Per 2016, RMID pindah ke RMID Discord (Invite link dihapus untuk mencegah spambot -Theo @ 2019). Posting sudah tidak bisa dilakukan lagi.
Mohon maaf atas ketidaknyamanannya dan mohon kerjasamanya.

Share | 
 

 [RolePlayStory]The Colossal Gate

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
Pilih halaman : Previous  1, 2
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-08-29, 17:39
Post[RolePlayStory]The Colossal Gate
#1
tukang_es 
Dalangnya RMID
tukang_es

Kosong
Posts : 321
Thanked : 14
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer
Awards:
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
First topic message reminder :

RolePlay adalah permainan Forum bermain peran melalui posting. dalam permainan ini pemain ( member ) bermain sebagai karakter yang ditempatkan di suatu cerita dengan setting yang sama dengan pemain lainnya.
RolePlay mengandalkan imajinasi dari pemainnya agar menciptakan cerita yang menarik dan seru serta inspiratif. tidak menutup kemungkinan karakter yg pemain ciptakan akan dikenal.

contoh permainan ini ada dalam thread
http://www.rpgmakerid.com/t7837-roleplay-eremidia-dungeon-the-twilight-tower


Tujuan Thread :
Spoiler:


Rules :

Spoiler:

Background Lore

Eterna Continent, dataran tujuh negeri yang hidup dalam damai. semua tampak harmonis sampai sebuah gerbang raksasa muncul di dekat kota bernama Greywood dan memunculkan monster-monster yang menyerang secara membabi buta. para pemimpin negeri berunding dan memutuskan untuk mengirim orang-orang terbaik mereka ke tempat tersebut yang disebut "Colossal  Gate" dan mencari cara untuk menutupnya selamanya.  Tim Ekspedisi pun dibentuk dari orang-orang terbaik dari tujuh negeri.
adapun tujuh negeri yang menjadi pola untuk background karakter yakni :
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Eterna

Spoiler:


Setting
Setting utama Roleplay adalah sebuah kota kecil di Windia bernama Greywood Town. Kota kecil dengan luas 10 km persegi. sebenarnya merupakan kota pertanian biasa namun berubah sejak munculnya Great Abyss dan monster-monster ganas. Sebagian lahan pertanian rusak sementara penduduknya banyak yang melarikan diri. Pasukan ekspedisi muncul dan membantu kota tersebut pulih. Kota itu menjadi basis pasukan ekspedisi yang berasal dari berbagai negara.

Greywood Town memiliki beberapa fasilitas terkenal :

Spoiler:


NPC( Bisa bertambah )


Spoiler:


Races( pilihan untuk OC pemain, bisa ditambah)

Spoiler:

Current Characters :
- Rai Farian ( Republik Ironbell )
Chapter I
http://www.rpgmakerid.com/t8630-roleplaystorythe-colossal-gate#122948
http://www.rpgmakerid.com/t8630-roleplaystorythe-colossal-gate#122967
http://www.rpgmakerid.com/t8630-roleplaystorythe-colossal-gate#122999

- Metalica D. Dark ( Republik Ironbell )
Chapter I
http://www.rpgmakerid.com/t8630-roleplaystorythe-colossal-gate#122949
http://www.rpgmakerid.com/t8630p10-roleplaystorythe-colossal-gate#123021
http://www.rpgmakerid.com/t8630p30-roleplaystorythe-colossal-gate#123132

- Evan Lanchester ( Liga kota-kota selatan )
Chapter I

- Runa Styarde ( Kerajaan Lunaris )
Chapter I
http://www.rpgmakerid.com/t8630-roleplaystorythe-colossal-gate#123001

- Pavitra ( Liga kota-kota selatan )
Chapter I
http://www.rpgmakerid.com/t8630-roleplaystorythe-colossal-gate#123004
http://www.rpgmakerid.com/t8630p10-roleplaystorythe-colossal-gate#123024
http://www.rpgmakerid.com/t8630p10-roleplaystorythe-colossal-gate#123035
http://www.rpgmakerid.com/t8630p10-roleplaystorythe-colossal-gate#123038
http://www.rpgmakerid.com/t8630p20-roleplaystorythe-colossal-gate#123089

- Zaint ( Kekaisaran Zephyr )
Chapter I
http://www.rpgmakerid.com/t8630p10-roleplaystorythe-colossal-gate#123016
http://www.rpgmakerid.com/t8630p20-roleplaystorythe-colossal-gate#123077

- Marko Al Basher ( Dataran Asha )
Chapter I
http://www.rpgmakerid.com/t8630p10-roleplaystorythe-colossal-gate#123036
http://www.rpgmakerid.com/t8630p20-roleplaystorythe-colossal-gate#123044
http://www.rpgmakerid.com/t8630p20-roleplaystorythe-colossal-gate#123060

- Honoka Chikako ( Kerajaan Lunaris)
Chapter I
http://www.rpgmakerid.com/t8630p10-roleplaystorythe-colossal-gate#123039
http://www.rpgmakerid.com/t8630p20-roleplaystorythe-colossal-gate#123059
http://www.rpgmakerid.com/t8630p20-roleplaystorythe-colossal-gate#123083
http://www.rpgmakerid.com/t8630p30-roleplaystorythe-colossal-gate#123115

- Venus Evenstar ( Kerajaan Lunaris)
Chapter I
http://www.rpgmakerid.com/t8630p10-roleplaystorythe-colossal-gate#123042
http://www.rpgmakerid.com/t8630p20-roleplaystorythe-colossal-gate#123048

- Junk Rafel (Teokrasi Elyon)
Chapter I
http://www.rpgmakerid.com/t8630p20-roleplaystorythe-colossal-gate#123074

- Selena (Kerajaan Lunaris)
Chapter I
http://www.rpgmakerid.com/t8630p20-roleplaystorythe-colossal-gate#123080

- Otong (Liga kota-kota selatan)
Chapter I
http://www.rpgmakerid.com/t8630p20-roleplaystorythe-colossal-gate#123082

- Rina Mustikasari (Republic Ironbell)
Chapter I
http://www.rpgmakerid.com/t8630p30-roleplaystorythe-colossal-gate#123124

- Isara ( Teokrasi Elyon )
Chapter I
http://www.rpgmakerid.com/t8630p30-roleplaystorythe-colossal-gate#123145

- Alfred Bridgestone (Kekaisaran Zephyr)
Chapter I
http://www.rpgmakerid.com/t8630p30-roleplaystorythe-colossal-gate#123146

Current Chapter :
Chapter I/ Departure :
Para petualang dengan berbagai alasan dan tujuan memutuskan bergabung ke tim Ekspedisi yang berada di Greywood Town. mereka memulai perjalanan dari negeri mereka masing-masing.

pertanyaan dan usul silahkan ditanyakan ke CB :hammer:,
Happy RPing ! :ming:


Terakhir diubah oleh tukang_es tanggal 2014-09-08, 16:31, total 11 kali diubah (Reason for editing : ngupdate peta dan pic)

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-04, 18:57
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
rexoholic 
Advance
Advance


Posts : 330

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
< Junk Rafel >

Char Profile:

Prolog:

-Chapter 1 Bagian 1-


- Windia Border Post -

"Junk... Junk... WOI JUNK BANGUN !!!"
"Eh. Ah. Halo. Selamat tidur, Van."
"Ya ampun deh, ni anak. Bangun woi bangun !!! Bentar lagi kita sampe ke Windia !"
Kata Windia membuat rasa kantukku hilang. Dari belakang gerobak aku bisa melihat pos perbatasan Elyon-Windia.
"Junk, nanti di pos ada pemeriksaan. Saranku, sembunyikan saja Alchemage Gauntlet mu. Katanya orang-orang di sini tidak terlalu suka dengan barang-barang yang berbau sihir." Kata temanku Evans.
"Tenang aja, Van. Alchemage Gauntlet kan mirip sarung tangan antik. Ga mungkinlah orang sadar kalau ini barang sihir."
"BERIKUTNYA !!!" Teriak salah seorang prajurit. Kereta yang kami tumpangi maju. Satu persatu barang bawaan kami diperiksa. Sepertinya salah satu prajurit memandangku dengan tatapan sinis. Mungkin hanya perasaanku saja.
"Hey kamu !"
Baiklah... ternyata itu bukan hanya perasaanku.
"Hey, kamu yang memakai sarung tangan aneh, cepat kemari !!!"
"Tuh, Junk, apa ku bilang ?"
Demi Elyon yang suci, Aku berharap tadi aku mendengar saran Evan. Tapi... ya sudahlah. Toh, aku tidak melakukan suatu kesalahan. Dengan penuh pikiran positif, aku melangkah ke arah prajurit itu.
"Kenapa ya pak prajurit ?"
"Sarung tanganmu. Angkat !"
Aku bingung kenapa dia memintaku untuk mengangkat Alchemage Gauntletku. Tapi, daripada masuk ke penjara, lebih baik aku turuti keinginannya. Kuangkat kedua tanganku untuk menunjukan sarung tanganku. Dia mencermatinya baik-baik.
"Hmm... sudah kuduga," Katanya sambil mengangguk-anggukan kepala, "Hey, nak, apakah ini Alchemage Gauntlet ?"
Jujur saja, aku terkejut. Tidak banyak yang tau tentang Alchemage Gauntlet.
"Bener sih, Pak. Emang kenapa ya ???"
"Boleh aku membellinya ?" Katanya sambil menunjukan 5 buah kantong yang penuh oleh dirham.
Aku menarik tanganku dan berbalik. Menjual Alchemage Gauntlet ini ? Huh, bermimpi sajalah kau !
"Maaf bapak prajurit, Alchemage Gauntlet ini ga dijual !!!"
"Hee ? Apakah begitu ?" Dengan senyum sinis dia melanjutkan, "Kalau begitu, aku akan menyita Alchemage Gauntlet ini !"
Pada saat ini, aku sudah terlalu kesal untuk memikirkan konsekuensi dari tindakan yang akan aku lakukan. 
"Coba saja rebut dia dariku, pak tua !"


Terakhir diubah oleh rexoholic tanggal 2014-09-05, 21:40, total 1 kali diubah
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-04, 20:21
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
Venzuu 
Newbie
Newbie
Venzuu

Level 5
Posts : 90
Thanked : 2
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Event Designer

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
- Zaint -
"Hari yang berat" ujarku sesaat setelah pria misterius itu pergi. Ya, berat! Dalam sehari ini aku mengalami banyak kejadian. Pertama, ayahku Great Knight Xergius memintaku membantu salah satu tangan kanan kepercayaannya ksatria Vahru dalam misi pengawalannya di kerajaan Windia, tepatnya di Greywood Town. Kedua, di tengah perjalanan aku diserang bandit, dirampok, dan dibunuh. Ketiga, aku dibangkitkan seorang pria misterius, yang kini memintaku membunuh seseorang di Greywood Town! Entah kebetulan atau bukan, yang pasti takdir menuntunku ke kota kecil di Windia itu, ke Greywood Town.
Aku beristirahat sejenak, mengumpulkan tenagaku, dan mulai bangkit berdiri. Rasa sakit masih kurasakan di sekujur tubuhku. Keadaanku benar-benar menyedihkan sekarang, tubuhku dipenuhi Hollow mark, dan bajuku compang-camping, sepertinya para bandit itu juga mengambil baju Zirahku.... Sial. Oh ya, bicara mengenai ayahku, sebenarnya ia bukan ayah kandungku. Dulu, ada perang besar di perbatasan Zephyr Empire dan Republik Ironbell. Ayahku salah satu prajurit yang ikut bertempur, dan saat ia membantu warga perbatasan yang ingin mengungsi, ia menemukan bayi Vanagani kecil yang menangis karena orang tuanya meninggal. Ya, akulah Vanagani kecil itu. Ayah menolong dan merawatku, mendidik dan melatihku hingga aku bisa menjadi seorang ksatria. Walaupun jika dibandingkan dengan ksatria lainnya dari Zephyr Empire yang rata-rata perawakannya tinggi besar, aku tampak seperti anak kecil.
Sebelum ayah mengadopsiku, ia memiliki sebuah keluarga kecil. Namun keluarganya dibantai habis oleh assasin, yang hingga kini masih belum diketahui siapa pelakunya. Setiap aku bertanya masalah itu pada ayah, ia hanya diam. Sehingga aku tidak pernah lagi menanyakan hal itu padanya, sampai saat ini.
Namaku adalah Zaint, ayahku yang memberikanku nama. Namaku ini memiliki arti, Z diambil dari kata Zephyr, dan Ain't diambil dari kata asing yang artinya tidak. Sehingga bisa dibilang arti dari namaku adalah : Orang yang bukan berasal dari Zephyr Empire. Walaupun aku orang asing, dan rasku berbeda dari kebanyakan orang Zephyr, namun ayahku dan semua orang tidak pernah membedakanku, dalam segala hal. Aku menjalani latihan yang sama dengan ksatria lainnya, menerima hukuman yang sama, makan makanan yang sama, dan diberi gelar ksatria oleh Kaisar sama seperti para ksatria lain di negeri ini. Namun karena ukuran fisikku yang berbeda, mereka membuatkan zirah dan senjata yang lebih kecil untukku, yah, sekali-kali berbeda juga tidak masalah kan?
Akupun meneruskan perjalanan, perjalanan menuju Greywood Town masih jauh dan aku kehilangan semua bekalku. Sambil tertatih-tatih aku menyusuri jalan dan sekali-kali melihat ke kejauhan, kalau-kalau ada orang lewat yang bisa kumintai tolong. Benar saja, sekitar 30 menit aku berjalan, samar-samar dari kejauhan kulihat kereta kuda mendekat.
"Perlu bantuan tuan..." sapa sang kusir kereta kuda itu
"Zaint, panggil aku Zaint. Aku dirampok dan hartaku habis, maukah kau mengantarku ke desa terdekat?"
"Bisa saja, tapi kalau boleh tau, kemana tujuan anda tuan Zaint?"
"Sebuah kota kecil di Windia, Greywood Town."
"Kebetulan sekali, saya juga sedang menuju kesana. Bila anda mau, anda bisa ikut dengan saya." Jawab sang kusir sambil tersenyum ramah.
Takdir pasti mempermainkan aku
"Terimakasih, aku sangat menghargai bantuanmu. Aku akan membayar semuanya begitu kita sampai di Greywood Town."
"Sama-sama tuan Zaint, oh ya, di gerobak saya ada pakaian bersih. Tuan bisa memakainya, itu lebih baik dari pada mengenakan baju rusak seperti itu kan?"
"Oh, terimakasih" sahutku sambil melangkah menuju gerobak kayu itu. Setelah mengenakan baju, akupun segera menaiki kereta kuda itu.
"Ok, kita berangkat tuan Zaint! Pemberhentian selanjutnya, Greywood Town!"
Sambil merebahkan tubuhku di tumpukan jerami, pelan-pelan kututup mataku. Oh, aku sangat lelah sekali, sedikit istirahat mungkin akan memulihkan tenagaku.
Tapi yang tidak kuperhatikan, kusir itu tersenyum menyeringai kearahku...
---
OOC : Mungkin kalo sempat ane bikin gambar karakternya :thumbup:
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-04, 22:03
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
Ryuuta 
Newbie
Newbie
Ryuuta

Level 5
Posts : 19
Thanked : 0
Engine : RMXP
Skill : Beginner
Type : Artist

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
-Kota Roland
Perbatasan Imperium Zephyr x Kerajaan Lunaris-
Chapter 1, Departure: Part one, Death of Hero


“Ha... ha.. ha...”


Aku terus berlari. Napasku tak dapat kuatur. Lebih tepatnya aku tidak memiliki waktu untuk itu.


Kamu mengerti kenapa aku bernapas dengan sangat keras seperti ini? Aku sendiri tidak begitu mengerti. Namun kenapa hanya aku yang berada di dalam kondisi seperti ini? Pasti banyak yang bertanya. Mungkin kita kembali ke beberapa menit sebelumnya. Awal dari kenapa aku berlari sampai terengah seperti ini.


Seperti hari-hari sebelumnya, aku hanya duduk di depan tembok sebuah rumah. Melihat debu-debu pasir yang beterbangan. Apanya yang imperium Zephyr, kesatria tangguh, ataupun keturunan Jotun? Yang kulihat hanya beberapa orang kekar berjalan lalu lalang membungkuk pada prajurit di jalanan salah satu kota di imperium ini. Terlihat seperti budak militer dari pada seorang cendikiawan medan tempur. Tentu saja seperti itu, walaupun Eterna terlihat damai, tetap saja akan ada diskriminasi di wilayah perbatasan seperti ini.


“Huh...” lagi-lagi aku mengeluh.


Sudah beberapa hari aku tidak makan maupun minum. Ajal mungkin akan menjemput sebentar lagi. Namun aku tidak mengeluhkan soal itu, selagi aku bisa melihat empat kesatria yang diabadikan di tengah pancuran imperium ini.


Bisa dikatakan mereka adalah orang-orang yang aku hormati. Seorang perempuan tangguh yang memanggul sebuah great sword, dan tiga prajurit laki-laki yang masing-masing berada di depan si perempuan dengan perisai dan senjata mereka bagai melindungi ratu mereka. Tepat sekali dikatakan seperti itu ‘Queen Merchenary’. Kebanggaan kota Roland ini.


Hanya dengan beberapa tahun kota ini yang dulunya hancur oleh serangan monster dibangun kokoh. Sayangnya semenjak perang tiga hari, perang antara kelompok Queen Merchenary dan ribuan monster yang menyerang kota ini tiga tahun lalu, keadaan ekonomi menjadi semakin buruk. Gang-gang kota ini sudah tidak aman dilewati siapapun baik seorang biasa maupun prajurit. Mungkin seorang gelandangan sepertiku adalah pengecualian. Mereka tidak memedulikan kami. Hanya digeletakkan mati begitu saja di pinggir jalan.


Dan beberapa seperti.... Seorang prajurit yang menyenggol seorang tua. Ataupun...


“Pencuri!”


Adalah hal biasa. Seorang prajurit imperium menunjuk ke arahku. Dan dia langsung berlari ke arahku. Spontan aku menghindar.


*gubrak*


Prajurit itu mengantam tembok. Darah sedikit mengucur dari pelipisnya. Dia telihat geram. Dia mengeluarkan pedang pendek dari sarungnya dan siap menebas diriku.


Dengan beberapa langkah mundur aku bisa menghindar. Namun dia tidak menyerah. Matanya mulai menyala merah.


“Oi.... bukan cuma rumor kah.... ini!”


Beberapa orang yang lewat mengatakan bahwa beberapa prajurit imperium adalah keturunan Jotun. Benar saja tanah yang dia pijak seketika mulai ambles. Dan sabetan pedangnya walaupun melesat aku bisa merasakan kekuatannya. Sempat membuat sayatan kecil di wajahku.


Prajurit di depanku memegangi perut bagian kanannya. Dilihat-lihat lagi prajurit ini menggunakan armor sangat ketat. Dan sebuah jubah. Bukankah itu akan mengurangi kecepatannya.


Namun dibanding memikirkan hal itu tubuhku lebih memilih untuk berlari. Rasa lapar yang sudah memuncak tidak bisa dikendalikan lagi. Lariku mulai melamban. Dan prajurit di belakangku semakin mendekatiku.


“Tidak ada pilihan lain....” Aku melepas jubahku. Lalu melemparkannya ke prajurit di belakang. “Kapan terakhir kali aku melakukan ini...?”


Aku merogoh tas kecil di pinggangku. Beberapa lembaran kertas kuraih. Kemudian kugigit agar tidak jatuh saat tangan kanan meraih pena dan tangan kiriku memegangi cermin. Prajurit di belakangku terlihat tidak lelah sama sekali.


“Aku tidak bisa melakukannya sekarang.”


Napasku mulai tidak beraturan. Namun aku tetap fokus. Kelemahan prajurit di belakangku adalah di kakinya. Jika aku bisa menjatuhkannya mungkin masih ada kesempatan untuk menang. Namun dia sama sekali tidak tampak lelah.


Di depan ada gang lain. Aku berbelok dengan arah yang sama dengan gang sebelumnya. Begitu aku lakukan beberapa kali.


Setiap kali kami memasuki jalanan besar prajurit itu berteriak, “Berhenti kau pencuri...” sambil memegangi perutnya berharap ada yang membantunya menangkapku. Namun tidak ada yang menggubris prajurit itu. Warga sudah terlalu resah dengan mereka, pikirku. Terang saja, mereka sering meminta uang keamanan. Dan sering merusak properti.


Setelah setidaknya sudah tiga kali lebih aku dan prajurit itu berputar di gang yang sama. Aku mulai tenang. Prajurit itu mulai tampak lelah. Walaupun diriku sendiri juga sudah hampir pingsan ataupun mungkin ajal akan segera menjemput. Namun aku tidak mau mati di tangan prajurit ini.


“Aku tidak sudi mati di tanganmu!” teriakku.


“Kalau begitu biarkan kakiku yang membunuhmu!” balas si prajurit dan untuk kesekian kalinya dia memegangi perutnya.


“Ada apa dengan perutmu... sakit?”


“Heh!”


“Atau ada sesuatu yang berharga!”


Dia tidak menjawab. Aku melepas gigitanku pada kertas yang ada di mulutku. Aku sudah tidak punya banyak tenaga untuk memedulikan kertas yang akan terbuang sia-sia. Tangan kananku bergerak menulis beberapa kata di kertas itu. Dan tangan kiriku memasukkan cermin menggantinya dengan sebuah pemantik. Ada lima kertas di tangan kananku. Berhenti, berhenti, berhenti, cepat, dan satu lagi kosong. Aku tidak tahu apa yang harus aku tulis.


Satu persatu kertas bertuliskan kata berhenti kubakar dan kulempar ke belakang secara berurutan dengan selang satu detik. Setelah kertas itu terbakar seluruhnya tulisan yang ada di kertas muncul di udara dengan ukuran besar.


“Apakah kau tidak lelah....”


“Selama kau mati semua akan beres...”


“Walaupun kita sudah berlari sekitar satu hari penuh?”


“Tidak mungkin...”


“Kau yakin....”


Setelah dia melewati berhenti yang ketiga. Kami sudah memasuki jalan besar. Dan jarak kami sudah berada agak jauh sekitar sepuluh meter.


“Kakimu... kau tidak memerhatikan... kan...”


“Apa!!”


Prajurit itu berhenti dia melihat ke bawah. Kakinya masih normal. Dan tidak terjadi apapun padanya.


Kertas ke empat kubakar. ‘cepat’. Dan begitu muncul tulisan yang sama di udara aku berteriak, “Kecepatanku bagai angin. Tembok raksasa pun bisa kutembus.”
Setelah berkata seperti itu, tubuhku terasa ringan. Aku langsung saja berlari menyerbu si prajurit. Dan pukulan telak mengenai perut si prajurit. Aku langsung jatuh bahkan tidak bisa merasakan tanganku yang sudah remuk. Dan beberapa detik kemudian si prajurit menyusul jatuh.


Suasana tampak ramai dihujani sorak para warga. Mereka sangat senang ada yang mengalahkan prajurit imperium yang mereka takuti. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Prajurit itu bangun. Dia siap memotong kepalaku. Namun...


“Ada keributan apa ini?!” Suara lantang seorang laki-laki muncul dari kerumunan.
Seorang Prajurit imperium lain datang. Armor  yang dia pakai tampak lebih berkualitas dari pada prajurit yang ada di depanku.


Prajurit di depanku tampak gemetar. Dia terus memegangi perutnya.


“Di sini ada seorang pencuri.”


“Heh! Siapa yang kau sebut pencuri... wahai tuan pencuri..” Aku dengan lantang membalas. Kemudian aku mengerahkan kekuatan terakhirnku untuk menulis kata bersalah dan membakarnya.


Prajurit itu melihat dengan jelas warna api yang berada di udara.


“Kebusukanmu telah terukti wahai jotun. Prajurit di depanmu telah tahu siapa yang bersalah. Sebaiknya kau menyerahkan diri beserta barang bukti jika kau tidak ingin dipenggal.”


“Apa yang kau rencanakan!” Prajuti di depanku dengan cepat membalas.


“Perutmu!”


Prajurit itu melepas pegangannya di perut. Dan seketika sebuah kantung jatuh dari perut si prajurit.


“Kau penyihir!” Prajurit di depanku geram. Geriginya dapat terlihat dan mata merahnya terbakar. “Kau memindahkan kebusukanmu padaku kau penyihir laknat.”


Seketika mata lain tertuju padaku. Mereka menatapku tidak percaya.


“Huh... berakhir di sini, kah....” Aku menunjuk prajurit yang lebih gagah. “Bunuh aku, aku tidak mau tubuhku membusuk oleh jotun di depanku.”


“Hentikan!” Seorang lain berbicara lantang. Dia muncul dari belakang prajurit merangkul seorang tua. “Pemuda ini tidak bersalah, dan bukan seorang penyihir.”


“Lady Selena!” Prajurit lain dan prajurit di depanku berlutut.


Hanya si prajurit gagah yang tidak berlutut. “Ada tidak perlu mencampuri urusan sepele seperti ini...”


“Ini tidak sepele, Tybar, kau ingat lima pahlawan kota ini berkorban tanpa pamrih. Namun pemuda di depan kita ini akan dihukum, hukuman yang tidak adil?”


Aku tidak sempat tahu menahu apa yang terjadi selanjutnya. Mungkin aku sudah akan mati. Namun sebelum aku benar-benar kehilangan kesadaran, mimpi buruk itu kembali muncul.


Tiga orang prajurit laki-laki perkasa meninggikan perisai mereka. Tombak, pedang dan kapak mereka genggam erat-erat. Seorang perempuan berani berada di belakang mereka. Seorang perempuan dengan great sword.


“Exodius... ini pertarungan terakhir... aku harap kau bertahan untuk melihat masa depan kota ini.”


“Apa yang kau katakan Queen, tentu saja kita akan kembali.”

“Aku tidak tahu hal itu, Roland...”


“Mungkin aku tidak akan selamat... namun setidaknya jika Queen selamat.. maka...”


“Apa yang kau katakan, Roland, tentu saja kita semua akan pulang....”


“Kalian benar.... TriGuard.”..... “Agh!.....”


*bruk*


“Queen, kau tidak perlu melakukan itu, kan?”


“Ya, mungkin kau harus melaukannya lebih halus...”


“Tapi memang benar Queen harus melakukan itu...”


“Ya... Roland memiliki masa depan yang lebih cerah. Kelompok kecil seperti kita bukanlah yang harus dia pimpin.”


“Yah... kamu benar, Queen.”


“Matahari hampir terbit... mari kita selesaikan semua ini dan menikmati keindahan alam ini, wahai TriGuard.”


---

 OOC: part 2... sekalian  =)) judulnya aja death of hero
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-05, 00:23
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
numfanklewhat 
Advance
Advance
numfanklewhat

Level 5
Posts : 508
Thanked : 10
Engine : Other
Skill : Beginner
Type : Artist

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
[Suatu tempat di Liga Kota Selatan]

"Woy buruan, brengsek dasar pembawa sial, sudah berapa lama kita disini? Kau ingin patroli kota-kota selatan datang?"

"Anak baru berisik!"

"A-apa, jangan banyak cakap kau! dibidang pekerjaan ini tidak ada yang namanya anak baru, anak lama atau apalah itu"

"Hmm lihat ini, biar kuambil... Hmm jam tangan saku, oh sial pengaitnya rusak."

Di dalam jam saku itu terdapat foto seorang wanita cantik dan anak kecil, kurasa ini istri dan anaknya. Dasar orang tolol, sudah punya kehidupan yang cukup baik, lalu membuang nyawanya dengan sia-sia disini. Dan ini bukan yang pertama seperti ini, aku yakin masih banyak tolol-tolol tulen seperti ini. Yah misalnya seperti mayat dengan usus terburai dipojok situ, atau mayat tanpa kepala yang sedang diacak-acak oleh anak baru disana itu. Banyak sekali mimpi dan harapan yang terbuang sia-sia diantara tumpukan mayat mayat ini.

"Hey kribo bangsaat, ngapain kau memandangku seperti itu, ngajak ribut?"

".............."

Beginilah keseharian kami, yah bisa dibilang ini mungkin pekerjaan yang tidak terbayangkan, setidaknya diantara manusia-manusia yang masih waras otaknya. Kami adalah sekumpulan janitor, tapi bukan sekedar janitor biasa. Bisa dibilang kami adalah kaum elit diantara para janitor. Kami adalah Battle Disposal Service, spesialis pembersihan sisa-sisa pertempuran.

Yep, benar, kalian tidak salah dengar. Kamilah yamg membersihkan mayat-mayat bergelimpangan dan darah berceceran sehabis pertempuran di medan perang. Sampah - sampah yang ditinggalkan sang pemenang.

"Kribooo, ayo cepat, waktu kita hampir habis, ingat perjanjian kita dengan ketua patroli itu?"

Ah, sudah saatnya kembali ke markas kami. Meski BDS (Battle Disposal Service) adalah badan resmi dibawah naungan Grand Administrator, tetap saja ada pihak-pihak brengsek yang suka seenaknya memeras dan mengganggu pekerjaan kami. Mereka seringkali meminta persenan atau bayaran uang jika kami belum selesai membereskan tempat ini dalam jangka waktu yang ditentukan oleh mereka sendiri.

Yah mau bagaimana lagi, "sampah-sampah" yang kami bereskan ini mengandung cukup banyak barang berharga, yang mungkin kalo dijual cukup lumayan nilainya. Orang-orang ini memeras kami karena beranggapan kami cukup "kaya" dengan limpahan "sampah-sampah" ini. Kalau saja mereka tahu, kemana perginya barang berharga dari "sampah-sampah" ini. Mereka tidak menyadari bahwa ada lagi orang yang brengseknya berkali lipat dibanding mereka sekaligus juga memegang kekuasaan dan kekuatan politik yang belipat-lipat. Yang jelas barang berharga ini tidak masuk ke kantong pribadi kami.

Ah sudahlah, lelah aku memikirkan urusan nafsu kekuasaan dan kotornya politik yang tidak ada habisnya. Kumasukan potongan-potongan tubuh berserakan yang tersisa ini kedalam kantung plastik lalu kupindahkan kedalam kereta pembuangan. Setelah proses sortir, barang-barang seperti alat persenjataan, baju zirah, atau apapun yang terlihat berharga akan kami bawa ke kantor pusat BDS untuk ditaksir dan dijual, sedangkan mayat dan potongan tubuh yang tersisa ini akan dibawa ke pabrik pusat pembakaran. Energi listrik dari pembakaran mereka lalu akan disalurkan ke kota-kota selatan sebagai energi komplementer dari pembangkit utama.

Cukup efisien bukan? Bahkan sesudah mati, tolol-tolol tulen ini bisa berkontribusi terhadap yang masih hidup.

Kuambil sisa rokok di kantongku yang tinggal sebatang lalu kubakar dan kuhisap lintingan tembakau terkutuk ini . Aku tidak begitu suka rokok, tapi setidaknya aroma asap rokok ini lebih baik dan cukup membantu mengurangi bau busuk mayat. 

"Hey kribooo.. cepat kau mau ditinggal apa?"

Si anak baru itu lagi, kubuka jam saku yang kuambil dari tumpukan mayat tadi... Waktu menunjukan pukul 6 petang. Memang sudah saatnya kembali, pekerjaan pun sudah selesai. Dengan langkah santai kuhampiri kereta transport kami.

Oh hampir lupa. Namaku Otong.

<Otong>
Spoiler:
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-05, 07:24
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
Oscar 
Senior
Senior
Oscar

Level 5
Posts : 830
Thanked : 13
Engine : RMVX
Skill : Beginner
Type : Writer

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
<Honoka Chikako>

Chapter 1-3 : Pertarungan

Osuka dengan tenang berdiri di depan kami semua. Dia hanya membawa enam temannya, sementara ada sekitar dua puluh orang dari sisi kami. Aku, Takehiro-san, dan para penyihir terlatih lainnya. Mengalahkan Osuka dan dedengkotnya sepertinya akan menjadi sangat mudah. Tapi kenapa? Kenapa dia begitu tenang?

Kami sudah turun dari tunggangan kami. Aku berdiri beberapa meter di depan Osuka. Kutatap mata yang memandang kami dengan tajam.

"Oi kalian berenam," kata Osuka sambil melirik ke belakang. "Kalian fokus saja pada gadis itu, biar aku yang mengurusi sisanya, oke?"

Aku mengepalkan tinjuku, memangnya siapa dia? Mengalahkan kami sendirian.

"Jangan sombong kau Osuka!" bentak Takehiro-san. "Apa kau lupa siapa gurumu?"

"Tentu saja tidak, sensei, aku selalu menghargai anda sebagai guru saya. Tetapi tidak sebagai Lunarian," katanya dengan tatapan tajam. "Anda... kalian semua tidak pantas disebut sebagai Lunarian!"

Mendengar itu Takehiro-san naik pitam dan langsung menyerang Osuka. Ia menyerang dengan menggunakan sihir. Sebuah petir keluar dari atas kepala Osuka. Petir itu jatuh di atas Osuka hingga membuat debu-debu beterbangan karena ledakannya. 

Debu-debu itu menghilang perlahan tapi Osuka juga ikut menghilang.

"Hah, kemana perginya?" Takehiro-san terkejut.

"Takehiro-sama dibelakangmu!" teriak salah satu prajurit kami.

Saat Takehiro-san menoleh ke belakang ia melihat Osuka terjun ke arahnya. Osuka mengarahkan telapak tangannya ke arah Takehiro-san dan mengenai dada kirinya. 

Beberapa saat kemudian terjadi ledakan sehingga membuat Takehiro-san terhempas dari tunggangannya dan jatuh berguling-guling di tanah, dan pingsan.

Aku hanya bisa tercengang melihatnya. Takehiro-san, seorang penyihir unggulan di kerajaan Lunarian tumbang hanya dengan satu gerakan.

"Jadi hanya segini kemampuan Takehiro-san? Sungguh mengecewakan sekali," komentar Osuka meledek.

Aku langsung berlari menyerang Osuka, tapi gadis srigala itu menghalangiku. Ia menebaskan cakar besinya, aku pun menghindar dan kusihir wanita itu. Sebuah api keluar dari tanah dan membakar gadis srigala itu, membuatnya berteriak kesakitan.

Namun gadis berambut merah masuk ke dalam api itu dan menolongnya. Ia menyedot api itu hingga habis.

"Apa?" Aku terkejut melihat gadis berambut merah itu. Dia menyedot api itu sepertinya dia bukan manusia biasa. Lalu seorang anak kecil bertelinga runcing menghampiri gadis srigala yang sedang kejang-kejang itu. Sebuah cahaya keluar dari tangannya.

Tiba-tiba aku merasa ada aura membunuh yang kuat di belakangku. Aku berbalik dan ada serpihan-serpihan es yang meluncur ke arahku. Serta merta kubuat tameng penangkal sihir untuk menangkisnya.

Aku melihat gadis berambut kebiruan berdiri sekitar empat meter di depanku sambil menghunuskan trisulanya.

Gadis kembar itu pun menyerangku dari dua arah. Gadis berambut merah mengayunkan pedangnya namun aku segera menghindar. Lalu kusihir diriku sendiri agar menjadi lebih cepat. Dengan kecepatanku yang bertambah kuhajar mereka satu persatu. Kupukul perut gadis berambut kebiruan itu dan kupukul tengkuk gadis yang berambut merah sehingga keduanya pingsan.

Namun pertarunganku masih belum berakhir. Pria setinggi dua meter itu berlari ke arahku dan menghantamkan palunya hingga membuat tanahnya retak. Ku keluarkan bola api sihir dari tanganku dan mengenainya, namun sepertinya sihir tidak melukai orang itu sama sekali.

Akhirnya kucabut belatiku dan kusematkan bom kecil hasil dari racikan kimia-ku pada gagangnya. Saat dia menyerang, dengan cepat aku memanjat tubuhnya dan kulempar belatiku ke matanya sebelah kanan. Belati itu menancap, membuat orang itu kesakitan. Beberapa detik kemudian bom di belati itu meledak membuat orang itu roboh. Aku tidak tau apakah dia hidup atau sudah mati karena ledakan itu.

Lawan terakhirku ada pria bersorban yang membawa dua sabit berantai. Agak susah melawannya, dia bisa menyerangku dari jarak menengah. Melemparkan sabitnya lalu memutar-mutarnya. Aku harus berjungkir balik untuk menghindari semua serangannya.

Akhirnya aku bisa mengalahkannya dengan sihir angin. Ku hembuskan angin dari tanganku hingga membuat dia terhempas. Saat dia berusaha berdiri segera kusihir diriku agar lebih cepat. Aku berlari ke arahnya dan kurantai dia dengan senjatanya sendiri.

Kutepuk-tepuk tanganku sambil menarik nafas panjang. 

"Akhirnya selesai juga, si Osuka pasti sudah babak belur dihajar para penyihir kerajaan."

Namun saat berbalik aku sangat terkejut. Aku melihat Osuka sedang berdiri tanpa luka sedikitpun. Sementara para prajurit sihir dibelakangnya tumbang semua. Dia telah mengalahkan dua puluh penyihir Lunarian sendirian.

"Sepertinya sekarang hanya tinggal kau dan aku..."

Dia berjalan perlahan menuju ke arahku. Di atas telapak tangannya berkobar api berwarna putih terang.

"Mari kita bersenang-senang, Chikako-chan..."
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-05, 10:26
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
superkudit 
Newbie
Newbie
superkudit

Level 5
Posts : 70
Thanked : 0
Engine : Other
Skill : Very Beginner
Type : Artist

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 112

[Pavitra]
[Chapter 1 part 3]


Pipiku kasar oleh butiran pasir, debur ombak menyapu diri, tersedot nafasku dan menghambat salurannya. Membuatku terbatuk dengan hidung perih hingga ke mata. Gelap, aku masih bingung apa yang terjadi sebelumnya. Nalar ini masih samar dan berbayang, perlahan kepingan-kepingan ingatan jangka pendek berkumpul dalam kepala.

Aku ingat, setidaknya hampir semua poinnya.

Pertama, kapal yang kutumpangi secara cuma-cuma dibajak perompak.

Kedua, aku ditipu salah satu dari mereka dengan memberiku minuman racun pelumpuh, namun kuyakin tak menelannya.

Ketiga, aku melompat dari kapal karena benar-benar kalah jumlah.

Keempat.... Aku tak tahu lagi, aku sudah ada disini. Terhempas ombak asumsiku, atau lebih buruk, para perompak itu mendapatkanku lagi.

Lidah dan mulutku yang mati rasa, kaki dan tanganku masih kurasakan, namun sangat lemas. Efek karena menampung racun di mulut terlalu lama kah?

Sundutan kecil terasa di dada kiriku, membuatku sadar sepenuhnya. Bukan merasa lega, tapi lebih seperti dilecehkan. Itu jelas perlakuan tak sopan kepada seorang wanita.

Seorang bocah, 12 tahun mungkin umurnya, menyodok-nyodok badanku dengan jarinya seolah aku hewan asing. Mataku terbuka sepenuhnya, berusaha menegur anak itu.

"Bleh!!"

"Bleh??" gumamnya heran.

He? K-kenapa ini? Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku?

"Blehblurbahh!!"

Racauku, mulai sadar dengan kondisiku, aku diam.

"Pondokku tak jauh darisini, aku akan mengantarmu kesana, kau bisa istirahat sampai kondisimu lebih baik." Tawarnya.

Aku menatapnya tajam, lalu perlahan menangguk penuh keraguan. Walau dia seorang bocah, tapi aku tak bisa sepenuhnya percaya padanya. Tapi dari sorot matanya yang tajam dan bening, terlihat tulus dan tegas. Hanya itu yang membuatku mengangguk dan menerima tawarannya.

Tanpa ragu dia memapahku ke pondoknya, badannya yang lebih kecil dariku tak menjadi halangan. Singkat cerita, kami sampai di pondok kecil miliknya. Ia medudukanku di sebuah dipan. Lalu duduk sambil mengawasiku. Sedikit tak nyaman bagiku.

"Aku tak mengerti tentang obat-obatan, atau perawatan lainnya. Kau ini sakit apa? Digigit ular laut?" tanyanya.

"Da mahalah, hebental lahi ahu ahan hulih." Jawabku dipaksakan.

"Segumpal tahi rasanya gurih?" Katanya heran, dahinya mengkerut karena benar-benar merasa aneh mendengar kalimat tersebut.

Aku tertawa lepas, memegangi perutku yang mulas karena ucapan anak itu, diikuti. Tembok es yang menghalangi kami mencair, suasana tegang menyadi hangat dan penuh tawa.

"Namaku Emilio, kau?"

"Pavitla." Jawabku cepat walau masih dalam efek pelumpuh.

"Pavitla huh? Nama yang lucu"

"Lll..!" Kutinggikan suaraku, masih belum bisa melafalkan R.

Tak kehialangan akan, kumainkan jemariku. Bagai menorehkan kuas, telunjukku menari diatas dada, membentuk pola huruf R.

"R? Namamu Pavitra?"

Emilio meyakinkan.

Aku mengangguk mantap, tersenyum kepadanya. Sedikit merah wajahnya karena tersipu, membuatnya terlihat lucu.

"Pavitra ya... Itu tetap nama yang aneh." Gumamnya.
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-06, 22:25
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
Oscar 
Senior
Senior
Oscar

Level 5
Posts : 830
Thanked : 13
Engine : RMVX
Skill : Beginner
Type : Writer

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
<Honoka Chikako>

Chapter 1-4 : Tapak Srigala

Osuka berdiri di hadapanku. Pundaknya naik turun karena bernafas. Seringai mukanya tampak penuh kelicikan, seolah kau tidak bisa menerka apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Di atas telapak tangannya melayang api berwarna putih.

"Kenapa Chikako-chan? Takut?" ledeknya.

Aku hanya bisa menelan ludah. Kenyataan bahwa dia masih berdiri setelah melawan dua puluh penyihir unggulan itu sungguh mengejutkan, sekaligus menyeramkan.

Namun aku tidak boleh gentar, aku harus bisa mengalahkannya. Cara ini mungkin adalah satu-satunya untuk mengembalikan harga diriku. Ya, menjadi anak dari seorang pengkhianat Lunaria sungguh tidak enak. Setiap hari diolok, diremehkan, bahkan dikucilkan. 

Cara agar aku bisa diterima di ras Lunarian adalah melatih diriku menjadi penyihir yang hebat. Membangun prestasi dan memberikan kontribusi kepada kerajaan. Ya, mengalahkan Osuka adalah salah satu kontribusinya.

Kucabut tongkat sihirku lalu kuayunkan ke arahnya. Kilatan-kilatan petir keluar dari ujung tongkatku menuju ke arah Osuka. Namun bajingan itu menghindari semua seranganku. Tiba-tiba dia berada di depanku, tangan kanannya sudah bersiap menghantam tubuhku. 

Aku menghindar ke samping, telapak tangannya hampir mengenaiku. Sekilas aku melihat api putih yang menyala tadi berubah mentuk menjadi lingkaran dengan gambar srigala di tengahnya.

Kuhunuskan tongkat sihirku, lalu kurapal sebuah mantra. Sinar-sinar berwarna kebiruan mengumpul di ujung tongkat sihirku. Lalu sinar itu meledak membuat Osuka terhempas, namun ia segera bersalto ke belakang sehingga saat mendarat ia tidak terjatuh.

"Hmph.. sepertinya kau sedikit lebih baik dari Takehiro," katanya sambil mencibir. "Tapi, apakah kau bisa menghindari ini? Serangan panah rembulan."

Osuka menarik kedua tangannya kebawah, kedua telapak tangannya menghadap ke atas. Tiba-tiba sesuatu seperti api yang semi-transparan seolah membakar tubuhnya. Lalu sinar-sinar panjang seperti tombak keluar dari belakangnya. Sinar-sinar itu menuju ke arahku.

Aku berusaha menghindar, namun aku tidak bisa menghindari semuanya. Beberapa mengenai tubuhku, membuat bajuku robek. Aku pun jatuh 

"Berakhir sudah!!" kata Osuka yang tiba-tiba berdiri di belakangku.

"Kata siapa berakhir?" segera kulemparkan pisau lemparku ke arahnya, namun pisau itu tidak mengenainya, pisau itu melayang tembus melewati dirinya.

"Tidak munngkin..."

Tiba-tiba punggungku terasa dipukul oleh seseorang. Ternyata Osuka telah berhasil mendaratkan tapak srigalanya di tubuhku. Setelah itu muncul ledakan dari tangannya.

"Kyaaaaaa....!!!" Aku berteriak, rasa sakit yang dipunggungku sungguh luar biasa. Rasanya seperti terbakar dan sesuatu seperti sedang menusuk-nusuk seluruh urat nadiku.

Badanku terasa kaku semua, pandanganku mulai kabur. Tubuhku ambruk ke depan. Aku tidak bisa menggerakkan badanku, pandanganku pun mulai buram, setelah itu aku tidak ingat apapun lagi.
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-07, 08:36
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
atlanteeianprojecta 
Novice
Novice
atlanteeianprojecta

Level 5
Posts : 237
Thanked : 3
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Writer
Awards:
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
<Rina Mustikasari>
<Ironbell Republic, perjalanan menuju ke Windia>

Spoiler:

Terdengar suara ombak memecah, membuatku menengok kaca disampingku. Apa kita sudah sampai?

Namaku Rina Mustikasari. Orang-orang biasa memanggilku dengan Rin, tapi ada juga yang memanggilku dengan Rina. Sebenarnya aku adalah Lonewolf Mercenary yang berkelana mencari emas. Alasan? Kesenangan, helo... Semua orang sangat memerlukan itu. Apapun kulakukan demi emas, berlian, atau apapun yang berharga. Berbeda dengan perempuan kebanyakan, aku sedikit tomboy. Bisa dibilang sedikit karena aku masih suka menulis diary sebagai catatan kehidupanku, yang kuanggap sebagai kegiatannya anak perempuan sewajarnya.
Oh ya, aku berasal dari Southern City League, tempat dimana para pencuri, bajak laut, dan penjahat kelas lainnya berada. Cukup seram, kan? Bahkan disana hampir tidak ada perempuan. Pemandangan biasa yang kulihat adalah laki-laki bertambang gede tapi jelek, seringkali kejelekan itu dibarengi dengan hatinya... yang juga jelek :P

Sudah berjam-jam aku duduk sambil memainkan konsol game yang kudapat dari negara Ironbell Republic. Iya, aku selalu suka kesana setelah selesai mengerjakan misi yang besar. Alasan? Game baru setiap bulan. Kadang aku menghabiskan beberapa keping emas untuk game aksi yang ingin kumainkan. Kadang aku juga membeli beberapa baterai cadangan untuk perjalanan. Yeah, untuk jaga-jaga karena tidak semua tempat punya teknologi canggih. Mungkin aku perempuan yang aneh, seorang mercenary, gamer, bersifat tomboy. Tapi tetap saja aku menyukai kehidupanku seperti ini. Menjadi seorang mercenary itu kehidupan bebas. Aku bisa berkelana dimana saja. Bila mencari perkejaan, biasanya aku akan disuruh untuk menjaga sebuah karavan, membunuh binatang atau kadang juga seseorang, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Tidak ada yang bisa menghalangiku melakukan hal yang kusukai.

Namun, kurasa ada hal yang hilang dari hidupku... tapi apa ya?

"Anj*ng! Mati lagi!" Umpatku ketika aku sadar bahwa karakterku kalah dalam game. Ini sering terjadi ketika aku kesal. Sampai-sampai mereka menyebutku dengan "Foul-mouthed White Wolf". Setelah itu akupun melihat kearah kaca, aku melihat... ah, daratan! Akhirnya sudah sampai juga. Meski lama, namun naik kapal feri bukanlah ide yang buruk dibanding dengan jalan kaki. Sungguh, kota Ironbell sangat jenius untuk teknologi canggih mereka. Coba bayangkan bila tidak ada mereka, tidak ada game setiap bulan. Arghh... membayangkannya aja aku sudah frustasi.

Kutaruh konsol gameku kedalam tas, kemudian kuambil sebuah pena dan buku diaryku. Aku tidak sabar tantangan apa yang akan kudapat di Windia. Aku suka tantangan baik didunia nyata maupun game. Kudengar ada gerbang di Greywood Town yang memunculkan banyak monster entah darimana. Meski aku dengar itu dari beberapa orang di Ironbell, namun tidak ada salahnya untuk melihatnya. Siapa tahu ada orang yang ingin menyewa jasa mercenary sepertiku. Tapi sebelum itu, ada yang harus kulakukan.

Spoiler:
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-07, 16:56
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
sokita 
Novice
Novice
sokita

Level 5
Posts : 217
Thanked : 5
Engine : RMVX Ace
Skill : Intermediate
Type : Jack of All Trades

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
Metalic(a) D. Dark
Chapter 1-episode 3
Aku dan Luna(1)

"Tok, tok, tok!". "METALIC! SAMPAI KAPAN KAU AKAN TIDUR!" Suara itu kencang sekali. "Hoam... Hah? Sudah jam berapa?" jam kecil di sudut meja menunjuk angka 9. Bah, baru jam segini? Ibu kelewatan. "Dok, dok, dok!" Suara gedoran semakin keras. "Ya, aku sudah bangun". Tengok kiri,
tengok kanan. Ah, aku tertidur saat menulis ini. 

Surat:

Kubaca lagi surat di meja. Hahaha, lynx, aku ingat kejadian itu. Itu kejadian saat kami masih berumur empat tahun, saat itu ayahku sering mengajakku ke tambang. Di sana, aku ditinggal sendirian di ruang penitipan anak. Tidak bisa disebut sendirian juga, karena ada satu atau dua anak lain yang juga dititipkan, tapi juga tidak setiap hari. Celakanya, hanya aku yang tidak punya teman. Ya, wajar saja, aku masih berbentuk seperti kimera waktu itu. Kau tahu lah kimera kecil seperti apa, kecil, berwarna gelap, bertanduk, bertelinga lancip, tepatnya seperti iblis kecil tanpa ekor dan sayap. Yang kuingat, hanya sesekali anak lain menyapaku, itupun dengan wajah agak ketakutan. Karena bosan dibegitukan terus, aku sering menyelinap keluar dari ruang penitipan, berjalan-jalan di kompleks tambang. 

Suatu hari, aku berjalan cukup jauh di kompleks tambang, ke area di mana aku baru bisa 
ke sana saat orang-orang besar (aku rasa mereka adalah jotun) yang menjaga tempat itu tidak ada. Area itu berbentuk lorong, banyak pintu di sisi kiri dan kanannya. Di ujung lorong kulihat ada pintu juga, cuma posisinya mengarah kepadaku. Kudekati pintu itu satu per satu, tapi, banyak suara orang dewasa yang sedang berbicara. Terus hingga akhirnya aku tiba di pintu terujung itu. Beda, di sini suasananya lebih hening sampai aku mendengar suara seorang anak kecil dari pintu itu. Aku penasaran. dengan sedikit meloncat, kuraih gagang pintu berwarna emas. Pintu terbuka, kudorong pelan-pelan, di sana, kulihat ada anak perempuan, kecil sepertiku, tapi berbeda jauh, rambutnya emas keperakan, matanya kuning cerah, cantik. Dia sedang asik dengan boneka-bonekanya. Anak perempuan itu menengok ke arahku, lalu tersenyum. Matanya yang indah itu, menatapku, dan untuk pertama kalinya di tambang ini, ada anak kecil yang menatapku tanpa rasa takut. "Hai, sini masuk". "Ya, aku masuk".
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-08, 14:57
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
rnvis 
Novice
Novice
rnvis

Level 5
Posts : 148
Thanked : 0
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Writer
Awards:
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
<Isara>
<Chapter 1-1>

Kemanakah kau 'kan beranjak?
Tempat dimana aku berada, arah terdekat menuju 'akhir' dari dunia.

Seluruh hutan dibakar oleh api membara, angin dari barat menghembuskan teriakan mereka kepada jelmaan impian dari diriku yang paling dalam untuk mengeluarkan hina mereka lebih dan lebih. Menghancurkan, mengotori, menebas... tiap batu yang menghadang mereka kan berubah menjadi larutan, tiap pohon yang menghadang mereka kan berubah menjadi arang.

Di sebuah hutan di Elyon adalah kejadian yang berada diluar nalar mahluk di laksana ini, sebuah serangkaian lansekap yang hanya dapat dilakukan oleh orang tergila.

Tentu, hutan ini hanyalah salah satu dari 'portal darurat' yang diciptakan demi pemanggilan sesaat sang 'Ibu' tertinggi, sebuah potongan satuan dari sebuah jaring yang melingkupi seluruh adam... dan hanya untuk itu saja tidaklah cukup untuk seorang Mystic sepertiku. Namun untuk pemanggilan darurat ini sudahlah lebih dari cukup -sebuah prestasi yang tak satupun mahluk mampu melakukannya tanpa membunuh jiwa mereka-.

Diantara kekacauan, diantara pecahan pemandangan yang lebih pantas berada di negeri Inferna adalah seorang jelmaan wanita. Wujudnya dikaburkan tidak karena api membara namun karena persepsi mereka yang dikaburkan oleh sebuah 'sihir' sendiri.

Berlutut dihadapannya adalah aku.

"Maafkanlah aku atas kelancanganku, Restalia Magdalena. Representatif dari Mother of the Seventh sendiri. Perlukah hamba memperkenalkan--"

"Tak perlulah kau melakukan itu, Lord Seven, karena 'halangan' dari Ibu sendirilah yang memaksamu untuk melakukan ritual hina ini."

"Itu tidaklah benar, tak sedikitpun dari hati dan ragaku yang menolak, membenci aksi ini."

Sang anak -tidak, seorang pria muda mungkin?- terus memberi kata-kata sopan, tiap-tiap cakap yang telah keluar diberi dengan sepenuh hati, penuh cinta, namun dilumuri dengan racun sedingin salju. Sang wanita tak berwajah memberi kata-kata pujian dan permintaan maaf. Namun, semua ini dapatlah menunggu... disaat setan puncak telah binasa lah kita 'kan bertemu lagi, di kampung halaman ini...

"Gerbang Puncak telah terbuka, membawa diri-nya ialah belis laknat nan sundal. Kau, beserta saudara-saudara kita, para pemberani dan para penenun... bersediakan kau untuk menyelamatkan negeri ini? Dunia ini dari apa yang tidak pantas?"

Aku membuka mataku, dengan seluruh jiwaku lah aku menatap ilusi di depanku, menuju hati mereka yang paling dalam seakan mencari sebuah titik merah nan hitam.

"Biarlah ini terlaksanakan. Sebab segala yang salah kan ditumpas."

Biarlah permainan, biarlah makaber ini terbuka demi kita semua.

Tumpas, bunuh, binasa.
Mencabuli, menguasai, meninggalkan.

Kemenanganlah kepada kita!

Biarlah kita terus mengulangi ini, selama jiwa kita terus ada maka kita kan bangkit beratus-ratus kali, berjuta-juta kali sekalipun... kita akan terus melawan. Tubuh kita bagai raksasa perang yang telah diskluptur sedemikian rupa hingga semua Jotun akan berlutut dihadapannya. Hati kita ditempa sedemikian rupa, sangat tajam dan perkasa hingga semua bani Zephyr akan berlutut dihadapannya.

Dengan anggukan (dan mungkin sebuah senyuman kecil), apparatus di hadapanku lenyap tanpa sedikitpun jejak. Tugasku disini telah usai, saatnya terus menuju ke depan...

Yang tertinggal ketika baskara menjelma hanyalah reruntuhan dari kehijauan yang telah lenyap. Meninggalkannya sambil menaikkan tudungku, aku terus melantunkan sebuah vers yang telah lama terlupakan diantara kita semua.

'Biarlah apa yang ada akan terus ada, hingga titik puncak dimana kita ada diantara hilang dan dimiliki.'

Yang tertinggal diantara semua ini adalah sebuah bunga sharon tunggal, sebuah tanda bahwa perjuangan telah lahir disini, dimana kehancuran pernah terjadi.
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-08, 15:31
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
LightNightKnight 
Topeng Buaya
LightNightKnight

Level 5
Posts : 799
Thanked : 6
Engine : RMVX
Skill : Intermediate
Type : Developer

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
<Alfred Bridgestone>
<Zephyr Empire>


Chapter 1-1 : Trouble

"Kita sudah sampai, tuan Alfred."
"Hush! Udah keliatan dari tadi kalo kita sudah sampai. Aku takkan pernah lupa dengan pemandangan menyesakkan di tempat seperti ini."

Aku turun dari kendaraan uap beroda empat yang kutunggangi ini, dan tak lama kemudian pengendara itu meninggalkanku bersama dengan kendaraannya.

"Sampai kapanpun gak akan pernah terbiasa ane dengan barang - barang aneh milik Ironbell, bikin pening~!"

Aku kemudian membuka catatan kecil yang ada di kantong celanaku, kemudian mulai membaca sambil berjalan - jalan tanpa tentu arah. 

"LimeStone Road 5 no. 34, dari pintu masuk, lurus menuju jalan utama, kemudian belok kanan menuju pusat perbelanjaan, tapi jangan memasuki gerbangnya, belok kiri, kemudian etc etc etc etc.....

THIS SH*T IS CONFUSING!!!!"

Kubanting catatan kecil yang ternyata PWANJANGNYA bukan main tersebut! Sebenarnya dimana dia tinggal ini, alamatnya panjang sekali.

"Mending nanya orang sekitar, lebih cepat."

Aku melihat - lihat sekeliling apakah ada orang yang bisa kutanyakan arah, dan kulihat ada seorang prajurit sedang berpatroli.

"Hei nak, kau tahu dimana Limestone Road 5?"

"Eh? Bapak tinggal jalan lurus saja dari sini, nanti sampai di air mancur ada petunjuk jalan."

Hah? gimana sih? alamat yg diberi ribetnya bukan main, nanya orang masa simpel gini????

"Herm... oke, makasih nak!"

Aku langsung berjalan lurus menuju arah air mancur.

"...."

Sambil berjalan menuju kearah air mancur didepanku tersebut, aku melihat - lihat sekelilingku, sebuah pemandangan yang sangat tidak enak.

"Pantas saja 'dia' memberikan alamat kampretnya bukan main...."

Slavery....
Aku baru ingat kalau di tempat ini, perbudakan adalah suatu hal yang legal, jadi tidak heran jika di satu sisi kota ada sebuah tempat dimana ratusan budak beserta masternya berkumpul dalam satu tempat.

"*sssssh....."

Aku menarik nafasku dalam - dalam, mengepalkan tinjuku dan kutaruh disamping pinggangku, mengambil kuda - kuda seakan akan meninju seseorang.

"HAH!!!!"

Kulayangkan pukulanku tanpa arah diikuti dengan suaraku yang sangat nyaring seperti toa. Seluruh orang yang ada di sekelilingku terkejut dan langsung memandangkan pandangannya kearahku.

"Hehe...."

Dan dalam sekejap itu juga, semua segel budak yang ada di daerah tersebut hancur berlebur, membebaskan para budak dalam sekejap. Detik itu juga, kekacauan terjadi dimana - mana, para budak raksasa dan perkasa mulai mengamuk dimana - mana, Budak wanita mulai melarikan diri. Para penjaga kelabakan untuk menenangkan situasi, dan akan sangat lama menunggu bala bantuan dari pusat kota.

"HAHAHAHAHAHAHA!!!!!"

"ALFRED!!! APA YANG KAU LAKUKAN?!?!"
"Oh...?"

Mendadak ada seorang noble berjalan kearahku sambil meneriakkan namaku keras - keras. Orang inilah yang telah seenaknya memanggilku kedalam kota bau seperti ini.

"KENAPA KAU TIDAK MENGIKUTI PETUNJUK YANG TELAH KUBERIKAN?!?!"
"RIBWET SUU!!! Nanya orang malah langsung ketemu neh!"
"TAPI LIHAT APA YANG TELAH KAMU LAKUKAN!!!!"
"MANGKANYA JANGAN PERNAH LAGI PANGGIL ANE KE KOTA BAU MACAM INI! EMANG GK BISA KETEMUAN DILUAR KOTA APAH?!?!"
"... Ini bukan sesuatu yang bisa kulakukan di luar wilayah kekuasaan ini...."

"... Jelaskan...."
"Nanti! Sekarang kita mengasingkan diri dari tempat ini, sebelum para jendral dan kaisar datang untuk meredakan situasi disini!!!"
"Ok~Ok~"

Aku mengikuti Noble tersebut menuju kediamannya, entah apa yang dia inginkan sampai harus memanggilku ke tempat seperti ini....

"... Kuharap bukan sesuatu seperti menyuruhku tinggal di tempat seperti ini...."

_____________________________________________________________

Character Introduction :

Alfred Bridgestone
Age : 72
Seorang mantan pelaut yang telah mengarungi seluruh lautan di seluruh penjuru dunia. Memiliki kemampuan bertarung diatas rata - rata dan ditakuti oleh banyak negara. 

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 FowHCce
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-08, 19:48
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
atlanteeianprojecta 
Novice
Novice
atlanteeianprojecta

Level 5
Posts : 237
Thanked : 3
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Writer
Awards:
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
<Rina Mustikasari>
<In Windia Kingdom>




"Anu... ini... aku rasa aku tidak akan main game untuk beberapa minggu kedepan..."
Kaget, perasaan yang kurasa ketika menginjakkan kaki di negara ini. Aku berani taruhan tidak akan ada stopkontak untuk mencharge konsol gameku. Disini sangat primitif sekali! Banyak orang berlalu di kota ini. Tapi bukan itu fokusku yang sebenarnya. Rumah-rumah yang tidak seperti yang kulihat di Ironbell, sangat primitif menurutku. Namun aku nggak boleh menyerah, mungkin ada cara bagaimana bisa mencharge konsol ini. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana cara menuju ke Greywood Town. Sekalian juga aku bertanya-tanya pada orang-orang tentang info seputar gerbang kontroversial nan gede itu.
Oh ya, baru lupa. Nulis diary dulu...

Spoiler:

Akupun menutup bukuku, kutengok kesana kemari berusaha mencari sebuah penginapan. Namun aku tidak punya ide, tidak ada tulisan "Hotel" atau "Inn" atau apalah di tempat-tempat. Huft, cari penginapan aja susah amat. Belum lagi besok aku harus cari informasi tentang arah menuju Greywood Town.

Uh! Aku bingung! Akupun mengacak-ngacak rambutku. Masa' aku harus masuk keluar bangunan cuma buat ngecek itu penginapan atau enggak?

"Butuh bantuan, nona?"


Terakhir diubah oleh atlanteeianprojecta tanggal 2014-09-09, 17:27, total 1 kali diubah
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-08, 20:47
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
LightNightKnight 
Topeng Buaya
LightNightKnight

Level 5
Posts : 799
Thanked : 6
Engine : RMVX
Skill : Intermediate
Type : Developer

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
<Alfred Bridgestone>
<Zephyr Empire - Noble House>


Chapter 1-2 : Favor

"Gak ada makanan yg lebih elit lagi woi? Masa' cuma ngasih ane biskuit gula?"

"Ini buatan istriku. Setidaknya cobalah icipi dulu."

Aku mulai duduk di kediaman temanku ini sambil meraup 5 biskuit gula dengan 1 tangkap tanganku, dan didepanku adalah temanku dengan istrinya, yang melirikku sinis.

("Suamiku, kamu yakin bisa mempercayai orang ini? Dia ini kan Bajak Laut....")
("Tenang saja. Meskipun dia orangnya memang kasar dan seenaknya, dia adalah teman baikku yang telah memberikanku posisi seperti ini.")

"Dan sebagai catatan, nyonya. Aku adalah pelaut, bukan bajak laut."

"Eh?!"

Kebetulan aku memiliki pendengaran yang cukup tajam, jadi mudah saja bagiku menyadap apa yang dibisikkan olehnya.

Sebagai sedikit pengenalan, Ulfric Clamrouse, temanku ini, adalah seorang pedagang pengelana yang, secara kebetulan, menaiki kapal yang tengah diserang oleh bajak laut. Selama didalam kapal tersebut ia diperbudak macam - macam sampai akhirnya aku yang menyelamatkannya dari para bajak laut tersebut. Sejak saat itu, ia hanya mau berdagang sambil menumpang kapalku saja. Buatku juga menguntungkan karena ia selalu mensponsori kapalku dengan biaya yang bukan main besarnya, sehingga aku bisa hidup santai - santai seperti ini sekarang meski sudah tidak melaut.

"Jaga cara bicaramu! Jangan karena mentang - mentang kau adalah teman baik suamiku, kau boleh bersikap seenakmu seperti itu!!!"

"Su... sudahlah Erica... apalagi Alfred saudaraku ini sebenarnya lebih tinggi derajatnya daripada kita...."

"Nelayan bau seperti dia lebih elit daripada kita!? Apa yang kau katakan ini, suamiku!?!??!"

"Bukan aku mau mengada - ada, Erica sayang... kalau boleh aku cerita....

Alfred memiliki istri seorang gadis noble dari benua lain, berlaut hanyalah salah satu hobinya."

"Apa?"

Waduh, mulai ngawur lagi ini bocah...!

"Woi, Ulfric. Biar kuluruskan ceritamu itu. Aku memang sudah memiliki anak dan cucu. Tapi mereka bukan istriku."

"A... Alfred...!!"

"Apa!? Apa maksudmu mereka bukan istrimu?!?! dan siapa 'mereka'?!?!?!?"

"Selir. Kalau dihitung dari gadis - gadis yang telah hamil dan mempunyai anak, kira - kira ada 5 gadis."

Yah~, tidak bisa disangkal, selama perjalananku bersama Ulfric dalam perdagangannya, ane ketemu banyak pedagang dan Noble yang membawa anak gadisnya, yang entah kenapa, selalu tertarik denganku. Sekarang ane memang sudah tua dan berbau, tapi dimasaku dulu, akulah pria tertampan diantara para awak - awak kapalku. Ditambah dengan keperkasaan dan kejantananku, tidak ada satupun anak gadis yang tahan setelah melihatku.

"JAHANAM! BAJINGAN! KOTOR! TAK SUDI LAGI AKU BERADA DI RUANGAN YANG SAMA BERSAMAMU!!!!!!"

Setelah mengeluarkan kata - kata tersebut, ia mulai meninggalkan ruangan ini dan membanting pintu rumahnya sendiri.

"...."

"Jadi? Ada masalah apa sampai - sampai kau harus memanggilku ke tempat seperti ini?"

"Ah, hampir lupa."

Sambil meletakkan tangannya diatas dengkulnya, ia sedikit membungkuk kepadaku.

"Alfred, aku ingin.... menitipkan gadisku padamu."

"HAH?!?!?!?"

Aku terkejut dan tersedak biskuit gula mendengar kalimatnya itu, dan bersegera meminum teh yang ada didepanku.

"KAMPRET! Barusan ane udah cerita jelas - jelas kalo ane ini udah merkosa berapa banyak cewe, bahkan 5 dari cewe - cewe itu udah hamil! Dan situ mau nitipin anakmu ke ane?!?!?"

"De... dengar dulu!!!"

Sesaat Ulfric panik, kemudian kembali menenangkan dirinya.

"Kamu... pernah dengar mengenai Colossal Gate kan?"

"Ah... sarang monster yang nongol out of the blue itu ya?"

"Jadi begini....

Anak gadisku ini adalah seorang prajurit Zephyr Empire ...."

"Hoo... lalu?"

"Anak gadisku itu sangat tertarik dengan ekspedisi Colossal Gate tersebut, namun sialnya, ketika ia tengah merekrut orang - orang untuk mengikutinya dalam ekspedisi tersebut...."

"... lalu...?"

"Tidak ada yang mau... tidak ada yang mencoba mengikuti jejak anak gadisku."

"Jadi... dia tidak jadi berangkat...?"

"Tidak, pada akhirnya, ia memutuskan untuk berangkat sendiri."

"Wuih, nekat."

"Oleh karena itu, Alfred! Aku ingin meminta tolong padamu! Aku tidak yakin anakku bisa bertahan hidup sendirian di tempat mengerikan seperti itu! Kumohon!!!"

Ulfric menundukkan kepalanya serendah - rendahnya.

"... Kenapa mesti ane? Apa kau tidak bisa merekrut jendral di sini?"

"Aku tidak yakin bisa mempercayai anak - anakku pada keparad - keparad itu...."

"Tapi kepadaku? Ingat sudah berapa gadis yang kuhamili~!"

"... Apakah mereka masih sering berkomunikasi denganmu...?"

"... Masih sih...."

"Kalau begitu tidak ada yang perlu kukhawatirkan...."

Aku terdiam, memikirkan permintaan yang ditawarkan oleh Ulfric.

"Aku akan membayarmu berapapun yang kau mau, jadi-"

"Tidak perlu menyembah - nyembah kepada lelaki seperti dia, Ayah! Aku bisa menjaga diriku sendiri!!"

Mendadak seorang gadis dengan perlengkapan yang sangat komplid beserta barang bawaannya yang bukan main beratnya itu keluar dari pintu kamar.

"Signum...! Tidak, tak bisa! Kau tak tahu betapa mengerikannya tempat tersebut!!"

"Sudah kubilang aku tidak apa - apa! Tapi aku tidak mau kamu menyembah - nyembah orang itu!!!!"

"Tapi....!"

Gadis ini kah...? Yang ingin pergi ke Greywood?

"Jadi kamu, bocah? Yang mau menerjang Colossal Gate sendirian?"

"Aku bukan bocah!!! Namaku Signum Clamrouse!"

"Bener e ngapain kau kesana? Buang - buang nyawa."

"Aku tidak buang - buang nyawa!!! Aku harus pergi ke tempat itu sekarang juga!!!"

"Kenapa?"

Satu ruangan menjadi hening, menanti jawaban Signum 

"... Guruku dan temanku.... Randgris... Veena... ada disana...."

"...."







Aku berdiri sejenak, kemudian mengambil barang bawaannya dan menentengnya dipundakku.

"A... apa yang kau lakukan dengan barang - barangku!?!? Kembalikan!!!!"

"Berisik."

*PLAK!!

Kusentil helm yang ada dikepalanya hingga terpental.

"KYAAH!!!"

"Alfred... apa yang....?"

"Gadis polos hijau sepertinya bisa mati sebelum menginjakkan kakinya di Colossal Gate....

Biar kuubah dia jadi wanita~!"

"Tu... tunggu! Kembalikan barang - barangku!! Pedangku! Tamengku!!!!"

"Alfred...."

"Bocah nekat! Dengar baik - baik!!!!!"

"NAMAKU SIGNUM!!!!"

"Namaku Alfred Bridgestone! Kalau kau masih mau hidup sebelum dan setelah memasuki Colossal Gate, turuti semua perintahku!!!"

Kutarik tangan gadis dan barang - barangnya dan kuseret ia keluar dari kota menjijikkan ini.

"LEPASIN! SAKIT!!!!"

----------------


Chapter 1 End
__________________________________________

Character Introduction :

Signum Clamrouse
Age : 19
Seorang tentara Zephyr Empire yang bertekad untuk memasuki Colossal Gate. Dedikasi dan kenekatannya hampir tiada tanding, sehingga orangtuanya tidak bisa mencegahnya pergi menuju tempat - tempat berbahaya.

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 KlmnOdq
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-14, 19:08
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
Mochamad Hilman 
Novice
Novice
Mochamad Hilman

Level 5
Posts : 121
Thanked : 1
Engine : RMVX
Skill : Intermediate
Type : Jack of All Trades

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
Runa Styarde
Chapter 1-2 : Even the Moon is my “bad luck”...

Aku tiba-tiba melompat dari tempat tidurku dan membentur sesuatu, kemudian terjatuh kembali ke tempat aku tadinya tidur. Mataku berkunang-kunang, tapi tak lama pandanganku mulai pulih. Mataku menangkap cahaya redup dari sebuah cahaya di ujung ruangan.

Entah apa yang mempengaruhiku, aku bergegas berdiri, kemudian menghampiri cahaya itu. Tiba-tiba sebuah tangan menggapai kakiku, membuatku tersentak. Aku menoleh ke asal tangan itu, pemiliknya adalah seorang pria tua botak yang matanya agak juling dan memaki baju compang-camping.

“Anak muda! Kau pikir apa yang kau lakukan?!”tanya pria tua itu dengan suara serak.

“Hei! Aku mendengar sesuatu dari sana!”terdengar suara seorang pria lain.

“Cepat tiarap,bodoh!”kata kakek itu dengan suara yang lebih pelan.

Tanpa menghiraukan peringatan kakek itu, aku melepas pegangannya dan berlari menuju cahaya yang kulihat tadi. Namun, sebuah tangan lain menarik kakiku, membuatku tergelincir dan jatuh dengan wajahku ke lantai kayu di bawahku. Meski aku terjatuh, tapi tangan kiriku berhasil menggapai sesuatu di depanku, sesuatu berbentuk silinder dan terbuat dari logam.
 
“Hei! Budak ini berusaha kabur!”
 
Aku dapat melihat beberapa pria berbaju besi menodongkan sebuah tongkat besi padaku. Apa dia tentara kerajaan? Tubuhku langsung gemetar, aku berusaha bangkit, tapi tubuhku menolak untuk bergerak.
 
Tak lama, seorang dari mereka masuk melalui sebuah pintu di ujung ruangan dan menggengam rambut kepalaku, menarinya hingga aku terangkat dari tanah, kemudian tangan lainnya mencekik leherku dan melepas genggamannya pada rambutku.
 
“Hei, budak, apa yang kau lakukan? Mau kabur,ya?!”
 
Aku tak berani berkata apa-apa, tapi ada yang mengganjal di pikiranku.... Budak? Kenapa mereka memanggilku budak? Ah... iya juga... aku ingat bagaimana aku ditangkap para pedagang budak itu setelah terbawa arus sungai. Berarti sekarang aku di tangan mereka... sial, kenapa aku harus terlibat dalam situasi ini?!
 
Aku mengumpulkan sisa kekuatan yang kumiliki untuk mencengkram tangan yang mencekik leherku. Namun, tak peduli seberapa sering aku mencoba, kedua tanganku tidak bisa melepas cekikan pria itu. Melihat tindakanku, pria itu langsung melemparku kembali ke tembok di dalam ruangan berjeruji di belakangku.
 
“Sana! Kembali tidur! Kalau aku sudah sampai di Windia, kau takkan pernah tidur lagi!”pria itu mengakhiri kalimatnya dengan sebuah tawa menggelegar.
 
Aku terbaring tak berdaya di pojok ruangan, budak lainnya yang tadi sempat bangun kembali tidur. Meski aku terbaring, meski mataku tertutup, aku masih terjaga.
 
Aku terduduk, kemudian mataku mengedar ke seluruh sudut ruangan. Ada sekitar lima orang di dalamnya termasuk aku, tapi kami saling berdesakan, ditambah langit-langitnya yang begitu rendah sampai tadi aku harus sedikit membungkuk untuk bisa berjalan. Ada sebuah pintu di satu sudut ruangan, tapi tentu saja pintu itu dihalang oleh kumpulan jeruji di depanku.
 
Mataku terpaku pada sebuah jendela berjeruji di ujung ruangan, tentu saja, jendela itu di balik jeruji.  Melalui jendela itu, aku dapat melihat air sejauh pemandangan dan beberapa bangunan berjejer di sebelahnya. Saat ini pasti aku berada di dalam sebuah kapal. Namun, ada hal lain yang menarik perhatianku, sebuah bulan purnama dalam bingkai itu.
 
Bulan purnama,ya? Aku jadi ingat tentang rasku sendiri, Lunarian. Konon, leluhur kami berasal dari bulan, tapi karena suatu musibah, mereka terpaksa meninggalkan bulan dan mengungsi di bumi.  Lunarian yang selamat mencampur darah dan keturunan dengan ras lain di dunia ini, hingga hanya segelintir Lunarian yang berdarah asli, yaitu keluarga besar kerajaan Lunaris.
 
 Meski bukan Lunarian berdarah asli, Lunarian berdarah campuran memiliki suatu karakteristik yang juga dimiliki Lunarian berdarah asli, sihir kami. Tidak seperti ras lainnya yang menarik sihir dari dalam diri mereka atau essensi alam di sekitar mereka, kami para Lunarian menarik sihir dari bulan. 
 
Memang terdengar aneh dan kurang masuk akal, tapi begitulah yang diajarkan para Lunarian pada anak mereka. Namun, pernyataan itu tidak salah pula, karena setiap bulan purnama datang, kami merasa begitu nyaman dan sihir kami menguat selama bulan purnama bersinar.
 
Sihir... menguat.... dua kalimat itu menggema di kepalaku. Aku teringat akan tangan kiriku yang membawa kesialan.... lebih tepatnya sihir kesialan. Biasanya, apapun yang kusentuh dengan tangan kiriku akan mengalami kesialan dalam waktu dekat, tapi untungnya aku sudah membungkus tangan kiriku dengan sebuah saru.....
 
“T-Tidak ada?!”aku berteriak spontan.
 
Tangan kiriku telah kuangkat di depan kepalaku. Ya, sarung tanganku tidak ada di sana. Sekarang, kalau aku perhatikan, aku bahkan tidak memakai kaos putih lusuh yang selalu kukenakan, aku hanya memakai sebuah celana pendek kehitaman.
 
“Diamlah!” teriak seorang budak.
 
“Aku mencoba untuk tidur!”
 
“Jangan ribut, woi!”
 
Suara ketiga budak dalam sel yang kutempati ini semakin gaduh. Mereka bertiga sampai berdiri dan mulai dorong-mendorong sesamanya, tidak lama lagi pasti akan terjadi pukul-pukulan.
 
“Kubilang diamlah budak!”
 
Pintu di pojok ruangan terbanting terbuka, tapi saking kuatnya bantingan itu, pintu itupun copot dari engselnya. Pria berbaju besi yang mencekikku tadi tampak lebih marah dari sebelumnya. Ia membuka pintu sel kami dan mulai memukul ketiga budak yang sedang ribut tadi.
 
Ketiga budak itu berhenti bertengkar, kemudian bekerja sama melawan penjaga itu. Awalnya si penjaga kewalahan, tapi lama kelamaan para budak itulah yang kewalahan karena harus berkali-kali memukul baju besi si penjaga dengan tangan kosong. Saat para budak itu babak belur, tiba-tiba suara percikan air terdengar seraya sang penjaga terperosok ke lantai kayu di bawahnya.
 
Untungnya, lubang itu seukuran dengan pira itu, sehingga ia hanya tersangkut sampai ke dada. Pria itu berteriak meminta tolong, tapi yang ia lihat hanyalah tiga budak yang telah ia hajar habis-habisan, sedang berdiri di depannya dengan senyuman menyeringai di wajah mereka.
 
“Tinggalkan saja pria itu. Tanpa kalian hajar, dia akan jatuh sendiri ke lautan dengan baju beratnya”terdengar suara serak dari pojok ruangan. Kami semua menoleh ke asal suara itu, seorang kakek tua yang bersama kami sejak awal. “Ini kesempatan kalian untuk kabur, sana! Cepat pergi!”perintah kakek tua itu.
 
Ketiga budak itu tampaknya mengerti perkataan kakek tua itu, kemudian berlari keluar dari sel ini.
 
“Kau juga hendaklah bergegas, nak”
 
Aku tak mau peduli dengan kakek tua ini, tapi aku secara refleks aku bertanya
“Bagaimana dengan kau sendiri kakek tua?”
 
“Udah, nggak usah dipikirin. kamu pergi saja duluan!”
 
Bah... terserah apa kata dia. Aku segera meninggalkan kakek tua dan ruangan sel itu, ke ruangan berikutnya. Di balik pintu itu, sama seperti ruanganku sebelumnya, gelap dan sangat kurang pencahayaan. Namun, di ujung ruangan itu, aku dapat melihat cahaya terang dari dua buah lilin, menyinari ketiga budak tadi. Ketiga budak itu memukul dan menendang pintu di antara kedua lilin itu, tapi tak peduli seberapa sering mereka memukul, pintu itu tidak bergeming sedikitpun.
 
Aku berjalan menghampiri mereka, saat itu pula, aku menyadari kehadiran dari mahluk yang mendiami ruangan ini. Kepalaku tak henti-hentinya berputar, melihat ke semua sudut ruangan. Belasan... tidak... puluhan mata memandangku dari segala arah.
 
Biasanya, sebuah kapal akan memiliki satu ruangan besar yang akan dipakai untuk menyimpan muatan mereka, sama seperti ruangan yang berisi kotak-kotak dan tong berlabel ini. Ada beberapa kasus mereka memakai kandang besi jika membawa binatang, tapi kapal ini tidak membawa binatang, melainkan manusia... atau sekarang, mereka di sebut dengan “budak”.
 
Budak-budak itu memandangku dengan memelas, tangan mereka menjulur-julur keluar dan beberapa di antaranya berteriak “Lepaskan kami!Tolonglah kami!”
 
Aku mengabaikan mereka dan tetap berjalan ke ujung ruangan dimana ketiga budak tadi berada. Tiba-tiba pintu besi itu terbuka. Aku pikir ketiga budak itu telah membuka pintu besi itu, tapi tidak. Seorang penjaga berpakaian besi memasuki ruangan itu dan langsung menghajar ketiga budak itu.
 
Tidak seperti sebelumnya, ketiga budak itu sudah babak belur setelah dihajar penjaga sebelumnya, mereka tak akan punya peluang menang, jadi selagi penjaga itu sibuk meladeni mereka, aku langsung melompat ke sebuah tong dan bersembunyi di dalamnya.
 
Setelah ketiga budak tadi gugur, penjaga itu memanggil kawannya dan menggotong mereka ke sel kami sebelumnya. Saat itu pula, aku mendengar suara budak di belakangku.
 
“Di balik ruangan itu, ada sebuah meja dengan belasan kunci. Ambil kunci-kunci itu, kemudian lepaskan kami, kalau tidak, aku akan memberi tahu keberadaanmu pada mereka”bisik budak itu padaku.
 
Aku menengok ke asal suara itu. Pemiliknya adalah seorang pria botak dengan bekas cakaran besar dari pipi kanannya ke mata kirinya, tampaknya sebelum jadi budak, dia adalah seorang  tentara atau pasukan bayaran.
 
 Sial... aku tidak ingin berurusan dengan penjaga-penjaga itu, tapi akan lebih merepotkan kalau aku membawa mereka bersamaku. Namun, aku tidak punya pilihan lain...
 
Dengan cepat aku menghampiri pintu besi di ujung ruangan itu, hanya ada sebuah ruangan kecil di balik pintu itu dan benar juga perkataan budak tadi, ada meja yang di atasnya tergantung beberapa kunci. Aku terlalu terburu-buru dan tak sengaja mengambil salah satu kunci dengan tangan kiriku, membuat kunci itu patah seketika. Aku tidak mau merusak kunci lagi, jadi aku mengambil beberapa kunci dengan tangan kananku.
 
Saat aku kembali ke dalam ruangan kargo, ketiga penjaga berbaju besi tadi telah berada di depan pintu ruangan selku tadi. Mereka menoleh ke arahku, kemudian berlari  ke arahku. Aku langsung melempar kunci-kunci yang telah kudapat ke sel budak yang memintaku tadi.
 
Sekarang, aku berbalik lagi ke tiga penjaga yang berlari ke arahku. Aku tahu bahwa aku tidak punya senjata, tak peduli berapa kalipun aku menyerang aku akan melukai diriku lebih dari aku melukai mereka. Namun, aku punya sesuatu yang selalu dibanggakan kaumku, sihir.
 
BARRIER!”
 
Aku membuka telapak tangan kananku, kemudian mengarahkannya pada salah satu penjaga. Partikel-partikel keperakan menyembur keluar dari telapak tanganku, kemudian membentuk sebuah Barrier keperakan di antara kami berdua.
 
Penjaga pertama melepaskan sebuah pukulan ke arahku, tapi aku berhasil menahannya dengan Barrierku.
 
“BARRIER!”kuteriakan mantraku untuk kedua kalinya.
 
Sebuah Barrier keperakan menyelimuti tangan kiriku, kemudian aku bangkit dan dengan kedua tanganku, aku mendorong Barrierku sampai menghantam sosok itu. Namun, aku tak pernah memiliki kekuatan fisik, jadi hantamanku hanya membuatnya terdorong beberapa langkah ke belakang.
 
Penjaga kedua mengambil sebuah pipa besi dari kotak di sampingnya, kemudian menghantamkannya pada Barrierku. Pukulannya tidak berhenti di sana, ia menarik kembali pipanya, kemudian memukulkannya lagi pada Barrierku.
 
Penjaga ketiga berlari ke sampingku, kemudian melepas sebuah pukulan ke wajahku. Aku terpental oleh pukulan dari sarung tangan besinya, lalu menghantam jeruji sel di belakangku. Penjaga itu menghampiriku, lalu mulai menendang-nendang dengan kakinya.
 
Penjaga kedua ikut menghampiriku dan mulai mengayunkan pipa besinya. Pada serangan pertama pipa itu saja sudah membuat sebuah retakan besar pada Barrierku. Kedua penjaga itu bergantian menyerang, dimulai dengan ayunan pukulan dari penjaga kedua, kemudian tendangan keras oleh penjaga ketiga.
 
Setiap serangan mereka membuat retakan pada Barrierku semakin banyak, tidak memakan waktu lama sampai Barrierku pecah menjadi serpihan-serpihan kecil.
 
Ini sudah berakhir.... Runa Styarde... nama yang tak akan di ingat siapapun dalam sejarah, menghabiskan waktu hidupnya sebagai budak tidak berguna dan mati tanpa ada yang peduli sekalipun.
 
...Atau paling tidak begitulah yang kupikirkan...
 
Aku tak mampu berkata apapun... ketika kedua penjaga itu tiba-tiba membentur sel di belakangku. Aku menjauhkan diriku dari kedua penjaga itu, kemudian menengok ke arah kedua penjaga itu. Dua buah tangan menggeliat keluar dari dalam sel itu dan mengunci leher kedua penjaga itu.
 
“Hei kau! Awas belakangmu!”sorak seorang budak.
 
Aku segera menggelinding ke samping sebelum suatu benda menyambar tempatku barusan. Di belakangku berdirilah penjaga pertama tadi, aku tak tahu bagaimana dia mendapatkannya, tapi ada sebuah pedang di tangan kanan pria itu.
 
Penjaga itu mengangkat pedangnya tinggi-tinggi kemudian menghujamkannya padaku. Aku berguling lagi dari serangannya, tapi kali ini terakhir kalinya aku melakukannya, karena aku telah membentur sebuah dinding.
 
Pandanganku mulai kabur, nafasku semakin berat, keringat dingin mengalir dari dahi ke wajahku. Sial... aku harusnya ingat kalau setiap bulan purnama kekuatan fisikku semakin lemah karena tangan kiriku menyedot lebih banyak tenaga dari biasanya. Jadi, kelebihan rasku juga termasuk dalam kelemahanku.
 

Saat pandanganku kabur, aku mendegar suara benturan yang sangat keras. Aku mendengar percakapan beberapa orang, tapi aku terlalu lelah untuk menangkap perkataan mereka. Hal terakhir yang kuingat adalah tubuhku diangkat ke suatu tempat...


Next : Sebuah Hutan di Teokrasi Elyon


Terakhir diubah oleh Mochamad Hilman tanggal 2014-09-14, 19:12, total 1 kali diubah (Reason for editing : Proofing :D)
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-18, 19:47
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
MasterThief 
Newbie
Newbie
MasterThief

Level 5
Posts : 2
Thanked : 0
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Databaser

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
<Straight Elrission>
<Southern Cities League, perjalanan ke Greywood>
Chapter 1
 
MasterThief.... itulah julukanku. Tentu saja aku mendapatkan julukan itu karena aku adalah seorang pencuri profesional. Aku sangat terkenal di Liga kota-kota selatan. Banyak dari para korbanku yang menyewa mercenary untuk memburuku dan membunuhku. Akan tetapi, aku selalu lolos dari mereka. Bahkan, aku pernah mencuri barang-barang mereka. Keren bukann??

Aku mencuri ada tujuannya. Tujuanku adalah untuk bertahan hidup. Yaps, aku adalah anak yatim piatu dari keluarga yang sangat miskin. Orang tuaku dibunuh oleh penjaga seorang saudagar. Kalian pasti bertanya-tanya kenapa para penjaga tersebut membunuh orang tuaku. Dulu, pada saat aku masih kecil, orang tuaku bekerja dengan keras untuk memenuhi kebutuhan kami. Tapi, saat sedang bekerja, ada seorang saudagar yang kaya raya yang mengira bahwa orang tuaku yang sedang bekerja dirumahnya itu adalah seorang pencuri. Lalu, dia menyuruh para penjaganya untuk membunuh orang tuaku tanpa belas kasihan. Dia membunuh orang tuaku di depan mataku. Aku pun menjadi dendam dan ingin membalas apa yang telah dia perbuat kepada orang tuaku. Akhirnya jadi seperti inilah aku sekarang.

‘huaahhh... sepertinya ini pagi yang indah.” Kataku di dalam sebuah kereta kuda yang menuju kota Greywood. Di kereta kuda yang kunaiki tersebut, ada 2 orang yang membicarakannku.

“hey,kau tahu kejadian tadi malam?”

“tidak, ada apa memangnya?”

"rumah saudagar liary kemalingan.”

“tidak salah lagi, ini pasti ulah MasterThief!”

“tentu saja, sudah banyak korban pencuriannya”

Seperti itulah yang mereka katakan tentang kejadian tadi malam. Aku merampok di rumah saudagar liary tadi malam. Dia telah menyiksa banyak sekali pekerjanya. Oleh karena itu, aku membalas apa yang telah dia lakukan pada pekerjanya.

Tujuanku pergi ke Greywood adalah aku ingin masuk ke dalam Colossal Gate. Mengapa demikian? Sejak dulu, aku sangat tertarik pada dunia lain. Jadi, mungkin disana aku bisa menemukan sesuatu yang berharga. Dan juga aku ingin berlatih bertarung mengingat aku ini seorang pencuri yang tidak bisa bertarung. Aku sangat ingin bertarung melawan monster-monster. Dengan begitu aku tidak perlu berdosa karena membunuh manusia (walaupun aku telah berdosa karena selalu mencuri). Aku ingin membunuh monster-monster itu dan menutup Colossar Gate agar tidak ada lagi orang yang kehilangan dan menderita sepertiku.

“aaaahhhh, akhirnya sampai juga.” Kataku seraya turun dari kereta kuda. Lalu, aku berkeliling untuk mencari tempat-tempat yang penting. Saat aku sedang berkeliling, aku bertemu dengan seorang cewek yang terlihat kebingungan. Aku pun mendekatinya.

“Butuh bantuan, nona?”
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-19, 19:51
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
rnvis 
Novice
Novice
rnvis

Level 5
Posts : 148
Thanked : 0
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Writer
Awards:
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
<Isara>
<Chapter 1-2>

Kemanakah kau 'kan beranjak?
Di jalan ahmar, diterangi api hitam.

'Mereka yang telah tiada, mereka yang telah berpulang. Tiap mimpi dan kisah mereka akan sirna dengan terbenamnya waktu sendiri.'

Tiap-tiap dari kita telah merasa seperti itu, sekali atau selamanya di dalam hidup.

Jikalah layak kita mengutarakan pendapat subjektif kami, maka mungkin 7 diantara 10, atau 8 diantara 10. Dan jikalah memang terdapat 9 diantara 10, maka layaklah untuk diucap bahwa tiap-tiap individu berpikir demikian?

Demi menggapai akhir dari struktur fundamental dari konsep 'kematian' sendiri berbagai pelajar ataupun penganyam mengabdikan diri mereka untuk melewati batas tersebut.

Namun apalah yang dapat digapai oleh tangan-tangan itu? Nihil.

Oleh karena itulah, tiap-tiap dari kami, mereka yang di ujung jalan mereka dapat menggapai sayap di hati terdalam, yang mampu untuk mengungkap pecahan dari adam sendiri dapat menganggap 'keinginan' dalam ikatan mesra dengan mereka yang telah hilang sebagai anugerah ataupun kutukan.

Di dalam kasus kita, kami menganggapnya bukan hanya sebagai berkah ataupun sumpah laknat tapi sesuatu yang lebih abstrak, disaatnya dapat menjadi elixir namun arsenik yang melumpuhkan para raja.

Ya, penghapusan batas akhir kematian dan kehidupan telah ditembus oleh satin tipis dari tiap bilah para penggila. Pria yang menginginkan akhir dari apa yang telah hinggap di nalarnya dan tak dapat mendapat kemesraan darinya dan seorang wanita yang hanya menginginkan sebuah penebusan dari perenggutan cahayanya tak mempunyai banyak perubahan, dengan satu cara dan lainnya, mereka akan bertemu ajal dan akhir pahit mereka ditangan satu yang agung.

Lord Seven, magus yang disepanjang zaman telah dibisikkan sebagai selangkah lebih jauh dari akhir kematian sendiri. Diri kita.




Lalu, bagaimanakah jika mereka yang dengan mudahnya menjadi cakra pendukung dari batas tersebut telah berputar dengan lumuran patra yang disebut 'nafsu' tanpa izin?

"Wah, wah. Aku tidak menyangka kita akan menemukan mangsa lain secepat ini."

Maka habislah mereka, maka mereka akan menemukan akhir mereka diantara penganiayaan dan ketakutan. Mengakhiri mereka sendiri bukanlah sebuah keharusan maupun kewajiban bagi diriku. Namun, mereka yang membunuh dengan tawa adalah mereka yang mempunyai derajat yang sama dengan hewan.

Mereka yang kehilangan makna dari 'kematian' sendiri, para pengtidak-hidup. Layaklah kita mengasihani mereka karena hingga di ajal mereka, mereka tidak akan pernah menemukan hati mereka lagi.

"Tapi bos, yakin nih kita bakal dapat harta lagi? Yang sebelumnya cuma punya beberapa koin saja masalahnya."

"Tenang, hari ini masih pan--"

Tentu, tidaklah aku lupa bahwa di dunia ini sendiri ada mereka yang menemukan 'resolusi', 'hati' mereka di tempat yang tak pernah disangka nalar bani-bani lain.

Misalnya saja,

"A, a, hiii!!"

Senyum liar para perampok yang berjumlah delapan orang itu digantikan oleh teriakan ketakutan. Pemimpin mereka, yang mempunyai karisma untuk menuntun tiap-tiap dari mereka, yang telah membunuh puluhan prajurit dan petualang dengan mudahnya... sekarang kepalanya telah terjatuh, diiringi dengan raganya.

Hingga di akhir ajalnya, dia mungkin bahkan tidak menyadari bahwa dia sudah dibunuh.

Sebuah tebasan yang lembut nan indah, jauh lebih indah dari pasak-pasak para perampok ini telah menyemburkan bunga merah yang menodai padang luas rerumputan hijau ini.

Dibalik kuda yang dulunya ditunggangi oleh sang pemimpin sendiri adalah seorang pria yang membelakangi kami semua. Rambut perak-nya yang telah diikat berkibar dengan bebas dan pedang tipis yang dia gunakan hanya meneteskan sedikit darah.

Sebuah 'iblis' dari padang, lahir dari pedang dan menemukan hati mereka di dalam pedang. Mata emasnya menatap balik ke arahku dan para perampok yang masih kelabakan.

Bagaikan memberitahu betapa indahnya cuaca ini, dengan nada yang dipenuhi dengan canda dan juga kedinginan...

"Hei, hei. 10 orang untuk menyerang seseorang terlalu berlebihan bukan? Dasar manusia busuk."
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-26, 23:07
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
Mochamad Hilman 
Novice
Novice
Mochamad Hilman

Level 5
Posts : 121
Thanked : 1
Engine : RMVX
Skill : Intermediate
Type : Jack of All Trades

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
<Runa Styarde>


Chapter 1-3 : To Windia!

Aneh... ini semakin menjadi kebiasaan. Aku tak ingat awalnya, tapi sepertinya sudah beberapa saat ini, aku terbangun setelah pingsan. Awalnya karena jatuh dari jembatan itu, kemudian dari kehabisan tenaga di bulan purnama... ah... sudahlah... ini tidak seberapa dengan kesialan yang terus kualami semenjak aku mendapat tangan kiri ini...
 
Tiba-tiba tubuhku terlempar dari tempatnya tidur. Aku menggelinding menuruni sebuah bukit, kemudian menabrak batang sebuah pohon dan terhenti di sana. Mataku kembali pulih, samar-samar aku melihat tanjakan yang membuatku terguling tadi, tapi yang menarik perhatianku adalah orang-orang berbaju besi yang berjalan turun ke tempatku saat ini.
 
Baju mereka... ya... tidak salah lagi! Baju itu sama seperti penjaga yang menangkapku!
 
Aku berpegangan pada pohon yang tadi kutabrak, berusaha berdiri semampuku. Saat aku sudah berdiri, aku segera mengumpulkan sisa tenagaku dan berlari menjauh dari orang-orang berbaju besi itu. Belum genap tiga langkah, kakiku menjadi lesu, membuatku kehilangan keseimbangan dan menabrak pohon lain di depanku.
 
Saat para penjaga berbaju besi itu menghampiriku, mataku menangkap sebuah dahan patah tak jauh dariku.Aku meraih dahan itu, kemudian menodongkannya pada para penjaga itu. Memang terlihat bodoh, tapi kalau aku mau mati sekalipun, paling tidak aku harus berusaha untuk tidak mati!
 
“Hei, tidak usah menodong seperti itu!”kata seorang diantara mereka.
 
Pria itu membuka helm besinya, menunjukan sebuah wajah yang rasanya kukenal... botak... bekas cakaran besar dari pipi kanannya ke mata kirinya.... ah! Aku ingat! Dia adalah pria yang menyuruhku mengambil kunci dari meja penjaga... tapi kenapa dia ada di dalam baju itu?
 
“Sudah, ikutlah dengan kami”
 
Aku tak punya tenaga, jadi aku tak punya pilihan lain selain mengikuti mereka. Lagipula, pria itu seharusnya seorang budak, jika ia berada dalam baju besi penjaga akan terasa sangat aneh,bukan?
 
Akhirnya, setelah mendaki, kami sampai pada sebuah perkemahan dengan beberapa tenda dan kereta berjeruji. Tiba-tiba aku melihat seorang yang hanya mengenakan celana hitam berjalan melintas di antara kemah-kemah itu, sebenarnya bukan hanya satu, tapi belasan dari mereka dan para penjaga tidak melakukan apapun. Di tengah perkemahan itu, terdapat sebuah kobaran api dan di sekelilingnya adalah beberapa orang, budak mapun penjaga semuanya berada di sana.
 
Ketika aku mendekati mereka, mereka langsung menoleh ke arahku dan berdiri dari tempat duduk mereka dan menjauhiku. Keringat dingin mulai menetes dari dahiku, apalagi karena mereka semua membawa senjata entah itu pedang, tombak atau busur dan panah.
 
“Dia sudah bangun!”teriak salah seorang di kerumunan itu.
 
“Sorakan untuk penyelamat kita!”
 
Kerumunan itu meledak dalam satu sorakan keras. Beberapa dari mereka mulai menghampiriku dan menawarkan makanan atau minuman. Dengan terbata-bata, aku menolak tawaran mereka dan meminta penjelasan terlebih dahulu.
 
Mendengar permintaanku, orang-orang itu mempersilahkan aku untuk duduk di sebuah bangku. Kemudian mereka mulai menceritakan apa yang terjadi setelah aku pingsan.
 
Tampaknya, saat di kapal itu, para budak berhasil membuka sel mereka dan mengambil alih seluruh kapal dalam semalam. Mereka mengambil semua barang di kapal ini, termasuk kereta kuda, tenda, persediaan, passport, surat-surat penting dan baju para penjaga, lalu menggunakannya untuk mengelabui penjagaan di pelabuhan.
 
“Memang dari mana kalian dapat ide untuk merebut semua barang? Lagipula... aku tak yakin kalian semua berasal dari kerajaan Lunaris, bagaimana kalian tahu mana passport, mana surat-surat penting padahal kalian belum pasti mengerti bahasa yang tertera” tanyaku pada mereka.
 
“Itu adalah saranku, anak muda...”terdengar suara serak dari belakang kerumunan di depanku.
 
Kerumunan di depanku membelah menjadi dua, menampakan seorang kakek tua yang memakai baju lusuh. Dia... ah... iya, kakek tua yang menyarankanku untuk kabur waktu itu... jadi dia yang menjadi dalang pelarian kita?
 
“Meski terlihat begini, dulunya aku adalah pegawai pemerintahan... departemen luar negeri, lebih tepatnya, sehingga aku bisa mengenal bahasa manapun”jelas kakek itu.
 
Aku tetap diam. Bukannya aku tidak tertarik, tapi aku tidak suka kenyataan bahwa aku telah ditolong oleh para manusia ini... para budak ini... Kami terdiam untuk beberapa saat, tampaknya ia telah kehabisan topik pembicaraan, jadi ini adalah waktuku untuk memulai topik baru.
 
“Jadi, apa rencanamu berikutnya,kek tua?”tanyaku pada kakek itu.


Rapat Runa dan Para mantan budak:

 
Kami mengakhiri rapat ini, lalu berlanjut dengan makan malam. Namun, sebelumnya aku bertanya pada salah satu orang tentang barang yang mereka ambil dari pedagang budak itu... bisa jadi baju dan barangku yang lain ada diantaranya.
 
Aku berjalan menuju suatu kereta kuda yang ditunjuk oleh orang tadi. Di dalamnya, aku menemukan pakaianku, termasuk sarung tangan, jubah hitam dan pakaian non-formal yang kukenakan sebelum aku tertangkap. Sekarang, sarung tangan itu kembali membungkus tangan kiriku, sebuah sarung tangan hitam berhiaskan sebuah berlian mirip bola mata di tengahnya.
 
Aku melepas sebuah nafas lega. Perlahan, aku merasa tenagaku berangsur-angsur pulih dari keletihan. Haduh... tangan kiri ini memang menguras tenagaku. Kalau aku tidak menyegelnya dengan sarung tangan ini, bisa saja aku kehabisan tenaga, lalu mati.
 
***
 
Kami melanjutkan perjalanan kami ke barat, menuju ke Windia. Saat itu, kami melihat sebuah lubang raksasa di sebuah sisi hutan... seakan sebuah area hutan penuh pohon dikikis menjadi sebuah cekungan tanah tanpa kehidupan. Aku dapat merasakan suatu kekuatan besar dari arah itu.
 
Aku berpamitan dengan kelompok mantan budak itu, kemudian berjalan sendirian menuju cekungan raksasa itu. Entah apa yang ada dalam pikiranku saat itu, aku merasa sesuatu yang sangat familiar menarikku untuk memeriksa cekungan raksasa itu. Ah... lagipula, itu tidak jauh, mungkin hanya satu kilometer, ditambah lagi teokrasi Elyon adalah sebuah Teokrasi yang berbasis agama dan kepercayaan mereka, jadi aku yakin tak akan ada bandit, pencuri, apalagi tentara dari negeri antah beranta.
 
***
 
Aku menarik perkataanku... Aku lupa bahwa bandit... tidak mengikuti peraturan...
 
“SIAL! SIAL! SIAL! SIAL! SIAL! SIAL! SIAL! SIAL! SIAL! SIAL! SIAL!”terdengar teriakanku bergejolak dari dalam hutan.
 
Dari sela-sela diantara pepohonan hutan, tampak sesosok mahluk humanoid bergelantungan sambil melemparkan pisau yang tersimpan di sabuknya.
 
“Barrier!”
 
Aku memanggil sebuah Barrier dari tangan kananku, kemudian berputar dan menghalau lemparan pisau itu, kemudian berbalik dan kembali berlari. Dua sosok meloncat dari depanku, kemudian menghunuskan pedang mereka kepadaku. Aku mengayunkan tangan kanan dan Barrierku ke depan, menghadang serangan mereka.
 
Salah satu dari mereka megunci pedangnya ke Barrierku, sedangkan yang lainnya menarik pedangnya, kemudian berjungkok dan melancarkan sebuah tusukan dari bawah Barrierku. Dengan spontan aku menghindari terjangan pedang itu, tapi aku tak sengaja melepas kuncian dari bandit tadi, memberi kesempatan bagi bandit pertama untuk menebaskan pedangnya.
 
Aku menutup wajahku dengan telapak tangan kiriku, lalu mengalirkan sihirku ke batu di sarung tanganku hingga batu itu secara spontan mengeluarkan sebuah cahaya yang begitu terang. Karena terlindung di balik tanganku, tidak memakan waktu lama sebelum mataku kembali pulih, tapi tidak dengan kedua bandit di depanku. Mereka berteriak histeris seraya bergelinding dan memegang kedua mata mereka.
 
Aku segera melanjutkan pelarianku dan berhasil keluar dari kumpulan pohon di belakangku menuju sebuah padang rumput. Kupikir aku telah lolos dari kejaran mereka, tapi tidak, aku malah jatuh ke dalam jebakan mereka.
 
Lima orang dengan masing-masing senjata mereka telah menunggu di depanku. Di belakang mereka, tampak seorang pria berkuda menatapku dengan sebuah senyum yang memperlihatkan gigi-gigi tajamnya.
 
Aku terlalu fokus melawan kedua bandit tadi hingga aku baru menyadari jebakan ini. Aku berpaling dan hendak masuk ke hutan lagi, tapi dari dalam hutan itu, munculah dua orang yang menyergapku tadi.
 
Aku terkepung dari semua sisi... sial... seharusnya aku tidak meninggalkan para budak tadi...
 
Aku tidak tahu apa yang terjadi berikutnya. Mataku hanya menangkap sebuah bayangan melintas, tiba-tiba kepala sang penunggang kuda itu terlepas dari tempatnya, kemudian terjatuh ke tanah di bawah kaki kuda itu.
 
Para Bandit semakin panik, tapi sekali lagi, bahkan mataku tidak menangkap apapun. Yang kutahu hanyalah tubuh para bandit itu tiba-tiba terlempar dari tempat mereka berdiri dengan sebuah bekas sayatan besar menggores tubuh mereka, membuat darah segar menyembur ke udara.
 
“Hei! apa yang terjadi di sini?!”
 
Seorang bandit melompat keluar dari kerumunan pohon, kemudian mendarat pada padang rumput itu. Matanya terbelalak ketika melihat nasib dari rekannya, terutama melihat kepala si penunggang kuda di bawah kaki kuda penunggangnya.
 
Nasib yang samapun menimpa bandit itu. Kepalanya melayang di udara seraya tubuhnya jatuh tergeletak di tanah. Di samping bandit yang telah menjadi mayat itu, berdirilah sesosok... aku tidak tahu bagaimana tampaknya karena tertutup sebuah jubah hijau.
 
"Hei, hei. 10 orang untuk menyerang seseorang terlalu berlebihan bukan? Dasar manusia busuk" kataku dengan suara dingin.
 
Aku meraih pedang salah satu bandit yang telah mati itu, kemudian mengangkatnya dengan kedua tanganku seraya menodongkannya pada sosok itu. Aku berjalan mengitarinya, tapi ia tetap tidak merespon, ia hanya berdiri di sana sambil menyeringai dengan tatapannya.
 
“Kukira kau adalah seorang pengguna pedang... tampaknya aku salah... Kau tidak memasang kuda-kuda, tidak pula menyembunyikan ketakutanmu pada getaran di tanganmu”kata sosok itu dengan tiba-tiba.
 
Sekali lagi, dengan sebuah gerakan yang tak tertangkap oleh mataku, pria itu berhasil melancarkan sebuah pukulan ke perutku, membuatku terlempar beberapa meter sampai aku tersungkur di tanah.
 
Pria itu mengambil pedang yang tadi kupungut ketika terlepas dari peganganku, kemudian dengan sebuah lompatan, ia sampai tepat di atasku, kemudian menusuk dari atas.
 
“Barrier!”
 
Aku menyapu tangan kananku di antara kita berdua, membentuk barrier yang langsung mematahkan pedang itu saat keduanya bersentuhan. Pria itu tampaknya terkejut akan Barrier yang kubuat, sehingga ia memutuskan untuk melompat mundur dan mengambil jarak.
 

“SIAPA KAU?!”tanyaku padanya.

OOT


rnvis, tolong beri deskripsi fisik dan profile Isara. Saya masih agak bingung siapa Isara dan siapa "Lord Seven" ini. Terimakasih


Terakhir diubah oleh Mochamad Hilman tanggal 2014-09-27, 07:51, total 1 kali diubah (Reason for editing : Proofing and Title)
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-27, 16:37
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
rnvis 
Novice
Novice
rnvis

Level 5
Posts : 148
Thanked : 0
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Writer
Awards:
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
<Isara>
<Chapter 1-3>

Kemanakah kau 'kan beranjak?
...Kemana aku harus beranjak?

"SIAPA KAU?!"

Seorang iblis 'dari' pedang dan juga seorang bodor. Seseorang yang lahir 'dari' pedang dan menemukan hati mereka 'dari' pedang dan juga jentaka. Jikalah mau dibilang... dia adalah mereka yang tidak hidup. Mereka yang telah dihukum tanpa alasan dan hidup dengan kehampaan serupa. Seranganku tadi telah membuktikan cukup dari itu.

Seakan menemukan waktu yang tepat, angin dari barat kembali bertiup kencang. Para perampok yang masih bernyawa lainnya telah lama lari dengan matinya ketua mereka dan perampok yang sontak muncul telah bernasib sama dikarenakan tebasan sang bodor dengan darah bulan... tanpa nyali tapi terfokus. Bukti tindakan yang berada di luar nalar...

"Maafkan aku atas sikapku."

Aku membuang pedang di tangan kananku dengan jijik seraya menurunkan tudung yang menutupi wajahku sebagai pertanda baik...

Rambut pirangku tergerai angin, untunglah aku tadi sempat mengikatnya. Syal merah yang melingkar di sekitar leherku juga ikut terurai, ikuran rune emas yang hanya bisa dibaca oleh puluhan mahluk di alam ini yang memenuhinya bersinar lembut di bawah sinar surya.

Aku tersenyum kecil melihat sang bodor dengan tampang yang sesuai untuk seorang bodor, takjub. Tangannya mengarah ke arahku sambil bergetar.

"K-Kau perempuan!? Tapi, suaramu... dan, dan..."

"Banyak orang telah dibunuh di jalan ini karena dekat dengan perbatasan Windia, bisakah aku bilang kalau kau bukan salah satu dari mereka, ya?"

"Tunggu! S-Siapa kau sebenarnya!?"

Seorang darah dari bulan yang masih bewarna ahmar terang. Sikap terisolasi mereka membuat hubungan dengan ras lain sulit, bertahun-tahun dan berabad-abad berlalu tetapi tetap masih sama tanpa pikiran bagi mereka yang meneruskan tiap mimpi mereka.

"Ah, tentu. Sebut saja aku Isara. Seperti yang kau lihat, aku tak lebih seorang pelajar dari Elyon."

Pelajar. Cukup itu saja untuk orang lain ketahui, sebuah dusta demi keselamatan (kebodohan) mereka.

Aku berjalan mendekat kearahnya, langkahku tetap tanpa suara.
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-28, 12:09
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
Mochamad Hilman 
Novice
Novice
Mochamad Hilman

Level 5
Posts : 121
Thanked : 1
Engine : RMVX
Skill : Intermediate
Type : Jack of All Trades

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
<Runa Styarde>
Chapter 1-3-1. "Isara"


eh? t-tunggu dulu...  dia adalah seorang wanita?! memang benar aku tidak bisa melihat wajah dan postur tubuhnya karena tertutup jubahnya, tapi aku yakin tadi adalah suara pria! Atau malah telingaku sendiri yang bermasalah? 


"Banyak orang telah dibunuh di jalan ini karena dekat dengan perbatasan Windia, bisakah aku bilang kalau kau bukan salah satu dari mereka, ya?"kata Wanita itu.

"Tunggu! S-Siapa kau sebenarnya!?"tanyaku spontan.

"Ah, tentu. Sebut saja aku Isara. Seperti yang kau lihat, aku tak lebih seorang pelajar dari Elyon."jawab wanita bernama Isara itu.

"Pelajar?"gumanku.


hah! benar sekali, seorang pelajar yang mampu membunuh sepuluh bandit dalam beberapa detik? aku yakin dia tidak punya kemampuan berbohong yang handal. Namun, apapun alasan dia berbohong, aku tidak bisa melawannya. Aku bahkan tidak bisa membunuh bandit-bandit itu, tapi wanita ini membunuh mereka dalam sekejap. Jadi... untuk sekarang, aku akan ikut dengan kebohongannya.


"Jadi, siapa namamu?"tanya wanita itu.


Aku menoleh kembali ke arahnya, tapi betapa terkejutnya aku ketika aku mengetahui bahwa matanya telah berada kurang dari 10 cm dari mataku. Mata wanita itu seakan menusuk ke dalam bola mataku, mencari sekecil apapun informasi yang dapat ia temukan dari dalam kepalaku.


"R-Runa Styarde... dari kerajaan Lunaris"jawabku


Seperti puas mendengar jawabanku, Wanita itu mencabut pandangannya, kemudian perlahan mundur menjauhiku.


"Runa? nama yang aneh... aku pernah mendengar banyak orang Lunaris bernama "Luna", tapi tidak dengan "Runa". Lagipula... bukannya namamu terdengar seperti nama wanita?"


"Tanyakan itu ke pemberi namaku. Aku tidak pernah tahu kenapa aku memiliki nama aneh ini"


Tiba-tiba aku menyadari warna kekuningan di langit padang ini. Sudah sore? ternyata aku memakan lebih banyak waktu dari yang kuperkirakan. Aku harus segera menyelesaikan penyelidikanku dan bergabung kembali dengan para mantan budak


"Ngomong-ngomong... karena kau seorang yang berilmu, apa kau tahu apa yang terjadi di bagian hutan di sana?"tanyaku padanya seraya menunjuk ke arah lubang yang kulihat tadi. "Di arah sana ada bagian hutan yang hilang seakan ada sebuah cekungan tanpa kehidupan di sana, apa kau tahu kenapa bisa menjadi seperti itu?"


Sejenak, kurasa aku melihat mata wanita itu memicing ketika aku menunjuk arah itu, tapi detik berikutnya, mata wanita itu kembali seperti sebelumnya. Wanita itu belum menjawab pertanyaanku, ia hanya berdiri menghadap ke arah yang ku tunjuk tadi. Aku menunggu jawaban dari wanita itu... menunggu... menunggu... setelah lima menit menunggu, akhirnya wanita itu membuka mulutnya.


Terakhir diubah oleh Mochamad Hilman tanggal 2014-09-28, 12:26, total 2 kali diubah (Reason for editing : uh... ada bagian yang kepotong tadi.... dan proofing)
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty2014-09-28, 17:32
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
richter_h 
Salto Master
Hancip RMID
richter_h

Kosong
Posts : 1705
Thanked : 30
Engine : Other
Skill : Skilled
Type : Developer
Awards:

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
atas permintaan TS, ane gembok trid ini.
bukti:

[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 C0qAdQm

:gembok:
[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Empty
PostRe: [RolePlayStory]The Colossal Gate
Sponsored content 




[RolePlayStory]The Colossal Gate - Page 2 Vide
 

[RolePlayStory]The Colossal Gate

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 
Halaman 2 dari 2Pilih halaman : Previous  1, 2

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
RPGMakerID :: Non-RM :: General Discussion-