First topic message reminder :

Roleplay adalah permainan bermain peran. dalam permainan ini pemain ( member ) bermain sebagai karakter yang ditempatkan di suatu cerita dengan setting yang sama dengan pemain lainnya.
permainan ini mengandalkan imajinasi dari pemainnya agar menciptakan suatu plot yang menarik untuk diikuti oleh orang lain.

Tujuan

Spoiler:

Rules

Spoiler:

Background Story
Setelah peristiwa di Grace Island, Explorasi ke seluruh negeri Eremidia terus dilakukan. hal ini untuk menemukan banyak peradaban kuno atau potensi yang bahaya mengancam.

di balik terpaan dahsyat badai pasir di gurun selatan,terdapat Twilight Tower. konon,menara ini akan terbuka setiap senja tiba. legenda mengatakan sebuah permata raksasa menyimpan kekuatan sihir besar berada di puncaknya. permata tersebut dapat mengabulkan permintaan bagi siapapun yang menyentuhnya.

banyak petualang yang datang beramai-ramai ke tempat tersebut, namun belum ada yang berhasil. banyak monster berkeliaran dan sangat kuat. jadi adakah yang berhasil menaklukan menara dan menyibak kebenaran di balik legenda tersebut ?

Peta Village


Setting
tempat lokasi roleplay adalah sebuah desa kecil bernama Orsa Village, dekat satu-satunya oase pedalaman selatan gurun. tak jauh dari Orsa terdapat Twilight Tower. para prajurit kerajaan Eremidia berlalu lalang menjaga keamanan serta mengawasi segala hal di wilayah ini.

Note :
Ini desa kecil. Jadi harap jangan masukin bangunan2 mewah lol

Players [Slot 8/10]
- Shikami 

Valor Ashburn (Now as NPC)

- Atla
Leo Redfang         


- Theo Allen

Arianne Stanford


- Superkudit
Ellie Brausse


- Richter_h  
Muro Broschenko

- Rnvis
Daniel Utterson

- NightRider

Zeeva Atlimus

- Lyonnesse (out)
Yuuki (Now as NPC)


- Oscar
Hazel Howard

- NachtEinhorn
Eleanor

- Ryuuhime
Tierra Winhart


shikami (valor) (sekarang jadi NPC lol)
F# out
Zwad out
Raptor (Jingen Yuusha) out
Lyonnesse out



Story So Far :
[Day 1]

7 orang pendatang tiba di Osha Village. kesemuanya berkeinginan untuk menaklukan twilight tower. di hari pertama, Arianne bermasalah dengan petualang lain bernama Bronx. ia ditolong oleh Leo, Ellie, Valor dan Jingen. setelah sempat berkelahi sebentar, mereka dihentikan oleh Sir Leon Lao,komando dari E.Guardian yang menyita senjata mereka. 
mereka berpisah. Arianne dan Valor pergi ke Muro's Workshop untuk membeli perlengkapan untuk kemudian pergi ke Tower. 
di sisi lain, Daniel dan Zeeva belum menentukan arah tujuan mereka.

Selesai mencari perlengkapan, Arianne dan Val menuju ke Leon Fort untuk mendapatkan senjata mereka kembali. Dan diteruskan registrasi untuk masuk ke tower. Sementara itu, Leo dan Ellie datang ke Leon fort dengan tujuan yang sama. Namun dengan cara yang berbeda, mereka malah mengacaukan seisi benteng Leon dan membuat mereka harus menjalankan sebuah misi ke tower.

Singkat cerita, gerombolan Antlion datang dan membuat palu besar Arianne terbawa ke sarang mereka. Arianne dan Val mencari palu itu dan berakhir terkepung. Val mengeluarkan sebuah jurus pamungkas. Namun dirinya tidak kuat menahan dan pingsan. Arianne diselamatkan oleh Ellie dengan tembakan brutal mad larrynya.

Setelah cukup istirahat, mereka akhirnya memutuskan untuk kembali. Disana mereka bertemu Leo, dan seorang pria bernama Zeeva. Ellie, Leo, Anne memutuskan untuk kembali ke desa. Sedangkan Zeeva tampaknya masih mempunyai urusan dengan seekor monster.

Setibanya di desa, party Ellie menyewa inn di desa. Bertepatan dengan itu, seorang (yang mengaku) dokter bernama Hazel Howard datang ke desa ini. Dia melihat kawanan Ellie dan memutuskan untuk mengikutinya ke inn

[Day 2]

Pengumuman ditujukan kepada seluruh petualang yang berada di desa Orsa bahwa sebentar lagi akan ada serangan dari Antlion. Val, Leo, dan Arianne mengikuti registrasi tersebut.

Sementara itu di sisi lain Ellie, Zeeva dan Hazel terjadi pertarungan. Hal ini dipicu ketika Zeeva mengganggu kegiatan Hazel. Pertarungan mereka berakhir dengan seimbang. Namun keadaan Ellie memburuk. Dan Hazel karena suatu hal membuat dirinya menjadi seorang perempuan dan menyamar dengan nama Siti Khadijah

Berganti sudut pandang, Val, Leo dan Arianne menghabiskan waktu di kedai makanan dan mereka bertemu dengan Ellie. Untuk menghabiskan waktu, akhirnya mereka memutuskan untuk latihan di training ground dekat benteng outpost Leon. Sesampainya disana, mereka dilatih bersama komandan Leon. Mereka belajar banyak hal. Mereka berlatih dari siang sampai sore.

Namun, tidak lama setelah itu, Lady Gretta, sekretaris pribadi komandan Leon mengatakan bahwa Antlion akan melakukan gerakannya lebih cepat. Leon berpamitan untuk mempersiapkan pasukannya. Sementara itu Ellie teringat akan ensiklopedi monster, dia kembali ke desa untuk mengambilnya.

Arianne, Leo, dan Val hanya berencana menunggu kedatangan Antlion di training ground itu. Namun keadaan semakin mendesak sehingga mereka harus memutuskan untuk mundur sementara.

Disisi lain, Hazel Howard / Siti Khadijah hendak menuju ke tower. Namun dia juga menemukan hal yang sama. Antlion itu menghadangnya. Hazel/Siti kembali ke desa dikejar oleh Antlion itu. Desa porak-poranda. Namun keadaan itu kemudian dapat di kendalikan oleh seorang kepala desa bernama Salman.

Sementara itu di fort, Ellie dan kawan2nya merencanakan sesuatu untuk melawan seekor antlion yang disebut dengan Driller. Namun mereka kesusahan. Ellie hampir kehilangan nyawa dua kali. Membuat sedikit perselisihan di tim mereka. Tak lama setelah itu, komandan Leon datang membawa bantuan dan menghabiskan para Antlion itu

[Day 3]

Pagi hari, Leo memutuskan untuk pergi ke sarang Antlion jauh sebelum para pasukan Eremidia dan para sukarelawan bersiap-siap. Melihat kelakuan Leo yang sembrono, Ellie memutuskan untuk menyusulnya.

Sementara di tempat lain, Arianne berangkat bersama prajurit komandan Leon. Sedikit lebih lambat dari Leo dan Ellie, akhirnya mereka berhasil mencapai liang para Antlion itu. Mereka akhirnya dipencar menjadi beberapa grup untuk menelusuri lorong-lorong yang dibuat oleh Antlion


Dari sudut pandang Ellie. Ellie dan Leo tanpa sengaja jatuh ke tempat induk Antlion itu. Ellie tertangkap oleh induk antlion itu. Hampir saja ajal menjemputnya, Zeeva menolongnya dan membawanya ke tempat yang cukup aman.

Tak lama setelah itu, Anne dan anggota party dari para sukarelawan itu sampai ditempat. Ellie sudah dalam keadaan tidak sadar. Namun dia berhasil ditangani dengan 'pengobatan pertama' oleh Zeeva. Dan akhirnya Ellie siuman

Disudut pandang Hazel / Siti Khadijah, Valor dan Lady Gretta melihat segerombolan capung raksasa bergerak menuju kearah desa. Valor, dan Hazel berlari dan mencegah capung-capung itu di padang pasir. Terjadi pertempuran dahsyat. Valor hampir kehilangan nyawanya karena kelelahan. Namun mereka berhasil diselamatkan oleh Salman, si kepala desa. Valor dibawa ke tempat aman dan diberi perawatan khusus oleh Hazel

Sementara itu di sarang Antlion terjadi pertempuran hebat. Kerja sama antara Arianne, Ellie, Leo, Firemage, Daniel, Eleanor, dan Fighter itu dapat membunuh ratu Antlion itu. Namun disamping itu, Ellie kembali mengeluarkan luka.

Ellie dibawa kembali ke desa bersama para petualang lain dan tiga temannya, Anne, Valor dan Leo. Mereka disambut baik kedatangannya di desa Orsa karena telah berhasil mengalahkan ratu Antlion.

Di tempat lain, Siti / Hazel berhadapan dengan tiga orang. Mereka termasuk anggota dari sukarelawan yang akan membantai ratu Antlion. Siti / Hazel diserang oleh seorang wanita yang dipanggil Silva. Hazel mengeluarkan ramuan secara acak dan menimbulan 'genderswap'. Hazel kembali ke kelamin asalnya sedangkan Silva berubah menjadi lelaki. Situasi tampak kacau.

Sementara, Daniel Utterson memutuskan untuk tetap menetap di tower paska peperangan dengan ratu Antlion. Daniel tanpa sengaja ikut pertarungan bersama tiga orang itu dan memutuskan kembali kabur ke desa

Disudut lain desa, Tierra Winhart, seorang dari keturunan ternama dari keluarga Winhart baru saja mencapai desa Orsa. Dia hendak membeli sebuah dagger perak di muro's workshop. Tapi karena uangnya tidak cukup, Tierra mendapatkan sebuah quest untuk mencari strip binatang dan sebongkah perak.

Ellie telah dirawat bersama Anne dan Eleanor. Namun keadaan menjadi kacau saat seseorang bernama William mengaku adalah seorang kakak dari Ellie. Ellie menyembunyikan identitasnya sebagai treasure hunter dibantu oleh kedua temannya. Namun, pada akhirnya Ellie tetap mengaku hal yang sebenarnya.

... ntar diterusin editnya


Enjoy !

[At tavern]

aku melirik gadis itu yang tampak baik-baik saja.
aku bersiaga untuk menerima serangan pria itu yang mendatangiku dengan cepat.
tapi orang di sebelahku itu meletakkan minuman dan maju mendahuluiku. gerakannya sangat cepat membanting si pria yang menyerangku.

"deashhh!!" suara lantai yang retak diikuti erangan si pria yang kesakitan.


" TAHAN SEMUA!!"
" AKU DARI KOMANDO EREMIDIA GUARDIAN!! NAMAKU LEON LAO!!"
kata orang itu sambil mengacungkan pedang katananya. rambutnya keperakan dan matanya berwarna keemasan. tampak sangat gagah. ia melakukannya sambil menginjak si pria tadi.

semua jadi terdiam.

[ Tavern ]

Belum sempat aku mengangkat paluku, aku mendengar suara lantai retak dengan keras.

" TAHAN SEMUA!!"
" AKU DARI KOMANDO EREMIDIA GUARDIAN!! NAMAKU LEON LAO!!"
Mataku langsung menyorot ke arah seseorang yang berdiri dengan tegap dengan pandangan mata tajam ke seluruh sudut2 ruangan. Orang itu memperhatikan setiap pelaku disana. Tak terkecuali aku.

Dia tampak sangat serius. Bahkan aku tidak berani bergerak seinci pun

[ Still here ... ]

[Tavern]

He? apa-apaan ini? tentara? Yang benar saja!
Aku perlahan-lahan berdiri, gigiku bergemeretak karena kesal.

"Kau!! Kau benar-benar prajurit paling superduper tolol yang pernah kutemui!" teriakku kepada pria yang mengaku bernama Leon Lao itu.

"Bagaimana kau bisa diam selama itu ketika ada anak kecil dalam bahaya, bodoh?!"

Aku berjalan, mengambil Six Rumble, lalu menghampiri prajurit itu. Kutarik kerah pakaiannya hingga wajahnya sejajar dengan wajahku.

Mata kami bertemu satu sama lain, namun dia tak menunjukan rasa gentar.

"Kau bukanlah seorang pria ketika jika berdiam diri selama itu, ketika ada gadis kecil dalam bahaya." Gumamku.

"Sebaiknya kau potong saja kemaluanmu dan ganti namamu menjadi Lea! Ini juga berlaku bagi kalian, pria-pria pengecut!"

[Warung Makan]

Makin menarik aja ini kerusuhan. Ya, walau ku tak kuasa melihat anak-anak dianu oleh para begundal yang dua kali lebih tinggi dariku, tapi tetap ini menarik. Si penjaga warung sepertinya tidak kuasa dan ingin ikut maju dengan bawa kampak, namun sudah dicegat salah satu begundal itu...
Untungnya ada seseorang yang ikut serta. Pemuda ini cukup berpengalaman dalam adu bogem sepertinya. Ya. Cukup bisa diandalkan untuk menyelesaikan masalah... sepertinya.

Dan tidak disangka, ternyata orang yang duduk bersamaku dan si penjaga warung ternyata orang dari Eremidia Guardian, menghentikan kerusuhan. Ya, tinggal menunggu kepastian selanjutnya. Padahal sudah siap plakeplakeplak tapi sudah disuruh untuk diam. Nasib....

Melihat wujudnya, jadi inget salah satu legenda Grace Island yang pernah disummon oleh King Dnas saat peristiwa Grace Crisis beberapa waktu lalu. Razh Avandrey, kau bisa sebut namanya, cuma dengan katana.

Ku hanya bisa tepuk tangan dan berkata,

"Terima kasih atas pertunjukannya, kalian semua. Ku mau pulang dulu, temanku Olav mungkin sudah suntuk di Bengkel Ketok Magic Muro sedari tadi."

"Dan buatmu, gadis Six Rumble, lebih baik jaga kata-katamu di hadapan Dwarf."

Ku pergi, meninggalkan orang-orang superunik dan supernyentrik itu. Mungkin mereka tidak akan ada lagi di desa ini mulai besok dan desa kembali damai seperti beberapa waktu lalu...

[next: Bengkel Ketok Magic Muro]

[Tavern~]

Semua terhening ketika orang yang mengaku Komandan Guardian sesuatu itu berteriak. Aku menarik tanganku dari muka si bongsor, siaga menerima serangan balik yang bisa saja dilancarkan tiap waktu.
Akan tetapi pria bongsor itu malah mundur sedikit, sambil bergumam pelan 

"Kalian selamat hari ini".


Daaaan, keheningan dipecahkan ketika gadis koboi yang sifatnya juga super tomboi menghampiri sang komandan, dan mengomel tentang keleletannya.


[Still here =w=]

[At tavern]

"gila"
aku terheran gadis itu berani sekali bicara pada seorang komando pasukan dengan nada seperti itu. tapi komandan bernama Leon itu tidak berkomentar apa-apa. ia hanya mengibaskan tangan gadis koboi itu. tak lama kemudian sepasukan tentara memasuki ruangan.

"Sir Leon, maaf kami terlambat? ada gerangan apa yang terjadi?" tanya kapten pasukan.
Leon memandang sejenak ke arah ruangan.
"hmm.. lucuti senjata mereka, semua. keadaan hatiku masih baik, aku tidak ingin ada kerusuhan seperti ini lagi di wilayahku!"

tak lama kemudian, para tentara meminta semua senjata-senjata yang dimiliki para pengunjung. Bronx dan kawan-kawannya juga termasuk. tidak ada yang berani melawan/

[Tavern]

"Hey, apa-apaan ini? lepaskan Six Rumble-ku, atau kau kutembak!" ancamku ketika para prajurit mencoba melucuti senjataku.

"Jika kau melawan, kau akan dipenjara, Nona!" gumam prajurit, lainnya. Sementara pria Leon ini tampak berdiri dengan ekspresi datar.

"Cih!" Aku menarik pelatuk belakang Six Rumble, hanya kutarik, tidak kulepaskan, namun itu cukup untuk menakuti prajurit yang berusaha menyita senjataku. Membuatnya tersentak dan mundur beberapa senti.

Dengan cekatan kuputar Six Rumble dan kumasukan kedalam sarungnya, kudorong tubuh prajurit itu dan tentu saja, aku langsung lari sekuat tenaga dari tempat suram ini.

[keluar Tavern]

[ Tavern ]

"Ehh? pelucutan senjata?? ..."

Aku terkejut dan kecewa. Bahkan para pasukan antah berantah yang barusan masuk itu tak terkecuali juga mengambil palu besarku. Walau mereka harus membawanya setidaknya 2 orang untuk menggotongnya.

" Ugghh... "
Rasanya aku ingin meluapkan amarahku. Tapi aku tidak seberapa berani seperti gadis koboi yang berani membentak komandan itu.

Aku hanya bisa jatuh duduk di lantai kayu itu sambil melihat para pasukan keberatan membawa paluku itu. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak mau ada masalah lagi jika aku tidak menuruti aturan di daerah ini.

[ Still here ... ]

[luar warung makan]

JEDHUAGH!

Si gadis Six Rumble itu menendang punggungku. Ternyata si gadis itu berniat kabur begitu tau mau disekap oleh para tentara yang barusan masuk warung. Kukira mereka ingin makan dan minum di sana, ternyata mau menangkap mereka...

Bir si gue tumpah... Dan si gadis itu diseret masuk lagi oleh pada tentara ke dalam warung. Ku masuk kembali untuk beberapa gelas bir lagi, soalnya Olav sudah bilang nitip bir buat sore nanti...

[ke Bengkel Ketok Magic]

[Tavern]

Dengan berat hati aku harus menyerahkan Rider Glove yang kukenakan, entah kenapa, mereka menganggap Glove ini sebagai senjata, padahal sebenarnya merupakan glove biasa dan bagian dari Seragamku.

"Well, masih ada Rider Magnum dan Rider Blade, aman" gumamku pelan.

namum gumaman tadi terdengar olah salah satu prajurit, dan langsung saja dia menghampiriku.

"Apa itu tadi?! Keluarkan sekarang!"

"B-bukan apa apa, haha..."

Langsung saja aku diperiksa dari ujung rambut ke ujung kaki. Mereka tidak dapat menemukan Rider Magnum dan RIder Blade, tentu saja, karena senjata itu tidak pernah kubawa, karena bisa kupanggil dengan Rider Drive, yang sialnya ditahan oleh prajurit karena dikira benda berbahaya...

[Next: here]

[ Tavern ]

Sementara diujung lain, seseorang pria yang pertama kali mau menolongku tampak pasrah menyerahkan senjatanya. Entah bagaimana dia bisa sesantai itu. (Itu Leo btw ... )

[ Still here... ]

[At tavern]

Leon membetulkan sarung tangannya sejenak dan mulai berbicara.
"baiklah, untuk saat ini aku tak akan menahan kalian yang semua berada disini.."
"aku tak peduli kalian ini siapa, berasal dari mana atau pun apapun tujuan disini, selama kalian berlaku tenang, aku tak akan menghalangi.. ingat itu!"
Sir Leon Lao pergi keluar dari tavern. semua orang seperti menahan nafas merasakan betapa dinginnya kata-katanya tersebut.

"jika kalian ini mengambil senjata kalian, pergi saja ke markas guardian dekat tower" tambah sang kapten. " tapi tentu saja, ada hal-hal yang perlu kalian lakukan untuk menebusnya".
ia lalu memberikan uang kepada pemilik tavern.
sebenarnya baik hati juga dia, pikirku. tapi senjataku pun disita olehnya meski aku tidak ikut berkelahi sedikitpun.
Bronx tampak kesal melotot ke arah sekitar terutama terhadap orang-orang yang tadi melawannya lalu meninggalkan tempat tersebut.

sunyi mendadak.

Aku diseret masuk kembali kedalam bar, dengan sigap, prajurit lainnya langsung melucuti senjataku, lengkap bersama sabuk ku. Bukannya aku tak melawan, aku terus meronta-ronta, menendang dengan brutal, tapi makin banyak prajurit mengerubungiku, memegangi tangan dan kakiku sehingga pergerakanku benar-benar dilumpuhkan.

Kudengar Leon berbicara tentang sesuati kepada seisi bar, tapi aku tak mendengarnya karena terlalu sibuk meronta-ronta.

Ingin menangis rasanya, Six Rumble adalah satu-satunya benda yang menghubungkanku dengan ayah. Aku sangat jarang bertemu ayahku, aku hanya tahu kalau dia orang hebat, dan ketika terakhir kali kami bertemu dua tahun lalu, saat hari ulang tahunku yang ke tujuh belas.

Ayah memberiku Six Rumble, senjata yang biasa-biasa saja sebenarnya, namun itu adalah benda terakhir yang diberikan oleh ayahku sebelum kematiannya.

Tanpa kusadari airmata mulai mengalir di pipiku....

[ Tavern ]


Aku hanya bisa terduduk lemas mengamati kepergian para prajurit itu. Rasanya tanganku serasa kosong tanpa memegang palu besar itu.

Palu itu adalah satu-satunya senjata kebanggaanku. Hanya logam Almanium yang bisa membuatnya. Dan aku tidak yakin jika logam itu ada di sini. Aku buat dengan susah payah dan  ingin kutunjukkannya suatu saat ke seseorang yang aku kagumi. Dan sampai saat ini aku belum bertemu dengannya

Aku mencoba beranjak walau sangat canggung sekali tanpa memegang palu itu di tanganku. Aku melihat gadis koboi tampaknya merasakan hal yang sama.

"Ehm..." aku mencoba menyapanya. Tapi entahlah, apakah aku melakukannya dengan benar atau tidak.




[ Still here ... ]

Aku meringkuk, masih terisak walaupun para prajurit telah pergi. Kudengar suara langkah kaki kecil mendekat, kudongakan kepalaku.

Si gadis kecil, da berdiri di hadapanku, diam tanpa suara. Mungkin aku terlihat sangat mengenaskan dan menyedihkan baginya. Bagaimana tidak? Setelah kelakuanku yang sok jagoan karena berusaha menyelamatkannya, berusaha bertingkah layaknya seorang kakak yang sudah dewasa.

Kini aku justru sesenggukan seperti gadis kecil yang terpisah dari orang tuanya.

Aku tidak ingin terlihat seperti ini.
Ini... Ini sungguh memalukan.

[At tavern]
hanya sepi di tavern. terdengar sayup-sayup pembicaraan pelan di sana-sini. orang lalu lalang pun banyak yang memperhatikan. aku berbicara pada pemuda ajaib yang berani melawan bronx tadi.
"hei, apa kabar? sial sekali yah kita.." sapaku penuh semangat.

pemuda itu hanya mengangguk kecil tampaknya masih kesal atas penyitaan senjata tadi.
aku juga akan berpikir begitu jika alat bertahan hidupku di sita seperti itu.
untunglah, aku mempunyai sejumlah uang untuk membeli yang baru. kapak kecil seperti itu sih bisa dibeli dimana saja.

"namaku Valor Ashburn. panggil saja Val!" seru sambil menjabat tangan. ia membalas.
"Leo, Leo Redfang" jawabnya singkat.

[ Tavern ]

"Err..."
Rasanya canggung menyapa orang jika orang itu tidak membalas perkataan sedikitpun.

"Kau tidak apa-apa?"
Aku menyadari ada seberkas cahaya memantul dari pipi basahnya.

[ Still here... ]

[Tavern]

Craaaap, Rider Drive kenapa bisa sampai disita! Benda mungil itu adalah awal aku menjadi anggota DP! Ancient Relic yang bahkan tidak bisa dianalisa oleh para High Mage sekalipun... satu satunya senjata yang bisa mengalahkan JOKER...

"Mau tidak mau harus ke pos penjagaan kah..."

Aku melihat koboi yang tadinya tomboi tadi menangis sesenggrukan setelah senjatanya diambil petugas, aku mendekatinya, mencoba menenangkan...

[Next: Here; monggo kalo mau dimod]

[Tavern]
Gadis itu berbicara padaku, bahkan pria eksentrik bin aneh itu juga.

Mereka pasti mengasihaniku, aku yakin itu, tapi aku tidak mau! Aku tidak mau diperlakukan begini.

"Jangan kasihani aku!" bentakku.

Rasa sedih berganti dengan rasa kesal.

Kenapa, aku sudah 19 tahun, aku sudah menjadi seorang pemburu harta yang telah menaklukan beberapa dungeon.

Kenapa masih ada yang memperlakukanku seperti anak kecil!

[At Tavern]
Leo lalu berpamitan dan pergi dari tavern. tak cukup banyak yang dibicarakan tadi. yang jelas aku mendapat kesan bahwa dia pemuda yang belum berpengalaman dan potensial sekali.
aku pun meninggalkan tempat itu karena tampaknya suasana kurang mengenakan apalagi di tempat orang-orang yang bertarung tadi ; gadis koboi, gadis cilik dan entah siapa itu.

aku berjalan menuju ke oase untuk sekedar mencuci muka. segar sekali rasanya.
mungkin sebaiknya aku berkeliling sejenak di tempat ini. panas matahari tidak terlalu menyengat seperti sebelumnya.

[Next : village center]

[ Tavern ]

Aku tersentak kaget begitu dia membentak tiba-tiba. Aku hanya bisa menghela nafas. Aku pikir, akan kutunggu sampai dia tenang dahulu.

Aku berdiri kembali. Aku melihat sekeliling. Tampaknya orang2 sedikit shock dan tidak mau mencari keributan lagi. Terkadang tanganku sering kali mencari-cari dimana paluku berada. Aku melihat orang yang menyelamatkanku pertama tadi tampak berbicara dengan seorang pria lain.

Aku dan pria yang menanyakan keadaan si gadis koboi tadi berbicara sejenak. Dia menanyakan keadaanku, dan bersedia untuk mengobatiku jika ada luka. Tapi aku menolak. Aku bisa mengatasinya sendiri.

Aku pikir, aku bisa mengambil paluku kapan saja. Sekarang aku harus cari toko perlengkapan. Siapa tahu disini terdapat serbuk Almanium.

Aku berjalan dan berhenti di depan tavern itu dan melihat sekelilingku.

[ Next: Depan Tavern ... ]

[Tavern]

Tentu saja aku kaget ketika dibentak (u dun say lol). Gadis itu keliatannya sangat sedih, dicampur kesal melihat senjata yang amat ia sayangi dirampas begitu saja. Sepertinya akan lebih baik untuknya, dan juga untukku, kalo aku sedikit menjauh...

"Oh, ya, prajurit tadi bilang 'kalau mau mengambil senjata kalian, pergi ke pos penjaga atau apalah' "

Aku juga tidak bisa buang buang waktu disini. JOKER bisa muncul kapan saja, dan tanpa RIder Drive... 

[Next: Desa]

[Tavern]

"Huh? benarkah?" Gumamku dengan nada sedikit gembira.

"Terimakasih, orang aneh!"

Aku beranjak dari tempatku , berjalan cepat kearah pintu keluar bar ini. Mataku terfokus pada gadis kecil yang menyapaku tadi, haruskah aku meminta maaf?
Sepertinya harus, aku telah membentaknya, padahal dia berusaha menghiburku.
Kuhampiri gadis itu, entah kenapa rasanya berat untuk mengatakan ini.

"Anu.. Maaf soal yang barusan." Gumamku pelan.

Gadis itu hanya tersenyum, bukan senyuman miris, melainkan senyuman yang tulus. Membuatku terbelalak, keberanianku pun kembali muncul.

"Na-namaku Ellie, Ellie Brausse. Aku ingin menjadi temanmu!"

Aaaaa!!!

Apa-apaan kalimat kaku ini, dan kenapa langsung to the point? bukankah seharusnya dibuka dengan basa-basi?

Ugh ini sungguh memalukan

[Next : Depan Tavern ]

[ Tavern ]

"Eh?" Aku agak sedikit terkejut melihatnya langsung to the point "Aku Arianne. Kau bisa memanggilku Anne. Dan satu yang harus kau ingat. Aku bukan anak-anak"

Entah kenapa aku sudah sedikit melupakan kegalauan soal paluku.

"Ngomong-ngomong, apa kau tau dimana toko perlengkapan senjata di dekat sini?"

[ Still here .... ]

[Depan Tavern]

"Toko perlengkapan? Entahlah, aku seorang pengembara, dan baru saja sampai ketempat ini, tapi setahuku ada sebuah bengkel tak jauh dari sini, mungkin disana juga menyediakan perlengkapan untuk senjata." Jawabku

Aku tersenyum kecut, tubuhnya mungkin terlihat seperti anak kecil, tapi cara bicara dan kelakuannya terdengar familiar.
Ini seperti melihat cermin.

"Jika kau mau, aku akan mengantarmu kesana." Tawarku.

[Still here]

[ Depan tavern ]

"Wah, ada?" Aku sedikit girang. Pasalnya aku emang ngga tahu tempat ini. Dan akan memakan waktu jika aku harus berputar kesana kemarin.

"Yah, kalo kau tidak keberatan, boleh deh ... "

[ Next : silahkan dimod ]