmu sebelum kamu pergi.." kata pria tua itu,

pria tua itu mengeluarkan bungkusan dan memberikannya untuk Claire.

"Ambillah.. ini untuk bekal kamu di eremidia.., beberapa makanan dan uang"


Claire merasa terharu, dan memeluk pria tua tersebut.Perasaan gembira bercampur haru mewarnai
ruangan tersebut.Tidak lama kemudian ia melepaskan pelukannya dan kembali membungkuk.
ia kemudian tersenyum lebar kepada pria tua tersebut.Ia tersenyum lebar cukup lama.Pria tua tersebut terheran.

"Kenapa kau membuat wajah seperti itu.." Tanya pria tua tersebut.

"Karena apabila kita berpisah dengan seseorang,wajah yang akan dia ingat hingga ia bertemu kembali dengan orang tersebut adalah wajah terakhir yang dia liat ketika berpisah.Jadi aku akan memasang wajah senyum seperti ini agar anda dapat mengingat bahwa diriku gembira seperti saat ini dan seterusnya " Jawab Claire.

mendengar jawaban Claire pria tersebut tersenyum.dan tak lama kemudian ia kemudian memasang wajah senyum ceria juga. Claire pun ikut senang dan membungkuk kemudian meninggalkan ruangan kapten tersebut.

Setelah kepergian claire, kapten tersebut tersenyum.
"Sienna,Anak itu persis sekali denganmu" gumam pria tersebut sambil memandang jendela.

Claire kemudian turun dari kapal dan sampai di Pelabuhan eremidia.

"Jadi ini Eremidia...,Disini Aku yakin akan menemukanmu!"
, Kata Claire sambil membuka liontinnya.
di liontin tersebut ada foto seorang lelaki.

"Petualanganku di Eremidia..!!! DIMULAI!!!! " kata claire sambil melangkahkan kakinya ke arah Kota Eremidia







[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-11, 23:52
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
richter_h 
Salto Master
Hancip RMID
richter_h

Kosong
Posts : 1705
Thanked : 30
Engine : Other
Skill : Skilled
Type : Developer
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
The Tale of Vent McGraves
Chapter VII


Klik to Chapter VI
Klik to Pissel pas minum minuman ajib

“Urrgh...” Vischelia akhirnya bangun. Dia lihat keluar jendela, ini bukan pagi lagi. Dia kaget dia bangun hampir tengah hari. Dia coba ingat-ingat apa yang dia lakukan sebelum dia berakhir di tempat tifur itu, tapi dia tidak ingat apa yang dia lakukan tadi malam selain minum minuman super ajib Vent.

“Aw aw aw... My head... :cry:

"Ente sih, maksain diri minum banyak..." Vent--yang dari tadi terus menunggu Vischelia selama dia tidak sadarkan diri terlihat sedang duduk di dekat jendela. Niatnya mau bangun, Vischelia masih merasa pusing dan akhirnya hanya berbaring saja.

"Kalo liatin ente tadi malam, ane jadi inget pertama kali ane minum..."

"Eh, eh, Vent," Vischelia masih merasa pusing memaksakan bicara, "Apa yang aku lakukan semalam?"

Vent hanya diam, dan sedikit cekikikan berkata, "Ada deh :senyum: "

"Apa aku melakukan hal-hal aneh?"

"Pissel, sudahlah. Ente ngga perlu mikirin apa yang terjadi semalam. Lagian, karena ente minum kebanyakan, ane pikir ente mending istirahat dulu."

Suasana hening sejenak. Baik Vent maupun Vischelia terdiam, dan hanya terdengar suara keramaian dari bawah sana, dari alun-alun kota.

"Vent," Vischelia memecah keheningan yang sunyi, "Aku punya satu permintaan."

"Permintaan?!" Vent kaget sampai minuman yang baru dia teguk disemburkannya ke arah jendela. Dia masih ingat dengan kata-kata itu, yang pernah diucapkan oleh seorang gadis kecil kepadanya dahulu kala.

"Tunggu, tunggu, tunggu... Permintaan apa dulu, nih? (Perasaan ane nggak enak...)"

"Karena aku bertarung saja tidak bisa, dan aku butuh seseorang yang bisa lindungi aku, sepertinya..."

"(Tuh, kan, apa ane kata juga enggak enak!) ...Jadi ente mau...?"

"Yes, Vent." Vischelia lantas bangun dan duduk di ranjang, memandang Vent dengan tatapan penuh semangat. Vent sampai terkaget-kaget karena tiba-tiba gadis itu langsung bersemangat, padahal barusan dia masih teler bin tepar di ranjang. "Aku mau ikut bersamamu. Boleh, kan?"

" :rpuke: " Vent langsung speechless. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi setelah mendengar kata-kata dari gadis muda yang baru kenal sama dia kurang dari satu hari penuh.

"Eh? Why not?"

"Boleh, boleh..." Sekarang Vent akan melakukan petualangannya di dunia baru bersama seorang gadis lagi. "Tapi syaratnya, ente jangan minta minum terlalu banyak."

Vischelia terlihat begitu semangat dan gembira. Vent hanya facepalm menyadari apa yang dia katakan itu akan mengulang sejarahnya kembali dimana dia akan melakukan petualangan bersama seorang gadis yang selalu sedikit sad ending.

--

"Pertama, ane sekarang lagi bokek, dan ngambil satu tugas dari Quest Center kayaknya cuma satu-satunya cara buat dapet uang buat bayar penginapan dan minum-minum di bar. Ente yakin mau ikut, sementara ente ngga bisa limdungin diri ente sendiri?"

Vischelia mengangguk penuh semangat. Vent hanya bisa pasrah dan berharap leluhur bisa membantunya melindungi gadis imut nan unyu yang terlanjur dikasih janji untuk ikut bersamanya.

"Tenang saja," Vischelia dengan wajah yakin dan tetap unyu berkata pada Vent dengan penuh gairah dan semangat, "Aku sering dekat dengan kematian, dan aku bisa jaga diriku sendiri. Percaya, deh."

Vent yang membawa barel kecil dan kantongnya, diikuti oleh Vischelia yang bawa perlengkapan menggambar banyaknya seperti orang yang mau buka stand galeri seni pergi menuju ke Quest Hunter, tidak jauh dari penginapan. Baru beberapa langkah, sesosok pemuda dengan cepatnya menghampiri Vent dan menjitaknya sampai nyungsleb ke tanah. Pemuda itu tidak lain tidak bukan tidak pula salah adalah Schneide, si rambut perak.

"Pemabuk GILA! Gue sampe ngga bisa tidur, kampret!!"

Vischelia tentunya sangat kaget ketika Vent diserang begitu saja tanpa ada perlawanan yang berarti. Begitu Schneide nengok ke arah Vischelia, Schneide hanya bengong, sejak kapan si pemabuk IMBA Vent bersama seorang gadis, sudah imut, unyu dan menggemaskan pula...

"Oi, Vent," Schneide lantas mengangkat badan Vent yang terkulai setelah dijitak dengan sepenuh hati itu. "Siapa pula gadis itu? Dan sejak kapan kamu bersama dia?"

"Aku Vischelia, pelukis." Jawab Vischelia dengan santai tapi bersemangat. Tahu lah, Vischelia ini orangnya selalu ceria...

"Ente pasti ngga bakalan percaya dengan apa yang ane alamin semalam..."

Kembali ke bar, dimana Vent, Vischelia, Schneide dan seorang gadis asing yang dari tadi bersama Schneide menceritakan ceritanya masing-masing. Vent kaget saat ternyata Schneide mengalami hal yang begitu hebat; melawan seorang petarung kelewat IMBA dan bertarung layaknya peserta Murotal Mortal Kombat dan berakhir di rumah sakit bersama orang itu. Dan juga, Vent hanya ngakak saat Schneide mengomentari minuman yang dia dapatkan dari Vent ajibnya sampai dia tidak bisa tidur.

"Namanya juga minuman super ajib, mang..." Vent mengomentari apa yang Schneide ceritakan tentang minuman itu.

"Nah, kan itu ceritaku. Apa ceritamu?"

Vent, melirik Vischelia sebentar, lalu membuka ceritanya, "Pertamanya, ane tepar di gang belakang sana, lalu ni cewek nemuin ane dan..."

Cerita Vent diceritakan dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya, diselingi dengan beberapa teguk bir. Beberapa saat Vent melarang Vischelia untuk minum bir, mengingat yang terjadi tadi malam bukan main-main. Setelah cerita Vent diakhiri dengan cerita saat dia dijitak sampai nyungslep oleh Schneide, Vent sadar, wanita yang bersama Schneide juga asing, dan tidak pernah melihatnya sejak pertama kali dia bertemu dengan Schneide.

"Oi, Sned. Dia siapa? :lirik: "

"Perkenalkan," wanita itu dengan ramah mengenalkan diri pada Vent, "aku Kyrie, mantan suster. Aku sudah melakukan satu quest bersama Schneide."

"Hoho, ternyata Sned ini bisa aja nggaet cewek... :hihi: "

"Ah, elu, Vent. Kamu juga bisa aja :hihi: "

Vent dan Schneide tertawa bersama. Baik Vischelle maupun Kyrie bengong layaknya sapi bengong diparkir di parkiran kota, tidak tahu apa yang Vent dan Schneide katakan tadi. Tapi tiba-tiba, seekor mahluk sebangsa kucing bantet menggigit kepala Vent yang masih ngakak bersama Schneide. Tawa Vent berubah jadi teriakan kesakitan.

"UUUWAAADDHHHAAAAWWWWASSEMELEEEEEEH!!! :FU: "

"Aih, maaf maaf..." Kyrie lantas melepaskan mahluk kucing bantet itu dari kepala Vent. Sementara Vischelia dan Schneide balik tertawa, Vent hanya bisa mengerang sakit karena gigitan mahluk bantet yang tenaganya naudzubileh...

"Poyo emang suka gitu, Vent." Schneide menjelaskan kenapa mahluk yang diberi nama Poyo itu menggigitnya. "Dia suka gigit orang lain selain Kyrie. Kayaknya Poyo suka sama Kyrie..."

Perbincangan hangat nan asik mereka berlanjut, tidak menyadari ada juga dua sejoli yang mungkin sudah tidak asing lagi bagi beberapa orang karena reputasinya. Lantas, mengingat Vent butuh uang untuk biaya hidup di kota yang kelihatannya rada gila ini, Vent dan Vischelia pamit diri dan beranjak ke Quest Center, sementara Schneide dan Kyrie punya rencana tertentu...

--

Di Quest Center,

"Bah, ngga ada yang asik... Kenapa isi tugasnya cuma bunuh ini bunuh itu?! Ane udah liat gimana sebenarnya yang terjadi di luar sana."

Vent tidak jadi mengambil satupun Quest dari sana. Vischelia hanya bengong dan ikuti Vent kemana dia berjalan, sampai gerbang kota, Vent seperti mendapatkan ilham dari leluhur.

"Pissel," Vent dengan tampang mabok tapi yakin dan meyakinkan berkata, "Gini aja, deh. Kemaren ane udah liat banyak barang yang bisa dijual di hutan, kayaknya kita bisa jalan-jalan di sana, mengais rezeki sambil nyari bahan-bahan buat minuman ane sementara ente bisa nggambar pemandangan ajib di sana. Gimana? Asik enggak?"

"Nice! Boleh juga!" Vischelia juga ikut semangat. Dia akan mendapatkan beberapa momen yang bisa dia abadikan. "I'll make many moments eternized!"

Akhirnya, tengah hari menjelang sore, Vent dan Vischelia berangkat ke hutan timur rada ke selatan, dimana kata para pemburu tempat itu ada sarang Goblin yang ganasnya minta ampun dan minta dibantai. Membawa gadis imut nan unyu ke tempat yang naudzubileh bahayanya, Vent hanya bisa berharap pada leluhur mereka bisa selamat dan bisa pulang lagi ke kota untuk minum-minum dan asik-asikan...

Klik to Chapter VIII


Terakhir diubah oleh richter_h tanggal 2012-07-12, 10:42, total 3 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 01:39
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Signus Sanctus 
Newbie
Newbie
Signus Sanctus

Level 5
Posts : 69
Thanked : 3
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Developer
Awards:
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Chapter 7 Link

Claire's Appearance

Nina's comeover

---------------------------------------------
Chapter VIII : Trust & Belief

Hari itu, Bar menjadi agak sepi, bukan karena tidak ada pengunjung ditempat itu, namun dikarenakan ada kehadiran seseorang yang sangat jarang sekali di bar tersebut, yakni Elicia the General, sedang duduk disampingku, terkadang memperhatikanku dengan seksama, tapi kadang memperhatikan Leila yang sedang melayani pelanggan lain, namun kadang juga mendekatiku.

"Hei, Phoenix...!"

Aku hanya meliriknya ketika mendengarnya memanggil namaku.

"Kau tidak melakukan Quest hari ini? Kau seorang Hunter Class B kan?"

Aku menelan sandwich kelima yang dibuatkan Leila, entah kenapa, aku lumayan ketagihan dengan Sandwich buatannya.

"Aku melakukan Quest hanya untuk mencari uang untuk bertahan hidup...."

Sambil menatap Elicia sedikit tajam

"Hmm... Kalau begitu bagaimana kalau sekarang kau membantuku menyelesaikan misi?"

Aku langsung memalingkan kepalaku kepada Elicia

"Like I care..."

Namun Leila langsung menyerobot dan bertanya balik...

"Misi apa ya?"

Elicia yang cukup terkejut dengan keakraban Leila dan Phoenix, sedikit tertawa.

"Hanya ingin memintanya untuk menemaniku ke sebuah Dungeon ko!"

Leila memegangi pundakku dari belakang, dan menatapku tajam

"Phoenix, kurasa tidak apa - apa jika kamu menerima permintaannya~"

Aku agak ragu untuk menganguk dan menerimanya.

"Katanya kamu mau membalas kebaikanku yang sudah merawatmu disini~? Anggap saja sekarang saatnya untuk membalas semua itu~~"

GLEK!!

Aku agak kaget dengan ucapan Leila yang mengancam seperti itu.

"Jadi kamu bersedia, Phoenix?"

Aku hanya bisa menganguk pelan.

"Baiklah, sekarang ayo ikut aku ke Hunter Guild, aku perlu menulis izin untuk memakai Hunter sepertimu."

Aku hanya berdiri lemas, terpaksa demi Leila.....
Ngomong - ngomong, kenapa aku menjadi seperti ini hanya didepan Leila....?

-----------------------------------------------------------------------------

Sesaat sebelum Aku dan Elicia keluar dari Bar, Elicia menabrak seorang wanita berpakaian lengkap, namun sangat asing.

"Oh, maaf, aku tidak fokus...!!"

Ucap wanita tersebut pelan.

"Tidak, aku juga minta maaf karena tidak memperhatikan jalan."

Aku menatap wanita itu secara seksama, namun entah kenapa sepertinya ia sedikit takut denganku, entah apapun alasannya.

"Emm, maaf, anda... tahu orang difoto ini tidak?"

wanita itu menunjukkan sebuah foto dari liontinnya

"Emm, maaf aku tidak tahu siapa dia, tapi mungkin kamu bisa ke Hunter Guild saja, disana banyak orang yang sering berpetualang kesana kemari, mungkin kamu bisa dapat informasi disana, mau kuantarkan?"

"Terima kasih banyak! Emm, namaku Saint Claire!! Salam kenal!!"

"Namaku Elicia, dan ini Phoenix, tapi kusarankan untuk tidak terlalu dekat dengannya."

"Phoenix?!"

Wanita itu sepertinya terkejut mendengar namaku...

***

Sesampainya di Hunter Guild, aku langsung mengisi kontrak untuk melakukan perjalanan jauh bersama Elicia, dan Claire sepertinya sedang sibuk menanyai satu - satu orang - orang di Hunter Guild ini. Selesai mengisi kontrak kami keluar dan Hunter Guild, dan melihat seorang gadis remaja sedang terbingung - bingung didepan pintu Hunter Guild, aku berniat mengabaikannya, namun Elicia tanpa ragu mendatangi gadis itu dan bertanya...

"Sedang apa kamu ditempat ini?"

Gadis itu terlihat sedikit kikuk dan panik, namun tetap menjawab pertanyaan Elicia

"Anu, aku Nina, Nina Winhart, aku kemari karena aku ingin merekrut seseorang untuk melindungiku berjalan menuju Hutan Timur, kudengar disana banyak bahan untukku bereksperimen sihir, tapi aku tidak tahu prosedur untuk merekrut bodyguard..."

"Oh, bagaimana kalau kamu ikut bersama kami, kebetulan kami akan pergi kesana ko!"

"Eh?!?"

Apa - apaan ini, aku tidak ada niat untuk melindungi 1 wanita tidak dikenal seperti dia!
Kenapa kamu sembarangan mengajaknya...!!!

"Hei, kudengar kalian akan pergi keluar kota, boleh aku ikut bersama kalian?"

Dan membuat kondisi makin parah, wanita bernama Claire barusan meminta untuk ikut.

"Umm, benarkah boleh...?"

"Tentu saja kalian berdua boleh! Dan kau akan melindungi mereka kan, Phoenix??"

"Like I care what will happen to both of them...!"

Ucapku risih melihat kondisiku sekarang ini, ini sih sama saja ingin membeberkanku ke seluruh dunia atas apa yg biasa kulakukan....

***

Perjalanan menuju hutan timur ternyata tidak sesulit yang diperkirakan, hanya sedikit monster yang menghadang perjalanan kami dan semuanya bisa ditangani oleh Elicia dan Claire, aku tidak perlu mengerahkan tenagaku besar - besaran.

"Huh, tampangmu saja yang seram, ternyata kamu tidak ada apa - apanya."

Ucap Claire kepadaku sinis, namun aku sama sekali tidak peduli.

"Anu... Kira - kira kapan kita akan sampai ya?"

Ucap Nina sepertinya sudah tidak sabar, dan aku juga tidak sabar ingin semua segera berakhir.

"Sebentar lagi, itu hutannya sudah terlihat!"

"Aku lupa bertanya, General Elicia, sebenarnya apa yang akan kita lakukan di sana?"

Tanyaku kepada Elicia agak jengkel.

"................................"

Elicia agak terdiam, melihat sekeliling, yang sepertinya tidak ada monster, kemudian menyarungkan Spear nya.

"Akhir - akhir ini... banyak kasus dimana orang - orang hilang di hutan tersebut, ada yang bilang mereka semua mati setelah dikeroyok oleh 1 pasukan Goblin, demi keamanan rakyat, aku diutus untuk menyelidiki tempat tersebut."

Claire dan Nina sedikit ngeri mendengar cerita tersebut.

"Kalau begitu kenapa aku juga diajak?"

"Kurasa tidak ada salahnya untuk mengajak seseorang yang memiliki kemampuan untuk membasmi ribuan pasukan dengan mudahnya sepertimu, dan lagipula, kamu tidak mau suatu saat mereka menyerang bar tempat Leila mu bersinggah bukan?"

DEG!

Aku sedikit marah mendengar perkataan Elicia, namun aku masih bisa menahan gejolak ini...

***

Setelah sampai di hutan, Nina dan Claire sedang asik mencari bahan - bahan untuk percobaan sihir, sedangkan aku hanya mengamati Elicia sedang mengamati daerah dekat bebatuan...

"Banyak bau darah di sini..."

Ucapku sedikit lepas.

"Kau bisa mencium bau darah semudah itu?"

"Kurasa kau sudah tahu alasannya...."

Namun tiba - tiba...

"KYAAAAAAAAAAAAAAA......!!!!"

Terdengar suara teriakan Nina dari kejauhan, kemudian aku dan Elicia bersegera menuju tempat tersebut.

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Kronosaurus

"A... MONSTER APA ITU?!?!?!"

"Chrome Disaster?!?!?
Mustahil!! Kenapa monster S Class bisa berkeliaran ditempat seperti ini!?!?!?"

"Cih!"

Tanpa menunggu lebih lama lagi aku langsung mengeluarkan pedangku, menyerang monster aneh tersebut.

"Final Blade Saver!!!!!"

Serangan tebasan jarak jauhku cukup efektif, dalam sekejap Ekor monster tersebut langsung terbelah dua.
Namun....

*SRRRRRRR

Badan monster tersebut langsung meregenerasi dengan cepat.

"WHAT THE?!?!?!"

"Monster macam apa itu?!?!?!?"

"THUNDER GOD STYLE!!!!...LIGHTNING PURGE!!"

Claire langsung menghujani Monster tersebut dengan tembakan sinar yang keluar dari ujung rapiernya, namun monster itu meregenerasi sama cepatnya dengan serangan Claire.

"MUSTAHIL, MONSTER SEPERTI INI....!!!!"

Dari mulut monster tersebut, terlihat sinar yang sangat besar.

"DAMMIT, SEMUA, LARI!!!!!!!"

Dan menembakkan sinar laser tersebut menuju kami berempat

"TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK!!!!!!!"

*BYAAAAAAAAAAAAAAAAAAR!!!!!

Namun kami semua selamat, entah kenapa kami tidak terluka sama sekali.

"Nina?!?"

Elicia menggendong Nina yang pingsan, sepertinya tanpa sadar ia mengeluarkan sihir yang sangat kuat yang mampu melindungi kami semua.

"Cih...! Shining Blade Cut!!!!"

Ketiga tebasanku cukup melukai monster ini, namun sepertinya hampir percuma.

"PHOENIX, MINGGIR!!! THUNDER GOD STYLE!!!! LAYERED LIGHTNING PURGE!!!."

*BYAAAAAAAAR!!!!

Sebuah lobang besar terbentuk dari tubuh Monster tersebut, namun ia masih hidup, tak lama kemudian...

"FINAL BLADE SAVER, SHINING BLADE CUT, EXTEND!!!"

Kulepaskan tenaga tebasan jarak jauhku tiga kali, dan akhirnya mampu membelah monster tersebut, namun tetap percuma, karena terlihat tubuh monster itu sedikit - sedikit kembali menyatu, dan kami semua sudah kelelahan.

"SEMUA, SEMBUNYI DISINI!!!"

Elicia menunjuk kearah Gua yang cukup dalam tersebut, dan akhirnya Aku dan Claire mengikuti Elicia yang sedang menggendong Nina menuju gua tersebut.

Aku tidak tahu apa yang sedang kualami ini, namun lambat laun aku menyadari bahwa kemunculan monster - monster tersebut ada kaitannya dengan kehadiranku, begitu pula dengan ingatanku....

To be Continued...
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 08:26
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
TheoAllen 
♫ RMID Rebel ♫
♫ RMID Rebel ♫
TheoAllen

Kosong
Posts : 4935
Thanked : 63
Awards:




[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Chapter 3 : Ingredients

Click for chapter 2
Click for related previous story

Play BGM => Morning Glory
Morning. 06:00 AM

Kuhirup udara segar pagi hari kota Eremidia. Udara disini lebih sejuk dari Ymorgia yang ada di Alumnea. Matahari masi tampak belum terlihat. Namun sinarnya sudah lumayan tersebar dilangit.

"Kita pergi ke hutan timur. Disana lumayan banyak terdapat bahan-bahan yang aku butuhkan" Kata Alexis smbil membawa ranjang kecil.

Aku hanya mengangguk sambil mengikutinya

Aku bersama Alexis berjalan menuju ke timur melewati jalan besar pemisah antara block utara dengan block timur. (see the map https://dl.dropbox.com/u/37321795/Eremap.png ). Sesekali kulihat orang berlalu lalang dengan membawa persenjataan perang. Ada yang membawa pedang besar, busur panah, tombak, dan aku tidak terlalu memperhatikan yang lainnya. Aku heran, apa yang mereka lakukan sebenarnya.

OOT: well, andy masi belum gitu ngerti soal hunter di Eremidia :lol:

"Selamat pagi nona Alexis"

"Hati-hati dijalan Nona Alexis"

Beberapa orang menyapa Alexis begitu akrabnya. Begitu pula Alexis membalasnya.

"Kau lumayan populer ya disini?" Kataku sambil melipat tangan dibelakang kepala.

"Begitulah." Jawab Alexis sambil tersenyum. "Ngomong-ngomong, Healer disini lumayan sedikit. Jadi aku pikir aku akan mendapatkan keuntungan besar kalau aku bekerja disini."

"Begitu ya" Balasku singkat

***

Singkat cerita, kami akhirnya keluar dari Eremidia melewati gerbang timur yang cukup tinggi. Perjalanan mencari bahan-bahan pun dimulai. Sesekali kami diserang oleh beberapa hewan atau monster kecil. Namun aku berhasil mengalahkannya. Alexis mengobatiku saat aku terkena beberapa luka. Scene ini persis saat aku berpetualang bersama Nella di masa lalu.

"Sihir penyembuhanmu boleh juga. Tidak kalah dari temanku" Kataku pada Alexis yang sedang menyinari lukaku dengan sihir penyembuhan.

"Terima kasih" Jawabnya singkat.

Kucabut belatiku yang tertancap di kepala serigala yang baru saja mati dan kubersihkan darahnya dengan daun-daun yang ada disekitarku.

"Jadi, apakah segitu masih kurang?" Tanyaku pada Alexis setelah kulihat ranjang Alexis yang tampak sudah penuh.

"mmm... sebenarnya aku masih ingin lebih jauh. Tapi kurasa segini untuk hari ini sudah cukup" Katanya sambil menghela nafas.

"Baiklah, kalo begitu. Segera kembali" sahutku.

Tak terasa ternyata kami sudah seharian mengumpulkan bahan-bahan. Matahari juga sudah tergelincir kearah barat. Namun di Eremidia aku tidak terlalu merasakan panas di siang hari.

Tak lama kemudian, kudengar sebuah ledakan dahsyat yang sumbernya tidak jauh dariku. Aku pun terlonjak kaget. Alexis berteriak dengan kerasnya. Untung aku tidak memliki serangan jantung. Dan aku sudah terbiasa dengan hal-hal kejutan semacam ini.

"Suara apa itu?" Alexis kebingungan dan sedikit ketakutan.

"Aku juga tidak tahu. Suaranya berasal dari sana" Kataku sambil menunjuk kearah tempat. "Tetap bersamaku"

Kami perlahan-lahan mendekati asal suara itu. Sesekali kami bergerak pelan-pelan dari balik pohon ke pohon. Akhirnya aku bisa melihat dengan jelas kejadian yang sesungguhnya.

"THUNDER GOD STYLE!!!!...LIGHTNING PURGE!!"

Play BGM => https://dl.dropbox.com/u/41797508/Musik_Jadi/JtS_BGM/JtS-Battle04.mid

Seorang wanita dengan sihirnya menghujani seekor monster besar. Sihir itu keluar dari ujung rapiernya dan terkena dengan telak ke tubuh monster itu. Monster itu hampir hancur lebur. Namun, tak lama kemudian, monster itu meregenerasi kembali tubuh2nya yang hancur dengan cepat.

"Monster apa itu?! :OMG: " Aku belum pernah bertemu dengan monster semacam ini.

"I... itu. Chrome Disaster! Monster level S. K... kita harus pergi dari sini secepatnya!!" Kata Alexis terbata-bata karena ketakutan.

"Aku setuju dengan usulmu" Jawabku spontan.

*BLAAARRR*

Sebelum sempat kami kabur, hempasan angin dahsyat beserta suara ledakan yang hebat terdengar kembali. Alexis kembali berteriak dengan kerasnya. Sedangkan aku mencoba melindungi mukaku dengan lengan sambil mencoba melihat apa yang terjadi.

Kulihat beberapa orang bertarung mati-matian bersama monster itu. Seorang laki-laki dengan pedangnya berkali-kali menggunakan jurus yang dahsyat. Namun lagi2 montser itu meregenasi tubuhnya dengan cepat. Dan beberapa yang lain mencoba untuk mencari tempat persembunyian.

Aku tidak terlalu peduli apa yang terjadi setelah itu. Aku bersama Alexis langsung pergi meninggalkan area itu dengan mencari jalan teraman menuju Eremidia.

*To be continued
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 08:39
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
DrDhoom 
Doomed Zombie
DrDhoom

Level 5
Posts : 629
Thanked : 22
Engine : Multi-Engine User
Skill : Intermediate
Type : Scripter

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Chapter 1: Nightmare

Lari...
Aku terus berlari...
Aku menoleh kebelakang, namun hanya kegelapan yang dapat kulihat...
Tapi aku tahu, bahwa ada makhluk yang mengejarku dalam kegelapan itu...
Aku terus berlari... Melewati akar - akar pohon yang menyembul dari permukaan tanah...
Tapi, sekencang apapun aku berlari, bayangan itu semakin mendekat...
Dan terus mendekat... Aku tidak mau mati, aku tidak mau MATI!!

......

Aku terbangun... Keringat basah keluar dari dahiku dan menetes di hidungku yang panjang. Mata sipit ku membundar. Wajah hijau ku membiru. Aku mengusap daguku yang panjang. Dan aku sadar bahwa itu semua ternyata hanya mimpi.
Aku bangun, kulihat hari sudah siang. Aku merapikan sarangku di atas pohon yang lebat. Lalu aku turun, dan berjalan menuju kolam kecil yang ada didekat tempatku sekarang.

Aku membasuh mukaku, mengusap rambutku yang jabrik dan berdiri. Aku menghela napas, kemudian meminum air kolam itu sedikit.

Aku, adalah seorang Troll. Namaku Jin Zreeja. Kami para Troll biasanya membuat sarang di atas pohon untuk tidur. Kami para Troll biasanya berburu pada malam hari dan tidur pada siang hari, namun tidak begitu denganku. Aku berburu di siang hari, karena pada saat malam, aku terlalu takut. Mungkin karena inilah aku ditinggalkan oleh orang tua dan kelompokku.

Kurasakan perutku sudah hampir kosong, aku beranjak untuk mulai berburu. Kami para Troll biasanya memakan daging apa saja, termasuk manusia. Aku mengambil dua kapak kesayanganku yang kusandarkan di samping pohon tempatku tidur.

Aku berjalan didalam hutan. Mencari mangsa yang dapat kumakan untuk mengisi perutku. Hutan begitu hening. Tidak ada satu binatang pun yang kulihat walau aku sudah berjalan agak jauh. Namun sesaat kemudian aku mendengar suara, suara seseorang berjalan melewati semak - semak. Aku merunduk, aku bersembunyi dibelakang pohon dan terus mendengarkan. Menunggu hingga sosok itu terlihat, menunggu hingga aku bisa menyerangnya.

Suara itu semakin mendekat, dan semakin mendekat...
Aku mulai beranjak.
Aku mengambil dua kapak yang ada dibelakang badanku.
Aku berdiri, Aku bersiap!

HYAAATTT!!!!

to be continued...


Terakhir diubah oleh WhiteHopper tanggal 2012-07-12, 10:29, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 09:34
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
richter_h 
Salto Master
Hancip RMID
richter_h

Kosong
Posts : 1705
Thanked : 30
Engine : Other
Skill : Skilled
Type : Developer
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
The Tale of Vent McGraves
Chapter VIII


Klik to Chapter VII
Klik to Andy dan Alexis in da forest...

Jalan jalan di hutan, mencari beberapa bahan minuman dan inspirasi untuk membuat minuman YOSS banget, Vent--ditemani sang gadis pelukis unyu kita Vischelia menyusuri pepohonan yang rindang hijau. Sejauh mereka melangkah suasana terlihat damai aman tentram berseri walau diwarnai dengan para pemburu yang seenak udelnya nyerang beberapa mahluk liar yang kayaknya sedang asik-asiknya jalan-jalan di hutan. Memang, Vent dari dulu rada kurang suka dengan para Hunter itu; hanya membunuh dan membunuh mahluk liar tanpa memikirkan kesimbangan dan harmoni alam. Tapi, mengingat kata beberapa orang di kota bilang monster semakin hari semakin banyak, dia harus mulai membiasakan diri dengan kebiasaan dan adat Eremidia itu.

Beberapa saat kemudian, seorang pemuda berlari menerobos hutan dan menabrak Vent yang dari tadi melihat-lihat mungkin dia bisa menemukan salah satu bahan minuman ajib. Dari penampilan orang yang menabrak Vent itu, ternyata dia adalah Andy. Andy Landwalker, orang yang sama yang Vent pernah temui sebelumnya.

"E? Ente lagi?! :OMG: " Vent hanya bengong saat Andy kelihatannya was-was dan harap-harap-cemas. "Ada apa sampe lari-lari di tengah hutan begini? Dan siapa pula wanita pirang itu?"

Vent menyadari Andy tadi lari bersama seorang wanita pirang dengan setelan yang rada nyentrik menurutnya. Parasnya manis, semanis rum, gumamnya.

"Dia Alexis." Jawab Andy enteng, "Dia yang menyembuhkan lukaku setelah kamu mengantarku ke kota."

"Salam kenal. Aku Alexis Wisewood." Gadis itu memperkenalkan dirinya pada Vent.

"Oi, Vent, gadis yang dari tadi menggambar di sana itu siapa?"

Andy dari tadi penasaran siapa gadis pelukis yang dia maksud. Saat berlari, dia lihat gadis itu tadi bersama Vent sebelum dia menabrak Vent. Rambut pirang pendeknya Vischelia itu mengingatkannya pada Nella, gadis yang menjadi latar belakang dia hijrah ke Eremidia.

"Cewek itu maksud ente?" Vent memecah lamunan Andy. "Dia Pissel. Ane ketemu sama dia di kota, dan dia sekarang jalan bareng ane."

"J-j-j-jalan bareng?!" Andy terkaget-kaget, begitu juga Alexis yang tidak percaya orang mabok seperti Vent bisa dapat seorang kekasih.

"What?! I don't have any relationships with him!" Vischelia menggembungkan pipinya saat dikatai dia punya hubungan khusus dengan Vent... maksud ane, hubungan kekasih. "Dan juga, namaku Vischel, Vischelia!"

"Tunggu," Vent mengembalikan topik, "Tadi ente berdua kenapa lari-lari di hutan gini?"

Tiba-tiba, suara gemuruh dan ledakan terdengar dari kejauhan.

BHHUUUUUUMMMHHHHH!!!!

JEDHUAARRRRRRRHHHHH!!!!

BLAAAARGGGHHHH!!!

JEDHUUUUMMMMHHH!!!!

"Suara lebay apaan tuh?"

"Kuperingatkan, jangan terlalu masuk ke dalam hutan!" Andy mengingatkan Vent dan Vischelia, "Di sana beberapa orang sedang melawan monster class S, dan masih bertarung sampai sekarang!"

"Makasih buat peringatannya, tapi ane harus cari beberapa bahan lagi buat minuman ajib ane..."

"Dan aku akan mengabadikan pertarungan itu di sana!"

Vent, Andy dan Alexis langsung terkaget-kaget berkali-kali saat Vischelia berkata seperti itu. :OMG::OMG::OMG:

"It's been a long time I don't have a painting of a battle, so I'll make the battle eternized! XD"

"Bro, kayaknya sebelum itu ane mau liat apa yang sebenarnya terjadi di sana dan suara lebay macam apa yang mereka bikin tadi." Vent akhirnya total facepalm dan berharap pada leluhur untuk perlindungan cewek unyu itu.

"Oke, bro. Jaga diri kalian baik-baik. Sampai ketemu di kota =w=b "

Andy dan Alexis lantas bergegas ke kota, berlari karena masih cemas dengan apa yang akan terjadi nanti. Sementara, Vent dan Vischelia--tanpa dosa dan tanpa gambaran apapun tentang pertarungan yang Andy maksud berjalan kembali ke arah pedalaman hutan.

--

Lebih masuk ke dalam hutan, bukannya bertemu dengan orang-ornag yang bertarung dengan monster class S, yang ada mereka malah masuk ke goa tempat para Goblin bersemayam. Obor-obor di goa itu menerangi jalan kecil bin setapak di dalam, dan saat nemenukan beberapa tulang belulang dan beberapa potong pakaian yang sudah lusuh nan kumal, Vischelia terhenyak kaget.

"Jadi, mereka selain bunuh para pemburu, makan mereka juga? :hmm: " Vent makin yakin dengan beberapa adat para Goblin coklat dekil itu.

"Nice! Another moment to paint on..."

Sementara Vischelia mulai melukis tempat itu, Vent merasa ada yang megawasi mereka. Dari bau dan rasanya, sepertinya para Goblin itu sedang mengawasi dari kegelapan dan dari balik batu.

"Ane tau pepatah 'ada udang dibalik batu,' tapi 'ada Goblin dibalik batu' ane baru denger..."

Tiba-tiba, sekonyong-konyong dan seenak udel mereka, pada Goblin nongol dan menyergap mereka. Kira-kira ada 40-50 Goblin menyergap Vent dan Vischelia.

"Kayaknya ada yang mau bikin pesta disini..."

Para Goblin itu menyerang Vent dan Vischelia bersama-sama. Sementara Vent berkutat dengan melancarkan pukulan dan tendangan ke setiap Goblin yang menyerangnya, Vischelia--yang sedang masih melukis menghindari setiap serangan yang datang dengan indah, elok nan penuh gaya. Vent kaget ternyata apa yang dimaksud Vischelia 'sering menghadapi kematian' adalah hal seperti ini. Benar, Vischelia bisa menghindari setiap serangan dengan penuh gaya dan penuh warna...

Terdesak, akhirnya Vent harus mencoba lagi jurus andalannya. Dia mengambil dua botol minuman dari kantongnya.

"Oi, Pissel," Vent memanggil Vischelia yang masih asik melukis dan melempar salah satu botol minumannya, "Ini!"

Vischelia hampir saja menjatuhkan botol yang dilemparkan Vent, tapi dia bisa menangkapnya.

"Can I have a drink now?"

"Minum saja, ane udah liat ente bisa lebih keren kalo minum!"

Sambil menghindari serangan-serangan yang tiada henti dan tiada istirahatnya, mereka minum minuman super ajib racikan Vent itu. Tidak lama, efeknya terasa; mereka jadi mabok, sementara Vent jadi lebih mematikan saat mabok, Vischelia malah jadi sempoyongan, tidak bisa menghindari beberapa serangan yang datang dengan baik namun gantinya dia menjatuhkan beberapa Goblin penyerang itu karena gerakan sempoyongannya.
OOT: Dengan aturan dari nisamerica, 'Vischelia menjatuhkan penyerang' disini maksudnya secara tidak sengaja memukul dan menendang para Goblin, tanpa melukai mereka. Vischelia pada dasarnya bukan orang yang bisa bertarung...

--

Keluar dari goa itu, Vischelia kesal karena lukisannya jadi tidak berbentuk dan tidak bermakna.

"Uuh..." Vischelia menggembungkan pipinya, "Kalau aku tahu setelah minum aku jangan melukis, hasilnya tidak akan jadi begini..."

"Oi, Pissel, ane udah tau potensi ente buat bertarung, dan pas ente pertama kali minum di penginapan kemaren bikin ane ngambil keputusan buat ngasi ente minum lagi. :ngacay2: "

"Of course... BUT MY PAINTING NOW IS MUCH MORE LIKE A RUIN!! :FU:"

GRAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHH!!!

Vent dan Vischelia kaget. Siapa yang teriak serak-serak parau basah seperti itu. Tiba-tiba sesosok monster enggak jelas muncul di hadapan mereka. Sudah nggak jelas, buas, beringas dan monster itu terlihat akan menyerang mereka. Vent dan Vischelia langsung melakukan jurus yang biasa dilakukan jika bertemu dengan bahaya seperti monster itu.

"LARI!!"

Vent dan Vischelia--yang keduanya membawa barang tidak kalah banyak dan repotnya lari terbirit-birit, dan begitu mereka melihat goa, mereka langsung masuk ke sana, berharap leluhur mencegah monster itu untuk mengejar mereka dan ikut masuk ke goa.

Terengah-engah, mereka lantas menarik napas setelah selamat dari kejaran monster itu. Saat Vent dan Vischelia melihat ke arah dalam, mereka melihat beberapa orang; 1 laki-laki, dua wanita dan satu wanita pingsan, dimana mereka sudah ada di sana sebelum mereka masuk goa.

"Ente?!"

--

Di goa lain, goa yang tadi dimasuki oleh Vent dan Vischelia sebelum bertemu dengan monster enggak jelas, sang Hangtulah--si gegeduk para Goblin yang baru saja keluar untuk cari makanan terkaget-kaget berkali-kali saat dia menemukan anak buahnya pada tepar di dalam goa. Ada yang dapat tapak sepatu, ada juga yang kena coretan tinta dan cat, ada juga yang dapat keduanya. Sang Hangtulah makin geram karena dia tahu pasti para manusia yang mereka benci pasti masuk dan bikin suasana jadi seperti itu.

"Awas, kalian, para manusia keji! Akan kubalas perbuatan kalian!! :FU:/" "

Klik to the First Most Epic Battle Documented.
Klik to Chapter IX


Terakhir diubah oleh richter_h tanggal 2012-07-12, 21:22, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 11:11
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
NachtEinhorn 
Robot Gedek Galak
NachtEinhorn

Level 5
Posts : 1274
Thanked : 9
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Chapter 7: Undefeatable

Setelah Vent dan Vische pergi, aku kembali memilih quest yang terpampang di quest center.
"Weteef, yang ada cuman eksterminasi di kiri, Hunt Monster di kanan ==a"

Aku terlalu fokus mencari Quest yang menarik, hingga tidak sadar bahwa Kyrie mendapat pengelihatan lagi. Ia mulai merasakan pusing di kepala. Khawatir melihat keadaan Kyrie, Poyo langsung meloncat ke kepalaku dan...

*capu*

"Awww.... sekarang apa lagi..."

"Hyaaaa~!!!!" Poyo berusaha membawa pandanganku ke Kyrie.

Aku panik seketika ketika melihat wajah Kyrie seperti kesakitan. Aku menghampirinya. "Ada apa?"

"Sekelompok orang... dalam bahaya.. monster besar..."

"Di mana?!" Aku menggengam kedua bahu Kyrie.
"Hutan... Timur" Kyrie menahan sakit.
"Got it. Kamu kembali ke penginapan bersama Poyo. Aku akan mengecek kesana."
Saat aku akan bergegas, Kyrie memegang tanganku. "Kami ikut."

Setelah beberapa argumen, akhirnya aku mengalah dan mengijinkan mereka ikut dengan syarat 'bersembunyi jika keadaan terlalu bahaya'

=================================================================================================

Kami sampai di hutan tersebut dan lagi lagi disambut beberapa Goblin yang berteriak teriak seperti biasa. Dengan sigap kuberi beberapa tebasan, kusengaja tidak kena bagian fatal. Kulihat Kyrie dan Poyo melakukan tag untuk melawan mahkluk mahkluk barbar ini. Kyrie melempar Poyo ke arah salah satu Goblin, dan Poyo seketika mengigit goblin tersebut dengan gignya yang super tajam. Sesekali kudengar teriakan para goblin meraung kesakitan karena entah gigitan Poyo atau sabetan pedangku.

Akhirnya kami masuk ke bagian hutan yang lebih dalam, dan menemukan mahkluk IMBA itu. Gedenya weteef, berbentuk paus yang diselimuti logam. Kulihat dia sedang berputar putar di depan gua kecil.

"Kyrie, kamu tunggu di sini, dia berbahaya."
Kyrie mengangguk "Lalu kamu?"

Tanpa pikir panjang aku menyerbu Monster itu. Aku menyiapkan pedang dan ancang ancangku.

"Spilstour Stoooooooorm!"

Aku berputar dengan kecepatan tinggi, melesat ke arah monster itu. Alhasil terbuatlah sebuah lubang di perutnya.

"Too Easy" kataku meremehkan monster itu. Akan tetapi saat aku berbalik...

"Awas!" teriak Kyrie dari dalam semak semak.

Aku melihat perut monster itu telah pulih, dan tidak ada bekas luka sama sekali. Monster Paus itu balik menyerbuku. Dengan sigap aku memakai pedangku sebagai pertahanan. Akan tetapi...

"ROOOOOOOOOOOOOOOOOOOAAAAAAAAAAAAAARRRR!"

Aku terpental gara gara serudukannya. Kyrie yang melihat dari semak semak mulai khawatir.

"Apa apaan ini Paus Bongsor?!" kataku menggapai pedangku yang menancap di tanah setelah aku diseruduk Monster itu. "Coba makan ini, bocah besar! Schatten Ho..."

Belum selesai aku mengucapkan nama jurus, Paus itu mengeluarkan Sinar pemusnah dari dalam mulutnya. Aku segera menghindar. Area yang terkena sinar itu berubah menjadi abu.

"E?" Aku mulai kesal dengan monster ini. "Jangan balik nyerang sebelum aku selesai ngucapin jurus dong! dasar curang!" aku menunjuk nunjuk monster itu. Tidak dihiraukan, dia menyeruduk lagi.

"time out Time Out TIME OUT! Uwaaaaaa!" aku berteriak sambil menghindari serangan demi serangan dari Monster itu. Coba saja /Busterku saat ini tidak rusak. sudah kujadikan sate mungkin monster ini.

Aku sadar bahwa perlawananku tidak berarti banyak karena monster ini memiliki kemampuan regenerasi tingkat tinggi.aku melirik gua tadi. Ok, tidak cukup besar untuk monster ini masuki. jadi...

Kurang ajar, dia langsung menutup Pintu masuk gua itu dengan tubuhnya.

"Uwoooooooo!!!!! Splitstour Stoooooooooorm!!" Aku menggunakan jurus ini lagi, memaksakan diriku untuk menembus tubuh monster itu lagi, hingga akhirnya berhasil masuk ke gua tersebut.

"HYAHYAHYAHYAHYA! CANT GET ME TODAY, EFFING WHALE!" aku tertawa bagai seorang maniak =v=

Di dalam gua, aku melihat beberapa figur manusia, terluka. Sepertinya mereka juga sedang melawan Monster Paus itu. Dan diantara mereka, aku melihat....

"Kamu?!" kataku sambil menunjuk Phoenix. Sepertinya dia tidak menghiraukan aku. Orang lain yang ada di gua itu adalah beberapa wanita, namun tak kuliat wanita yang bersama dengan dia tempo hari... dan ada Vent juga?! Vent menyapaku, "Ey, Sened, sendiri?"

"Wait" aku teringat sesuatu "Kyrie?!"

Aku sadar Kyrie masih berada diluar sana, bersama Poyo... dan Paus Brengsek itu.

To Be Continued
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 14:09
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
hyperkudit 
Pahlawan Super
hyperkudit

Level 5
Posts : 2288
Thanked : 30
Engine : RMXP
Skill : Very Beginner
Type : Artist
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Chapter 1 : Darkfear
Nama : Howl Darkfear
Tampilan : kayak bapak2 Macho umur 30 tahunan, punya jambang.

======================

tik... tik.... tik...
Hanya suara tetesan air yang memenuhi telingaku beberapa ratus tahun terakhir ini. Mereka membiarkanku membusuk dan hampir mati bosan setelah berhasil menangkapku. Ya... bisa dikatakan aku seorang tahanan, walau aku sendiri sudah hampir lupa kenapa aku ditahan.
Ahh... aku ingat, aku ditahan di penjara bawah tanah yang sepi, sempit, lembab dan kotor ini karena terlahir sebagai monster. Mereka mengatakan diriku adalah sebuah kutukan, tapi bagiku ini adalah sebuah anugrah.

tik... tik... tik...
Bola mataku bergerak dari atas kebawah mengikuti tetesan air yang terjatuh, mungkin terlihat membosankan dan kurang kerjaan, walaupun pada kenyataannya aku kurang kerjaan, tapi setidaknya itu bisa menjadi salah satu kegiatan rutinku pada masa tahanan yang tak akan berakhir ini.

Kabur? sedikitpun tak terpikirkan olehku untuk kabur. Lagipula untuk apa aku kabur? untuk ditangkap lagi? hidupku tidak pernah memiliki tujuan, jadi untuk apa aku menjalani hidup?
Aku berharap ingin segera mati saja, andai aku bisa melakukannya. Aku sendiri tidak yakin apa para dewa terlalu sayang padaku sehingga membiarkanku tetap hidup di dunia, atau terlalu takut kepadaku sehingga tidak membiarkanku mati dan masuk ke alam baka.

oh.. ya sebelumnya biar kuperkenalkan diriku, sebelumnya aku disebut Howl, jangan salah pengertian, itu bukan namaku yang sebenarnya, hanya julukan dari orang-orang yang takut padaku. Jangan tanyakan nama asliku, karena aku sendiri tidak tahu siapa namaku. Aku tidak peduli tentang nama dan tetek-bengeknya, karena seumur hidupku tidak ada yang pernah menyebut namaku seperti "hey anu, pergilah kesana!" atau "hey anu, ambilkan segelas anggur!".
Sebutan Howl hanya mereka gunakan untuk menceritakan kepada anak-anak mereka bahwa aku akan muncul dari jendela dan memakan anak-anak yang tidak menurut kepada orangtuanya.
Kurasa bisa dikatakan bahwa aku adalah sebuah legenda atau dongeng disini, walau bukan untuk hal yang bagus.

Kupalingkan wajahku dari tetesan air yang membosankan tadi, aku berjalan terseok kearah tembok berlumut. Rantai bola besi dan borgol baja yang mengikat tangan dan kakiku memang membuat diriku cukup sulit bergerak, namun jika kuhancurkan, mainan ku ditempat membosankan ini jelas akan berkurang. Aku berdiri di depan tembok berlumut tersebut. Masih terlihat goresan-goresan ditembok yang kubuat dahulu walau samar-samar. Kubersihkan lumut-lumut yang menempel itu, membuat gambar monster berbulu ditembok terlihat cukup jelas.
Aku memang hampir lupa, tapi sekarang aku ingat alasan lain kenapa aku ditahan, dan apa tujuan hidupku.

DARAH

ya.. darah... Aku hidup untuk menikmati darah mereka yang membenciku, menikmati teriakan yang keluar saat mereka melihat kearah mataku. Tapi itu sudah lebih dari 1000 tahun yang lalu, dan kurasa sekarang orang-orang telah melupakan bagaimana mengerikannya diriku, orang-orang dari dunia atas yang mereka sebut sesuatu yang berakhiran "-dia"

Aku berjalan kesalah satu sudut ruangan, lalu berjongkok. "Kau lapar tuan Winkle?" tanyaku kepada sebuah boneka beruang kumal.

Aku menemukan boneka itu tersangkut disalah satu pipa buangan di sel ku. Kurasa ada seorang anak ceroboh yang ikut menyiram bonekanya kedalam toilet ketika buang air.
selama masa tahanan hanya tuan Winkle temanku, cukup aneh memang melihat pria besar dan seram sepertiku berbicara dengan sebuah boneka kecil, tapi jika kau dipenjara selama 1000 tahun tanpa pernah bertemu orang lain, kurasa kau akan terlihat lebih buruk dari diriku saat ini.

"Makanlah, supaya kau kenyang." Aku memberikan segunduk lumpur pada tuan Winkle, berpura-pura kami sedang pesta teh.

Akupun mengambil segunduk lumpur lalu memakannya, mengunyahnya perlahan lalu menelannya.
Lalu aku berbincang-bingang kembali dengan tuan Winkle, terus begitu setiap hari.
Setidaknya sampai aku mendapatkan alasan kenapa aku harus keluar dari tempat ini, walau aku tidak tahu kapan alasan itu akan datang.

========================

-to be continued-
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 15:25
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
aidilriski 
Senior
Senior
aidilriski

Level 5
Posts : 643
Thanked : 2
Engine : Multi-Engine User
Type : Mapper

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Chapter I, Little Story

"Gwahh..." Aku terbangun dari tidurku yang pulas. "Lho, dimana aku? O, iya, aku tertidur di halte saat ingin pulang semalam." Aku pun menunggu kereta kuda untuk pulang, lima menit pun berlalu. "Wonk Wonk" klakson kereta kuda berbunyi. Aku pun segera menaikinya. Oh iya, namaku Arth Windslayer. Apa kau tidak bingung, di kota ini, masih banyak orang yang heran dengan namaku, Windslayer. Karena aku takut angin. Aku pun masih bingung, apa tujuan orangtuaku memberiku nama ini, ya sudahlah. "Ah sudah sampai, ini mas, uangnya, 3 RMIDollar kan?". Aku pun bergegas masuk ke kos-an ku. "Hei nak, mana uang kos-nya? Ha?" tiba-tiba juragan kos-an ku datang. "Eh, mungkin besok kubayar." "Besok besok!?! Pokoknya hari ini kamu harus membayarnya, sudah 3 bulan kok nunggak?!!" seru juragan. "E... i.. iya iya, nanti malam ku bayar" janji ku padanya. Aku pun langsung masuk kamar kos ku. Ya, sudah 3 bulan pabrik tempatku berkerja ditutup. Entah apa alasannya. Dan membuatku harus menjual semuanya. Sebelumnya, aku hidup serba kecukupan, dan menghamburkan uang ku. Dan sekarang aku menyesal.

Aku pun mengecek kotak surat, dan ternyata ada surat. "Hei Arth, kemana saja kau selama ini, kau sedang butuh uangkan? Datanglah ke tempat kerjaku besok". Aku sangat senang, tapi juga kecewa, karena, aku sudah berjanji untuk membayar kos ku malam ini. Aku pun terduduk lesu di atas sofa.

"Aduh, uangku menipis... Tinggal 50 RMIDollar... Gimana nih... Eh bentar... Ya, ada..." mendapat selebaran kertas yang berisi "Dicari orang yang sanggup untuk membunuh serigala di padang pasir, bagi yang beminat, silahkan hubungi Bapak Joo" Aku pun gembira, dan langsung pergi ke halte kereta kuda... "Pak, ke padang pasir ada kereta kuda?" tanyaku. "Hah? Ke padang pasir, hahahahah... apa kamu bergurau, mana ada yang mau menyetir kereta kuda sampai ke padang pasir..." dia tertawa terbahak-bahak. "Oh, maaf ya pak" aku pun kecewa. Tapi, aku masih ingin. "Stop pak" aku menyetop orang yang sedang mengendarai kuda. "Ada apa dek" tanyanya. "Pak, mau antar saya ke pinggir kota, saya bayar 30 RMIDollar" " 40, saya antar" "Eh, tapi... ya sudah... " saya pun langsung dibonceng oleh bapak itu, meninggalkan kota Eremidia, yang besar ini. satu jam berlalu, "nah, sudah sampai" "dimana ini pak" "di pinggir kota kan" jawab bapak itu. "tapi, apa kehutan masih jauh lagi?" tanyaku. "apa? kamu mau kehutan? kira-kira 3 jam kalau jalan kaki, ya sudah, aku pergi dulu" ia pun pergi dan meninggalkanku disini, jauh dari kota, dan jauh juga dari padang pasir. Aku berjalan, menelusuri hutan ini, sendirian, hanya beberapa hewan yang menemaniku.

Setelah 3 jam berlalu, aku sampai di di hutan, ada sebuah gedung yang cukup besar. Dan bertuliskan... "Quest Center, For Hunter Rank A & S"

To be continued


Semoga yang kali ini diterima :D

From pengawas : bro, ceritanya itu jaman jadul kira2 seperti abad pertengahan di eropa. jadi nggak ada kereta,bahkan HP.. apakah anda sudah baca 1st post ? [Maaf, sudah saya baca, tapi lupa, udah saya edit, tapi klo masalah kereta, kan kereta kuda, apa tidak diperbolehkan? Salam Damai :D

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 16:14
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Kabutopsu 
Advance
Advance
Kabutopsu

Level 5
Posts : 348
Thanked : 3
Engine : Multi-Engine User
Skill : Skilled
Type : Event Designer

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Moga diterima
=================================
Episode 1: Introduction

Paman Squall bilang aku mungkin sudah boleh diterima oleh kerajaan menjadi seorang prajurit 4-5 Tahun lagi, namun Guruku sudah mengakui kemampuan bertarungku. Jadi kupikir, sebelum aku akan menjadi Prajurit Kerajaan, aku memutuskan akan menjadi Hunter terlebih dahulu untuk menigkatkan kemampuanku agar tak luntur.

Sebelumnya, aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu, namaku, Ka(bu)sei (top)Tsuba, namun teman-temanku memanggilku Butop, aku baru saja pindah dari Cybergenia, sebuah kerajaan super kecil yang tersembunyi yang bahkan tidak ada yang tahu selain penduduk sana, Aku hanya bocah berumur 12 tahun yang digembleng untuk menjadi prajurit sejak umur 4 tahun. Aku pindah ke Eremidia, karena Orang tuaku sedang tidak bisa mengawasiku karena bertugas ke sebuah daerah kecil berpenghuni Junker yang berjumlah banyak. Maka itu, aku dititipkan ke Paman Squall, adik ayahku yang bertempat tinggal di Eremidia.

Akupun berajalan kekamar untuk tidur malam, tidak sabar untuk mendaftar menjadi Hunter besok. Semoga saja, aku bisa mendapatkan Rank minimal D.

-..-

Tiba saatnya, aku berangkat ke salah satu Hunter Guild di kota ini. Akupun sarapan dan lalu berpamitan kepada paman Squall, lalu pergi ke arah entah mana, yang penting, itulah arah kemana Hunter Guild berada.

Tak berapa lama, aku bertemu dengan salah satu temanku, Kiki Lion, alias Riski Pratama(indo amit ya?) yah, kita hanya tetangga yang berjarak beberapa meter. Namun kita jarang bertemu karena akhir-akhir ini, aku sering berlatih sampai larut malam.

“Oi, Ki, mau kemana kau?” sapaku. Ia menoleh, “Eh, Butop, aku hendak ke Hunter Guild,”

“Kebetulan, aku juga, ayo kita kesana bersama,”

Akupun berjalan bersama Kiki Lion ke Hunter Guild yang tinggal beberapa meter jaraknya dari tempat kami bertemu.

Setelah kami sampai, kamipun bertemu hanya dengan 1 penjaga, dan juga sepertinya pimpinan Guild.

“Daerah ini akan diserang Junker dengan jumlah banyak, jadi kau juga kuperintahkan untuk mencari Hunter yang tersisa di daerah ini,” ujar sang pimpinan

“Tidak bisa, kami sudah kehabisan Hunter,” gumam penjaga.

Kamipun berjalan masuk kedalam, “Permisi, saya ingin mendaftar menjadi salah satu...”

“Syukurlah, kalian langsung kumasukkan ke Rank B, Banyak junker yang akan menyerang daerah ini, cepat jagalah gerbang bersama para Prajurit,” ujar pimpinan.

“Tapi...” kami serentak tidak setuju, mudah sekali mendapatkan lisensi resmi, pikir kami.

“Sudahlah, aku percayakan pada kalian,”

To Be Continued



Episode 2


Terakhir diubah oleh Kabutopsu tanggal 2012-07-12, 17:49, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 16:39
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
fly-man 
Poison Elemental
Anak Cantik
fly-man

Level 5
Posts : 917
Thanked : 11
Engine : RMVX
Skill : Beginner
Type : Artist
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Sebuah Keraguan
Aku benar - bener marah mendengar berita tersebut. Darahku hitam kental mendidih, naik terasa hingga ke ubun - ubun.

Bagaimana tidak? aku sudah mengalah pada mereka!!! Keluar dari kota Eremdia sejak 50 tahun terakhir setelah perang besar Human - Non - Human. Aku sudah tak pernah mengusik mereka kecuali mereka masuk ke wilayahku..

Namun apa sekarang? Mereka benar - benar bajingsat!!! Datang ke rumahku sesuka hati, seluruh keluargaku mereka pukuli, lalu pergi begitu saja tanpa setidaknya meninggalkan Hewan yang bisa kami makan!!! Oh.. seandainya aku adalah salah satu orang inggris di dunia kalian, aku akan berkata, Wadefaking Ashol Of This **** Man? Ok.. saya cacad.

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Aku benar - benar geram, cepat sekali langkahku setengah berlari sudah menuntunku keluar dari mulut Goa, ku liahat banyak bangsa bajingan sedang berkumpul di sana, di depan rumah tetanggaku. Aku benar - benar sudah siap akan melompat lalu menerjang dan memakan otak mereka satu persatu , namun aku hentikan setelah ku amati betul - betul siapa mereka. Seorang yang ku kenal dengan langkah lunglainya, dia yang meninggalkan bekas tendangannya di wajahku, orang lainnya tak kalah hebat melihat teknik bertarung...nya..
Bertarung? betul sekali, mereka sedang bertarung.. Fikirku.

Lalu apa guna aku pergi ke sana? mereka benar - benar sedang bertarung dengan lawan yang tak bisa di anggap remeh, aku pun tak tahu apakah aku bisa menang atau tidak jika bertarung dengannya. Aku terdiam beberapa saat lalu mulai berfikir untuk tidak cari mati. Ku tarik nafas panjang, aku benar - benar bingung, apa yang bisa aku lakukan di saat seperti ini, apakah aku akan mengajak para hangtulah untuk langsung bertarung dengan mereka? Oh tidak.. itu terlalu beresiko, akan banyak korban dari pihak kami. Atau aku hanya akan diam saja di sini kemudian jika mereka menang , mereka akan datang kemari lalu membunuhku. Aku bukan orang yang mau menunggu ajal. Aku memutar otak dan... Ahaaaa... ketika orang - orang kuat dari bangsa mereka berada di sini berarti kota Eremdia sedang lengah, ini saatnya aku membebaskan kawan lamaku!!! kawan seperjuangan 40 tahun lalu, dia yang bertubuh besar bergerak licah dengan bentuk lebih menyeramkan bagiku, tawanya yang menggelegar dan semangat bergejolak itu apakah masih ada? Semua kenangan tentangnya mendadak memasuki otakku yang kecil ini. Otak yang tak bisa berfifkir lebih dari 90 detik.

90 detik berlalu, Aku meloncat ke dinding goa, aku paham betul seluk beluk goa ini, ada lubang kecil yang menghubungkan goa ini dengan dunia luar , aku masuki lobang itu. Yap.. aku berada di loar goa sekarang, lalu apa? Sesuai rencana awal, aku akan mengumpulkan para hangtulah diam - diam. Pergi dari Goa satu ke Goa lain. LALU MENEROBOS EREMDIA!!!

Tak perlu diceritakan bagaimana saya memanggil para hangtulah, itu sama sekali tidak seru. Di sini bagian serunya.

Akhirnya kami berlima berjalan mengendap, Berlima? Tentu saja.. kau fikir aku bodoh mau mengajak 15 Hangtulah lain untuk pergi lalu membiarkan keluarga goblin yang tersisa di bantai habis oleh para manusia baiadab bajingan?Ok lanjutkan, kami masuk Eremdia melewati hutan yang paling sedikit di lalui manusia, memutar melalui pintu masuk bagian selatan, hal ini untuk menghemat tenaga kami saat melakukan pembebasan nanti. Perjalanan berjalan lancar. Hingga pintu masuk setidaknya kami sudah membunuh 5 Hunter yang... yang kami bunuh dengan sangat cepat hingga mereka tak sempat berteriak. Di sini taktiknya, 2 Orang Hangtulah sengaja masuk duluan ke tengah kota, 2 Hangtulah terhebat tentunya untuk memancing pengawal keluar. Ah iya, jangan beri tahu sapa - sapa, sebenarnya kami dengan diam - diam menyuruh beberapa ekor cuk goblin untuk memback-up kami dari belakang, hmm.. tak banyak.. hanya sekitar 100 Cuk Goblin.

2 Hangtulah langsung masuk mengamuk di desa, aku melihat bangsa bajingan itu berteriak - teriak, beberap ayang bisa bertarung langsung maju menyerang, sisanya lari kocar - kacir melihat orang yang bisa bertarung tadi seketika terpental kepalanya saja. Prajurit kerajaan keluar berbondong - bondong, saat itulah para cuk goblin langsung masuk. Dan perang pun di mulai.

Kami 3 Hangtulah lainnya langsung mencari jalan bawah tanah Eremdia untuk membebaskan kawan - kawan lama kami. Aku berada di bagian paling depan. Beberapa Prajurit menghadang , benar - benar hanya jumlah yang kecl karena fokus prajurit sedang berada di tengah kota. Beberapa waktu berlalu hingga kami benar - benar sudah masuk di penjara bawah tanah Eremdia. Setelah menghabisi para penjaga dengan brutal dan binal tentunya. Masing - masing dari kami berpencar ke 3 lorong ruang bawah tanah untuk membebaskan semua tahanan yang kami anggap penting dan berharga untuk di bebaskan. Aku masuk ke lorong tengah, kulihat teman lamaku, teman yang sangat lama. Sedang terduduk menyedihkan dengan boneka beruangnya. Ucok!!! aku berteriak girang sambil memukul Gembok pintu penjara berkali - kali hingga rusak, ku buka pintunya.

"Lama tak bertemu ucok, ayo kita tunjukan pada bangsa biadab itu bahwa kita bukan sekedar sampah yang bisa mereka usir dari kota atau mereka penjarakan!! KITA AKAN BALAS DENDAM", ucapku pada howl menyedihkan itu.

Howl itu tersenyum, aku berlinangan air mata tak menyangka ada salah satu ide busukku yang berhasil.
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 17:32
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Kabutopsu 
Advance
Advance
Kabutopsu

Level 5
Posts : 348
Thanked : 3
Engine : Multi-Engine User
Skill : Skilled
Type : Event Designer

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Episode 1


belum ada yg post lagi nih?
gak papa kan saya post lagi dengan jangka waktu cepat?


Episode 2: Fyod Appears

Mendengar perintah itu, Kami pun melesat ke gerbang utama desa. Kami melihat, banyak sekali prajurit-prajurit kerajaan terluka, beberapa Junker juga, namun jumlah mereka maih terhitung banyak.

”There's no one can defeat me, because i'm the STRONG-EST- Junk-Junk- J-J-J-J-J-J-Junk...” , seseorang yang berada di belakang kerumunan Junker yang menepi itu bernyanyi, lalu Ia menengok ke arah kami.

“Jadi, penantang berikutnya hanyalah anak kecil, kalau begitu, Uzon, Kuzon, tangani mereka berdua,”

2 anak kembar berjalan ke arah kami, mereka menggunakan 2 pisau di kedua tangannya.

“Berhati-hatilah, Ki,” Kami mengambil kuda-kuda yang kami tahu, berhubung kami tidak menggunakan senjata maupun sihir.

Tapi tak disangka mereka melemparkan pisau mereka kearah kami, Kamipun yang refleknya lumayan bagus, dapat mengambil itu tanpa terluka, dan membuat itu sebagai senjata..

Entah mengapa, mereka tak terkejut, apakah ini disengaja agar kami dapat senjata atau bukan, mencurigakan. Aku dan Kiki Lion mengelus pegangan pedang tersebut. Aku pun berlari ke arah mereka lalu melompat kebelakangnya dan menusukkan pisau itu ke punggung salah satu anak kembar itu, namun anak itu menangkisnya dengan pisaunya, ia lalu memukul perutku, namun aku melompat ke belakang.

Di tempat lain, kulihat Kiki Lion sedang beradu pisau dengan anak kembar satunya. Namun aku hilang perhatian pada lawanku. Ia berlari dan menebaskan pisaunya padaku, aku menghindar lalu menebasknya, namun ia juga menghindar. Secepatnya, saat ia melesat menuksukkan pisaunya padaku, aku bergerak ke belakangnya dan melumpuhkan tangannya, ia berteriak yang sepertinya terpaksa.

“Lepaskan! Ampuni kami!” ia menggerakkan jarinya, dan saudaranya berkedip. Taangan kiri mereka yang tak pernya mereka pakai bergerak-gerak tak jelas, terlihat api menjalar ke benang transparan, dan benang itu terikat ke pisau yang kami pakai.

“Gawat! Sihir Api! Kiki! Lepaskan pedangnya!” Kami melempar pedag itu, namun terlambat, tangan kami terbakar dan panasnya merambat pelan-pelan.

“Bodohnya kalian, dapat tertipu oleh tipuan murahan,” ujar mereka berdua

“Bravo, Uzon Kuzon, kalian mengalami penignkatan yang pesat,” ujar pimpinan Junker tersebut.

Kaki kami tak berdaya lagi untuk berdiri, kami terjatuh.

“BAM” ujarku,

Meledaklah Uzon dan Kuzon, mereka terkapar dengan luka bakar yang serius.

“Heheh, kau yang bodoh,” ujarku dengan tenaga yang tak begitu cukup
“Ki sudah memasang peledak di pegangan pisau tersebut saat kalian melemparkannya pada kami,” jelas Kiki Lion. Kamipun berdiri dan meminum suatu ramuan yang menghilangkan status 'BURN'.

“Tidak mungkin, ternyata kalian kuat juga, baiklah, nama kalian akan kami cap sebagai Rival, kami Junker Fyod, akan pergi dulu!” ujar sang pimpinan sambil kabur.

“Yosh, ayo kembali ke guild!” ujarku.
“tapi mereka?” tanya Kiki Lion seraya menunjuk para prajurit yang pingsan.
“Hmm...”

To Be Continued


Episode 3


Terakhir diubah oleh Kabutopsu tanggal 2012-07-13, 14:29, total 2 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 17:46
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Aegis 
Legendary
Legendary
Aegis

Level 3
Posts : 2152
Thanked : 56
Engine : Multi-Engine User
Skill : Very Beginner
Type : Artist
Awards:


[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Chapter 2 - The Handsome Chronicle of the So Very Annoying Anus : Begins


Sinar matahari pagi menusuk mataku. Aku jadi ingat sewaktu dulu kecil sering main petak umpet bersama teman satu desa. Tiap kali aku selalu menang, dan hukuman bagi yg kalah adalah matanya dicolok. Namun kini aku seperti merasakan hal yang sama, mungkin ini karma hidup, aku merasa sedikit menyesal, ingin rasanya kembali ke waktu itu dan memilih mencolok hidung daripada mata. Sinar Matahari tidak dapat mencolok hidung. Tapi dipikir2 rugi juga dicolok hidungnya, nanti hidungnya jadi besar dan menghabiskan udara di sekitar. Namun yg berlalu biarlah berlalu. Hidung atau Mata sama saja, aku harus berpikiran maju selangkah ke depan sekali. Misalnya seperti pertarungan bintang di luar angkasa atau makhluk asing yang menguasai bumi dan semacamnya. Mungkin aku berbakat menjadi seorang tukang baso.

Aku pun bangun dan melihat keadaan taman sudah agak sibuk. Ada seorang anak perempuan yang sedang kencing di tengah jalan dan hampir ketabrak anjing, ada singa yang lepas dari kandangnya, ada naga yang terbang dan membakar rumah-rumah, ada meteor yang jatuh....wa...meteor ? Aku pun menampar2 pipiku. Ternyata semua itu hanya mimpi.

Aku pun bangun dan melihat keadaan taman sudah agak sibuk. Ada seorang anak perempuan yang merokok di tengah kolam, ada seorang anjing yang dimakan zombie, ada meteor yang ja....lagi-lagi meteor. Aku pun menonjok2 mukaku sampai bucat2 sedikit. Ternyata semua itu hanya halusinasi. Aku ingat kemarin memakan jamur yang kutemui di pinggir jalan. Asem-asem manis, rame rasanya. Mungkin gara2 aku memakannya tanpa menggunakan sendok makanya jadi keracunan dan melihat fantasi2 yang keren2, jadi pengen lagi. Teringat akan jamur itu, tiba-tiba perutku terasa lapar. Namun disamping rasa lapar itu, ada sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih besar dan sangat mengganggu, sesuatu yang misterius, sesuatu yang bila diceritakan kepada anak-anak sebagai bahan dongeng sebelum tidur akan membuat mereka ingin lompat dari rumah lantai 100 ke bawah, sesuatu yang selama ini selalu jadi penyebab hancurnya dunia. Memikirkannya pun bulu kudukku berdiri dan berlari. Walaupun baru stadium kecil rasanya, tapi mungkin ini.....

to be continued...
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 18:59
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
hyperkudit 
Pahlawan Super
hyperkudit

Level 5
Posts : 2288
Thanked : 30
Engine : RMXP
Skill : Very Beginner
Type : Artist
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Chapt 2 : The Dark Knight Rises

"Ucok?" tanyaku dengan sedikit bingung.

Aku melihat mahluk-mahluk kerdil itu terdiam ketika aku mendekati mereka, tampak jauh lebih bingung dariku.

"maksudmu dia?" aku menunjuk kesalah satu sudut ruangan, tepat kearah kerangka goblin yang datang ketempatku 30 tahun lalu karena tersesat saat berusaha kabur dari penjara.

"hah!! tidak mungkin.. u-Ucooookk!!" seru seorang kerdil itu, lalu berlari kearah kerangka yang dipanggilnya Ucok.

"berani sekali!! apa yang telah kau lakukan kepada Ucok kami tercinta!!" teriak mahluk kerdil lainnya sembari mengarahkan gadanya kepadaku.

Aku hanya mengernyitkan alisku dan mengangkat bahu, "aku sangat lapar saat itu."

Entah apa yang salah dari kata-kataku, tapi itu membuat mereka membatu, sepertinya keberanian dan semangat mereka yang berkobar tadi langsung padam dan menyisakan mental gadis kecil didalamnya.

"Ngomong-ngomong, apa kalian punya pakaian atau selimut? sudah lama aku kedinginan disini."

"Siapa kau sebenarnya? kenapa kau bisa membunuh Ucok, salah satu pahlawan para Goblin dan berkata demikian santai?" tanya pria kerdil yang berada disamping mayat ucok, nada bicaranya terdengar sangat serius. Kata-katanya tegas dan kuat, bertolak belakang dengan topeng yang dikenakannya, sebuah topeng yang berbentuk ekspresi sedih seseorang.

"Hoo... jadi kalian Goblin?? terakhir aku melihat para Goblin, dia sedikit lebih pendek dari kalian"

"Siapa kau sebenarnya?! Bagaimana kau bisa mengalahkan Ucok?! Salah satu pejuang terbaik kami.” Bentak goblin yang menghampiri mayat Ucok tadi.

“hmmph.. aku adalah, kesatria kegelapan..” Aku membuat suara berat, dan mundur perlahan, masuk kedalam bayangan. Kurasa itu bisa memberikan kesan dramatis dan membuatku terlihat lebih keren.”

“Jangan bercanda!! Katakan siapa namamu! Darimana kau berasal?” Tanya goblin itu bertubi-tubi.

Dia seperti mengintrogasiku, berusaha mengorek isi otak ku dan memasukannya kedalam otak nya.

“haahh.. aku tidak pernah punya nama sebelumnya, tapi orang-orang menjuluki ku dengan sebutan yang bermacam-macam, salah satunya Howl.” Aku menghela nafas karena adegan keren ku benar-benar tidak ditanggapi.

“Apa yang kau perbuat sehingga bangsamu menahanmu disini?!” teriak goblin lainnya.

“Bangsaku? Aku tidak ingat ada jenis lain selain diriku.” Mataku menoleh ke langit-langit, berusa mengingat sesuatu.

“jangan membodohiku! Dilihat darimanapun, kau adalah seorang manusia!” bentak goblin bertopeng sedih itu lagi.

“GYAHAHAHAH.. jadi kalian mengira aku adalah manusia? Ahahah, sepertinya kalian salah pengertian.” Kata-kata goblin itu membuatku tertawa terbahak-bahak.
Terlihat mereka sedikit kebingungan dan mengendurkan pertahanannya. “jadi memang dunia atas benar-benar telah melupakan keberadaanku ya?” gumamku.

“baiklah, kurasa ini waktunya untuk bermain-main sejenak, oh iya aku titipkan tuan Winkle kepadamu, dan terimakasih karena telah membebaskanku walau tidak kuminta.. nak!” seru ku sembari berjalan melewati jeruji-jeruji besi.

“siapa yang kau panggil nak!! Umurku sudah 130 tahun! Panggil aku hangtulah Sirloin.. dan yang lebih penting, mau pergi kemana kau!” teriak goblin bernama Sirloin itu, lalu memerintahkan goblin lainnya untuk menghentikanku. Mereka cekatan dan sigap, namun masih 1000 tahun terlalu awal untuk bisa menghentikan gerakanku.

Ckrank.. prang.. BUK!

Aku merusak rantai besi yang membelenguku, karena kini aku sudah masuk kedalam permainan baru.

“Aku akan mengingatkan dunia atas, kenapa dahulu mereka takut akan kegelapan.” Gumamku kepada Sirloin, lalu masuk kedalam bayangan. Sempat kulihat Sirloin berusaha mengejarku, namun aku sudah berada di dunia atas.

Kondisi di dunia atas tidak terlalu jauh berbeda semenjak aku tinggalkan, api masih berkobar dimana-mana, bangunan-bangunan masih rusak, bedanya kali itu hanya karena serangan goblin.

“Hey.. kau apa yang kau lakukan! Cepat bantu Hunter lainnya membasmi goblin! Dan.. apa kau gila berjalan-jalan telanjang di situasi seperti ini hah!!!” teriak seorang pria kepadaku.

“Hunter? Jadi mereka kini membuat organisasi baru lagi huh?”
“eh.. apa maksudmu? Siapa kau sebenarnya?!?” pria itu menghunuskan pedangnya kearahku.

“hmmph.. kupikir kau tidak akan menanyakannya..” aku tersenyum kecil, lalu berjalan kearahnya yang perlahan mundur ke daerah yang lebih gelap. Kulihat wajahnya mulai ketakutan, mata pria itu membuatku bernostalgia pada korban terakhirku. Korban-korban yang ketakutan ketika aku menunjukan wujud asliku.

“a-aku tahu kau.. ibuku selalu menakut-nakutiku saat aku kecil.. ja-jadi itu tidak hanya bualan semata!”
Pria itu gemetaran, mulutnya tak sanggup menyelesaikan kata-katanya dengan lancar. Aku lalu kembali ke wujud manusia ku, melucuti pakaian pria yang kini benar-benar tidak dapat bergerak karena ketakutan.

“terimakasih atas pakaianmu, dan tolong katakan kepada bangsamu.. kegelapan telah kembali.”

Aku berjalan meninggalkan pria itu, sempat kulihat Sirloin yang mengamatiku dari kejauhan, kurasa dia melihat apa yang telah kulakukan tadi. Dia berlari kearahku, seperti ingin bertanya lebih jauh tentang diriku. Namun sebelum dia sampai ketempatku, aku telah menghilang dalam kegelapan.

Ya.. dunia, Mimpi burukmu telah kembali…

-to be continued-
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 20:06
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
nisamerica 
Living Skeleton
nisamerica

Kosong
Posts : 1668
Thanked : 25
Engine : RMVX
Skill : Very Beginner
Type : Artist
Awards:


[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Chapter 4: Strength of A Thousand Men
“How come it comes to this...?” benakku dalam hati, mempertanyakan keadaan sekarang. Aku sudah memasukkan peralatan menggambarku ke dalam tas, bukan saatnya bagiku untuk melukis ataupun menggambar.

Kami sekarang berada di dalam gua tempat sarang goblin, entah ini karma, takdir, atau apa, namun sekarang kami terjebak di dalam gua tersebut. Di luar gua tempat kami berada sekarang terdapat monster besar yang berbentuk seperti paus sedang menunggu kita. Tubuhnya diselimuti oleh bahan yang terlihat seperti logam dari teksturnya, dan kekuatannya bukan main, bahkan ia bisa menembakkan gelombang cahaya sejenis laser dari mulutnya, menghancurkan apa saja yang ada di depannya dalam satu garis lurus. Aku yakin, ledakan tadi adalah ulah dari monster paus itu.

Aku terjebak bersama Vent ketika kami sedang bepergian mencari bahan racikan. Selain kami, ada beberapa orang lain yang tampaknya adalah kawanan yang telah melawan monster tersebut. Dari pembicaraan mereka, aku bisa mendapati nama mereka masing-masing. Lelaki berambut merah yang dipanggil Phoenix oleh teman-temannya, wanita berzirah biru bernama Claire, wanita prajurit bersenjatakan tombak dengan nama Elicia, dan Nina, gadis yang tampaknya pingsan karena berhadapan dengan monster tersebut. Mereka juga tampaknya kewalahan dan tak bisa menghadapinya.

Selang beberapa lama, kami kedapatan tambahan penghuni lagi, yang baru saja masuk untuk menghindari serangan dari monster tadi.

"HYAHYAHYAHYAHYA! CANT GET ME TODAY, EFFING WHALE!" serunya seketika ia memasuki gua tempat kami berada. Ternyata itu adalah Schneide, ia lalu bergegas masuk ke dalam gua, dan akhirnya menyadari bahwa ia tak sendirian.

“Kamu?!” serunya melihat Phoenix, sepertinya mereka saling kenal, “Dan...Ada Vent juga?!”

Vent membalas sembari mengangkat tangan singkat, “Ey, Sened sendiri?”

Schneide bercerita bahwa ia pun tak sanggup menghadapi monster paus itu, sehingga bersembunyi di gua ini, dan kebetulan bertemu kami semua. Suasana menjadi hening karena ngeri, namun sesekali terdengan raungan dan suara pukulan keras oleh monster tersebut. Setelah beberapa saat, suasana menjadi benar-benar hening.

Kulantas berujar, “Tampak monster itu menyerah, atau sudah menemukan mangsa selain kita.”. Semua menampakkan wajah lega, kecuali satu orang, Schneide, wajahnya mendadak pucat pasi, seperti orang yang baru saja melihat kematian.

“Wait...” gumamnya. Ia kemudian berseru keras, “KYRIE?!"

Entah bagaimana dengan yang lain, tapi aku terkejut, karena ternyata Schneide membawa teman ke tempat ini, namun masih ada di luar gua. Tanpa basa-basi Schneide berlari menuju pintu keluar sekuat tenaga, bermaksud menyelamatkan Kyrie.

“Bego! Kalo ente keluar sekarang-!” seru Vent melihat Schneide keluar gua, namun tidak didengar oleh Schneide, dan ia pun menghilang dari pandangan kami.

Kawanan si lelaki berambut merah tampaknya tidak mempedulikannya, namun Vent, dan tentunya aku, merasa cemas kepada orang tersebut. Aku pun menaruh tanganku di dadaku.




Sementara itu, di luar hutan Timur, terdapat sepasang manusia yang tengah berlari. Mereka adalah pasangan yang baru saja kita temui, yaitu Andy dan Alexis. Mereka tampak suram dan wajah mereka menunduk ke bawah.

Mendadak, Andy berhenti, Alexis pun turut berhenti.

“Andy...” panggil Alexis pelan.

“Alexis, maaf, kau kembali saja duluan.” kata Andy sembari berbalik arah, “Aku akan kembali, monster tersebut tampaknya sangat kuat, Vent tak mungkin menang sendirian!”

“Andy, tunggu!” seru Alexis. “Aku... Aku ikut denganmu, kalau dibiarkan begitu saja, monster itu bisa menyerang kota, dan klinikku tak mungkin bisa menampung semuanya.” Alexis memasang wajah serius dan menatap mata Andy.

“....“ Andy terdiam sejenak, lalu tersenyum, “Heh, tahu begitu mah kita berdua ikut Vent saja tadi.” Alexis balas tersenyum.

Lantas, mereka berdua pun berbalik arah, dan berlari kembali ke tempat monster paus tersebut berada...




Di luar, Schneide mendapati paus tersebut mendekati berjalan mendekati semak-semak, tampak seperti mengendus sesuatu yang ada di balik semak belukar, kemungkinan terburuk pun menghantui pikiran Schneide yang spontan berteriak, “KYRIEEEEEEE!!”

DUAK!!

“Eh?” Schneide tampak bingung dengan apa yang dilihatnya. Ternyata itu bukan Kyrie, melainkan seekor troll! Troll berbadan hijau tersebut menancapkan kedua kapaknya di kepala paus itu, dan ia tampak sedikit kesakitan dan lantas meraung. Kyrie ternyata memanfaatkan kesempatan itu untuk pergi ke tempat yang lebih aman, ia berseru kepada Schneide untuk menyatakan bahwa ia baik-baik saja.

“GRAOOOOOOOO!!!” erang sang paus.

“Apa?! Makhluk apa ini?!” seru troll tersebut, tampaknya ia pun tidak mengetahui apa yang diserangnya, dengan ini pastilah sudah bahwa paus tersebut bukanlah berada pada tempatnya!

Sang paus kemudian menggoyangkan tubuhnya sejadi-jadinya, berusaha melepaskan kapak yang telah ditancapkan oleh makhluk yang awalnya akan dimangsa olehnya. Troll tersebut terlambat melepaskan pegangannya, dan ia pun ikut terangkat bersama kapaknya, berputar di udara mengikuti gerakan kepala sang paus.

“UWHAAAAAAA!” teriak troll tersebut, kapaknya terlepas dari kepala monster paus, dan ia pun terlempar turut bersama kapaknya ke arah schneide.

Tanpa diduga, troll tersebut cukup tangkas, ia menyeimbangkan dirinya di udara dan mendarat... Tepat di depan Schneide yang sedang bingung. Ia membalikkan badan karena menyadari adanya kehadiran seseorang, dan lantas berseru keras, sembari menampakkan gigi-giginya, “Manusia?!”

Schneide yang juga terheran, membalas, “Woy apa-apaan lu troll mendadak muncul?!”
“Grrh...” troll tersebut tampak tidak suka dengan keberadaan Schneide, dan ia sudah akan mengayunkan kapaknya, namun, ia urungkan niatnya mendengar raungan keras di belakangnya.

“ROOAAAARR!!!” paus itu membuka mulutnya lebar-lebar, dan mulutnya bersinar. Seketika itu juga, keluar gelombang cahaya dari mulut sang paus, dan dengan kecepatan tingi menuju Schneide dan troll yang ada di sebelahnya!

“Whoaaaaa!” Mereka berdua secara serentak menghindar ke arah yang berlawanan. Laser yang dimuntahkan sang paus lantas terus melaju tanpa mengenai mereka berdua.

“Hii... Lebih baik aku pergi dari sini...” Troll itu nampak ngeri dan lari dari tempat tersebut, namun Schneide tidak, ia baru sadar bahwa seharusnya ia entah bagaimana menghalangi laju laser tersebut, karena di belakang dirinya, terdapat gua yang sedang kami tempati!

“VEEEEEEENT!!! VISCHEEEEE!!” teriaknya...




Setelah Schneide keluar, kami hanya mendengar paus tersebut meraung berkali-kali, tanpa tahu apa yang terjadi di luar sana. Suasana hening tanpa sepatah kata apapun, aku merasa sedih karena sama sekali tidak berbuat apa-apa dan malah mencari perlindungan sendiri, dan Vent pun tampaknya kesal sekali, ia hanya terdiam sejak tadi. Melihat raut wajahnya, aku bisa merasakan kekesalan yang amat dalam, tak tahan, aku pun memecah keheningan ini dengan memanggilnya.

“Vent...” ucapku lirih. Vent tampak seperti tersadar dari sesuatu begitu mendengar suaraku, ia lalu balik bertanya, “Apa, Piss?”

“Vent, kau ingin menolong Schneide benar?” aku melanjutkan perkataanku, dan Vent hanya mengangguk pelan. Aku lalul memasang raut wajah serius dan berkata, “Kalau begitu, tunggu apalagi?”. Vent yang mendengar pertanyaanku tampak bingung dan terkejut.

“Ta... Tapi, Piss, nanti ente gimana?” tanya Vent, ia mengkhawatirkan diriku. Ia lalu terdiam sejenak, dan kembali berkata, “Piss, kalo menurut ane sih, ane keluar, terus ente tinggal di sini, oke?” Vent menepuk kedua pundakku dengan kedua telapak tangannya yang besar, mengharakan jawaban yang ia inginkan, namun, aku menggelengkan kepala.

“Tidak, aku tidak bisa berdiam diri saja, aku akan ikut keluar denganmu Vent.” jawabku, Vent tampak cemas mendengarnya. “Tidak apa-apa, aku bisa menjaga diriku, kau belum mengetahui diriku sepenuhnya.” aku memasang senyum lembut yang memancarkan keyakinan, Vent sekilas agak terhenyak, bingung, lalu kembali memasang raut wajah serius. Ia mengusap dahi dan seluruh wajahnya, memejamkan mata, seperti sedang berpikir keras.

“Duh... Okelah, ente ikut ane keluar, lakukan yang ente bisa, tapi pas bahaya ente kabur ya?” ujar Vent, memastikan cara agar aku bisa selamat. Aku pun mengangguk kecil. "Semoga halal dan leluhur menyertai kita!" seru Vent.

Tampaknya, kawanan orang berambut merah bernama Phoenix tersebut memperhatikan kami, lalu Claire, sang wanita berzirah biru, berkata sinis kepada Phoenix, “Lihat, bahkan gadis sekecil itu pun berani menantang bahaya, bagaimana denganmu?”. Lelaki tersebut hanya diam seribu kata.

“Betul, tidak ada gunanya kita terus berdiam diri di sini, bila kita biarkan, Chrome Disaster itu bisa mengancam The Capital.” sambung wanita satu lagi yang bernama Elicia.

DEG

Raut wajah lelaki berambut merah itu mendadak berubah, menjadi sangat seram. Ia memegangi dadanya dan berbisik, “Leila...” Ia menggeritkan giginya, seakan marah sekali, lalu berdiri, menghunus pedangnya. Kedua wanita yang bersamanya menampilkan senyum penuh keyakinan, lalu turut berdiri. Sepertinya lelaki bernama Phoenix ini sangat kuat sehingga bisa membuat teman-temannya tersenyum seperti itu.

Namun, belum sempat kami melangkah, mendadak terdengar ledakan besar dari mulut goa, dan batu-batu besar berjatuhan. Terdengar suara Schneide yang memanggil kami dengan suara panik.

“Si bodoh itu! Apa yang dia lakukan!” seru Phoenix geram.

“Sial! Nina!!” seru Elicia sembari melindungi Nina dengan tubuhnya.

Aku terbelalak dengan apa yang kulihat, gua ini longsor dengan cepat, jalan keluar sudah tertutup sepenuhnya, dan langit-langit gua pun berjatuhan. Phoenix dan Claire melancarkan serangan untuk menghalau batu-batu besar, namun hasilnya nihil karena tanah yang longsor semakin banyak. Vent berdiri di depanku dan berusaha melindungiku dari hujaman batu-batu tersebut.

Bila tidak ada yang melakukan sesuatu, kami pasti akan terkubur hidup-hidup, begitulah situasi kami....

Namun kurasa, mereka tidak memercayai yang mereka lihat. Aku yang seharusnya berada di barisan belakang, mendadak menerjang ke depan, Vent terkejut dan berteriak menyuruhku kembali, namun aku tidak menghiraukannya. Aku mengeluarkan kertas dari dalam tasku, lalu mengacungkan tanganku ke depan, ke arah pintu gua dan batu-batu berjatuhan, dan dalam waktu yang sekejap itulah, terlihat cahaya terang keluar dari tanganku.

KATS!!




Schneide terdiam melihat gua itu runtuh sepenuhnya. Pandangan matanya seperti tidak percaya, gua tempat kami berada sekarang tinggal gundukan tanah.

“Bajingan...” gumamnya. “MONSTER KEPARAAAAAT!!” teriaknya, berbalik menghadap monster tersebut, namun mendadak terdengar suara keras dari belakang Schneide.

BATS!!

Bukan suara ledakan, tapi lebih seperti suara sesuatu yang didorong keluar. Schneide berbalik, dan ia melihat batu dan tanah terpentalkan dari mulut gua, dan dari mulut gua tersebut, keluarlah seseorang yang kecil, dan ia berdiri di atas gundukan tanah.

“Hey monster paus!!”. teriaknya, Schneide terkejut. “Aku *uhuk* adalah Vische Abileine, pelukis yang sudah seringkali berhadapan dengan kematian!” aku berteriak sambil menodongkan telunjukku ke arah monster tersebut, Vent, Schneide, terbelalak melihatku. “Medan perang adalah tempatku dan bahaya adalah pendampingku!”

Aku lantas menuruni gundukan dengan langkah tegap sembari terus bersuara lantang, “Orang-orang di tempatku memanggilku ‘The Untouchable Pallete’! Aku, Vische Abileine, adalah pelukis jantung medan perang, seorang War Artist!!”

Kuacungkan kuas buluku tinggi-tinggi ke langit. Suasana menjadi hening. Mungkin yang lain merasa aneh melihat gelagatku, tapi aku sudah terlanjur kelewat semangat, jadi tanpa pikir panjang kukumandangkan seluruh pikiranku, dan kalau kupikir-pikir lagi malu rasanya... :hammer:

“Pissel, awas!!” seru Vent menyadarkanku dari lamunanku. Ternyata begitu sadar, sudah ada sebuah laser lagi yang menuju ke arahku.

Kali ini, semua bisa dengan jelas melihatku, aku mengeluarkan secarik kertas dan kujulurkan ke depan, dan lagi-lagi cahaya keluar dari tanganku, tapi tidak, mungkin itu yang dipikirkan oleh semuanya, tapi cahaya tidak keluar dari tanganku, melainkan dari kertas yang kukeluarkan. Kertas tersebut tidak terlihat spesial, kecuali terdapat huruf unik yang tidak umum dilihat oleh orang tertulis di tengah-tengahnya. Dalam sekejap keluar cahaya yang seperti menyelimuti diriku, dan dalam seketika itu juga kertas yang kujulurkan terbakar, dan laser yang dimuntahkan paus itu meledak tak bersisa.

Aku terhentak mundur ke belakang oleh ledakan tersebut, lalu kubetulkan pijakanku agar tidak jatuh. Sementara yang lain menggunakan kesempatan ini untuk menghadang monster paus itu, Vent dan Elicia yang sedang menggendong Nina menghampiriku. Vent kemudian memegang tubuhku agar tetap tegap, lalu bertanya, “Piss, nanaonan tuh tadi? Diem-diem ente nyembunyiin suatu kekuatan yah?”

Aku menjawab sambil tersenyum, “Hehe... Seorang War Artist harus bisa melindungi dirinya sendiri di tengah medan perang, sudah kubilang kan aku sering bergelut dengan kematian...”. Selesai berucap, kakiku tidak kuat menahan tubuhku lagi, aku pun jatuh ke dalam pegangan Vent.

“Oy, Piss! Napa ente?!” Vent kaget melihat aku terjatuh seperti itu.

“I’m tired....” jawabku.

“Wushyed! Stamina ente lemahnya kebangetan!” seru Vent.

“Sembarangan... Paus tadi kuat, dan item tadi menguras tenaga, biasanya aku cukup menggunakan satu sehari...” desahku lemah, tubuhku mulai berkeringat.

“Oke... Oke, Piss, kerja ente udah bagus, sekarang ane bawa ente ke tempat yang aman.” namun sebelum sempat mengangkatku, sudah ada sepasang sosok yang kukenal berdiri di depan Vent.

“Loh, Andy?! Napa ente balik lagi ke sini?!” Vent terkejut melihat Andy dan Alexis yagn mendadak sudah ada di hadapan kami.

“Tentu saja buat membantu, kau kira apa lagi?” jawab Andy balik bertanya.

“Serahkan padaku, akan kusembuhkan Vische dan gadis itu.” tawar Alexis meyodorkan tangannya. Ia meletakkan kepalaku di pangkuannya dan mulai memancarkan sinar yang nyaman dari kedua tangannya.

“Ini... Sihir penyembuh?” tanyaku yang mengenali sensasi ini. Alexis hanya tersenyum dan mengangguk kecil, sembari mengelus kepalaku.

Melihatnya, Elicia pun menyerahkan Nina yang sedang tak sadarkan diri kepada Alexis, “Tolong titip dia, kami akan menghabisi monster tersebut.”

Vent tersenyum, “Heh, ente ini bikin bingung aja, tadi kabur sekarang balik, tapi makasih dah.”. Ia lantas berdiri dan menyodorkan kepalannya kepada Andy, yang dibalas senyum dan kepalan tangan Andy (bromance :lol: :kabur:). Lantas mereka bertiga, Vent, Andy, dan Elicia berlari maju ke medan pertempuran melawan monster paus tersebut.
Sementara itu, pertempuran tengah berlangsung antara Chrome Disaster dan tim Phoenix dan tim Schneide.

"Final Blade Saver, Shining Blade Cut, EXTEND!!!"

Phoenix menghunus pedangnya, mengayunkan pedangnya tiga kali dan mengeluarkan gelombang energi dari jarak jauh menuju monster itu, ditambah dengan serangan dari Claire.

“Thunder God Style! Lightning Purge!!”
Seberkas sinar seperti petir keluar dari ujung pedang Claire, dan bersatu padu dengan serangan Phoenix, menghujami Chrome dengan rentetan serangan jarak jauh. Tubuh Chrome terpecah belah, namun bersatu kembali seperti agar-agar kenyal.

Aku yang memperhatikan kejadian tersebut, bertanya kepada Alexis, “Tubuh monster itu bukan benar-benar terbuat oleh logam?”

“Benar, tubuhnya gampang dibelah maupun dihancurkan, namun ia bisa meregenerasi tubuhnya sesuka hati, membuatnya sangat sulit dikalahkan.” jawab Alexis.

“Kulihat dia memiliki semacam ‘core’, apa tidak bisa menyerang bagian itu?” tanyaku.

“Bisa, tapi percuma, core tersebut pusat dari kekuatannya, segala damage yang diterimanya akan segera pulih.” Alexis kembali menjawab.

“Lantas bagaimana cara mengalahkannya?” aku kembali bertanya, namun Alexis tidak bisa menjawab sama sekali.

Kembali ke pertarungan, aku melihat Chrome tersebut akan kembali melancarkan serangan terkuatnya, yaitu napas gelombang sinar seperti laser tadi. Semuanya telah menyingkir, namun ada satu orang yang tetap pada tempatnya, yaitu Schneide!

“Bajingan keparat, kali ini tidak akan kubiarkan seperti tadi!! Jangan keenakan ya!!” seru Schneide lantang.

“Apa-apaan dia?!” seru Claire.

“Jangan pedulikan, menghindar!” seru Phoenix.

Sudah terlambat bagi Schneide untuk menghindar, Chrome telah memuntahkan laser itu ke arahnya. Tanpa diduga, Schneide menyiapkan kuda-kuda yang aneh. Kakinya direntangkan dan ditekuk sedikit, lalu kedua tangannya dibentuk seperti sebuah kap di bagian pinggang kanannya, dan ia berteriak.

“UNDEFEATABLE EAST ULTIMATE MOVE!! FIST OF RISING SUN!!”
Dengan teriakan yang seakan menggema, ia mengalurkan kedua telapak tangannya ke depan, dan seberkas sinar yang serupa dengan Chrome keluar dari tangannya!

BLAAARR!!

Suara yang sangat keras, serta gelombang kejut yang cukup besar untuk menghempaskan orang, terjadi ketika kedua sinar tersebut bertubrukan. Keduanya tidak ada yang mau mengalah, dan pertarungan sinar itu terus berkelanjutan.

“Uuurrgh... Bangsad ini kuat juga...!” geram Schneide, sepertinya kekuatannya sudah terkuras, sedikit demi sedikit gelombangnya tertekan.

Chrome terus menekan Schneide, tanpa menyadari dua sosok bayangan sudah ada di bagian kiri dan kanannya, melompat ke udara. Itu adalah Vent dan Andy! Yang telah mempersiapkan serangan mereka masing-masing di udara. Vent berputar, lalu melayangkan kakinya tepat ke bagian samping perut kanan Chrome, disusul oleh tebasan berputar di udara oleh Andy tepat ke bagian rusuk kirinya.

Kaki Chrome tersebut bergeming sedikit, namun ia kembali berpijak, lukanya sembuh kembali dan mengibaskan ekornya ke arah Vent dan Andy. Andy berhasil menghindar, namun Vent terserimpit sedikit, dan ia jatuh ke tanah.

“Wasem!” seru Vent ketika jatuh terjerembab.

“Vent! Kau tidak apa-apa?!” seru Andy. Vent mengacungkan jempol tanda ia tak apa-apa, Andy sedikit lega, namun ia kembali menatap Chrome dengan horror. “Makhluk macam apa ini, aku menebas dan menebas, namun lukanya pulih kembali secepat itu...”

Chrome masih terus melanjutkan pertarungan sinarnya dengan Schneide. Schneide terlihat sudah tidak sanggup lagi dan gelombang energinya sudah tertekan jauh dan mendekati dirinya. Imbas dari tubrukan gelombang itu sudah terasa oleh tubuhnya, dan ia sudah merasa tak kuat.

JLEB!!

Mendadak Chrome tersebut berhenti memuntahkan cahaya, mulutnya telah tertutup! Ternyata Elicia terjun dari tempat tinggi dan menusuk mulut Chrome tersebut dari atas, menutup mulutnya yang tengah menyemburkan gelombang cahaya. Jalur yang mendadak tertutup tersebut membuat gelombang yang akan dikeluarkan oleh Chrome menjadi terhambat, membuat tubuhnya gembung dan bersinar, sepertinya ia kesakitan.
Melihat itu, Schneide langsung melancarkan jurusnya kembali dengan keras.

“UNDEFEATABLE EAST ULTIMATE MOVE!! FIST OF RISING SUN!! ULTRAAAAAAAAA!!!!!
Meskipun ia menambahkan kata Ultra, namun kekuatan gelombangnya tetap sama saja... :P

Gelombang tersebut melaju terus ke arah Chrome, Elicia yang melihatnya terkejut, ia melepaskan diri tepat sebelum gelombang yagn dilancarkan Schneide menghantam Chrome, dan berguling di tanah. Dihantam dari luar dan dalam, Chrome tersebut pecah dan pecahannya berhamburan.

“Hati-hati dong, bodoh!” serunya kepada Schneide.

Schneide yang lelah hanya membalas dengan tertawa, “Hahaha... Sori, sori, tapi kita akhirnya menang...”

Pecahan tubuh Chrome berhamburan, ‘core’nya yang berbentuk bulat sempurna terlihat jelas hangus di tengah-tengah hamburan tubuhnya. Mereka yang masih segar bersorak-sorai atas kemenangan mereka atas monster level S, dan mereka yang lelah duduk di tanah dan memandang langit.

Namun, ternyata pertarungan ini belum selesai. Mereka mendapati core Chrome tersebut berpijar, dan bergetar sedikit. Lukanya sembuh, dan pecahan tubuhnya yang bagaikan agar-agar itu berkumpul kembali ke tempat core itu berada. Ekspresi horror terpampang di wajah semua yang melihat kejadian itu.

“Sialan! Monster bajingan ini!” seru Schneide sembari menginjak salah satu pecahan Chrome tersebut. Namun mendadak ia mengernyit karena rasa sakit yang ditimbulkan. Pecahan tersebut masing-masing memancarkan cahaya berwarna putih dan mengeluarkan panas, seperti laser yang dikeluarkan dari mulut Chrome tersebut namun berukuran kecil.

Putus asa, begitulah ekspresi yang mereka dapatkan melihat monster tersebut perlahan-lahan membentuk kembali tubuhnya. Aku pun ngeri melihatnya, namun mendadak di benakku terlintas sebuah ide.

“That’s it!” seruku seraya berdiri. Alexis terbelalak meilhat kelakuanku, ia bertanya ada apa, dan aku menjawab sambil berlari, “Aku terpikir suatu cara! Aku akan ke sana! Terimakasih sudah diobati!”

Chrome hampir terbentuk kembali, Phoenix dan Claire mencoba memotong-motong kembali monster itu dengan jurus mereka, namun hasilnya nihil, Chrome tetap dapat beregenerasi kembali.

“GRROAAAAAARRR!!!” monster itu kembali meraung, meskipun tubuhnya belum kembali seperti semula.

Pada saat itu aku sampai ke tempat mereka, “Teman-teman!” seruku.
“Pissel?! Napa ente kesini lagi?!” tanya Vent.

“Aku menemukan cara untuk mengalahkannya, Vent.” jawabku dengan wajah serius. Semua orang terkejut mendengarnya.

“Pertama, dengarkan” kataku mulai menjelaskan. “Kalian liha, kekuatan beregenerasi monster itu ada batasnya.” kataku seraya menunjuk monster tersebut. Semuanya melihat ke arah Chrome, dan tampaknya mereka menyadari apa yang ku maksud.

“Kau benar, luka monster itu semakin lambat menutup.” sahut Claire.

“Dan lihat! Luka-luka bekas sabetan kalian masih ada!” seru Schneide mengiyakan.

Phoenix terdiam, lalu berkata, “Aku sudah tahu itu dari awal...” ia terdiam senejak lalu melanjutkan, “Hanya saja, apakah kita mampu bertahan hingga energinya habis?”

Suasana kembali hening dan semua tertunduk lesu. Untuk menghasilkan kerusakan seperti tadi saja sudah sangat bersusahpayah, entah apakah kita bisa bertahan menghadapi monster ini terus menerus.

“Sudah kubilang, soal itu, aku menemukan caranya!” seruku. Phoenix sedikit tertegun mendengar ucapanku, seolah bertanya apakah ucapanku benar apa adanya atau tidak. Aku kembali menunjuk Chrome, dan berkata, “Sekarang lihat, pecahan tubuhnya berkumpul kembali di sesuatu yang seperti jantung, yaitu core-nya”

Semuanya mengiyakan, namun Phoenix bertanya, “Kau benar, tapi kenapa dengan itu?”
Aku lalu menjelaskan rencana yang kupikirkan untuk mengalahkan monster tersebut, dan semuanya terkejut mendengar rencanaku.

“...Apa kau yakin dengan rencanamu itu, gadis kecil?” tanya Elicia kepadaku.

Aku menggelengkan kepala, membuat semua orang kecewa, namun aku berkata, “Aku tidak tahu, aku belum pernah mencobanya, karena itu, mari kita coba sekarang!” Mendengar ucapanku, beberapa dari mereka tertegun, dan akhirnya memasang wajah yang memiliki semangat untuk kembali bertarung.

“Baik, kita coba! Toh ga ada cara lain!” seru Schneide. Semua pun akhirnya mengiyakan. Namun pembicaraan kami tadi telah memberi waktu yang cukup untuk Chrome kembali seperti semula.

“GRRRR.....” semua tersentak melihat Chrome sudah pulih, dan memasang kuda-kuda bertarung. Chrome lalu membuk mulutnya, dan kita semua tahu apa yang akan terjadi.

“LARI SEMUANYAAAA!!” teriak Schneide lantang. Sepertinya ia sudah tidak punya cukup tenaga untuk mengulang jurus tadi.

“GRAHHK!” lagi-lagi semua terkejut atas apa yang mereka lihat, Chrome itu tidak lagi memuntahkan laser! Melainkan, ia seperti menderita, seperti orang yang sedang sakit dan batuk.

“OHO!! Energinya pasti sudah habis!! SERANG SEMUANYAAAA!!” Schneide kembali berteriak lantang, walau sudah kehabisan tenaga untuk jurus, namun teriakannya tetap kencang.

Schneide, Phoenix, Elicia, dan Claire maju bersamaan dan melancarkan jurusnya masing-masing. Elicia memberi tambahan kekuatan kepada tiga orang sisanya, kemudian Phoenix dan Claire kembali menyerang bersamaan dengan Shining Blade Cut dan Lightning Purge ke arah kaki, disusul dan diakhiri oleh Schneide, dengan jurusnya yang bernama Drache Kinhakken, yaitu tebasan ke atas dengan menggunakan pedang.

“Heh, sekarang ente rasain Jurus Tapak Sepatu ane...” Vent sudah meminum ramuan racikannya , dan memasang kuda-kuda pemabuk! Tak hanya dia, bahkan Andy juga meminum minuman tersebut dan wajahnya tampak merah.

“Maksudmu *hicc* ‘kami’ kali, Vent?” tanya Andy sembari bergoyang karena mabuk.
Vent tersenyum mendengar perkataan Andy, dan mereka maju menyerang bersamaan. Serangan tendangan mereka begitu cepat, dan mereka melakukan gerakan yang sinkron, sedikit demi sedikit tubuh Chrome dipenuhi oleh jejak sepatu. Kemudian mereka melompat, dan secara bersamaan mereka melakukan tendangan berputar dari kedua sisi yang berlawanan ke kepala Chrome. Vent kali ini reflek menyerukan nama, "Twin Tornado Finisher!"

Vent lalu mendarat dengan mulus, namun Andy malah terjatuh karena sempoyongan, sepertinya dia tidak kuat karena mabuk. Ven lalu berceloteh, “Ente bagus, Andy! Sned! Sori pinjem nama ga bilang-bilang!”

“Nda apa, bos! Sante aja!” balas Schneide.

Chrome tampak bergoyang, sepertinya penglihatannya sedikit berputar karena dikenai serangan tepat di kepala, melihat itu aku pun maju ke depan. “Kali ini tiba giliranku lagi, bersiap semuanya!!”

“Maaf, ya!!” Aku berteriak sembari melemparkan sesuatu ke dalam mulut Chrome yang sedang goyah itu dan langsung berlari menjauh, begitu pula semuanya, mereka mencari tempat yang aman. Chrome tersebut tampak merasa ada yang janggal di dalam tubuhnya.

“Merunduk!!” aku berteriak dan tiarap, dan seketika itu terjadilah ledakan dari dalam tubuhnya. Yang kumasukkan barusan adalah bom, salah satu perlengkapan yang selalu kubawa ke medan perang. Aku memegangi topiku agar tidak terbang, juga memejamkan mataku dan mengatupkan mulutku sekuatnya.

Setelah cahaya dan panas dari ledakan tersebut mereda, kami semua dapat melihat tubuh Chrome tersebut pecah berhamburan, dan tersisa ‘core’ di tengah-tengahnya. Inilah kesempatan yang kami tunggu-tunggu.

“Sekarang!! AMBILL!!!!!!” Teriak Schneide sekeras mungkin.

Serentak kami berlari ke arah ledakan tadi berada. Yang berada paling dekat dari ledakan adalah Andy, ia berlari sekencangnya ke arah core tersebut. Benar, tujuan kami adalah mengamankan core tersebut dari pecahan badannya!

“Vent! Lakukan!” seruku memerintah Vent.

“Oke Piss!! Siap!!” balas Vent, ia berhenti berlari dan mulai menghujamkan kakinya ke dalam tanah. Sementara itu Andy sudah sampai ke tempat core itu berada.

“Gotcha!” seru Andy, ia berhasil mengambil core tersebut dan lari dari tempat itu. Schneide yang melihatkejadian itu langsung bersorak. Namun mendadak Andy bersuara keras dan terkejut, “Hey, pecahan tubuhnya benar-benar mengejar!!” Andy terus berlari dari pecahan tubuh yang mengejar ‘jantung’ mereka, seakan-akan meminta Andy untuk mengembalikan tuan mereka.

Dengan kecepatan Andy, ia berhasil menghindari sergapan dari para ‘agar-agar’, namun akhirnya ia terkepung dari segala arah, pecahan itu terlampau banyak untuk ditanganinya sendiri. Gumulan agar-agar pun saling bercampur dan membentuk gulungan ombak di hadapan Andy.

“Andy!! PASS!!” Schneide sudah ada di sisi kiri Andy, bersiap menerima ‘bola’. Andy pun melempar ke arah samping dan bersiap mengeluarkan belatinya, namun gulungan ombak agar-agar yang ada di hadapannya berbalik arah mengejar bola yang dilemparkan.

“Yosh! Aku maju!!” Schneide berlari, namun karena ia sudah kehabisan tenaga, ia tidak bisa berlari sekencang Andy, dan perlahan terkejar. “AIIIEEEEE!!! Panas! Panas!!” Jeritnya kesakitan ketika beberapa pecahan tubuh Chrome menempel di kaki dan punggungnya. “Woy cowo bajingan!! Tangkep nih!!” teriaknya seraya melempar core tersebut ke arah Phoenix.

“Kubunuh kau kalau sekali lagi berani berkata begitu.” balasnya dengan wajah dan tatapan dingin, namun Schneide tidak menghiraukannya. Ia lalu berlari membawa bola menjauhi kerumunan agar-agar Chrome. “Tsk. Sampai kapan aku harus melakukan permainan anak kecil begini?” ujarnya kesal.

Claire yang berlari di sisi kanan membalas, “Kita akan terus begini hingga energinya habis kan? Lempar ke sini!!”

Phoenix pun melemparkanya kepada Claire, dan Claire mengopernya kepada Elicia. Dan setelah beberapa lama, Elicia melemparkannya padaku, aku pun berlari sekuat tenaga, ke arah Vent.

Seperti biasa, aku melompat kesana-kemari untuk menghindar, dan ketika aku sudah mendekati Vent, aku bersiap untuk melempar core yang tengah kupegang ini. “Vent!! Tangk- !!! AAAGH!!”

Entah itu karena aku sudah kehabisan tenaga tadi, tapi salah satu agar-agar itu berhasil menempel di kakiku, dan berpijar mengeluarkan cahaya panas. Kakiku serasa terbakar, dan langkahku terhenti pada posisi yang tidak memungkinkanku untuk membetulkan pijakanku. Aku pun terjatuh, dan core tersebut terlepas dari tanganku...

Semua terpana melihatnya, seakan disihir menjadi batu. Core tersebut terlempar cukup jauh dan menggelinding di tanah, dan aku tidak bisa mengambilnya, dan tidak ada orang yang cukup dekat dengan posisiku, Vent pun tidak akan sempat untuk mengambilnya. Ketika agar-agar itu berhasil menyentuh core-nya, Chrome akan terbentuk kembali, dan aku tidak yakin kita bisa menghadapinya sekali lagi. Apakah semua sudah berakhir...?

“HYAAA!!”

“Eh??” Terdengar suara dari arah depan, dan aku melihat core itu dibawa lari. Dan itu tak lain tak bukan adalah Poyo!

“Poyo?!” Aku terkejut, ternyata masih ada harapan, Poyo menggigit core tersebut dan berlari ke arah yang berlawanan dengan pecahan chrome itu. Dan di dia menuju ke arah, Kyrie!

“Whoa?! Kyrie?! Bahaya!!” seru Schneide. Namun Kyrie tidak menghiraukan peringatan Schneide, Poyo kembali ke pelukan Kyrie, dan ia mendapatkan core tersebut.

“Aku mendapatkannya! Apa yang harus aku lakukan?!” teriaknya. Egh, betul juga, ia tidak ikut mendengarkan strategi kami!

“Pass sini coy! Sini!!” Vent berteriak, untung Kyrie cepat menanggapinya dan melemparnya kepada Vent. Akhirnya Vent berhasil menangkapnya, lalu, ia melempar core tersebut ke dalam lubang yang telah ia gali sebelumnya menggunakan kaki. Ia lalu mengangkat batu besar yang sudah ia siapkan sebelumnya, dan mengatakan kata-kata terakhir untuknya, “INI akhir dari ente, siluman edhan!!”

DUG!

Lubang itu tertutup oleh batu besar. Vent lalu menjauh. Pecahan tubuh chrome berkumpul di sekitar batu besar itu, menempel, melompat, berusaha untuk masuk dan mengambil kembali tuannya.

“Berhentilah...” aku bergumam.

Batu tersebut terus ditempeli oleh pecahan Chrome, mereka memancarkan cahaya. berusaha untuk melelehkan batu tersebut. Sementara itu teman-teman sudah kembali ke sisiku dan menyaksikan perjuangan pecahan Chrome tersebut menyelamatkan ‘tuan’nya. Lama berlalu dan kami terus memperhatikan. Keheningan menyelimuti kami sementara pecahan tersebut terus melompat dan bercahaya.

Akhirnya, terbukti perjuangan mereka sia-sia, pijaran cahaya mereka kian lama memudar, dan satu-satu pun berjatuhan dari batu besar tersebut. Hingga pecahan terakhir kehilangan cahayanya, dan suasana hening sepenuhnya

....

“...Wow.” gumam Schneide memecah keheningan.

“Kita... Menang?...” tanya Claire.

Suasana kembali hening sejenak, lalu aku bersorak, “Kita menang!!” dan melompat tinggi, seakan tubuhku tidak terluka, meski setelah itu aku kembali terjatuh, dan ditopang oleh Vent.

Vent tersenyum, dan mengacungkan jempol, aku pun membalas senyumnya. Schneide melompat kegirangan, sedangkan Andy duduk tenang sambil tersenyum dan Kyrie hanya bisa tersenyum. Claire dan Elicia menghembuskan napas lega dan duduk bersimpuh. Alexis yang melihat dari jauh tersenyum.

Sedangkan, Phoenix? Ia membuka kembali batu besar tempat core tadi tertanam, lalu mengambilnya, ia bergumam pelan, aku tak dapat mendengar dengan jelas, namun sepertinya benda itu berhubungan dengan asal-usul dirinya. Lalu ia berjalan ke arahku, dan berkata, “Pengamatan yang bagus, gadis kecil.”

Aku tersenyum dan membalas, “Aku pelukis, apalagi yang kau harapkan?”
“Hmph.” Phoenix tersenyum kecil.

Begitulah, akhirnya petualangan pertamaku malah berakhir dengan mengalahkan monster level S. Benar-benar tidak masuk akal, tapi untung semuanya berakhir dengan baik...

To be continued...


Terakhir diubah oleh nisamerica tanggal 2012-07-12, 20:40, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 20:15
PostI have no existence here
yukitou 
Newbie
Newbie
yukitou

Level 5
Posts : 61
Thanked : 1
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Artist

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
I HAVE NO EXISTENCE HERE

Chapter 1

Oke, ini benar-benar keterlaluan... Belum sempat aku memasuki gerbang Eremedia, malah langsung dihujani tebasan oleh para penjaga gerbang.

"Oey! Ada apa ini?" Kataku sambil menahan pedang para penjaga itu dengan 'Lupara'ku.

"Heh! Jangan sok inosen, dasar monster!" Teriak penjaga tersebut.

"Graah!" Para penjaga itu semakin mengayunkan pedangya dengam membabi buta. Setidaknya gerakan mereka tidak terlalu luwes karena armor yang berat itu sehingga dengan mudah aku menghindar serangan yang dilontarkan mereka.

'oey, oey, apa ini benar-benar prajurit Eremedia? Entah mengapa semakin lama mereka malah merekrut orang-orang bodoh ini.,' pikirku.

"Hmph, sepertinya pistolmu itu tidak berguna sama sekali ya?" Kata salah satu penjaga itu sinis. "Sudah kuduga senjata seperti itu tidak ada bandingannya dengan pedang."

Memang, pistol adalah senjata yang baru-baru ini ditemukan, penggunaannya pun susah, harus dengan mengisi bubuk mesiu dan benda bulat kecil yang nantinya akan dilontarkan menuju target. Mereka bilang busur dan anak panah lebih efisien daripada menggunakan senjata baru ini. Tapi...

"Sayang sekali, ini bukan senjata yang disebut-sebut sebagai pistol itu," kataku sambil menyeringai.

----------------------------------

"Jadi, kau membuat para penjaga itu tertidur, begitu?" Kata bartender didepanku.

"Ya begitulah, salah mereka sendiri menyerang tanpa alasan yang jelas. Memangnya ada kejadian apa sih? apa ada monster aneh yang tiba-tiba muncul dikota dan merubah semua orang menjadi slime hanya dengan gigitannya saja?" Kataku sembarangan sambil menggoyang-goyanggkan gelas wine.

"Monster macam apa lagi itu?" Kata sang bartender sambil tertawa. "Memang, akhir-akhir ini keadaan sedang kritis, monster-monster semakin buas, banyak hunter yang mati mengenaskan."

"Yakin itu bukan salah kalian sendiri?" Tanyaku dengan nada sinis. "Biasanya kalian juga kan yang mengeksploitasi alam secara besar-besaran untuk memenuhi perut-perut kalian sendiri, tanpa menyisakan buat mahluk lain?"

"Kalau kau berkata seperti itu sih... Mungkin memang kami para manusia itu mahluk terkutuk ya," katanya seraya tersenyum, senyum yang terlihat serius.

"Yah, aku sih tidak bisa bilang seperti itu. Everyone deserve a second chance, nah, bahkan first chance mereka saja belum terpakai sudah dicap seperti itu," kataku sambil meneguk habis wine yang sedari tadi kumain-mainkan.

"Ah, lebih baik aku tidur dulu. Lagipula besok aku ada urusan," kataku beranjak meninggalkan konter bar. "Setidaknya tidak penuh dihuni oleh orang-orang mati."

"Oh Grey!" Panggil si bartender. "Hati-hati kalau di jalan, kau tahu kan Beastling sudah jarang disini."

"Aku tahu itu, tenang saja," sahutku.

To be continued....
------------------------------------
Spoiler:
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 20:56
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
DrDhoom 
Doomed Zombie
DrDhoom

Level 5
Posts : 629
Thanked : 22
Engine : Multi-Engine User
Skill : Intermediate
Type : Scripter

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Chapter 1

Chapter 2: Rage!

Grrr... Aku kesal, kesal pada diriku sendiri!
Bisa - bisanya aku lari dari makhluk menyedihkan itu!
Dan mereka! Mereka yang bersorak disana! Bagaimana mungkin mereka memandang rendah aku!
Tidak dapat dibiarkan! Dan yang lebih penting, aku tidak mendapatkan apa-apa!
Guah!!!

Aku berlari masuk kembali kedalam hutan dengan perasaan kesal. Sepintas, aku jadi sangat ingin untuk memakan daging, daging manusia.

Aku berlari menyusuri jalan ke Eremidia, dimana aku bisa mendapatkan apa yang kuinginkan. Tidak beberapa lama, aku telah sampai di depan gerbang Eremidia. Terlihat penjagaan ketat disana. Tidak mungkin aku bisa menerobos masuk begitu saja.

Namun, kemudian aku melihat sekelompok hunter berjalan memasuki hutan. Sungguh kebetulan pikirku. Aku ikuti mereka dari kejauhan. Aku tunggu hingga mereka masuk lebih jauh kedalam hutan, dimana aku dapat lebih unggul.

Seketika, tubuhku bergetar. Pikiranku mulai goyang, seakan akan dunia berputar disekelilingku.
"Oh, jangan sekarang... ", pikirku.
Aku tahu apa yang akan terjadi, dan aku tidak menyukai itu. Perutku yang terus meminta untuk diisi membangkitkan naluri ku. Naluri untuk menjadi kejam, busa, LIAR!

Pikiranku terus memudar, aku tidak dapat mengontrol anggota badanku. Tatapan ku semakin gelap.

........

Aku terjaga, kulihat disekitarku gelap gulita, hal yang sangat kutakuti. Aku berdiri. Lalu aku menyadari, tercecer potongan kain dan darah disekitarku. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi satu hal yang jelas, aku telah menjadi liar.

Kesunyian menyelimutiku. Kegelapan merayap mendekatiku. Aku... Takut. Aku berusaha untuk mengacuhkan ini semua. Sia - sia. Aku bingung harus berlindung dimana, keringat mulai mengucur diwajahku. Lalu aku melihat seberkas cahaya, cahaya yang berasal dari Eremidia. Kupungut dua carik kain di tanah, lalu kupakai untuk menutupi mukaku, berharap agar ini dapat menipu para penjaga gerbang Erimidia.

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Trollscenechap2

Aku mulai berlari, dan kulihat ternyata para penjaga tertidur. Aku diam diam menyelinap mendekati gerbang. Langkah demi langkah... Pelan namun pasti. Dan kulancarkan langkah terakhirku melewati gerbang. Ya, aku berhasil masuk.

Seketika aku berlari, melewati bangunan - bangunan aneh yang belum pernah kulihat sebelumnya. Kulambatkan lari ku, kulihat sekeliling untuk mencari tempat untukku dapat berlindung dari kegelapan ini. Kulihat sebongkah pohon besar, kupikir itu tempat yang cocok untuk ku beristirahat.

to be continued


Terakhir diubah oleh WhiteHopper tanggal 2012-07-12, 21:46, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 21:17
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
richter_h 
Salto Master
Hancip RMID
richter_h

Kosong
Posts : 1705
Thanked : 30
Engine : Other
Skill : Skilled
Type : Developer
Awards:

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
The Tale of Vent McGraves
Chapter IX


Klik to Chapter VIII
Klik to Ngelawan Paus ShoopDaWhoop

Seminggu kemudian setelah ikut bersama melawan monster nggak jelas yang ceritanya bahkan pemabuk berat sekalipun tidak akan percaya, Vent--di penginapan bersama Vischelia ngobrol, menceritakan apa yang mereka dapatkan, yang mereka pernah alami dan apa yang telah mereka lakukan di hari-hari setelah mereka menghadapi marabahaya class S. Seminggu itu mereka habiskan dengan jalan-jalan di hutan, mencari inspirasi dan bahan racikan, menghadapi beberapa Goblin, dan hal-hal lain yang asik banget tentunya. Tidak lupa, rumor tentang sosok teror dan mimpi buruk yang terbebas dari kurungannya serta mengancam Eremidia tersebar dari mulut ke mulut. Sekarang kota jadi lebih sepi ketimbang hari-hari biasanya, hanya beberapa Hunter yang tersisa karena sebagian besar mengalami musibah; terbunuh, jatuh ke jurang, terbawa arus kali, luka parah dan trauma bahkan karena lutut mereka tertembak panah dari Goblin dan mengakhiri karir mereka sebagai Hunter. Vent dan Vischelia menyadari sekarang-sekarang (dan biasanya juga) monster-monster bermunculan, dan menjadi lebih beringas.

Di penginapan, mereka berdua sedang bersenda gurau, melemparkan beberapa guyonan asik namun kadang garing juga. Penginapan sekarang lebih ramai karena banyak pengelana yang mampir ke kota--ada yang cuma mampir doang, ada yang ingin menjadi Hunter, bahkan ada yang enggak jelas tujuannya.

"Oi, Pissel," Vent berkata setelah tertawa bersama menceritakan cerita-cerita lucu, "Ane pikir, ane ngga bisa sama ente lagi untuk beberapa lama."

Vischelia kaget, tiba-tiba Vent berkata seperti itu. Memang wajahnya wajah orang mabok yang susah dipercaya, tapi Vischelia tahu siapa Vent ini. Dia memilih diam dan mendengarkan alasannya kenapa.

"Kata orang-orang di bar, ada tempat di utara sana, dimana minuman yang ane suka, biang madu asli Nord, dibikin. Ane kudu ke sana buat ngeyakinin kalo di sana emang ada."

"Eh?" Vischelia hanya berkata sepatah kata itu. Ternyata Vent ingin pergi ke utara sendiri, meninggalkannya di kota ini. Pasti ada alasan untuk ini, pikirnya.

"Tau, kan, sejak ane, ente sama yang lain di hutan minggu kemaren? Kemungkinan banyak juga mahluk-mahluk kayak gitu sepanjang jalan ke sono. Lagian, selama perjalanan nggak bakalan ada Andy, Sened, Pinix, Kleir, Nina...."

Vischel diam, berpikir, memikirkan kembali apa yang telah dia lalui bersama pemuda urakan mabok itu. Maksud hati ingin terus bersama dia, tapi mungkin ini adalah yang terbaik.

"Jadi, apa ngga apa-apa kalo ane ke sana sendiri?"

"Baiklah." Vischelia terlihat biasa saja ketika mengatakan kata itu. "Pengalaman yang sangat berkesan denganmu, Vent."

Vent tersenyum. Dia akhirnya bisa meyakinkan Vischelia untuk ditinggal ke utara yang sebagian besar adalah dataran tinggi bersalju dan tundra, tempat biasanya orang-orang Nord (orang Utara) tinggal. Vent merogoh kantongnya, dan memberikan sebotol minuman ke Vischelia yang sudah berhenti minum.

"Enggak apa-apa," Vent meyakinkan Vischelia yang sudah berniat berhenti minum. "Anggap aja ini kenang-kenangan sekaligus hadiah dari ane. Ane cuma punya itu dan ni barel sejak ane di sini."

Wajah Vischelia biasa saja saat menerima minuman itu, tapi air mata mengucur di kedua matanya. Tidak ada ekspresi apapun lagi selain ekspresi biasa ( seperti :| tapi sambil :cry:. bayangkan sendiri. ). Vent lantas bergegas, membawa kantong dan barelnya dan bersiap untuk berangkat.

"Semoga leluhur jaga ente dari maut." Vent pasang pose gaya di depan pintu kepada Vischelia yang masih dengan ekspresinya yang tadi, tidak berubah dan tidak melirik ke Vent.

--

Sebelum pergi ke utara, Vent menyempatkan diri ke bar untuk membeli beberapa botol bir untuk bekal. Setelah membeli 5-6 botol bir dan wiski, di jalan dia bertemu dengan Schneide dan Kyrie, tidak lupa si kucing bantet Poyo. Dan seperti biasa, Poyo menyerang Vent dengan menggigit kepalanya. Schneide dan Kyrie hanya tertawa saat Vent uring-uringan digigit kucing bantet itu.

"Eh? Jadi kamu mau pergi ke utara sendiri?!" Schneide seperti disambar petir, ditebas pedangnya Phoenix dan ditusuk pedangnya Sinclair ketika dia mendengar kemana Vent akan pergi. Sendirian.

"Vischel ngga dibawa juga?"

"Perjalanan yang ane tempuh tidak ada yang aman ataupun asik," Vent dengan kalem menjelaskan, "Selebihnya, jaga Pissel. Dia cewek yang baik, kok."

"Okelah, tapi kembali hidup-hidup nanti."

"Jaga dirimu, ya."

Schneide dan Kyrie tidak bisa mencegah si pemabuk untuk pergi. Mereka mengerti apa yang Vent jelaskan, dan mereka tahu seperti apa Vent itu. Urakan dan rada ngotot...

--

Beberapa belas langkah dari luar tembok kota, Vent berjalan sendiri ke arah utara, dimana dia bisa mencicipi Nord Mead--atau biang madu Nord. Dia juga ingin kembali mengembara seperti yang dulu dia pernah lakukan walau dia punya beberapa kawan yang asik banget di kota. Tapi, apa boleh buat? Ada pertemuan harus ada perpisahan, bukan? Vent merasa berat juga kalau dia harus meninggalkan si cewek imut unyu Vischelia sendirian, terlebih saat dia ingin bersama dia seperti yang pernah dikatakannya dulu. Dia jadi ingat dengan Charlotte--gadis yang pernah dia temui di Westerland, dimana gadis itu ingin terus bersamanya dan berakhir tragis. Vent tidak ingin terjadi lagi hal itu, makanya dia harus kuat meninggalkan Vischelia.

Namun, tiba-tiba...

Seseorang memeluknya dari belakang. Dia berhenti, dan siapa pula yang mau-maunya memeluk pemabuk seperti dia, menurutnya.

"Terima kasih, Vent..."

Eh? Apa? Vent hanya bisa berkata itu. Suaranya dia kenal betul, dan logatnya pun, hmm... tidak bisa dipungkiri.

"Pissel?! Kenapa sampe nyusul segala?!" Ternyata yang memeluknya dari belakang adalah Vischelia, yang selama ini bersama dia dan ingin dia tinggalkan.

"Eh? Apa?!" Vischel melepas pelukannya dan mengusap air matanya. "Aku hanya ingin berkata selamat tinggal saja..."

"Oh, okelah. Tapi inget, pas ente balik ke penginapan, jangan langsung minum-minum atawa hal-hal yang selalu dilakukan sama orang-orang yang ditinggalkan seseorang yang berarti. Dan juga, sekali-sekali coba gambar wajah ente sendiri pas lagi nangis. Kalo kata ane sih ente lebih imut pas begitu..."

"Baik." Vischel tersenyum pada Vent. "Selamat tinggal, dan kembalilah dengan selamat."

"Yo."

Vent meneruskan langkah kakinya ke arah utara, meninggalkan Vischelia yang terus melihat tiap langkah Vent yang semakin menjauh darinya. Vischel tetap yakin, dia masih bisa melukiskan semua kenangan yang dia temui, termasuk saat itu, saat Vent meninggalkannya. Sementara Vent, tidak ada hal lain yang dipikirkan selain biang madu Nord...

Dan petualangan Vent di dunia yang asing ini berlanjut...

Klik to Chapter X


Terakhir diubah oleh richter_h tanggal 2012-07-12, 23:09, total 1 kali diubah
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty2012-07-12, 22:03
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Signus Sanctus 
Newbie
Newbie
Signus Sanctus

Level 5
Posts : 69
Thanked : 3
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Developer
Awards:
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
Chapter 8 Link

Chrome Disaster's Battle

---------------------------------------------------------------------------------

Chapter IX : Thoughtless Action

Aku menatap serpihan kecil dari makhluk Class S tersebut, dan aku penasaran mengapa aku begitu tertarik dengan monster ini...

"Apakah monster - monster ini... ada hubungannya denganku.... Tapi..."

--------------------------------------------------------------------------

"PUHEEEEEEEEEE!!! CAPEEEEEEEEEEEEEEEE!!!!!!"

Ucap Schneide yang terduduk lemas setelah mati - matian bertarung melawan Chrome Disaster sambil dirawat oleh Kyrie.

"Kamu nggak apa - apa, Schneide?"

"Nggak apa - apa kok! Dan ini semua juga berkatmu dan Poyo, kalian berdua hebat!"

Ucap Schneide terlihat melambaikan tangannya pada Poyo, dan berakhir dengan gigitan di kepala.

"UWADAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAW!!!!!!"

Aku terus memperhatikan kondisi kami, lelaki dengan tubuh yang sama anehnya denganku itu, seorang petarung tangan kosong dan pemakai belati yang sepertinya cukup tangguh, yang sedang dirawat oleh Alexis, seorang Healer yang cukup handal, ditambah dengan seorang pemakai Rapier yang menggunakan Magic Seal yang levelnya cukup tinggi, ditambah seorang General dari kerajaan Eremidia, dan aku sendiri, bersusah payah untuk mengalahkan monster seperti itu, itupun ditambah dengan....

"Umm? Phoenix ya? kenapa kamu melihatku seperti itu...?"

Harus dibantu oleh 2 orang civillian seperti ini, dan harus membahayakan gadis kecil bernama Nina Winhart itu....

"Dammit...!!!!"

Aku mengepalkan tanganku menyesali ketidakmampuanku....

-------------------------------------------------------------------------

Selesai beristirahat, semua telah bersiap - siap untuk pergi dari hutan ini.

"Well, untuk sekarang, aku, Phoenix, dan Claire akan pulang ke Bar duluan, Alexis, aku titipkan Nina padamu ya!"

Ucap Elicia pada semua orang yang mulai pisah jalan, namun aku tidak begitu peduli kemana mereka akan pergi dan aku cukup memalingkan wajahku, sampai tanpa kusadari ternyata pria berambut perak bernama Schneide dan Sister dari Sanctuary yang dulu kubakar bernama Kyrie itu mengikuti kami.

"Kalian mau berpesta bertiga tanpa kami?! Enak aja!!!"

Aku hanya sinis memandang wajah Schneide yang berbicara seenaknya, namun ketika aku dan Kyrie bertatap mata, wajahnya terlihat ngeri, bukan ngeri karena ia merasa takut padaku, tapi seakan - akan ia melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat sama sekali.

***

"CHROME DISASTER!?!?!? KALI INI KAMU SUDAH KETERLALUAN, PHOENIX!!!!!"

Aku hanya duduk bersila termenung diam sambil diteriaki oleh Leila yang merawat lukaku dengan sigap. Elicia, Claire, Schneide, Kyrie, dan bahkan Pet mereka yang bernama Poyo itu melirikku dengan tatapan meledek, seolah - olah tidak percaya bahwa orang sepertiku akan tunduk oleh wanita seperti Leila.

"MESKIPUN KAMU HANYA MELAKUKAN TUGASMU SEBAGAI HUNTER, TAPI KETIkA KAMU MERASA KONDISI MEMANG SUDAH MUSTAHIL, SEHARUSNYA KAMU SEGERA PERGI SAJA DARI SITU!!!"

Teriakan Leila makin kencang sampai terdengar ke luar Bar, aku menjadi bahan tontonan semua pelanggan yang ada disana, ada yang tertawa meledek, namun entah mengapa, aku melihat banyak tatapan iri dari semua tatapan yang menatapku darimanapun.

"Tapi syukurlah, kamu selamat..."

Dan diakhiri dengan pelukan hangat dari Leila, pelukan yang sepertinya sudah kutunggu - tunggu selama ini...

"Maaf...."

***

9 hari berlalu sejak pertemuanku dengan Chrome Disaster, namun kemampuanku sama sekali tidak berkembang dari hari ke hari....

"Mungkin sudah saatnya aku mengambil Quest Class A...."

Dengan pikiran seperti itu aku pergi menuju Hunter Guild, dan seperti biasa, aku melakukan metode "loncat ranking" supaya aku bisa langsung menjadi Hunter A Class.

***

QUest yang kali ini kuambil berada di Norther Crater area es, dan aku diminta untuk membunuh seekor Monster Class A, seekor Tyrant.

"Sekitar sini kah....?"

Baru saja kulihat - lihat daerah sekitar, tiba - tiba seekor binatang buas menyerangku dengan buasnya.

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 2-pattes

"This is it...!!!"

Aku menarik pedangku, dan kuarahkan menuju Tyrant buas tersebut.

"FINAL BLADE SAVER!!!!"

Kutebaskan tenaga tebasanku menuju Tyrant buas tersebut, namun ternyata, tenaga tebasanku hilang sebelum mencapa monster tersebut.

"Sial, cuaca di tempat ini tidak menguntungkanku sama sekali....!!!!"

Aku terus menjaga jarak dari Tyrant tersebut, namun kecepatan Tyrant itu lebih cepat dari perkiraanku.

"Dammit...!!!!!"

Sabetan ekornya yang besar langsung menyapuku keluar dari area pertarungan, tulang punggunggku patah, kaki kananku terkilir, untuk berdiri membutuhkan perjuangan extra, karena dinginnya tempat ini.

"B... brengsek.... aku.... tidak bisa mati di sini....!!!!!!!"

Saat Tyrant itu akan menggigitku, tiba - tiba.

*BRUAGH!!!!

Tyrant itu terjatuh terjerembab. Awalnya kukira karena ia terjerembab lubang, namun ternyata kaki nya telah terbelah, entah siapa yang melakukannya, aku tidak bisa melihat maupun merasakan gerakannya karena cuaca tempat yang sangat ekstrim ini. Aku melihat Ekornya mengarah ke suatu bayangan, namun...

"Katon...!!!!!"

Dalam sekejap ekor Tyrant tersebut meledak, dan putus seketika itu juga, butuh bom dengan kekuatan yang cukup besar untuk membuat bom sebesar itu.

"Suiton!!!"

kemudian terlihat ia melemparkan sesuatu, awalnya kukira itu adalah pisau, namun ternyata tabung air yang sudah bocor, ia memanfaatkan dinginnya area utara untuk membuat tombak es, dan menusuk tubuh - tubuh Tyrant tersebut.

"Hissatsu....! Zantou-Namakura~!!!!!!!!!"

Terbelah dualah Tyrant tersebut dengan sangat mudah. Darah bermuncratan dengan cepat namun membeku dengan cepat pula, dan ketika itu kesadaranku tinggal setengah, dan satu - satunya yang kulihat didepan mataku adalah....

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Mimi-thinking

seorang wanita berpakaian cukup nyentrik dan ringan, aku pernah mendengar ceritanya....
Dia... adalah.... Ninja....

***

Aku terbangun di sebuah ruangan kayu yang cukup hangat, ditambah selimut tebal yang menggulung badanku.

"Akhirnya kamu sadar, Hunter...."

Aku menatap sumber suara tersebut, dan asalnya dari wanita Ninja tersebut...

"Orang bodoh macam apa yang berani menantang untuk loncat Class dan menjadi Class A hanya dengan cara seperti ini...."

"Aku hanya perlu mencoba lagi..."

Ucapku risih. Namun tiba - tiba Ninja itu duduk di kasur tempat aku berbaring dan mendekatkan mukanya kepadaku.

"Dengar! Jalan Hunter itu bukanlah sesuatu yang bisa dengan terburu - buru seperti itu! Kau kira hanya karena kau sedikit kuat, kau bisa melakukan apapun yang kamu mau!?!? Jangan harap! Kau hanya akan membuang - buang nyawamu sendiri! Masih untung waktu itu kau bertemu aku dan Monster A Class, jika kau bertemu dengan Monster S Class, kamu sudah tamat!!!!"

Ucap Ninja itu kasar kepadaku.

"Kamu... Hunter S Class?"
Ucapku menebak.

"Jadi kamu bisa langsung tahu hanya dengan melihat sekilas? Sepertinya kamu memang lumayan terlatih...."

Aku hanya saling beradu tatap dengan wanita ninja tersebut.

"Ngomong - ngomong, namamu Phoenix kan? Boleh aku bertanya satu hal?"

"................."

Aku hanya terdiam menatap Ninja tersebut.

"Bagaimana rasanya membunuh manusia?"

Seolah - olah ada jarum yang menusuk otak terdalamku, aku terkejut dengan ucapannya, seakan - akan ia bisa membaca pikiran orang semudah membalik telapak tangan.

"Pedangmu, saat kulihat lebih dekat, memiliki bau darah manusia yang sangat pekat, sampai aku tidak kuat menahannya, jadi, kutebak, kau sudah pernah membunuh banyak manusia..."

Aku hanya tertunduk mendengar semua perkataannya.

"Jadi, bagaimana rasanya membunuh manusia?"

Tanya Hunter tersebut, dengan mata yang lebih dingin, dan lebih tajam.

"Tidak terlalu spesial, lebih tepatnya, aku merasa sudah sewajarnya bagiku untuk membunuh, baik itu manusia, ataupun bukan"

Ucapku tanpa ragu.

"Begitukah...."

Ninja itu berdiri dan kembali memandangku dengan pandangan yang sedikit berbeda.

"Apakah kamu pernah menyesali jalan hidupmu?"

Aku terdiam kembali dengan pertanyaannya, namun aku bisa menjawabnya dengan cepat.

"Tidak, meski ingatanku kembali dan ini adalah sesuatu yang aku sesali, aku tidak akan pernah menyesalinya...."

Aku memejamkan mataku, membayangkan seseorang yang sudah menungguku selama ini di Eremidia, orang yang menjadi arti pertarunganku selama ini....

"Karena berkat jalan yan kutempuh inilah.... aku bisa bertemu dengannya... Bertemu orang yang ingin kulindungi, dan ingin ku bertarung untuknya...."

"Cinta...?" Ucap Ninja itu pelan.

"Hmph, hahaha...!!"

Mendadak Ninja itu tertawa pelan.

"Phoenix!"

Aku bereaksi cepat atas panggilannya, menanti apa yang akan dikatakan oleh Ninja tersebut.

"Sebelumnya perkenalkan, namaku adalah Hibana."

Hibana memejamkan matanya, kemudian kembali menatapku.

"Phoenix, akan kuajarkan padamu, cara agar kamu bisa segera naik ke Class A dengan proses yang cukup singkat dan efisien!!!"

"Eh?"

Aku hanya bengong mendengar perkataannya yang tiba - tiba itu, apa maksudnya dengan mengajariku, dan apa untungnya, baik untuk diriku, maupun untuknya sendiri....

To be Continued...
[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Empty
PostRe: [StoryPlay] Eremidia : The Legends begin
Sponsored content 




[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin - Page 3 Vide
 

[StoryPlay] Eremidia : The Legends begin

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 

Similar topics

+
Halaman 2 dari 5Pilih halaman : Previous  1, 2, 3, 4, 5  Next

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
RPGMakerID :: Community Central :: Role Playing-