Per 2016, RMID pindah ke RMID Discord (Invite link dihapus untuk mencegah spambot -Theo @ 2019). Posting sudah tidak bisa dilakukan lagi.
Mohon maaf atas ketidaknyamanannya dan mohon kerjasamanya.

Share | 
 

 [Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Empty2013-10-28, 22:07
Post[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine
#1
tukang_es 
Dalangnya RMID
tukang_es

Kosong
Posts : 321
Thanked : 14
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer
Awards:
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Vide
sekalian experimental :D


Background Story

Setelah peristiwa di Grace Island, Explorasi ke seluruh negeri Eremidia terus dilakukan. hal ini untuk menemukan banyak peradaban kuno atau potensi yang bahaya mengancam.

tak jauh dari Northreach, terdapat sebuah pertambangan kuno yang sudah ada sejak berabad-abad. setiap malam tiba, muncul monster-monster misterius berwujud srigala yang menyerang kota terdekatnya,Goldwax.
konon, monster tersebut menjaga artifak suci milik bangsa wolgar.
pemerintahan Eremidia yang diwakili oleh Guardian Agents lalu memanggil para petualang, para penakluk dungeon untuk datang membasmi dan menyelidiki kebenaran kabar tersebut. satu-satunya adalah menjelajahi tambang kuno yang disebut sebagai Northern Mine. sanggupkah mereka melakukannya..?

Setting
Goldwax Town adalah kota kecil yang berada tak jauh dari Northern Mine. Goldwax bertetangga dengan kota besar utara, Northreach. dulu terkenal sebagai kota penghasil emas, namun persediaan biji emas berkurang membuat kejayaan kota ini menjadi surut. kota ini kemudian memfokuskan diri pada perburuan hewan liar dan pengembang biakan tanaman wilayah pegunungan semacam berry. sisa kejayaan kota kecil ini bisa dilihat dari berbagai barang berlapis emas seperti jam di Goldwax Clocktower yang menjadi ciri khas kota.

Rules :
ehm, sedikit berganti pada peraturan dimana pemain diharuskan memilih peran yang sudah disediakan.
ada 8 karakter utama dan pemain bebas menambahkan karakter baru sebagai pendukung/npc.
nama dan pengembangan karakter sepenuhnya di tangan pemain.

1. seorang warrior type, gender : bebas, ras : human
player : Laura Skyblue - Atlanteianprojecta
2. seorang berserker type, gender : bebas, ras : wolgar
player : Gao - Minato
3. seorang cleric dari Holy Order, gender : bebas, ras : human
player : Christopher Woodgate - Shikami
4. seorang ranger type, gender : female ras : cathlyn
player : -
5. seorang merchant, gender : bebas, ras : human
player : Aubert Norwell. - Theo Allen
6. seorang mage type, gender : bebas. ras : half-elf
player : -
7. seorang dualwielder type, gender : bebas. ras : dark elf
player : Orheyn Obdrinas.- Rnvis
8. seorang commoner ( job bebas ), gender dan ras : bebas
player : Marcus Sanchez - Blackcrow

aturan lainnya sama seperti sebelumnya,jadi silahkan cek trid Twilight Tower ;)

enjoy!


Terakhir diubah oleh tukang_sapu tanggal 2013-11-01, 08:32, total 4 kali diubah
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Empty2013-10-28, 22:31
PostRe: [Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine
#2
shikami 
Member 1000 Konsep
avatar

Level 5
Posts : 3744
Thanked : 31
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer
Awards:


[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Vide
Christopher Woodgate
Cleric, Male Human.

< Day 1, 9 AM >

Udara dingin masih terasa menusuk paru-paru. musim dingin tampaknya memang akan datang sebentar lagi. pohon sudah mulai rontok daunnya dan memenuhi sepanjang jalan masuk Goldwax.
Aku menggenggam sepucuk surat. sebuah undangan dari gereja setempat untuk melakukan seremoni yang diadakan penguasa.
"aku ini sebenarnya bukan pendeta seperti itu", protesku pada kepala pendeta di Holylandia saat itu. tapi beliau tidak menggubris sama sekali. alasannya sederhana, penduduk tempat ini tidak begitu paham masalah agama.
aku mengerutkan dahi melihat betapa buruknya kota ini, kudengar goldwax adalah kota yang pernah jaya cukup lama. tapi yang kulihat hanyalah berbagai bangunan kuno yang sebenarnya cukup mengesankan tapi sungguh kotor dan tampak rusak sana-sini.
furbull yang menarik kereta yang kutumpangi berhenti di depan gereja yang tak kalah tuanya dari bangunan lain. aku mengetuk pintu.
seorang kakek muncul dari dalam.
"ah, tuan christopher kah? kedatangan anda sudah saya tunggu!"
kami berjabat tangan dan masuk ke dalam sebuah ruangan kantor. tak banyak yang kuceritakan di ruangan tersebut selain banyak buku-buku agama yang usianya sepertinya sudah tua sekali.
"silahkan tunggu di sini, biar kupanggilkan pendeta Adam.."
orang tua itu pamit. aku pun disini sendiri memandang ke arah jendela.

<next : here>

[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Empty2013-10-29, 09:00
PostRe: [Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine
#3
GagakItem 
Novice
Novice
GagakItem

Level 5
Posts : 235
Thanked : 3
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Jack of All Trades
Awards:
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Vide
Sebenernya ane pengen ikut roleplay, tapi takut gak sejalan dengan alur, aspek ini-itu dll
tapi karena ngeliat si Atla, konsist banget dah, sejak dia ikut RP Twilight Tower
sebenernya ane nubie juga dengan RPG (krna ane jarang main game RPG) :v
jadi mohon maaf klo ini gak sejalan banget :sembah:
-------------------

Marcus Sanchez
Sword Commoner, Male Human

<Day 0, 4.30 PM>
Goldwax, kampung halaman yang sudah lama ditinggalkan olehku.
kudengar kota itu telah dimasuki monster itu. tapi aku tidak percaya dengan berita angin para pekerja tambang di Northreach. karena aku baru bertanya-tanya, sejak kapan monster itu ada di kampung halamanku?.

At Northreach
"Aahh! capek sekali, untung gaji sudah di tangan, saatnya membeli makanan untuk keluargaku!"
ya, itulah ucapan saat-saat gembiraku pas diberi gaji karena pekerjaanku sebagai pekerja tambang selama 1 bulan. Istri dan Anak tunggalku telah mengidam-idamkan uang halal itu.
sebagai pembalasan atas kebaikan mereka, aku membelikan sejumlah makanan yang menurut keluarga kecil ini mewah jika dilihat dan dinikmati, mungkin itu akan membuat uang hasil gajiku terkuras tak terlalu banyak. tapi mau gimana lagi. sudah menjadi perjanjianku dengan istri tercinta.

<Day 0, 6.10 PM>
Sesampainya di rumah yang sederhana, Anak tunggalku memelukku dengan tiba-tiba. mungkin karena dirinya senang karena ayahnya menerima gaji yang lebih. Istriku menunggu di ruang tamu, membaca buku. Aku mencium pipinya dan memberikan uang gaji ku sebagai penunjang keluarga kecil ini. dan Kami pun bersiap-siap untuk makan malam.

Anak tunggalku itu seorang gadis kecil periang yang sampai membuat tetangga kami senang jika melihatnya. tak jarang dia sering membantu ibunya dalam hal menyediakan makan malam. Aku sendiri sedang mandi dan mengganti baju yang sederhana untuk menyegarkan badan dan bersiap-siap untuk makan malam yang sangat menyenangkan. 

Setelah makan malam telah disantap. gadis kecilku memasuki kamarnya untuk tidur, aku tersenyum karena aku bersyukur mempunyai anak yang berbakti dengan orangtuanya yang notabene bekerja serabutan. ketika malam makin memuncak aku langsung mengajukan topik pembicaraan dengan istriku di ruang tamu.

"Istriku, bolehkah aku pergi keluar besok?"
"Kemana?"
"Mungkin kau tahu kampung halamanku, tapi aku tak mau langsung memberitahumu karna kau mungkin mendengar berita orang-orang tentang kota Goldwax."
"Untuk apa kau ingin pergi ke Goldwax, yah?"
"Tidak banyak, mengunjungi orangtuaku saja. mungkin mereka kangen denganku."
"Mungkin aku harus ikut juga, bagaimana dengan Dian? dia sedih jika ayahnya pergi meskipun sebentar."
"Aku ingin mengajak kalian sebenarnya, namun karena berita tentang monster yang memasuki Goldwax. aku memutuskan untuk pergi sendiri, Jagalah Dian karena aku tak mau membuat kalian dalam bahaya."
Percakapan terakhirku membuat istriku sedikit murung, aku memeluknya.
"Tapi sabarlah, suamimu ini akan kembali."

<Day 1, 7 AM>
Setelah bersiap-siap untuk pergi, Aku pamit dengan istri dan anakku untuk pergi ke Goldwax. mungkin ini menjadi kenangan yang sangat menyayat hati karena aku meninggalkan istri dan anakku. Gadis kecilku, Dian. memelukku sambil menangis terisak. "Ayah akan kembali nak, tunggulah."
Aku memeluk istriku dan mengambil ransel yang berisi makanan, dan sebuah rapier. Sudah lama aku tak memegang rapier. karena aku telah bekeluarga. aku sudah lama berhenti menjadi kesatria karena aku tak mau membunuh orang yang sebenarnya tak ada hubungannya denganku. 

namun karena berangsur-angsurnya diriku akan percayanya berita tentang Goldwax, aku memutuskan untuk melindungi diri dengan rapierku. untunglah rapier ini tidak terlekang oleh waktu, tak ada karat sedikitpun. 
matahari lambat laun makin menuju tengah langit, hingga akhirnya aku pergi meninggalkan mereka dengan berjalan kaki. seiring dinginnya musim gugur mereka melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan. seiring kaki ini berjalan Aku berdoa semoga tuhan akan melindungiku hingga aku bisa kembali bersama dengan istri dan Dian, anakku.

Next..


Terakhir diubah oleh BlackCrows tanggal 2013-10-29, 13:20, total 1 kali diubah
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Empty2013-10-29, 09:55
PostRe: [Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine
#4
TheoAllen 
♫ RMID Rebel ♫
♫ RMID Rebel ♫
TheoAllen

Kosong
Posts : 4935
Thanked : 63
Awards:




[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Vide
Aubert Norwell.
Merchant, Male, Human

<Jalan masuk utama, Day 1, 8 AM>
Tak kusangka, kota kecil Goldwax akan sedingin ini. Aku menyelimuti tubuhku dengan sekain wol tebal. Aku tidak habis pikir saat melihat sekeliling. Orang-orang pribumi tampak biasa dengan suasana seperti ini.

Namaku Aubert Norwell, seorang pedagang keliling yang menjual berbagai macam barang. Namun aku biasa menjual barang-barang keperluan para petualang. Aku mendengar bahwa para petualang akan pergi ke kota ini untuk menjelajah sebuah dungeon. Tapi aku tidak pernah berpikir akan seperti ini

"Aubert, Lebih baik kita beristirahat dlu."
Sahut seseorang dibelakangku. Dia adalah Nelson. Seorang yang seumuran denganku. Rambutnya kebiruan dan menutupi sebagian matanya. Dia adalah seorang mercenary yang biasa melindungiku.

"Aku setuju dengan saranmu"
Kami akhirnya segera mencari sebuah tempat peristirahatan. Dan akhirnya kami sampai di sebuah rumah yang berlabel "Inn" diatas pintunya.

Note :
Ane rada terburu-buru. Jadi segini aja :hammer:
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Empty2013-10-29, 10:46
PostRe: [Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine
#5
shikami 
Member 1000 Konsep
avatar

Level 5
Posts : 3744
Thanked : 31
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer
Awards:


[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Vide
<Day 1 : 9.30 AM>

Tak lama kemudian, seorang pendeta tua muncul. rambutnya sudah banyak yang tidak tersisa, hanya beberapa helai tersisa,jalannya sedikit tertatih-tatih.
"oh tuan Christopher.. selamat datang di *cough* kota kecil ini..? bagaimana perjalanan anda?"
"terima kasih Vadre, berkat perlindungan sang dewi,hamba bisa sampai di sini.."
"ah maaf lancangnya aku belum memperkenalkan diri, namaku Vadre Adam Whiteson "
pendeta itu menjabat tanganku. tangannya sedikit gemetar dan terasa dingin. aku pun memperkenalkan diriku.
setelah berbasa-basi sejenak, Vadre Adam pun menyampaikan pesannya.
"Jadi, kau perlu tahu. aku sudah agak sakit-sakitan. rasanya tidak memungkinkan untuk memimpin seremoni besok jadi aku meminta kepada pihak dewan suci di Holylandia untuk mengirim seorang pendeta untuk mewakili."
"aku mengerti. Vadre. namun perlu anda ketahui saya bukanlah pendeta yang terbiasa bertugas memimpin acara keagamaan. saya seorang pendeta penyelidik.."
"hmm, begitu. itu tidak masalah. kau cukup membacakan teks doa dan ritual yang akan kuberikan nanti. lagipula asistenku, Vadre Andrew akan membantu.."
"hmm, maaf sedikit lancang.. kenapa bukan Vadre Andrew yang memimpin ? bukankah beliau juga mampu?"
"sebenarnya penguasa kota ini memang menginginkan perwakilan dari Holylandia, mereka percaya pendeta dari Holylandia memiliki kekuatan yang lebih."
"sepertinya ada sesuatu yang gawat, Vadre.. bisa ceritakan padaku?"
Vadre Adam pun bercerita tentang kemunculan monster-monster dari tambang tak jauh dari kota. penduduk yang takut akan teror pun mendesak kepada pemimpin kota untuk mengadakan ritual seremoni untuk mengusir atau memberi berkah kepada mereka.
Vadre Adam meminum teh yang ada di meja sebelum akhirnya berkata padaku.
"jadi begitulah kira-kira keadaannya."
"hmm, mungkin itu salah satu alasan kenapa pihak dewan mengirimkanku, bukan pendeta penceramah ke tempat ini"

"baiklah aku mengerti, kalau begitu aku pamit Vadre. aku ingin melihat kondisi kota ini"
"ya silahkan, kau tak perlu khawatir soal tempat menginap, gereja ini cukup besar dan banyak ruangan tidak terpakai, nanti aku meminta Vadre Andrew untuk mempersiapkan kebutuhanmu."
aku pun bergegas keluar dari tempat itu.
suasana di luar sedikit lebih ramai. para penduduk sudah banyak yang berlalu lalang.
"mungkin aku harus menemui pemimpin kota ini.."

Next : Town Center
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Empty2013-10-29, 13:40
PostRe: [Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine
#6
rnvis 
Novice
Novice
rnvis

Level 5
Posts : 148
Thanked : 0
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Writer
Awards:
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Vide
Orheyn Obdrinas.
Dualwielder Necroprentice. Male Dark Elf.

<Entrance. Day 1, 7.30 AM>

Aku terus berjalan sempoyongan mengikuti jalan kasar yang dipenuhi dedaunan ini. Feh, udara dingin memang tidak pernah cocok dengan diriku jika aku harus bilang. Aku lebih menyukai tempat lengket dan menjijikkan jika aku harus akui. Mungkin itu salah satu hal yang kutunggu ketika sampai di kota ini...

"Tunggu, namanya apa lagi ya? Goldwax mungkin?"

Aku selama ini bersembunyi disekitar pinggiran Alumnea bersama seorang necroprentice yang lain hingga mendapat panggilan dari master, lebih tepatnya familiar-nya yang berbentuk burung gagak sih. Lalu kenapa aku berjalan seorang diri aku tanya?

Itu kisah panjang, jadi mungkin aku akan menjelaskannya jika ada waktu. Singkat cerita, Sherri -necroprentice yang berangkat bersamaku- memutuskan untuk pergi duluan sebelum aku. Muak? Aku lega jika aku harus bilang.

Aku akhirnya sampai ke kota tua usang ini, Sherri sepertinya sudah mengumpulkan informasi yang dibutuhkan tentang kota bersama tambang kuno yang berada tak jauh dari sini. Dia mungkin sudah mendaftar di penginapan lokal disini. 

"Aku hanya berharap aku tidak sekamar bersamanya." gerutuku.

Membuang ludah, aku berjalan ke kota yang penuh dengan bangunan usang ini. Aku kesini bukan untuk menambah ilmu necromancy-ku. Jika aku harus bilang, aku sebenarnya masih sangat amatir soal hal ini. Aku disini diutus oleh master untuk sebuah tujuan:

--Menemukan sebuah artifak yang terdapat di tambang kuno di dekat sini.

<Next: Inn>
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Empty2013-10-29, 20:04
PostRe: [Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine
#7
minato 
Novice
Novice
minato

Level 5
Posts : 240
Thanked : 1
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer

[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Vide
Name : Gao
Race : Wolgar
Gender : Male
Job: Berserker
Weapon : Axe-gun

Spoiler:
Spoiler:

<Prolog, Malam, +- 50 Km di Selatan Goldwax>


Aku bergegas mendaki bukit. Sesekali aku membungkuk, memicingkan mataku ke tanah, berharap menemukan sesuatu yang dapat menuntunku.

Aku mengalihkan pandanganku ke Utara namun semuanya tampak remang-remang. Memanfaatkan kelebihanku sebagai Wolgar - serigala manusia - aku berusaha mengendus bau dengan penciumanku yang tajam, sayangnya angin tidak berpihak kepadaku.

Sebuah tanda di tanah basah di depanku menangkap perhatianku. Aku menyentuh jejak kaki besar yang tertinggal di sana, rerumputan di sekitarnya berantakan karena terinjak-injak. Jejak-jejak itu menuju ke arah Barat.

Aku berdiri kaku, berusaha menangkap bunyi-bunyi di hutan di sisi Barat bukit. Sayup-sayup aku mendengar suara-suara teriakan dan meski aku tahu apa yang sedang kuhadapi, tak ayal aku bergidik mendengar suara-suara parau berat itu, suara para Orc.

Aku melompat maju dan berlari menuruni bukit. Memasuki barisan pepohonan, aku bisa mendengar suara-suara teriakan itu makin jelas. Kali ini, aku bisa mendengar kalau suara para Orc bercampur dengan suara-suara teriakan manusia dan dentingan logam.

Tak lama, aku sudah bisa melihat sumber suara itu, tak jauh dari tempatku berdiri, sepasukan orang berbaju zirah sedang bertempur melawan para Orc.

Ditengah pertempuran itu, aku dapat melihat hal yang menjadi tujuan awalku, sebuah gerobak kayu tertutup kain, yang dijaga oleh 3 Orc. Aku segera memutari medan pertempuran itu, menyelinap di antara pepohonan, sambil berusaha menutupi keberadaanku - yang menjadi mudah di tengah kekacauan dan pertempuran tersebut.

Segera saja, aku telah berada tak jauh di belakang gerobak kayu itu. Aku memanjat pohon besar di depanku. Dari situ, aku bisa melihat tempat itu lebih jelas.

Pasukan berbaju zirah tadi tampak kewalahan, mereka kalah jumlah. Banyak dari mereka yang telah bergelimpangan di tanah bersama-sama dengan beberapa Orc. Orc yang ukurannya lebih besar - yang kuduga adalah pemimpinnya- mendominasi pertarungan. Ukurannya bahkan lebih besar dari Orc lain yang rata-rata setinggi dua meter. Tiga Orc yang sekarang tepat di bawahku hanya diam berdiri menjaga gerobak kayu tadi.

Aku mengambil Axe-gun yang sejak tadi kusisipkan di punggungku. Aku dapat membidik dengan baik di atas sini, namun aku tidak bisa gegabah, Axe-gun-ku hanya dapat menembakkan mortar satu kali.

"Jangan menyerah! Kita masih bisa berjuang!" teriak salah satu prajurit berzirah dengan nyaring.

Dia menghempaskan perisainya yang telah rusak ke tanah. Melepas helm besi yang dipakainya dan melemparkannya ke wajah Orc di depannya. Pria itu menghunus pedangnya yang bersimbah darah tinggi-tinggi, kemudian sambil berteriak "Demi Eremidia!" dia berlari ke arah Orc yang lebih besar.

Orc itu mengibaskan gada besarnya, menghantam dada pria itu dengan suara dentuman keras, menyebabkannya tersungkur ke tanah, beberapa senti dari gerobak kayu. Tiga Orc yang menjaga gerobak kayu tertawa cekikikan melihat pria itu.

Si pemimpin Orc berjalan mendekat, menggenggam kaki pria itu dan mengangkatnya dari tanah dengan posisi kepala di bawah. Pria itu terbatuk-batuk, memuntahkan darah segar dari mulutnya.

"Kau manusia yang punya keberanian." kata Orc besar itu.

"Sayangnya, kau tidak bisa hidup lama karena keberanian itu." katanya lagi sambil menyeringai.

Orc besar itu mengangkat gadanya, bersiap memukul pria malang itu lagi. Aku segera melompat turun, menghujamkan ujung runcing kapak di Axe-gunku ke arah kepala Orc di bawahku. Aku mendaratkan lututku di tengkuknya, menjatuhkan seluruh berat badanku ke depan, membuat Orc itu jatuh mencium tanah dengan suara gedebum keras, bersamaan dengan itu kapak Axe-gunku telah menembus tengkorak Orc itu, menghabisinya seketika.

Aku segera berdiri sambil menarik keluar Axe-gunku dari kepala Orc yang sudah mati itu. Belum sempat aku menyeimbangkan pijakanku di atas tubuh Orc itu, sesosok bayangan besar telah berdiri di hadapanku. Si pimpinan Orc sudah melepas pria tadi dan kini mengangkat gada besarnya tinggi-tinggi, mengalihkan sasarannya kepadaku.

<Bersambung>


Terakhir diubah oleh minato tanggal 2013-10-31, 13:00, total 3 kali diubah (Reason for editing : nambahin gender :hammer: , serigala manusia, menyamakan timing)
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Empty2013-10-29, 22:14
PostRe: [Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine
#8
GagakItem 
Novice
Novice
GagakItem

Level 5
Posts : 235
Thanked : 3
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Jack of All Trades
Awards:
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Vide
<At Northreach Entrance, 7.15 AM >
Sesaat diriku baru ingin benar-benar keluar dari Northreach, sosok pria mendatangiku. dia menyapaku sambil berlari dengan semangatnya.
"Marcus! Hoi!"
"Hah? Siapa kau? pernahkah kita bertemu?"
"Dasar pelupa, aku Evan! teman satu angkatan!"
"Oh, kau prajurit yang gila senjata itu yah?"
"Yup! dari mana saja kau?! aku belum pernah bertemu kau setelah perang terakhir."
"Aku sudah lama tidak mengunjungimu kawan, aku lupa tentangmu hahaha.. omong-omong, kau tahu tidak kota Goldwax?"
"tahu.."
"Aku mendengar berita tentang adanya monster yang meneror kota itu. kau pernah mendengarnya kan?"
"Aku sempat mendengar itu dari tetanggaku. tapi aku tidak percaya, mungkin itu berita bohong!"
"Iya, aku sedikit ragu dengan cerita mereka. apa mungkin mereka ngarang yah?"
kami tertawa bersama setelah aku berkata dengan ngawur..
"Oh ya Marcus, bisakah kau menemaniku untuk ke bar yang ada di belakangmu? banyak wanita disana, kau bisa mengencaninya!"
"Terima kasih Evan, tapi maaf. aku sudah berkeluarga dan mempunyai anak, aku tidak ingin seperti itu lagi."
"Oh. Maafkan aku. Lagipula kau ingin kemana, Marcus?"
"Goldwax."
"Apa? berarti kau ingin membuktikan adanya monster disana yah?"
"Ya. kalau berita itu benar, sudah kusiapkan rapier peninggalan perang ini untuk menebas mereka."
"Oh, begitu.. berjuanglah kawanku!"
Kami berjabat tangan layaknya lelaki, dan aku langsung pamit dengannya.

Di gerbang utama terlihat delman yang akan pergi. aku memanggilnya..
"Pak!"
"Oh, Marcus! kau ingin kemana?"
"Bisakah engkau mengantarku pergi ke Goldwax."
"Goldwax? mungkin kau tak tahu berita bahayanya kota itu."
(Dalam hatiku: "Mungkin jadi benar sekali cerita angin itu ya? tapi aku tetap gak percaya!")
"Tak tahu pak."
Aku membohongi Pak Morgan, sang kusir delman. agar dia bisa mengizinkanku kesana..
"Tapi kenapa kau ingin kesana?"
"Aku ingin mengunjungi orangtuaku dan mengambil berberapa barangku disana. kau bisa mengantarku kesana kan?"
"Iya, mungkin ini masih pagi. aku akan mengantarmu sampai depan kota itu."
Lalu diriku menaiki delman dari Pak Morgan, untuk ke kota Goldwax. aku tak sabar mengunjungi orangtuaku.

<Dalam perjalanan ke Goldwax, 7.56 AM>
"Marcus, kau tidak tahu mendengar berita tentang Goldwax, mungkin aku bisa menceritakanmu. karena kira-kira 20 menit lagi kita sampai disana"
"Tolong ceritakan, aku baru tahu itu."
"Begini..."
Pak Morgan memberitahuku cerita tentang Goldwax dengan detail, yang sebenarnya aku sudah mendengarnya selagi aku kerja sebagai penambang. namun tujuan monster itu baru terdengar oleh diriku.



<Goldwax, 8.25 AM>
Aku memasuki Goldwax, angin musim gugur disini sangat dingin hingga aku hampir mengigil. aku membayar Pak Morgan sebagai tanda terima kasih dengan tumpangan, sekaligus cerita.. hehe

Aku berjalan-jalan ke tengah kota dengan agak serius karena atmosfer kota ini begitu suram. karena banyak bangunan tua yang rusak, dan banyak puing-puing yang tak tahu asal usulnya.

hingga 1 jam kemudian, ada keramaian di suatu gereja di kota tersebut. aku menanyakan seseorang yang mungkin mengikuti acara gereja itu.
"Permisi, pak, kenapa ada keramaian disini?"
"Ada upacara keagamaan, pak. mungkin kau akan dilindungi tuhan akan monster-monster disini jika kau mengikutinya"
"Upacara? siapa yang memimpin?"
"Sebagian besar dari pendeta dari gereja kami, dan pendeta asing."
Mungkin upacara ini sepertinya mengasyikkan, mungkin aku bisa mengikutinya.. tetapi acara itu belum dimulai, lebih baik aku menunggu karena orang tuaku mungkin ikut juga.

Next...


Terakhir diubah oleh BlackCrows tanggal 2013-11-02, 15:54, total 3 kali diubah
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Empty2013-10-29, 22:26
PostRe: [Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine
#9
atlanteeianprojecta 
Novice
Novice
atlanteeianprojecta

Level 5
Posts : 237
Thanked : 3
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Writer
Awards:
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Vide
Name: Laura Skyblue
Job: Warrior
Race: Human
Weapon: Squareblade
Keterangan: Satu-satunya pasukan Azzureia yang masih hidup dari penyerbuan kerajaan imperial (lupa namanya :hmm:). Karena tidak mempunyai tempat tinggal ia akhirnya menjadi mercenary.
[Wes, pokoknya ceritanya bakal ngelantur :lol:]

[At Rogharlt's dragon nest]
"Woi, bangunlah!"
Terdengar suara teriakan lelaki yang kukenal sebelumnya. Ternyata dia adalah Leo Redfang, temanku dalam "Party".
"Ugh... apakah semuanya sudah berakhir? Dan bagaimana aku bisa... pingsan disini?" Kuterbangun. Aku benar-benar bingung mengapa aku pingsan. Hal yang kuingat adalah kita sedang menjalankan misi memburu naga hitam yang legendaris, Rogharlt.
"Kau tidak ingat? Coba kau tanyakan kepada tubuhmu yang lemah itu." Jawabnya dengan sinis, dia benar-benar tidak menjawab pertanyaanku dengan jelas. Apakah dia selalu bersikap seperti ini pada perempuan? Meski ini pertama kalinya aku satu "party" dengan dia, seharusnya dia bersikap lebih sopan kepada temannya. Eh, temannya...
"Mereka... teman-teman kita, kan?! Bagaimana ini bisa terjadi?!" Aku sangat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang kulihat ini. Teman-teman satu party kami semua tewas, hanya kami berdua yang bisa selamat. Benarkah ini terjadi?
"Bodo amat, yang penting tugas kita sudah selesai. Sekarang kita harus kembali ke northreach." Jawabnya dengan enteng. Apakah dia tidak mempedulikan mereka? Tapi mereka kan teman-teman kita! Dia... dia memang benar benar tidak berperasaan. Apakah seperti ini sifat seorang mercenary? Cih, seharusnya aku tidak memilih mengikuti jalan ini... Aku benar-benar belum terbiasa menjadi seorang mercenary.
"Tapi... teman-teman kita?"
"Heh, kau ingin bernasib sama dengan mereka?!" jawabnya seperti orang yang tidak punya perasaan. Sungguh aku sudah muak dengan orang ini. Andai aku berani, aku ingin menebasnya dengan Squareblade-ku. Tapi, aku tidak seberani itu...
"Tidak-tidak... hanya saja kita tidak bisa meninggalkan mereka disini, kan?"
"Aku tidak peduli... apa untungnya mengurusi masalah orang lain. Toh, dia juga sudah mati. Orang mati tidak akan memberikan apa-apa kecuali beban." Aku kaget mendengar jawaban orang ini.
"Kau..."
"Sudah jangan banyak bicara lagi, yang terpenting adalah kita harus kembali ke Northreach dan memberikan jantung ini kepada Smith."
"Baiklah..."
Kamipun meninggalkan sarang naga hitam itu dan kembali ke Northreach untuk mendapatkan beberapa imbalan... dengan mengorbankan beberapa nyawa mercenary demi seorang kolektor jantung naga.

[Sampai ke Northreach, pukul 08.00 PM]
  Setelah perjalanan panjang, kami akhirnya sampai di Northreach. Biar kuberitahu satu hal, kau pasti benar-benar tidak ingin mau berjalan dengan dia. Dia benar-benar tidak dapat diajak bicara, bahkan selama dia tidak berkata sepatah kata pun. Jujur saja, aku tidak bisa membayangkan bila dia benar-benar menjadi pacar atau suamiku. Dia sangat membosankan dan sifatnya itu membuatku geram. Meski kurasa ada susuatu yang kusuka darinya meski aku tidak tahu itu apa.
  Kami berjalan menuju ke rumah bertingkat nan mewah bak istana milik sang kolektor yang memberi tugas kepada kami. Saat kami memasuki rumahnya, penjaga mencegah kami dan bertanya tentang apa urusan kami datang kesini. Lalu kami menjelaskan bahwa kami adalah mercenary sambil memperlihatkan hasil keberhasilan kami, sebuah jantung naga berwarna merah menyala. Penjaga itu terlihat percaya dan membiarkan kami masuk dengan dikawal oleh beberapa penjaga lainnya menuju keruangan sang kolektor. Pintu dibuka dan kami pun masuk.

"Hai sialan, kami kembali!" Sambut Leo kepada kolektor itu dengan kata-kata yang tidak sopan.
"Oh, kalian telah kembali? Sekarang dimana barangku?"
"Tunjukan uangnya dulu!"
"Santai saja, aku sudah menyiapkan beberapa emas untuk kalian ber sem... err... berdua. Sekarang tunjukkan barangnya!"
Akupun memberikan jantung naga itu kepadanya, sementara Leo mengambil peti yang berisi kepingan emas. Setelah memastikan bahwa itu adalah emas asli, dia mengangguk menandakan bisnis mereka telah selesai. Sementara aku hanya diam melihat 2 orang itu. 
Lalu dia menoleh ke belakang, tepatnya kearahku.
"Ayo, kita pergi dari sini! Tugas kita sudah selesai." ujarnya.
"Baik..." Hanya itu yang bisa kujawab.

Aneh pikirku, para mercenary berjuang mengorbankan nyawa mereka... hanya untuk beberapa keping emas? Rasanya aku hampir menyesal menjadi mercenary. Tapi mau bagaimana lagi, aku sudah tidak punya tempat tinggal dan ini yang bisa kulakukan.

Leo mengambil kantung yang ada di dalam tas kecilnya. Kantung itu berukuran besar, lalu ia memasukkan kepingan emas yang diberikan tadi. Kelihatannya dia benar-benar membagi rata, sehingga kantung itu terisi penuh.

[Next: Same]

[note; ini bener2 belum ketulis semua soalnya dah bingung mo nulis aja. Btw, ini kisah awalnya kyak gini. Trus rencananya si Laura berpisah sama Leo (yang bakal pergi ke desa Orsa) dan si Laura akhirnya juga pergi ke goldwax.
Btw, klo gk pas harap admin menghapus ini. Soalnya belum pasti aku bakal ngelanjutin RP ini ato nggak. :sembah:harap maklum... ]
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Empty2013-10-30, 11:35
PostRe: [Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine
rnvis 
Novice
Novice
rnvis

Level 5
Posts : 148
Thanked : 0
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Writer
Awards:
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Vide
<Inn. Day 1, 8 AM>

Brengsek. Membosankan. Brengsek.

Sherri entah kenapa belum sampai ketika aku menanyai sang pemilik penginapan (yang dengan catatan terkejut melihat penampilanku). Ya sudah, aku memilih untuk membayar sendiri, memilih kamar yang paling tua yang ada dan tentunya paling murah.

Menaikkan kerudung jubah hitam panjangku, aku meninggalkan sang pemilih penginapan setelah diberikan sebuah kunci tua. Kunci-nya tidak spesial jika aku harus bilang, tapi dari pengalamanku selama melakukan alchemy singkat, ada sisa-sisa emas di kunci ini. Aneh.

Aku sempat melihat ada dua orang manusia yang berjalan masuk ke penginapan tak lama setelah diriku. Dilihat dari tas yang di bawa oleh salah satu dari mereka, sepertinyamereka adalah pedagang dan pelindungnya. Mendengus kesal, aku membuka pintu kamarku setelah memutar kunci karatan ini.

Sebuah kamar kecil: satu tempat tidur, satu meja, dan lemari tua yang telah dimakan rayap untuk menaruh benda-benda pemilik kamar. Bukan tempat termewah, tapi aku bisa menggunakannya. Baik sebagai tempat tinggal dan... sebuah workshop.

Tersenyum lebar, aku menutup pintu dengan kaki kananku dengan diam. 

"Aku tak bisa menemukan perempuan tak berguna itu. Apa dia dimakan binatang buas selama perjalanan atau dijarah oleh bandit? Ah, persetan."

Untuk sekarang aku akan mempersiapkan semua peralatan dan bahanku, mengumpulkan informasi yang ada, mengumpulkan reagent cadangan lalu mengambil langkah menuju tambang tua itu. 

Aku tak akan gagal.

Demi master dan demi ilmuku yang masih amatir. Semenjak necromancy-ku masih sangat lemah, aku hanya bisa mengandalkan dua pisau pendek yang kuselipkan dibalik jubahku. Bukan cara efektif, tapi aku suka menusuk orang.

"Heh."

Berikutnya aku lebih baik mencatat struktur kota ini, aku masih punya banyak waktu hingga malam tiba.

<Next: Church>


Terakhir diubah oleh rnvis tanggal 2013-10-30, 16:57, total 2 kali diubah
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Empty2013-10-30, 12:08
PostRe: [Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine
minato 
Novice
Novice
minato

Level 5
Posts : 240
Thanked : 1
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer

[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Vide
<Prolog, Malam, +- 50 Km di Selatan Goldwax>


Sebelum Orc besar itu sempat mengayunkan gadanya, aku melompat ke depan, berguling di antara selangkangannya yang terbuka lebar. Begitu memantapkan posisiku di tanah, aku segera berbalik sembari menanamkan kapak pada Axe-gunku ke pinggangnya yang penuh lemak.

Teriakan parau bergema, Orc itu menjatuhkan gadanya ke tanah, mengibaskan tangannya yang berjari-jari gemuk besar ke belakang, berusaha menjauhkanku darinya. Aku berhasil menghindar sebelum dia mengenaiku, tapi tidak sempat mencabut keluar Axe-gunku yang masih menancap dalam di pinggangnya. Tanpa senjata di tangan, aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan. Selagi Orc itu masih kesakitan, aku segera menyambar gada besar yang dijatuhkannya tadi. Sekuat tenaga aku mengayunkan gada itu ke tempurung lutut kanannya. Suara tulang remuk bercampur dengan suara percikan daging mengiringi teriakan Orc itu yang jatuh berlutut. Aku memutar tubuhku, dengan gada masih kugenggam dengan kedua tangan, berusaha menciptakan momentum untuk mengayunkan gada itu sekali lagi, kali ini, ke wajahnya yang sudah berada dalam jangkauanku.

Aku bisa merasakan tekanan berat di lenganku saat gada itu menghantam wajah Orc itu dengan telak. Cipratan darah menyembur ke udara dari wajah Orc jelek itu. Orc itu tumbang, terbaring di tanah, tidak menunjukkan gerakan apapun. 

Tapi, aku sudah pernah menghadapi Orc sebelumnya, aku tahu mereka punya daya tahan tubuh yang luar biasa, aku tidak mau mengambil resiko.

Aku naik ke atas tubuh Orc yang terkapar itu, mengangkat gada besar yang berat, dengan kedua tangan, setinggi yang kubisa. Kemudian, menghantamkan gada itu tepat ke kepalanya, meremukkannya agar rata bersama tanah.

Sambil mengambil napas dan bersandar pada gada yang kupegang aku melihat ke sekelilingku. Pertempuran tadi sudah terhenti, semua melihat ke arahku. Orc-orc yang masih tersisa terlihat sedikit gentar, menyaksikan pimpinan mereka telah kubunuh. 

"Siapa selanjutnya?" gertakku sambil menggeram dan menunjukkan taring-taringku yang tajam.

Salah satu Orc tersentak, meneriakkan kata-kata tidak jelas kemudian melarikan diri ke dalam hutan, yang dengan serta merta diikuti oleh kawanannya. Mereka juga berteriak dalam bahasa yang tidak kumengerti.Setidaknya aku beruntung karena gertakanku berhasil, aku memang tidak ingin terlibat dalam pertempuran yang terlalu lama.

Para pasukan berzirah yang tersisa tidak terlihat berniat mengejar para Orc. Sejenak sunyi, kemudian mereka berjalan pelan ke arah pria yang tadi diangkat si Orc besar. Mereka terus mengawasiku, masih belum yakin apa aku kawan atau lawan. Aku tidak mempedulikan mereka, selama mereka tidak menggangguku. 

Aku melangkah turun dari tubuh Orc yang kupijak, mencari Axe-gunku yang tertimpa di bawahnya. Kugulingkan tubuh Orc itu dengan dua tanganku dan menemukan senjataku yang sudah remuk tidak berbentuk. Aku hanya bisa menghela napas, sudah kuduga senjata tak berguna ini tidak akan bertahan lama. Kalau bukan karena wanita konyol itu, aku bahkan tidak akan berpikir untuk memakainya.

Cukup dengan kebodohan ini, aku hampir melupakan tujuan awalku. Aku segera berlari ke arah gerobak kayu dan menyibakkan kainnya. Namun, yang kulihat di dalamnya bukan hal yang kuinginkan. Isinya hanya kumpulan logam dan beberapa kepingan emas serta perangkat-perangkat perak. Aku berteriak keras, melampiaskan amarahku dengan menendang roda gerobak kayu itu hingga patah.

"Berhenti di sana!" seru suara di belakangku.

Aku menoleh dan melihat beberapa pasukan berzirah tadi berdiri berjejer menghunuskan pedangnya ke arahku.

"Siapa kau?! Apa yang kau inginkan?" lanjut prajurit yang berdiri lebih depan. Aku bisa mendengar suaranya gemetar. 

Manusia-manusia ini mulai mengusik kesabaranku, baru saja aku menemukan bahwa pengejaranku sia-sia, kini mereka mulai mencari masalah denganku. Emosiku masih belum stabil, aku bisa saja menghabisi mereka semua, di sini, saat ini juga.

<Bersambung>


Terakhir diubah oleh minato tanggal 2013-10-31, 12:59, total 1 kali diubah (Reason for editing : menyamakan timing)
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Empty2013-10-31, 12:58
PostRe: [Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine
minato 
Novice
Novice
minato

Level 5
Posts : 240
Thanked : 1
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer

[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Vide
Wah kok jadi 'Silent Hill' ya?  :V


<Prolog, Malam, +- 50 Km di Selatan Goldwax>

"Jawab pertanyaanku!" lenguh prajurit itu.

"Aku tidak punya kewajiban untuk menjawabmu."kataku.

Sambil menggeram, aku membungkukkan badanku sedikit, mengambil posisi siap menyerang, kuku-kuku tajam menonjol dari kedua cakarku.

Prajurit itu melangkah mundur sedikit, wajahnya menunjukkan ekspresi ngeri, tidak berbeda dengan teman-temannya yang di belakangnya.

"Heh, kemana keberanianmu tadi?" ejekku.

"Ka..kami tidak takut kepadamu!" balasnya, berusaha menutupi ketakutannya.

"Hentikan!" teriak sesorang dari belakang barisan prajurit.

Dari belakang, pria yang tadi dihajar oleh Orc melangkah maju sambil dipapah. Sambil berjalan terseok-seok dia memberi tanda untuk menurunkan pedang.

"Tolong maafkan kelakuan para anak buahku, mereka masih tegang karena pertempuran tadi."

"Tapi, paling tidak, bolehkah kami diyakinkan jika anda kawan atau lawan?"

Aku terdiam sejenak dan menghela nafas panjang. Aku tidak percaya bisa terbawa insting primitif wolgar-ku. Dikuasai oleh nafsu membunuh benar-benar bukan sesuatu yang kuinginkan.Aku menegakkan badanku kembali sambil mencoba menenangkan diri.

"Aku tidak punya dendam ataupun masalah dengan kalian. Untuk itu aku bisa mengatakan aku bukan musuh kalian."

Mendengar jawabanku, sebuah senyum kelegaan menghiasi wajahnya yang penuh noda darah dan tanah.Dari dekat aku bisa melihatnya lebih jelas. Lekukan tulang pipinya terlihat jelas pada wajahnya yang tirus.Rambutnya panjang sebahu, keriting dan berwarna coklat.

"Namaku Thomas Randaveur III. Kapten dari infantri no 17 kerajaan Eremidia."

"Terima kasih karena telah menyelamatkanku, Sir..."

"Gao."

"Kau bisa memanggilku Gao. Dan jangan salah, aku tidak bermaksud menolongmu. Aku hanya memanfaatkan kesempatan yang ada."

"Meskipun begitu, jika bukan karena tindakanmu, aku pasti telah kehilangan nyawaku."

"Orc-orc terkutuk itu mencegat kami disaat kami sedang lengah."

"Kami terpisah dari rombongan inti saat di dataran Izwal karena kuda-kuda yang mendadak gelisah. Saat berusaha menyusul rombongan lain yang melanjutkan perjalanan lebih dulu kami bertemu dengan para Orc."

"Apa mungkin Sir Gao berencana menuju Goldwax?"

"Tidak, sejak semula tujuanku adalah para Orc itu. Aku memburu mereka sudah sejak dua hari lalu."
"Apa yang membuatmu berpikiran seperti itu?"

"Ah, maafkan kelancanganku, aku berasumsi begitu karena anda... wolgar"

Aku mengernyit, tidak mengerti apa yang ingin dimaksudkannya. Thomas menangkap ekspresi kebingunganku dan segera melanjutkan perkataannya.

"Begini, kami dikirim untuk membantu melindungi kota Goldwax di Utara. Baru-baru ini kota itu terus diserang oleh monster-monster yang tiba-tiba muncul dari dalam pertambangan tua. Rumor mengatakan monster-monster itu menjaga artifak milik bangsa wolgar."

Peradaban kuno Wolgar...apa mungkin benda yang kucari berada di sana? Setelah semua perburuanku yang sia-sia karena informasi yang salah. Kurasa tidak ada salahnya untuk menyelidiki tempat itu.

"Kota bernama Goldwax ini... Bagaimana aku bisa mencapainya?"

"Ah, apa anda akhirnya memutuskan menuju Goldwax? Bagaimana jika anda ikut bersama kami?"

"Tapi malam sudah larut, kegelapan ini tidak mendukung untuk melakukan perjalanan. Kita harus mencari tempat untuk menyalakan api unggun dan beristirahat."

"Itu tidak perlu. Lebih mudah bagiku untuk bergerak di malam hari. Cukup beritahu aku cara menuju Goldwax"

"Baiklah, jika anda berkehendak begitu. Anda bisa mengikuti aliran sungai Ilias yang mengarah ke Utara. Dengan kuda, anda bisa mencapai tempat itu kira-kira dalam 1 hari. Anda boleh memakai salah satu kuda kami."

"Simpan kudamu untuk kau gunakan sendiri. Dengan luka seperti itu aku ragu kau bisa berjalan jauh. Selain itu kecepatan lariku lebih bisa diandalkan."

"Satu hal lagi, sebaiknya kau segera meninggalkan tempat ini. Aku tidak bisa menjamin Orc-orc itu tidak akan kembali."

"Tentu saja, tapi kami harus memberikan penguburan yang layak dahulu kepada teman-teman kami yang gugur."

Merasa sentimentil kepada yang telah mati? Bahkan disaat bahaya masih mungkin mengancam mereka. Kadang-kadang aku tidak mengerti apa yang dilakukan oleh manusia. Tindakan mereka bisa tidak dilandasi oleh nalar dan hanya oleh perasaan.
Aku membalikkan tubuhku bersiap untuk pergi.

"Sampai bertemu di Goldwax." kata Thomas.

"Semoga Maha Dewi memberkati perjalananmu." lanjutnya.

Aku melompat masuk ke antara pepohonan, menembus semak-semak belukar di sekelilingnya. Sinar bulan yang menembus daun-daun pepohonan membantu penglihatanku. Segera saja aku sudah berada jauh dari rombongan Thomas. Menajamkan pendengaranku, aku bisa mendengar suara arus sungai Ilias. Suara gemuruh arusnya yang deras memudahkanku untuk menemukannya.

Goldwax dan peradaban Wolgar. Masih dipenuhi dengan ketidakpastian, namun tanpa petunjuk apapun aku tidak punya pilihan lain. Aku hanya berharap paling tidak bisa mendapatkan informasi mengenai Azchmut.

<Akhir dari Prolog>

<Hari pertama, Pagi, dekat Goldwax>

Sinar matahari menembus kabut tipis, menyinari rumput-rumput basah yang kulewati. Aku sudah keluar dari hutan dan berada di padang rumput luas dengan pohon yang tumbuh jarang-jarang. Semalaman aku berlari dan hanya berhenti untuk istirahat sesekali, seharusnya aku sudah tidak jauh dari tujuanku. Jalur sungai Ilias melengkung jauh ke Barat, karena itu aku memilih memotong jalan tanpa mengikuti sisi sungai. Aku berhenti, menatap ke kejauhan, udara dingin angin utara bisa kurasakan menerpa bulu-bulu di wajahku. Kubuka botol airku dan menenggak sedikit air yang masih tersisa di dalamnya lalu melanjutkan berlari.

<Hari pertama, Pagi, Jalan masuk Goldwax>

Aku melambatkan langkahku, berjalan di antara pohon-pohon yang sepertinya sengaja ditanam berbaris di depan jalur masuk Goldwax. Daun-daun yang rontok memenuhi jalan tanah yang kulangkahi. Aku bisa melihat dinding-dinding batu tinggi yang melindungi kota Goldwax, usang karena dimakan oleh cuaca. Di tengahnya, tepat dimana jalan ini berujung, sebuah gerbang besar terbuka lebar. Di bawahnya terdapat sebuah pos penjagaan-dari kayu Ulin berwarna gelap- yang sepertinya baru dibangun. Dua orang penjaga mengawasi orang-orang yang masuk. Mereka tampak terkejut saat melihatku dan sempat menghentikanku. Namun segera mereka meminta maaf dan membiarkanku masuk. Dari cerita Thomas aku tahu kota ini baru saja diserang monster, karena itu aku tidak terlalu heran melihat reaksi mereka apalagi dengan penampilanku ini.
Aku berjalan masuk melewati gerbang besar itu, sekilas bisa kulihat ornamen-ornamen emas menghiasi pintu besi tua yang menjadi penutupnya. Beberapa diantaranya terlihat bekas dicongkel paksa.

Selepas dari gerbang itu, aku bertemu kumpulan orang-orang yang memulai melakukan aktivitas paginya di jalan kota. Mereka memandangiku saat aku berjalan melalui jalan lebar itu. Aku tidak memperdulikan mereka dan terus melangkah. Aku perlu mencari informasi dan tempat yang cocok adalah tempat orang-orang berkumpul, sebuah bar ataupun pub.

<Hari pertama, Pagi, Pusat kota Goldwax>

 Aku memandangi sekitarku, banyak bangunan-bangunan kuno dan usang. Namun, memasuki alun-alun kota, aku bisa melihat beberapa bangunan yang lebih baru dibangun di antara rumah-rumah tua yang ada. Jalannya juga dihiasi oleh balok-balok batu. Beberapa pohon berkulit putih ditanam dengan rapi di sekitar. Sebuah menara jam besar terlihat berdiri tegak di tengah-tengah. Sinar matahari membuat emas yang melapisinya memancarkan kemilau terang. Aku bisa melihat jelas jarum jamnya menunjukkan pukul 09.45. Di sekitarnya aku juga melihat orang beramai-ramai, sibuk mengerjakan sesuatu yang terlihat seperti panggung.

Tiba-tiba sebuah bau yang kukenal mencapai hidungku, bau alkohol. Aku masih bisa mengenalinya di antara bau-bau yang bercampur di kota ini, berarti sumbernya cukup dekat. 

Aku melangkah masuk ke gang kecil di antara rumah-rumah tua. Jalan kecil yang dibuat dari susunan bata itu membawaku ke gang kecil yang tersembunyi di balik rumah-rumah bertingkat dua. Tempat ini seperti labirin, terbentuk akibat pembangunan rumah yang tidak memperhatikan tata letak. Belokan dan persimpangan kulalui sambil berkonsentrasi pada bau yang menuntunku.

 Tak lama aku memasuki jalan yang lebih lebar dan menemukan sebuah lorong yang terbentuk dari jembatan batu yang lebih tinggi dari jalan. Rumah-rumah berdempetan di kiri kanan jembatan itu. Melewati lorong itu aku melihat beberapa orang duduk di tepi jalan, menghisap daun nikotiana kering yang digulung dan dibakar ujungnya. Aku mengacuhkan pandangan heran mereka saat aku berlalu.

Begitu keluar dari lorong itu aku segera menemukannya. Sebuah bangunan di pinggir jalan, sebuah papan nama dari besi bergelantungan di atas pintu, mengarah keluar ke arah jalan. Batang-batang besinya dibentuk sedemikian rupa untuk membentuk sebuah tulisan, Golden Stinger.

Spoiler:

<Next : Pub, Bar, Tempat minum-minum, Golden Stinger>
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Empty2013-11-01, 09:31
PostRe: [Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine
shikami 
Member 1000 Konsep
avatar

Level 5
Posts : 3744
Thanked : 31
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer
Awards:


[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Vide
< Day 1, 10 AM >

"Jadi ini pusat kota ?"
aku melihat jalanan yang seramai yang kukira. banyak kerusakan disana-sini. benar-benar kota yang sudah tua. tak perlu digambarkan seperti apa bentuk pusat kota karena memang tidak ada yang istimewa, kecuali menara jam yang berdiri megah di timur pusat kota. loncengnya sepertinya terbuat dari emas karena kilau cahayanya benar-benar saat matahari mengenai permukaannya.

"hmm, ini gara-gara monster kemarin itu ya?"
terdengar bisik-bisik orang di depan sebuah stand toko yang sudah rusak parah. kayu-kayu berserakan. dan ada bekas cakaran di sana sini.
aku tertegun sejenak. rupanya rumor tentang monster itu sepertinya benar.
"ah, anda bapak pendeta yang datang dari Holylandia ?" tanya seseorang tiba-tiba. aku menoleh lalu tersenyum.
"ya, namaku Christopher Woodgate, ada yang bisa kubantu.nona?
yang berdiri di hadapanku adalah seorang gadis manis, kira-kira usianya masih 18-20 tahun. tapi yang menarik perhatianku adalah dadanya yang besar.
"oh Dewi maha penyayang, terima kasih anugerah yang kau berikan. amin"
mari kuluruskan, aku bukannya mesum atau apa, tapi aku menghargai tubuh wanita sebagai pemberian sang Dewi yang maha kasih. sungguh sayang jika harus dilewatkan begitu saja.
"Tuan pendeta, tolong bantu kami mengusir monster-monster yang menghantui tempat ini!"
"benar tuan, kami tidak mau harus hidup dalam ketakutan seperti ini"
dua gadis lain muncul, mereka tidak kalah cantik dan seksi. rasanya seperti menemukan permata indah di tumpukan sampah. aku pikir keindahan kota ini tidak pernah hilang tapi hanya berpindah saja ke para penduduknya..ehm penduduk wanitanya.
aku tersenyum lebar lalu memegang tangan gadis-gadis itu. terasa kulitnya yang sangat halus dan hangat.
"biarkan kutenangkan jiwa kalian dengan doa-doa kepada Dewi Maha suci.."
setelah "berdoa", para gadis itu tampak senang dan berpamitan segera.

aku melanjutkan ke utara kota, dimana sebuah rumah besar berdiri. dari petunjuk yang kuterima dari para penduduk, disitulah rumah pemimpin kota ini, Mayor Norman Millianmore.

Next :Millianmore's Mansion
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Empty2013-11-01, 21:12
PostRe: [Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine
rnvis 
Novice
Novice
rnvis

Level 5
Posts : 148
Thanked : 0
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Writer
Awards:
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Vide
<Front of Church, 9 AM>


Aku berjalan melewati kota ini, berusaha untuk tidak menarik perhatian sebisa mungkin.

Mempersiapkan semua peralatan-peralatan itu betul-betul membuang waktu, sisi baiknya aku tidak perlu berteriak seperti orang gila karena kerepotan nantinya.

Sherri entah kenapa tidak datang ke penginapan, mengingat wanita itu, aku yakin dia sekarang keluyuran di kota ini atau pergi ke tempat lain.

Selagi aku mengelilingi tempat ini, ada baiknya aku juga mencari wanita itu atau tidak. Melempar satu batu lalu mengenai dua burung mereka bilang, atau apalah itu...

"Tehahaha..."

Tertawa secara hampa, aku berjalan melewati sebuah gereja tua yang terbilang cukup besar. Setelah melewati pembelokan ini, maka aku akan sampai ke bagian depan. 

Gereja ini, sama seperti bangunan lain seperti dikelilingi hanya oleh warna abu-abu membosankan. Tempat ini bagai kota mati jika kita bisa mengecualikan orang-orang yang lewat disana-sini. 


Stand-stand penjual terlihat di beberapa pinggir jalan, beberapa diantaranya mengalami kerusakan yang cukup parah. Mungkin dikarenakan serangan monster di malam hari belakangan ini.

Sambil melihat sekitarku, aku melihat wajah familiar diantaranya. Di depan gereja tua ini, berdiri seorang wanita muda berambut perak yang diikat; Sherri Ophelia.

Mendengus, aku berpikir untuk meninggalkannya sesaat, tapi ya sudahlah. Tak ada gunanya mengelak untuk saat ini.

"Oi."

"--? Oh, Ortheyn. Kau mengejutkanku."

"...R, reaksi yang b-biasa kutemukan. A, apa yang kau lakukan disini?"

"Aku hanya memikirkan sesuatu, kau tak perlu tahu."

Sherri dengan gampang-nya menghindari pertanyaanku, memaksanya tentunya tidak akan menghasilkan sesuatu.

"Ter, tertarik untuk kembali seperti dulu?"

"Waktuku sebagai seorang Sister sudah berakhir. Aku hanya seorang pengelana biasa sekarang."

Pengelana biasa katanya. Entah kenapa aku bisa merasakan perasaan sedih di katanya.

"...Aku akan mencari kamar di penginapan untuk saat ini semenjak aku yakin kau hanya mendaftar kamar untuk dirimu sendiri."

"Jadi kau tahu."

"Hmph."

Tersenyum simpul, Sherri hanya mendongak melihat gereja tua ini sesaat sebelum pergi menuju ke arah penginapan.

"Gereja, huh? Aku tak pernah membenci mereka sebenarnya..."

Tidak ada gunanya aku berdiam disini, sebaiknya aku berkeliling lagi, Sherri berhasil kutemukan tanpa masalah. Lalu selanjutnya?

<Next: Goldwax Greenhouse>
[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Empty
PostRe: [Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine
Sponsored content 




[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine Vide
 

[Roleplay] Eremidia Dungeon! : Northern Mine

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 

Similar topics

+
Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
RPGMakerID :: Non-RM :: General Discussion-