|
| [ROLEPLAY] Secret of Erantopia | |
|
+11Venzuu LightNightKnight Arika64 sokita barlieuy tukang_es Ron D' Child NachtEinhorn superkudit TheoAllen richter_h 15 posters | |
Pengirim | Message |
---|
richter_h Salto Master Hancip RMID
Posts : 1705 Thanked : 30 Engine : Other Skill : Skilled Type : Developer
Trophies
Awards:
| Subyek: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-21, 21:14 | |
| First topic message reminder :Howdy fella. Disini hancip RMID, richter_h, ngebuka Role Play (alias RP) buat ente-ente yang demen bikin cerita dan pengen nyoba ngidupin karakter yang pernah ente bikin. Kita udah beberapa kali roleplay, tapi kali ini yang ngemanage RP ne ane sendiri. Jadi, yang mo nyoba ngembangin karakter, mo larut dalam cerita yang ente bikin, atawa mo nyoba tantangan baru nulis cerita dengan konsep yang udah dikasi sebelumnya, welcome. RP ini tujuannya ya buat hal-hal yang udah ane sebut barusan. Yis. The first Role Play from your Town Guard. Sponsored by Richter Heimsdel - Tentang Role Play (thanks to tukang_es buat penjelasan dasarne):
RolePlay adalah permainan Forum bermain peran melalui posting. dalam permainan ini pemain (member) bermain sebagai karakter yang ditempatkan di suatu cerita dengan setting yang sama dengan pemain lainnya. RolePlay mengandalkan imajinasi dari pemainnya agar menciptakan cerita yang menarik dan seru serta inspiratif. tidak menutup kemungkinan karakter yg pemain ciptakan akan dikenal.
Jadi, konsep apa yang bakal ane angkat di RP ini?Let me say, sesuai dengan hasil rembugan antara member-member yang pengen nge-RP lagi, ane mo angkat konsep yang ngambil beberapa unsur Lovecraftian Mythos (alias Ctulthu Mythos), dan ngambil setting di pulau antah berantah yang disebut dengan Erantopia. Ini background story yang mo ane angkat (thanks to NightRider buat base concept nya) - sumber: NightRider, dengan beberapa suntingan wrote:
- Ada sebuah cerita, banyak orang bilang itu hanyalah imajinasi belaka, legenda tak nyata, atau bahkan mimpi. Cerita ini telah melalui banyak generasi, dari jaman peradaman kuno sampai ke peradaban terakhir, dari era sihir sampai era teknologi, saat beberapa kerajaan, monarki dan tirani berkuasa sampai bentuk pemerintahan modern yang lebih maju terbentuk.
Di suatu sisi dunia terdapat sebuah pulau. Pulau itu tidak pernah tercatat di peta, tidak pernah terlacak pada radar, dan tidak pernah diketahui dimana letak sebenarnya. Namun, pulau ini dikenal karena banyak orang bercerita bahwa pulau itu memang ada, bahwa pulau itu berada di suatu tempat tersebut. Beberapa orang yang mengaku pernah pergi kesana memiliki berbagai macam cerita dan legenda masing-masing. Beberapa orang mengatakan bahwa itu adalah sebuah pulau dengan teknologi yang sama sekali berbeda dan tak pernah ada di zaman ini.
Beberapa orang mengatakan bahwa itu adalah sebuah pulau dengan peradaban kuno dengan kekuatan mistis yang ajaib, beberapa orang mengatakan bahwa itu adalah sebuah pulau yang harmonis stabil penuh kehidupan, beberapa orang mengatakan bahwa pulau itu penuh dengan pertempuran penuh darah dan tragedi, dan masih banyak lagi cerita legenda yang tentunya hanya orang-orang tertentu saja yang menceritakan itu semua.
Semua orang menganggap itu hanyalah khayalan belaka orang-orang tersebut, yang telah terdampar di lautan antah berantah, dan hanya menjadi satu-satunya orang yang selamat. Namun bukan berarti semua orang sama sekali tidak percaya dengan perkataan orang-orang tersebut.
Di berbagai penjuru dunia, di berbagai masa, di berbagai zaman, di berbagai waktu, semua manusia sudah mengalami hal seperti ini. Mengharapkan berbagai macam hal, akhirnya banyak orang mulai secara rahasia, mencoba untuk mengunjungi tempat tersebut. Ada yang mengharapkan petualangan, ada yang mengharapkan kekayaan, ada yang mengharapkan kekuatan, ada yang mengharapkan kebahagiaan, ada yang mengharapkan pengetahuan, sampai akhirnya ada yang ingin menjemput kembali mereka yang tidak pernah kembali.
Para pengelana ini mulai menapakkan kaki menuju pulau tersebut, tanpa menyadari bahwa dibalik semua misteri tersebut, sebuah entitas misterius yang wujudnya bahkan tidak pernah tergambarkan oleh umat manusia tengah menggerayangi seisi pulau tersebut.
Tepat di pulau ini, pulau misterius dan tidak pernah diketahui letak persisnya, bersemayam entitas tertinggi, yang oleh salah satu penulis buku yang terinspirasi oleh cerita salah seorang penjelajah dinamai The Great Old One. Tentang Erantopia:List of places of Erantopia Erantopia adalah gugusan pulau yang terdiri dari pulau utama (Erantopia), dan tiga pulau kecil yang mengelilingi pulau utama (dan kemudian dinamai dengan Katherine, Charon dan Ratopia). Anehnya, untuk ukuran kota misterius, Erantopia memiliki beberapa tempat strategis baik pelabuhan, pusat pemerintahan dan tempat-tempat strategis lainnya. Berikut adalah beberapa tempat yang patut dicatat untuk para pengelana:
- Sebuah kota besar, luasnya tidak lebih dari 8000 yard, dimana pemukiman orang-orang asli pulau berderet bersamaan dengan beberapa fasilitas seperti pasar, toko, penginapan dan sebuah puri yang konon adalah pusat pemerintahan pribumi. Arsitektur kota sangat jauh berbeda dengan tipe-tipe arsitektur yang pernah ada. Silahkan gambarkan sendiri bentuknya
- Perpustakaan besar yang berada di pedalaman hutan Katherine. Ditempati oleh pribumi yang layaknya seorang cendekiawan. Buku-buku yang ada di sana menggunakan huruf yang tidak pernah dikenali oleh orang luar, jadi pengelana harus mencari sendiri cara untuk membaca literatur-literatur yang ada di perpustakaan ini
- Mercusuar besar di tengah-tengah pulau Charon. Orang luar tidak akan bisa melihat mercusuar ini walaupun pada malam hari lampu mecusuar ini seterang bintang timur
- Kuil misterius di Ratopia. Pribumi jarang sekali datang ke kuil ini, tidak seperti layaknya kuil di pulau-pulau lain. Arsitekturnya sangat janggal dan lebih suram, dan suara-suara aneh dari dalam kuil bisa terdengar sampai luar area kuil
Catatan:
- Nama-nama yang digunakan untuk tempat-tempat tersebut sangat janggal untuk dilafalkan. Para pengelana bisa menyebut tempat-tempat tersebut dengan nama lain, namun jika bisa semua pengelana bisa sepakat untuk memberi nama tempat dengan nama yang sama.
- Dan juga, abjad, angka, dan huruf yang digunakan di Erantopia adalah aksara yang tidak pernah dikenali sebelumnya. Pengelana harus menginterpretasikan sendiri aksara yang digunakan oleh pribumi ini.
The TravelersList of the Travelers Ente, sebagai peserta RP, adalah salah satu dari para pengelana alias Travelers yang penasaran dengan apa yang sebenarnya disembunyikan dari Erantopia ini. Ente datang dari berbagai daerah dan jaman, membawa karakteristik, kemampuan dan kebudayaan ente ke Erantopia yang notabene dihuni oleh pribumi yang benar-benar asing dan tidak dikenali oleh orang-orang dari jaman kuno sampai jaman paling modern sekalipun. Ente turut serta membawa motif, keinginan, hasrat dan ambisi ke Erantopia. Soal itu, itu mah masalah ente. Namun, The Great Old One akan terus memantau tiap gerak-gerik ente di Erantopia, dan mungkin dia akan memberi sesuatu di saat-saat tidak terduga. Jadi, be wary, be cautious. NPCsList of NPCs of Erantopia Pengelana dibebaskan untuk membuat NPC sendiri sesuai kebutuhan. Namun, koordinasikan dengan pengelana lain untuk membuat NPC umum seperti pengelola toko, penyedia bahan makanan, pengrajin, penjaga kota, menteri/patih, ratu, raja dan NPC penting lainnya baik dari nama, karakteristik, figur dan sebagainya. ItemsList of items of Erantopia Barang-barang di Erantopia kebanyakan eksotis namun dapat dikenali oleh para pengelana. Namun, beberapa bisa saja cara interpretasinya beda, dan juga pengetahuan tiap karakter terbatas tentunya. Maka dari itu, diharapkan ente bisa menjelaskan tiap barang yang sekiranya perlu dijelaskan agar player lain tidak bingung.The MonstersList of Known Monsters of Erantopia Tidak banyak yang dikenali oleh orang-orang luar. Pengelana mesti menggambarkan sendiri apa yang mereka hadapi, dan tentu saja harus bisa menggambarkan seperti apa dan bagaimana cara untuk menaklukan tiap mahluk yang dihadapi dalam pertarungan. Roleplaying RulesSebaiknya ikuti peraturan-peraturan ini atau ane bakal nyatut entri ente:
- Untuk ras, suku, kebangsaan, dan sebagainya bebas tentukan sendiri. Erantopia, walau settingnya dalam satu timeline, mengijinkan pengelana untuk tampil sebagai apapun dan dari jaman apapun.
- Pengelana bisa mulai dari mana saja, menjadi apa saja dan mempunyai kemampuan apa saja. Namun ingat, semua kemampuan, termasuk God-tier Abilities dan High-end Technologies di Erantopia akan ditekan habis karena adanya Presence of the Great Old One.
- Pengelana tidak bisa keluar teritori Erantopia, baik darat, laut maupun udara. Jika keluar teritori dianggap mati.
- Role Play a la Richter Heimsdel adalah RP real-time. Time skip tidak diijinkan. Jika ada yang mau mencoba Time Skip, Great Old One tidak segan untuk memberi karakter ente kutukan
- Jika akan memulai RP, cantumkan ini sebelum isi RP ente
- Code:
-
[b]<nama karakter>[/b] [b]<posisi karakter>[/b]
- Silahkan mengambil plot apa saja di RP ini, namun siapkan diri untuk event-event tertentu nanti. Event akan muncul mendadak, dan tidak akan diberitahu sebelumnya. Ini adalah kehendak dari The Great Old One
The Test of ErantopiaList of the Events of Erantopia List of Prizes Given to Travelers
- Dalam waktu tertentu, jika karakter melakukan suatu tindakan, Great Old One akan memberikan hadiah random terhadap karakter, baik berkat, kutukan, maupun barang tergantung tindakan yang sebelumnya dilakukan.
- Berkat, kutukan atau barang bisa diambil kembali oleh Great Old One tanpa pemberitahuan.
- Jika efek dari apa yang diberikan Great Old One juga mempengaruhi karakter lain, efek tersebut akan diterapkan pada karakter lain. Efek tersebut akan dijelaskan saat karakter menerima 'hadiah' darinya.
- Berkat, kutukan, maupun barang yang sudah diterima tidak bisa ditukar atau dikembalikan.
Namun, jika ada persyaratan untuk membatalkan hadiah, persyaratan tersebut akan diberitahu kepada karakter yang menerima saat berkat, kutukan, maupun barang tersebut diberikan.
- Jika pada saat karakter yang memiliki berkat, kutukan, maupun barang tersebut melakukan hal-hal yang disyaratkan (alias anjuran/pantangan) saat pemberian hadiah sampai hadiah tersebut diambil kembali, ada kemungkinan berkat, kutukan, maupun barang tersebut akan menjadi permanen milik karakter tersebut dan bebas untuk diapa-apakan.
Jika tidak ada anjuran dan pantangan yang tertera pad26 Okt 2014a hadiah, hadiah tersebut akan pasti diambil kembali oleh Great Old One.
Summaries
- 22 Okt 2014
- 23 Okt 2014
- 24 Okt 2014
- 25 Okt 2014
- 26 Okt 2014
Terakhir diubah oleh richter_h tanggal 2014-10-27, 11:48, total 10 kali diubah | |
| | |
Pengirim | Message |
---|
Mochamad Hilman Novice
Posts : 121
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-26, 11:02 | |
| <Emils> <Desa Sathayandu, Rato> <13:20>
“Aku tahu bahwa kau adalah seorang “Petualang”,bukan? Ceritakan segala yang kau ketahui tentang tempat ini... pulau ini dan dunia ini... jika kau masih peduli dengan wanita ini” "He.... ancaman klasik. Tidak bisa kah kau sedikit pintar untuk melakukan hal yang seperti ini?"ledek wanita itu. Ancamanku tidak mempan? Apa dia tidak takut temannya terbunuh olehku? Ah, sudahlah. Nanti aku juga bisa bertanya pada wanita berkulit gelap ini, jadi aku akan mennyandera wanita ini sampai.... Belum sempat rencanaku tersusun, tangan kananku tiba-tiba terputus, sehingga membuatku menjatuhkan pedang di tanganku. Akhirnya indra pengelihatanku menangkap apa yang terjadi. Wanita berambut coklat itulah yang memotong tangan kananku, lalu ia menggendong wanita yang kusandera menjauh dariku. Karena sandera telah diambil, regu penjaga di luar tidak segan-segan masuk ke dalam rumah itu dan membentuk barisan di antara aku dan wanita berambut coklat itu.
"Pertama... kau meremehkanku dalam pertarungan jarak dekat. Kau harus lebih jauh dariku untuk melakukan trik murahan ini." Kata wanita itu sambil menurunkan wanita yang tadi kusandra.
"Kedua... Disini adalah desa Sathayandu, yang berada di sebuah daerah bernama Erantopia ..."lanjut wanita itu. "Ketiga... aku tidak tahu siapa dirimu, dari mana asalmu, dan kenapa kau bisa sampai masuk ke desa ini. Kita bisa berbicara baik-baik... aku bisa berbagi informasi. Namun, jika kalian mengusik warga desa ini"
Dia menajamkan padangannya padaku sebelum kulanjutkan perkataannya. "...Aku tidak akan segan menghadapimu..."
“Mengusik katamu?”kataku geram. “Aku tidak pernah mengusik siapapun. Coba tanyalah kepada para penjaga di depanmu. Apa yang telah kuperbuat hingga aku layak untuk dibunuh?”tanyaku pada wanita berambut coklat itu. “Kau telah menciderai warga kami! Apa kau tidak ingat apa yang terjadi di gang kecil tadi?”sahut pemanah di belakang kelompok itu. Kalau dugaanku benar, dia pasti pemanah yang ikut bersama keempat orang tadi. “Itu tidak akan terjadi kalau kaptenmu tidak menyerangku duluan, manusia!”bentakku. “Biar kutebak.... berikutnya kalian akan mengatakan kalau aku telah memasuki wilayah kalian,bukan? Atau karena aku adalah “monster”,bukan?”
“Kalian manusia tidak pernah berubah... apapun yang tidak kalian ketahui akan kalian anggap sebagai bahaya, sebuah malapetaka, sebuah Monster. Namun, tidakkah kalian tahu siapa Monster yang sesungguhnya?”
Penjaga di depanku masih belum bergerak satu milipun dari tempat mereka. Perlahan, sebuah gumpalan terbentuk di tangan kananku dan memancarkan lima buah jari. Heh, rencakaku untuk mengulur waktu sampai tangan kananku pulih kembali telah berhasil.
“Lihatlah dinding rumah ini. Dari mana asalnya? Pasti dari penebangan pohon, padahal banyak “Monster” memakai pohon sebagai rumah mereka. Coba lihat ke pakaian yang kalian kenakan, dari mana asalnya kalau bukan kulit dari “Monster” yang kalian binasahkan”lanjut perkataanku. “Dan terakhir... lihatlah benda di atas meja itu”
Aku menunjuk ke sebuah meja di belakang mereka semua. Sialnya, tidak ada yang berbalik. Tsch... Mereka tidak terlalu bodoh untuk ditipu. Yah... kalau begitu aku akan terus mengulur waktu sampai ada kesempatan.
“Apa itu tulang? Untuk apa tulang di rumah ini? Ah... dari jumlah tanaman di sini, pemiliknya pasti seorang penyembuh,bukan? Eh? Tapi... kenapa ada tulang di sini?” Para penjaga di depanku mulai gusar dengan perkataanku. Pria di paling pojok kiri mulai mengambil satu langkah maju dan semakin memegang erat tombak di tangannya. “Oh.... benar juga. Kalau kau meremukan, kemudian menggiling tulang, maka bubuk yang dihasilkan akan memiliki nutrisi yang sangat tinggi. Terutama gigi-gigi taring dari tengkorak monster itu!”
Sekarang, bukan hanya satu, tapi semua penjaga itu telah terpancing amarah. Namun, satu hal tak terduga terjadi. Wanita berambut coklat itu menoleh ke arah yang tadi kutunjuk, matanya terpaku pada meja berisikan bahan obat-obatan itu. Sekaranglah kesempatanku... aku segera mengambil pedang curianku tadi dan bersiap untuk “Adegan Penutup”.
“Para monster tidak membunuh kalian tanpa alasan... kalianlah yang memburu mereka untuk kalian manfaatkan bagian tubuh mereka...”
Aku mengambil satu langkah kedepan. Para penjaga di depanku mengokohkan kuda-kuda mereka, bersiap akan serangan yang akan datang.
“...KALIANLAH MONSTER SESUNGGUHNYA!”
Serentak dengan perkataanku. Aku mengumpulkan cairan pada tubuh atasku untuk membuat gumpalan air berbentuk bola berrongga yang hampir menyentuh langit-langit ruangan ini.
“Teknik Manipulasi Air : Guyuran Naga Air!”teriakku dengan lantang.
Para penjaga melompat ke samping untuk menghindari serangan dariku. Wanita berambut coklat itu kembali fokus padaku, kemudian menggendong wanita berkulit gelap tadi dan melompat tinggi ke belakang. Kakiku segera membawaku ke dekat para penjaga, kemudian melontarkan seluruh tubuhku ke depan. Ketika gumpalan air di tubuh atasku menyentuh lantai, air di dalamnya menyebar ke seluruh sisi ruangan dan mengenai siapapun disekitar tempatku terjatuh. Meski terkena air yang tampak deras, tapi para penjaga masih berdiri tegak di tempat mereka. Itu karena aku sengaja memakai hanya sepertiga cairanku untuk menutup pandangan mereka. Di balik ledakan itu, aku membentuk bola dengan sisa cairanku,kemudian bergelinding melewati para penjaga. Wanita berambut coklat itu masih terfokus pada tempat ledakan airku, sehingga ia tidak menyadari keberadaanku. Ketika kaki wanita itu hendak menapak kembali di lantai, aku menyebarkan cairanku ke lantai yang hendak ia pijak, sehingga ia tergelincir oleh cairanku dan jatuh ke belakang. Di belakangnya, aku mengumpulkan kembali seluruh cairan yang telah kusebar untuk menopang tubuhnya, kemudian menarik pedang curianku ke depan leher wanita itu.
“Dilihat dari keadaan saat ini, aku tidak mungkin keluar hidup-hidup. Aku akan menerima tawaranmu untuk tidak mengusik penduduk desa dan berbagi informasi... jika kau dapat mengeluarkanku dari desa ini dalam keadaan hidup”Kataku pada wanita itu. “Kau pikir para penjaga itu akan membiarkanmu lolos begitu saja?”tanya wanita itu. “Karena ledakan air tadi, aku yakin mereka beranggapan aku telah mati”
Para penjaga mulai memeriksa tempatku meledakan gumpalan air tadi dan kondisi sekitarnya. Aku telah memalsukan kematianku, jadi akan buruk jika aku terlihat oleh mereka. Aku menarik kembali pedangku, kemudian bersembunyi di belakang wanita itu.
“Aku akan menunggu di bawah meja yang tadi kutunjuk”kataku pada wanita itu.
Aku mendatarkan tubuh cairku dengan lantai, kemudian perlahan merayap ke bawah meja penuh bahan-bahan itu. Para penjaga mulai mencari di dalam rumah, tapi mereka tidak menemukanku dan akhirnya meninggalkan rumah ini.
Terakhir diubah oleh Mochamad Hilman tanggal 2014-10-26, 11:31, total 2 kali diubah (Reason for editing : Merapikan Paragraf & Menambah Warna) | |
| | | TheoAllen ♫ RMID Rebel ♫
Posts : 4935 Thanked : 63
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-26, 15:28 | |
| <Ayako> <Sathayandu> <13:40>
“Mengusik katamu?” katanya dengan geram.
“Aku tidak pernah mengusik siapapun. Coba tanyalah kepada para penjaga di depanmu. Apa yang telah kuperbuat hingga aku layak untuk dibunuh?”tanyaku pada wanita berambut coklat itu.
“Kau telah menciderai warga kami! Apa kau tidak ingat apa yang terjadi di gang kecil tadi?” Sahut seorang pemanah yang berada di barisan belakang sambil mempersiapkan busur panahnya.
“Itu tidak akan terjadi kalau kaptenmu tidak menyerangku duluan, manusia! Biar kutebak.... berikutnya kalian akan mengatakan kalau aku telah memasuki wilayah kalian,bukan? Atau karena aku adalah “monster”,bukan?”
“Kalian manusia tidak pernah berubah... apapun yang tidak kalian ketahui akan kalian anggap sebagai bahaya, sebuah malapetaka, sebuah Monster. Namun, tidakkah kalian tahu siapa Monster yang sesungguhnya?”
Adu argumen pun mulai terjadi, monster slime itu mulai mencoba menarik emosi para penduduk desa itu. Namun aku hanya menahan diri, kau tau? Saat kau kehilangan kendali emosimu saat pertarungan, separuh pertarungan sudah dimenangkan oleh lawan. Aku belajar hal ini saat aku bertemu dengan seorang yang bernama Andy Landwalker, gerakannya yang cerdik dan licik membuatku kehilangan kendali, dan dirinya adalah satu-satunya orang sebayaku yang tidak dapat aku kalahkan. Namun begitu juga dirinya.
“Lihatlah dinding rumah ini. Dari mana asalnya? Pasti dari penebangan pohon, padahal banyak “Monster” memakai pohon sebagai rumah mereka. Coba lihat ke pakaian yang kalian kenakan, dari mana asalnya kalau bukan kulit dari “Monster” yang kalian binasahkan”
“Dan terakhir... lihatlah benda di atas meja itu”
Suasana menjadi lebih hening... namun mata tetap terfokus pada monster slime tersebut, bagus kalian jangan terlalu terpancing emosi seperti ini. Sementara semua orang memperhatikan pergerakan slime itu, aku mulai memutar mataku untuk mencari kesempatan, mencari sesuatu untuk dimanfaatkan. Aku tidak terlalu memperhatikan ceramahan bodoh dari monster slime itu.
“...KALIANLAH MONSTER SESUNGGUHNYA!”
Itulah teriakan yang terdengar sesaat kemudian, dan saat kusadari aku melihat monster slime itu menggumpalkan tubuhnya, membentuk gumpalan air besar, hampir menyentuh langit-langit.
“Teknik Manipulasi Air : Guyuran Naga Air!”
Aku menyadari sesuatu yang aneh dari tingkah itu... yang benar saja...
"Semuanya, berlindung!" Teriakku lantang. Dan benar, monster slime itu meledakkan diri, di tempat seperti ini. Guyuran airnya seakan seperi hujan dalam ruangan. Pandanganku sedikit terganggu karenanya, dan ia cukup cerdik untuk membuat kabut yang lumayan pekat untuk mengacaukan situasi. Aku hanya bisa melompat ke belakang untuk mengurangi dampak yang aku terima.
Saat kakiku menyentuh lantai, tiba-tiba saja aku tergelincir. Huh? aku ingat betul tidak ada air di sekitar sini. Aku berusaha menyeimbangkan diriku agar aku tidak terluka saat jatuh, namun sesuatu yang kenyal menompangku, dan seonggok pedang teracung padaku.
“Dilihat dari keadaan saat ini, aku tidak mungkin keluar hidup-hidup. Aku akan menerima tawaranmu untuk tidak mengusik penduduk desa dan berbagi informasi... jika kau dapat mengeluarkanku dari desa ini dalam keadaan hidup” Slime itu secara mendadak muncul di belakangku dengan menggunakan teknik ancaman yang sama.
“Kau pikir para penjaga itu akan membiarkanmu lolos begitu saja?” Sahutku sambil sedikit tersenyum.
“Karena ledakan air tadi, aku yakin mereka beranggapan aku telah mati” Lanjutnya kemudian.
Hee.... boleh juga. Tak kukira monster ini lumayan cerdik dan bernyali untuk memalsukan kematiannya ditengah kerumunan seperti ini.
Kabut mulai menipis, suasana mulai kembali terkontrol. Seperti yang ia duga, para penduduk desa itu kebingungan mencari monster slime ini. Dan beberapa diantaranya sudah tidak terlalu waspada dengan keadaan.
“Aku akan menunggu di bawah meja yang tadi kutunjuk” Itulah kata-kata terakhir yang kudengar. Kemudian ia menarik pedang itu, membuat dirinya menjadi genangan air yang tidak mencurigakan, dan perlahan merayap ke sebuah kolong meja. Aku memperhatikan gerak-geriknya,
Ya kuakui dia memang monster cerdik. Akhirnya dia berhasil menyelinap keluar dengan menggunakan celah-celah rumah ini keluar. Kebetulan sekali rumah Ishara tidak begitu jauh dengan pagar desa yang membatasi desa ini dengan dunia luar.
"Kalian semua tenanglah. Monster itu sudah mati dengan meledakkan diri. Teknik ini biasa dilakukan para bangsa slime saat mereka terjepit" Kataku sambil bangkit dan memberi penjelasan dengan sok tau. Tak kusangka, penduduk desa ini lebih senang mendengar kabar gembira daripada meningkatkan kewaspadaan. Bisa kulihat saat mereka mulai menurunkan senjatanya.
"Ishara! Kau tidak apa-apa?" Seorang yang berbadan paling besar yang disebut sebagai Baratheon itu kemudian bergegas menuju Ishara dan memeriksanya dengan khawatir.
"Aku tidak apa-apa, ayah!" Kata Ishara dengan nada lega.
"Monster tetaplah monster. Gila saja dia melakukan bunuh diri di ruangan seperti ini dan pada akhirnya tidak menghasilkan apa-apa! Lihat, dia sendiri malah terkena dampaknya!" Komentar salah satu penduduk desa itu. Aku hanya menghela nafas mendengarnya.
"Terima kasih telah menyelamatkan putriku... umm..." "Ayako ..." Ishara menyahut dengan spontan "Ah.. Nona Ayako"
"Tidak masalah, ini adalah kewajibanku untuk membalas budi kebaikan orang-orang desa ini" Sahutku padanya.
"Sebenarnya aku ragu... perkataan monster slime tadi tidak sepenuhnya salah. Apa memang benar, kami ini adalah yang disebut monster?" Kemudian menanyakan pertanyaan itu padaku. Aku menarik nafas panjang dan menjawabnya.
"Tidak perlu bimbang siapa yang monster dan siapa yang bukan. Kau mempunyai sesuatu untuk dilindungi, Ishara, dan lihat... penduduk. Kurasa itu sudah cukup alasan bagimu untuk melakukan semua ini. Dalam pertarungan, jangan pernah merubah atau kehilangan alasan pertama. Atau separuh pertarungan sudah dimenangkan oleh lawan".
Kekacauan telah berakhir, pada penduduk mulai bubar. Kami juga membersikan kekacauan yang baru saja terjadi, Ishara masi terlihat syok. Namun dengan ayahnya yang berada di sampingnya, dia bisa lebih lega. Ya, dia mengaku kalau dia memang tidak bisa melakukan bela diri, dan lebih memilih untuk membantu penduduk desa daripada ikut perang.
Singkat cerita, aku akhirnya bergegas pergi dari desa dengan membawa perbekalan yang telah disiapkan oleh Ishara dan penduduk desa itu, semua orang memberi salam atas keberangkatanku layaknya seperti seorang pahlawan.
Sesampainya di alam luar, aku bergegas memutar menuju tempat yang aku duga sebagai tempat bersembunyinya monster slime itu. Dan benar saja, aku memperhatikan gumpalan biru air itu disana, Bentuknya lebih kecil dari yang sebelumnya kulihat. Sepertinya dia kehilangan beberapa cairan ditubuhnya.
"Seperti yang aku janjikan. Aku akan memberitahu apa yang aku tahu. Namun sebelum itu, aku berasumsi karena kau melontarkan pertanyaan begitu banyak, apa kau makhluk yang sama sepertiku? Terlempar di dunia antah berantah ini..."
"Sejujurnya, aku juga masih mencari apa yang sedang terjadi. Penduduk desa mengatakan bahwa aku harus melakukan perjalanan menuju ke pulau Eran untuk menemukan jawabannya. Untuk dapat kesana, kita harus melewati sebuah terowongan bawah tanah yang berada di utara pulau ini. Bagaimana, apa kau mau ikut denganku?"
Aku memulai sebuah tawaran. | |
| | | barlieuy Novice
Posts : 139 Thanked : 1 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Jack of All Trades
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-26, 17:34 | |
| <Rezio & Pudenta> <Area pintu masuk Hutan Daedala, Pulau Katherine>
Bentuknya menyerupai sejenis hewan melata. Terdapat sejumlah tentakel di sekitar dua buah mulut yang diameternya bisa mencapai 1,5 meter. Aku yakin panjang badannya pun melebihi tinggi Pudenta. Entah bisa melihat atau tidak, tapi sampai sekarang makhluk itu masih belum bergerak seolah sedang mengamati gerak-gerik kami.
Pudenta berbisik, "Setelah melewati titik ini keadaan akan semakin berbahaya. Selalu perhatikan keadaan sekitar."
Berarti benar kami sudah mulai memasuki area yang tidak lagi aman. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan "pintu masuk"? Sama sekali belum terlihat sesuatu yang bentuknya seperti gerbang ataupun pintu.
"Pudenta, tadi katamu Hutan Daedala masih beberapa mil lagi. Baru juga jalan ratusan meter tapi ternyata sekarang sudah dekat pintu masuknya??"
Aneh. Apa mungkin hutan kegelapan yang dikatakannya itu bisa berpindah-pindah tempat? Hmm... Tidak masuk akal.
"Maafkan aku, Tuan Rezio. Aku lupa bilang kalau aku kurang pandai menghitung. Gyohohoho."
"HAAAHH??"
Teriakanku seolah membangunkan monster yang sedang tertidur. Dengan gesitnya makhluk itu langsung menuju ke arahku dan berusaha mencaplok tubuhku dengan menghantam tanah menggunakan mulut yang menempel di ujung kepalanya. Ugh. Cepat sekali!!
BLAAMM!
Tanah di sampingku menyisakan lubang yang dalam. "Tuan Rezio!!" Beruntung, gerak refleksku masih bisa menghindari serangan mendadak itu setelah melompat ke samping.. Ah, aku pernah mengalami kejadian yang sama dengan yang dilakukan oleh penduduk Gigara kemarin.
"GRAAARH!!" Dengan sigap Pudenta memukul keras bagian leher makhluk itu menggunakan gelang belenggu di tangannya sehingga menghasilkan impact yang mendorong musuh cukup jauh dan memberikan jarak antara kami bertiga. Monster yang seperti cacing raksasa itu mulai meneteskan suatu cairan lengket berwarna kuning dari dalam kedua mulutnya.
"Kau tidak apa-apa, Tuan Rezio?"
"... . Kelihatannya begitu."
"Hati-hati dengan cairan dari mulutnya. Sekali terkena kulitmu bisa melepuh hingga ke tulang. Kalau hanya beberapa tetesan saja, kulit kami para penduduk Gigara masih bisa menahan zat asamnya. Aku tidak tahu kalau kena manusia.."
Jadi cairan itu korosif? Berbahaya sekali. Sigh. Apa yang harus kulakukan sekarang? Lari dan menonton dari jauh? Pudenta mungkin berpikir bahwa aku masih memiliki keahlian bertarung. Di saat seperti ini aku seharusnya bisa mengalahkannya dengan mudah jika saja sihirku masih ada.. Oh, iya! Kartu itu! Sesaat setelah aku merogoh kantong dibalik jubahku...
"KHOOOEHK!!"
Makhluk aneh itu pun kembali menyerang ke arahku dengan memuntahkan gumpalan-gumpalan fluida korosif yang menghujaniku dari mulut bagian atasnya. Cih! Jarak dia menembak cukup jauh sehingga tidak terlalu sulit bagiku untuk membaca jalur tembakannya. Aku melompat ke kiri dan ke kanan menghindarinya. Namun, di saat aku berada di udara dan tubuhku belum menginjak tanah.. Di luar perhitunganku, mulut bagian bawahnya melepaskan gelombang serangan kedua. Gawat, aku tidak bisa mengelak dari yang satu ini.. Lalu, tiba-tiba saja terdengar raungan keras dari arah samping kananku...
"AKULAH LAWANMU!! GRAAAARRH!!!"
WHUUSH!! SPLASHH SPLASH!!
Tiba-tiba saja tubuh besar Pudenta menghalangi jalur tembakannya... dan menerima semua serangan musuh dengan telak.Argh! Sialnya percikan cairan itu ada yang lolos dan mengenai pundakku sedikit. "PUDENTA!!" | |
| | | richter_h Salto Master Hancip RMID
Posts : 1705 Thanked : 30 Engine : Other Skill : Skilled Type : Developer
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-26, 21:57 | |
| Secret of Erantopia 25 Okt 2014 summarySemakin banyak yang ditemui di Erantopia, terutama kejadian-kejadian ganjil yang ditemui oleh para Travelers. Namun, perjalanan mereka untuk mencapai tujuan mereka masing-masing masih jauh.
- Kai:
Masih terlena dengan pekerjaan kecil dan kadang teralihkan perhatiannya pada beberapa hal, termasuk kedatangan Emils ke Sathayandu. Selebihnya dia tidak melakukan apapun.
- Ayako:
Setelah pertemuannya dengan Emils, Ayako mendapatkan ide untuk memanfaatkan monster slime pintar itu dan membawa mereka ke Greater Erantopia. Namun, karena Emils bukan slime biasa, dia harus memutar otak untuk membuat penawaran bagus setelah dia meyakinkan orang-orang desa Sathayandu bahwa Emils meledakkan diri dan mati.
- Fei Tian:
Tidak ada yang mengetahui dimana Fei Tian sekarang. Dia meninggalkan barang-barangnya di Sathayandu. Apakah dia tersesat di hutan? Atau, yang lebih buruk lagi, bertemu dengan monster pulau?
- Rezio:
Akhirnya Rezio dan Pudenta berada di kawasan Daedala, rumah bagi monster-monster abnormal yang kapanpun bisa saja memakan siapapun yang lewat. Baru saja masuk kawasan Daedala, mereka bertemu dengan monster yang seperti cacing dan memiliki dua rahang. Bisakah mereka selamat dan berhasil ke Laxanctum?
- Guy:
Akhirnya Guy masuk dan menyusuri hutan Greater Erantopia, lantas disambut oleh sesosok makhluk yang membuatnya kaget sekaligus waspada. Makhluk itu tidak jahat, dan dia menuntun Guy ke sebuah desa. Desa yang katanya adalah desa para Yith.
- Dion:
Kejadian-kejadian yang ganjil membuat Dion hampir gila. Dia sempat memakan jamur yang dikiranya tidka beracun, tapi jamur itu malah membuatnya berhalusinasi. Sekarang Dion terlelap dalam halusinasinya, di pedalaman Charon.
- Orange:
Satu ronde tidak cukup untuk Slime Girl memuaskan hasratnya. Berkali-kali dia melakukan kopulasi dengan slime yang Orange rasuki. Tidak ada rasa lelah untuk mereka berdua, terlebih Orange hanya bisa menyaksikan adegan panas itu dalam sudut pandang slime korban slime Girl.
- Narita&Sygn:
Rasputin yang makin tidak terkendali mengamuk, menghancurkan segel yang dipasang pada ruangannya, dan memaksa Narita menggunakan Nox Vector-nya untuk menghentikan Rasputin yang wujudnya berubah jadi Abomination.
- Diavolyn Geest & Vechter:
Semakin jauh mereka mengikuti jejaknya, semakin jelas terlihat jejak itu mengantarkan mereka ke sebuah desa. Desa yang asing bagi mereka berdua. Apa yang akan mereka temui selanjutnya?
- Emils:
Setelah mengancam orang-orang desa dan akhirnya melakukan trik eskapologi, dia setuju untuk membicarakan banyak hal kepada Ayako, secara sembunyi-sembunyi. Akankah dia menerima tawaran Ayako untuk pergi ke Greater ERantopia?
- Hugo:
Sudah berjam-jam dia tersesat di hutan, dengan luka yang dia derita setelah kabur dari Laxanctum mungkin saja dia tidak akan selamat di dalam hutan Daedala. Apakah yang akan menimpa dirinya nanti?
New NPCs:
- Leff
Bocah + Yith
Bocah humanoid yang pikirannya ditumpangi oleh Yith. Dia juga punya badan sendiri, badan yang sama persis dengan badan para Yith yang datang ke Erantopia jutaan tahun lalu. http://www.rpgmakerid.com/t8701p120-roleplay-secret-of-erantopia#123761
- Z'embe
Tetua desa yang konon adalah desa koloni Yith Yith yang menumpangi pikiran Z'embe tidak menghiraukan status sang kakek renta ini, namun tetap dia dikenali sebagai tetua desa yang bijak. http://www.rpgmakerid.com/t8701p120-roleplay-secret-of-erantopia#123761
New Monster:
- Chthonian
Nama lain: Dweller of the Beneath, Wyrm
Servitor of Shudde M'ell. Setengah cumi-cumi, setengah cacing, dengan badan panjang besar dan kulit dilapisi lendir, dan mulut bertentakel. Ukuran badan bervariasi, namun umumnya berukuran sangat besar. Lendirnya diyakini beracun dan korosif. http://www.rpgmakerid.com/t8701p120-roleplay-secret-of-erantopia#123759
Sanity ChartAyako | -> | +8 | (-1) | Fei Tian | -> | +8 | (-1) | Kai | -> | +10 | (-1) | Rezio | -> | +7 | (-1) | Guy | -> | +7 | (0) | Dion | -> | +7 | (-1) | Orange | -> | +7 | (-1) | Narita | -> | +7 | (-1) | Geese | -> | +9 | (0) | Emils | -> | +7 | (-1) | Hugo | -> | +5 | (-1) |
mulai dari summary ini, timeline untuk semua karakter diset dengan jam sesuai yang tertera di bawah: Current Timeline: 15:00
Terakhir diubah oleh richter_h tanggal 2014-10-27, 11:47, total 2 kali diubah | |
| | | Venzuu Newbie
Posts : 90 Thanked : 2 Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Event Designer
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-27, 04:00 | |
| <Diavolyn Geest> <Hutan Selatan, Rato> <13.15>"Itu sebuah desa kan?" "Kelihatannya begitu, sudah kuduga begitu melihat kuil aneh tadi, pasti ada perkampungan didekat sini..." "Kira-kira seperti apa mereka yang tinggal di dalamnya?" Tanya Vechter "Entah, tapi aku yakin bukan manusia"Kami berdua kini sampai didekat sebuah desa, jejak-jejak kaki aneh yang kami ikuti tadi menuntun kami kesini. Ok, pertama goblin, kemudia Messenger, sekarang desa? Aku baru saja merasa hariku akan bertambah buruk... "Apa kita akan masuk?""Apa kita punya pilihan?" sahutku "...""Vechter, untuk sekarang kembalilah dulu kebentuk segel...""Eh!? Kenapa?" "Kita tidak tahu apa yang menunggu kita, dan mungkin mereka akan heran melihat arwah sepertimu...""Bukannya sepanjang jalan kita banyak melihat hal aneh? Mungkin saja arwah hal yang umum disini...""Jangan Cerewet! Sekarang lebih baik kita cari aman...""Terserahlah!"Beberapa saat kemudian, arwah Vechter sudah kembali menjadi segel tato di tanganku, ya ini lebih baik ketimbang penduduk desa itu, yang entah bagaimana bentuknya, terheran-heran melihat Vechter...
Sejenak aku tertegun melihat pemandangan didepanku. Tembok kokoh dari batu dan pintu gerbang berukir naga di jaga 2 orang bertubuh besar. Kuperhatikan mereka baik-baik, bukan, mereka bukan manusia . Hal yang paling mencolok adalah telinga runcing mereka, terlihat seperti elf, mahluk dari legenda. "Himana lagi... " Salah satu penjaga bergumam Akupun mendekat kearah dua penjaga itu, sedikit kukendurkan pertahananku, aku merasa mereka tidak memiliki niat jahat. "Halo... Namaku Diavolyn Geest, aku dikirim kesini untuk Ujian Shamanku. Aku mengikuti jejak kaki ini (kataku sambil menunjuk ke tanah) dan sampai disini. Kalau boleh, aku ingin memasuki desa kalian untuk beristirahat dan mencari informasi."Kedua penjaga itu saling menatap... "Jadi kau mengikuti jejak para pemburu ya? Selain kau, ada juga beberapa Himana yang datang kesini""Kenapa akhir-akhir ini kalian selalu berdatangan... " Keluh penjaga satunya "Himana?""Ya, orang-orang sepertimu. Para Penjelajah"Penjelajah, ya? Salah satu penjaga itu kemudian membuka pintu gerbang itu dengan mekanisme tradisional yang belum pernah kulihat. Tak lama kemudian... Klaakk!Pintu gerbang itu pun terbuka. Salah satu penjagapun mempersilahkan ku masuk... "Selamat datang di Sathayandu, nikmatilah kunjunganmu, Himana!"Perlahan, kujejakkan kakiku memasuki desa misterius ini...
Terakhir diubah oleh Venzuu tanggal 2014-10-28, 16:36, total 1 kali diubah | |
| | | Oscar Senior
Posts : 830 Thanked : 13 Engine : RMVX Skill : Beginner Type : Writer
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-27, 06:28 | |
| <Ivan Ashimov><Hutan Antahberantah><13.40>- Flashback:
Saat itu kami sedang ditugasi untuk melakukan ekspedisi di reruntuhan yang tak jauh dari desa kami. Reruntuhan itu sepertinya peninggalan bangsa Ardent Mage. Dari tulang belulang yang kami temukan sepertinya telah terjadi peperangan antara bangsa Ardent Magedan Necrophage. Tulang manusia dan eksoskeleton serangga-serangga Necrophage berserakan di mana-mana.
Namaku Ivan Ashimov, aku bersama timku yang dipimpin oleh pahlawan bangsa kami, Petrov Judit. Seorang wanita berambut pirang yang sangat ahli memakai crossbow.
Saat kami memasuki kuil itu, kami, maksudku aku mencium bau yang sangat berbeda. Bau dari dust murni yang sangat kuat. Para pengguna dust adalah para Ardent Mage,Roving Clan , dan Broken Lord namun bau dust mereka tidak sekuat ini. Bau seperti ini hanya terjadi di pegunungan dan bawah tanah, bukan di tengah-tengah padang gersang bersalju seperti ini, dan yang aneh lagi bau itu bergerak seolah batu penghasil dust itu bisa berpindah.
Saat aku mengatakannya pada Kolonel Judit dia memutuskan untuk menyelidiki apa yang terjadi. Akhirnya kami pun memutuskan untuk memasuki reruntuhan itu.
Dugaanku benar, ternyata itu bukan kristal Dust biasa tetapi itu adalah makhluk hidup yang memiliki kepintaran. Dia seperti di cerita saat peradaban nenek moyang penjelajah bintang kami runtuh, mereka diserang oleh makhluk seperti ini.
Mereka menyebutnya the Harmony. Meskipun mereka telah mengalami banyak degradasi dalam evolusinya, makhluk ini masih ganas seperti beratus-ratus tahun yang dahulu. Tubuhnya yang hampir sebesa gunung kini menyusut hanya sekitar lima kali tubuh manusia normal. Kami menyebutnya Harmonite.
Ada tiga harmonite yang menyerang kami. Kami kewalahan saat melawan mereka, aku terperosok kedalam sebuah lobang saat harmonite itu memukulku sampai membuatku terlempar. Lobang itu ternyata terhubung dengan ladang-ladang kristal dengan harmonite-harmonite yang sepertinya masih muda.
Harmonite yang paling besar melihatku yang terjaduh sendirian di tempat itu. Lalu ia melemparkan kristal-kristal runcingnya ke arahku. Kulindungi diriku dengan tameng menara besar yang kubawa, lalu aku berlari.
Aku terus berlari menelusuri lorong-lorong sampai akhirnya aku menemukan sebuah cahaya. Ku berlari ke arah cahaya itu, sepertinya itu adalah jalan keluar. Para harmonite biasanya tidak mau keluar di tempat-tempat terang seperti itu.
Aku merasa lega saat cahaya itu makin medekat. Aku melihat angin yang membawa debu-debu salju di depanku. Akhirnya ku langkahkan kakiku keluar dari lubang kematian itu.
Sesaat pada waktu kulangkahkan kakiku keluar, aku merasa sesuatu telah menarikku dengan kuat. Aku hampir kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Aku merasakan sensasi empuk di kakiku, lembut dan sungguh berbeda. "Hah...!!" aku tersentak kaget. Ternyata aku menginjak rumput, rumput yang hijau. Lalu aku melihat sekeliling. "Kemana perginya padang salju yang kulihat tadi?" batinku. Sekarang aku berdiri dikelilingi pepohonan pinus. Tidak ada salju-salju yang menutupi daun-daun runcingnya. Daun-daun bergemrisik karena ditium angin. Aku merasakan udara yang sejuk memasuki celah-celah helmku. Aku tidak mencium bau-bau logam yang aku kenal. Mungkin hanya satu dua yang ku kenal, seperti bau besi dan baja serta bajuku yang terbuat dari logam Palladian. Karena aku penasaran, kuputuskan untuk kembali ke dalam gua. Aku berharap para harmonite itu sudah pergi. Namun saat aku masuk dan memeriksa gua itu aku tidak menemukan apa-apa. Gua itu buntu dan tidak terhubung kemanapun. "Ada apa ini?... Kenapa aku bisa sampai kesini?" pikirku. "Aku harus mencari jawabannya!" | |
| | | richter_h Salto Master Hancip RMID
Posts : 1705 Thanked : 30 Engine : Other Skill : Skilled Type : Developer
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-27, 22:02 | |
| reserved for summary Messenger ne lagi makan, dan butuh semaleman buat ngabisin makanannya | |
| | | Mochamad Hilman Novice
Posts : 121 Thanked : 1 Engine : RMVX Skill : Intermediate Type : Jack of All Trades
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-28, 08:05 | |
| <Emils><Hutan tak jauh dari Sathayandu><15:10> Langit mulai berubah dari warna biru cerah, mulai dihiasi dengan warna jingga tipis, tanda kalau matahari akan segera terbenam. Kegiatan warga sudah semakin berkurang karena sebagian bergegas pulang ke rumah mereka. Namun, tidak untukku. Sama seperti sebelumnya, aku bersembunyi di dalam tong kosong di sebelah rumah wanita bernama “Ishara” itu. Namun, tidak seperti sebelumnya, kali ini tidak ada penjaga yang berlarian kesana kemari. Kurasa wanita berambut coklat itu telah meyakinkan pada para penjaga bahwa aku telah mati. Kalau pertahanannya serenggang ini... aku yakin tidak akan ada yang akan melihatku kalau aku melewati pagar kecil di seberang jalan. Tetapi aku harus menunggu wanita berambut coklat itu keluar dari rumah ini dulu. Aku tahu sifat manusia yang suka berkhianat, karena itu aku harus waspada terhadap wanita ini.Tidak lama, pintu rumah itu berdecit. Wanita berambut coklat itu berpamitan pada pemilik rumah, kemudian pergi ke arah gerbang besar di dinding kayu desa ini. Akupun segera bergelinding ke pagar itu dan masuk ke dalam hutan. Setelah menunggu 20 menit, wanita itu datang menemuiku di dalam hutan. Paling tidak, manusia ini menepati janjinya. "Seperti yang aku janjikan. Aku akan memberitahu apa yang aku tahu. Namun sebelum itu, aku berasumsi karena kau melontarkan pertanyaan begitu banyak, apa kau makhluk yang sama sepertiku? Terlempar di dunia antah berantah ini..." Sekarang aku ingat... aku datang ke pulau ini dengan cara yang sangat tidak Lazim, yaitu jatuh dari langit... padahal tempat terakhir yang kukunjungi adalah sebuah ruang bawah tanah. Aku bisa selamat karena tubuhku terbuat dari air, tapi kalau dia juga “Terlempar” ke dunia ini, bagaimana dia bisa selamat?Aku menceritakan kedatanganku ke pulau ini, kemudian bertanya soal kedatangannya, tapi ternyata dia datang ke sini karena kapalnya karam saat dia dalam perjalanan di laut lepas bersama penumpang lainnya. Saat ini, dia hanya bertemu satu orang yang selamat dari kapal itu, tapi dia juga kehilangan jejak orang itu.Dia lalu menceritakan soal sosok bernama “The Messager”, sebuah sosok yang memberikan pesan ambigu tentang ketidakmampuan untuk keluar dari pulau ini selain... kontak dengan dewa? Kontak seperti apa yang dia maksud?Setelah bercerita panjang lebar, akhirnya wanita itu berhenti bicara. Tidak ada suara di antara kami berdua selain suara gesekan angin dan kicauan gagak. Tiba-tiba wanita itu memecah kesunyian ini. "Sejujurnya, aku juga masih mencari apa yang sedang terjadi. Penduduk desa mengatakan bahwa aku harus melakukan perjalanan menuju ke pulau Eran untuk menemukan jawabannya. Untuk dapat kesana, kita harus melewati sebuah terowongan bawah tanah yang berada di utara pulau ini. Bagaimana, apa kau mau ikut denganku?" Tawaran untuk kerja sama? Cih... kenapa aku harus menerima tawaran dari seorang manusia? Ditambah lagi, dia adalah seorang “Petualang”. Mana mungkin aku bekerja sama dengannya?! Aku berjalan ke semak di dekatku, tempat dimana aku menyimpan pedang curianku dari desa.Wanita itu mulai waspada, kemudian menarik pisau belatinya. Kita berdua siap untuk bertarung bila jika ada satu gerakan sedikitpun. Kebetulan, rasanya aku ingin segera menghabisi wanita ini. Itulah tujuanku, memanfaatkannya untuk keluar desa, kemudian membunuhnya.Namun, aku mengurungkan niatku untuk mengambil pedang itu. Ya, memang benar aku tidak suka manusia, tapi jika yang ia katakan soal “The Messager” yang memberi tahu cara keluar dari pulau ini benar, itu berarti aku sudah ketinggalan beberapa informasi penting. Kalau semisal aku membunuhnya sekarang... ada kemungkinan aku tak akan pernah bertemu “The Messager” atau jalan keluar dari pulau ini, sehingga aku akan terjebak di sini selamanya.Lalu, dengan berbagai perhitungan interaksi terhadap beberapa kejadian penting, aku bisa rugi kalau tidak ada manusia yang dapat kugunakan untuk berinteraksi dengan manusia lain. “Aku terima tawaranmu” jawabku"Baiklah. Senang bekerja sama denganmu... eh... ngomong-ngomong kita belum memperkenalkan diri, bukan?”“Bukannya tidak sopan menanyakan nama orang lain tanpa memperkenalkan diri terlebih dahulu?”Wanita itu menghela nafas, kemudian memperkenalkan dirinya“Namaku Ayako Otsuki. Salam kenal”kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya padaku“Namaku Emils. Seperti yang kau lihat, aku seekor Slime” jawabku singkat. Ayako itu menghela nafas. Dia pasti tidak merasa puas dengan jawabanku. Ia segera berdiri dari tempat duduknya, kemudian menyapu debu pada celana hijaunya. "Baiklah, Emils. Kalau kita mau sampai di goa itu sebelum matahari terbenam, kita harus bergerak cepat”“Tunggu dulu”Aku menghampiri semak yang kudekati tadi, kemudian membentuk tangan untuk mengambil pedang curianku, kemudian melemparnya ke Ayako. Refleks cepat Ayako menangkap pedang itu dengan kedua tangannya. "Apa maksudmu, Emils?! Bukannya kita sudah sepakat?”“Bawakan pedang itu... aku tidak bisa membawanya karena cairanku tidak cukup banyak. Paling tidak sampai nanti kita ke sumber air supaya aku bisa memulihkan diriku”"Sejak kapan aku setuju jadi kulimu?”“Ayolah... kita rekan,kan?” kataku. Aku tidak percaya aku memakai kata murahan itu.Ayako memegang pedang itu di depannya, kemudian menganalisanya. Pedang itu tidak terlalu panjang, dan tidak ada sarung untuk menyimpannya. Pada pangkal pedang itu terdapat pelindung tangan dari besi yang dilapisi tembaga, lalu ujung akhirnya terdapat sebuah simbol yang tak asing baginya, simbol Sathyahadu."Bukannya ini pedang dari Sathayandu?”tanya wanita itu.“Aku mencurinya. Ya... lagipula mereka tidak akan keberatan kalau ada satu pedang biasa hilang,kan?” Ayako hanya membalas dengan helaan nafas, kemudian mengikat pangkal pedang itu dengan tali yang ia bawa, kemudian mengalungkan pedang itu di punggungnya. Sementara dia terus berjalan, aku masih tetap berdiam di tempatku.Baiklah... jadi apa rencanaku? Pertama, aku akan mengikuti dia sampai aku menemukan cara keluar dari tempat ini, kemudian mengorbankannya mengorbankannya di tengah perjalanan atau membunuhnya ketika kita sudah keluar dari tempat ini.... Haha... hahaha... hahahaha.... HAHAHAHAHAHA!!!!Tiba-tiba pedang yang kuberikan tadi terlempar menebus tubuhku. Dari arah lemparannya, aku melihat Ayako dengan muka masam menatapku balik dengan tajam. Wanita itu lalu berbalik dan berjalan lebih cepat dari sebelumnya. "Memang apa yang lucu? Kenapa kau tertawa sendiri,hah? Sudah kuduga, ada yang tidak beres denganmu”Laju Ayako semakin cepat setiap detiknya. “T-Tunggu aku!”pintaku sambil membawa pedang itu dengan menyeretnya di atas permukaan tanah Sial... pasti tadi aku melepaskan tawa tanpa kusadari... aneh... biasanya aku tidak akan melakukan kesalahan kecil seperti ini, tapi barusan... ah, Sudahlah. Untuk sekarang aku harus mengejar wanita itu supaya tidak tertinggal.[/b][/b] | |
| | | TheoAllen ♫ RMID Rebel ♫
Posts : 4935 Thanked : 63
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-28, 13:03 | |
| <Emils><Hutan tak jauh dari Sathayandu><15:50>Ya, saat ini aku saling bertatapan dengan monster slime itu, sesaat kami hanya hening satu sama lain. Namun setelah aku mulai membuka pembicaraan, akhirnya kami saling bercerita satu sama lain. Aku mengetahui slime itu secara mendadak jatuh dari langit. Bahkan dia sendiri tidak tahu penyebabnya. Dia menyebutkan bahwa yang terakhir ia ingat adalah dia dikalahkan oleh seorang penyihir. Saat ini yang bisa kusimpulkan adalah dia dibuang ke tempat lain oleh penyihir itu dan tak sengaja terlempar di dunia ini. Kutawari slime itu untuk ikut bersamaku. Walau ya, aku sadar monster tetaplah monster, namun kurasa ini mungkin lebih baik daripada aku harus pergi sendiri ke pulau Eran. Slime itu tidak membalas perkataanku, sepertinya dia ragu... Namun kemudian ia melangkah(?) mundur menyibak semak-semak. Aku memperhatikan betul gerak-geriknya. Suara logam terbentur oleh batu terdengar, kilauan sinar matahari sore terpantul dari arah slime itu kepadaku... Dan aku melihat sebuah .... pedang? Cih... slime brengsek, setelah aku berhasil menyelamatkannya, kini dia mau melawanku. Aku mempersiapkan kunai dan waspada akan kemungkinan terburuk. Lagi-lagi suasana hening dan tegang mulai menyelimuti pertemuan ini, seakan pertumpahan darah akan terjadi. Walau aku tahu betul dia tidak memiliki darah... mungkin. Tidak ... slime itu kembali menjauhi pedang itu. Dan kemudian membalas dengan kata-kata “Aku terima tawaranmu”Slime ini... Tak hanya punya nyali, namun juga cukup pintar sebagai monster. Setidaknya dia sadar bahwa disini aku yang memegang kendali. "Baiklah. Senang bekerja sama denganmu... eh... ngomong-ngomong kita belum memperkenalkan diri, bukan?”Aku mencoba untuk mereda suasana kembali. “Bukannya tidak sopan menanyakan nama orang lain tanpa memperkenalkan diri terlebih dahulu?”He... tak hanya akal, namun slime ini juga berperadaban. Yah, apa boleh buat deh“Namaku Ayako Otsuki. Salam kenal”Aku memperkenalkan diri sambil sambil menjulurkan tangan. Aku tidak begitu khawatir dengannya saat ini. Jika dia memang makhluk pintar, dia tidak akan menghabiskan sisa cairan tubuhnya yang tinggal sedikit seperti itu untuk hal yang sia-sia. “Namaku Emils. Seperti yang kau lihat, aku seekor Slime”Jawabnya dengan nada ketus. Tak hanya mengabaikan uluran tanganku, namun dilihat dari tingkahnya dan suaranya saeakan ada pesan tersirat untuk segera menyuruhku pergi. Monster yang banyak maunya, baiklah jika maumu begitu. Aku mempersiapkan diriku, membersihkan celana dan bajuku dari daun-daun yang menempel dan debu. Kubalikkan badanku dan mulai untuk melangkah "Baiklah, Emils. Kalau kita mau sampai di goa itu sebelum matahari terbenam, kita harus bergerak cepat”Kataku berpamitan dengan Emils. “Tunggu dulu” Dia masih terlihat sibuk disisi sana, apa yang dia lakukan? Sesaat kemudian seonggok pedang berputar meluncur kepadaku. Tunggu... dia berniat menyerangku dari belakang? Dia kira hal itu akan berhasil? Aku menangkap pedang itu dengan mudah. Aku sudah terlatih dengan ini. "Apa maksudmu, Emils?! Bukannya kita sudah sepakat?”“Bawakan pedang itu... aku tidak bisa membawanya karena cairanku tidak cukup banyak. Paling tidak sampai nanti kita ke sumber air supaya aku bisa memulihkan diriku”Perkataan itu ... entah kenapa aku merasa diejek olehnya. Nyalinya terlalu besar untuk meminta pertolonganku setelah seenaknya sendiri mengacau desa Sathayandu. Walau aku masih bersyukur aku bisa menyingkirkan makhluk ini ke luar desa. "Sejak kapan aku setuju jadi kulimu?”“Ayolah... kita rekan,kan?”Entah kenapa aku mulai menyesali keputusanku untuk mengajaknya denganku. Aku bisa menebak dia akan membawa masalah lebih banyak daripada aku yang berangkat sediri. Kualihkan pandanganku sejenak kepada pedang itu, kuamati sejenak. Pedang ini cukup tajam seakan baru saja keluar dari pembuatan. Setidaknya dia cukup pintar untuk memilih pedang.... tunggu, ini kan simbol desa Sathayandu? "Bukannya ini pedang dari Sathayandu?” Kutanya balik Emils “Aku mencurinya. Ya... lagipula mereka tidak akan keberatan kalau ada satu pedang biasa hilang,kan?”Sudah kuduga, elakan macam itu akan keluar dari mulutnya. Slime ini, cukup pandai untuk menggunakan mulutnya. Pertama dia mencoba memprovokasi warga desa. Kedua, sekarang dia merendahkan diri dan seolah-olah tak berdaya dan meminta bantuan. Aku yakin dia menyembukikan sesuatu, setidaknya aku harus menjaga kewaspadaanku setiap saat. Cih... sepintar apapun dan semaju apapun monster, mereka akan tetap sama saja. Aku tidak menanggapinya, aku berbalik melanjutkan perjalanan sambil kukalungkan pedang itu. Sepanjang perjalanan aku mengamati sekitar. Aku tidak menemukan adanya tanda kehidupan yang berarti. Hanya beberapa beberapa serangga yang kebetulan lewat didepanku. Aku mendengar suara kicauan burung dari kejauhan. Walau kicauan itu tidak seperti kicauan burung di pagi hari yang damai. Aku bahkan tidak yakin bahwa kicauan itu berasal dari burung. Memikirkan hal itu, aku jadi teringat mimpiku pagi itu. Makhluk Terror yang tiba-tiba saja melahapku. Bulu kudukku tanpa kusadari berdiri sekujur tubuh.... "Haha... hahaha... hahahaha.... HAHAHAHAHAHA!!!!""Kyaa... uh?"Suara tawa keras mendadak terdengar di belakangku dan mengagetkanku. Hampir saja aku meneriakkan teriakan wanitaku, namun aku berhenti saat aku menyadari arah suara itu dari Emils, slime yang tidak tahu diri ikut bersamaku. Dengan penuh rasa kesalku, aku lemparkan pedang yang ia berikan padaku. Pedang itu berputar, menembus tubuhnya dan membuat sedikit cipratan air. Emils, tiba-tiba terlihat kebingungan dengan kejadian barusan. "Memang apa yang lucu? Kenapa kau tertawa sendiri,hah? Sudah kuduga, ada yang tidak beres denganmu”Kulemparkan kata-kata itu dengan penuh kekesalan. Lalu aku balikkan badanku dan bergegas menjauhinya. Aku tidak peduli dengannya lagi. Memang dia pikir aku siapa... pembantunya? Lagipula, dia hanya meminta informasi. Bodohnya aku harus mengajaknya bersamaku. Kupercepat langkahku dan berharap dia lepas dari pandanganku. Aku tidak peduli kemana kakiku membawa pergi. Namun, satu yang pasti, aku melangkah maju menuju keutara. <17:00>Matahari mulai menghilang dari padanganku, suasana mulai gelap. Aku berhenti di sebuah kuil kecil, kuil itu terletak bersentuhan dengan tebing terjal. Melihat dari ukurannya, aku bisa menebak bahwa kuil ini adalah semacam kuil persembahan, tidak lebih... meski itu hanya dugaanku saja. Kumasuki kuil itu, dan kulihat aula kecil yang ciri-cirinya tidak jauh berbeda dengan kuil besar yang aku masuki kemarin malam. Aku tidak merasakan adanya hawa-hawa keberadaan disini. Dan semoga saja itu benar. Kakiku melangkah ke tengah aula, lalu menuju ke dinding yang tampak menjadi pusat. Ukiran-ukiran menghiasi dinding itu, namun yang menjadi salah satu perhatianku adalah ukiran terbesar yang berada pada bagian atas dinding itu. Aku tidak pernah mengetahui simbol semacam ini sebelumnya. Apakah ini semacam petunjuk baru untuk berkontak dengan dewa seperti yang dikatakan oleh pembawa pesan itu? Sambil tetap kupandangi simbol itu, aku menyentuhkan tanganku ke dinding itu. Secara tidak sadar aku mendorong sesuatu dan membuat sedikit gempa di kuil kecil itu. Huh... ada apa ini? Kulihat sekitar, beruntungnya aku masih sendiri. Namun aku menyadari, sesuatu berubah di tengah aula itu. Seperti terdapat sebuah lubang... tunggu, ini kan jalan menuju ke bawah tanah. Mungkinkah jalan ini yang orang desa maksud? Aku menengok ke dalam lubang itu. Tidak begitu gelap, karena pencahayaan terowongan itu disinari oleh beberapa kristal biru yang menyala, walau tidak seterang obor. Kubulatkan tekadku, dan akhirnya aku memasuki terowongan itu. | |
| | | Venzuu Newbie
Posts : 90 Thanked : 2 Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Event Designer
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-28, 17:25 | |
| <Diavolyn Geest> <Sebuah Bar, Desa Sathayandu, Rato> <15.10>"Minumannya tuan..." Kata seorang pelayan wanita padaku, ya, aku berada di sebuah bar sekarang. "Oh terimakasih""Kalau begitu, saya permisi dulu tuan""Oh, iya silahkan"Sambil menyeruput minuman unik itu, aku mengistirahatkan tubuhku yang lelah. Kami tiba didesa ini sekitar tadi siang, aku sudah berkeliling kesana kemari, dan bertanya kepada orang-orang tentang jalan menuju Pulau Utama Eranthopia. Namun, kebanyakan dari mereka menghindar dariku, dan memberikan jawaban tidak jelas. Ngomong-ngomong, aku sudah merasakan hal yang ganjil sejak datang kesini. Tatapan para penduduk desa kepadaku, seperti tatapan ketidak percayaan. Apakah mereka pernah dikhianati Himana dimasa lalu? Ada beberapa Himana yang juga kulihat tadi saat berjalan didesa. Juga ada kejadian heboh seekor Slime yang mengacaukan desa. Tapi apa perduliku? Toh aku tidak ada hubungannya dengan semua itu... Mereka menyebut diri mereka Sathaya, dan para pengelana, sepertiku, Himana. Bukan sesuatu yang asing bagiku, karena didunia asalku, banyak suku-suku yang masih primitif membuat istilah untuk membedakan orang "Luar" dengan orang "Asli". Dan sebagai pendatang, lebih baik aku terima saja sebutan yang menggelikan itu, dari pada aku terlibat masalah lagi. Kembali kupanggil pelayan tadi, kali ini aku berniat kembali berkeliling mencari informasi. "Anda sudah selesai tuan?" Tanyanya halus. "Ya, jadi semuanya berapa Diran?""Diran?""Ya, harganya berapa Diran?"Pelayan itu pun tertawa kecil..."Tuan, mata uang didunia anda tidak berlaku disini...""Ehhhh...."Sial, aku lupa ini bukan duniaku! Diduniaku, untuk mempermudah transaksi antar bangsa, dibuatlah satu mata uang universal yang bisa digunakan dimana saja. Selain itu, biasanya ujian Shaman tidak terlalu jauh dari tempat kami, sehingga uang kami masih bisa digunakan, tapi disini?"Maaf, kalau begini, artinya aku tidak membawa sepeser uangpun" Ucapku malu-malu Pelayan itu menatapku iba, aku rasa untuk kali ini, harga diriku benar-benar turun dimatanya... Ia pun merogoh sakunya, memberikan beberapa uang koin dengan huruf-huruf yang agak membingungkan. Namun aku bisa memperkirakan nilainya. Uang itu terbuat dari logam, dengan lambang-lambang unik. Nilainya sepertinya ditentukan dari banyaknya garis-garis yang ada diuang tersebut. ( Sepengamatanku, | berarti 1, || berarti 2, dst.) "Ini Ratian, mata uang yang bisa digunakan disini. Mata uang ini dipakai diseluruh Ratopia, namun jika dipulau lainnya, sepertinya menggunakan mata uang yang berbeda.""Ini... Aku boleh meminjamnya?" Dari perkataannya, aku menyimpulkan ia tidak terlalu sering atau bahkan tidak pernah melihat dunia luar. "Tidak apa-apa tuan, ambil saja. Itu bukan jumlah uang yang banyak, hanya cukup untuk sedikit membeli makanan. Soal minuman itu, biar saya yang bayar, anggap saja saya traktir" Walaupun dia berkata begitu, tetap saja aku merasa tidak enak hati. Setelah mengucapkan terimakasih, akupun meninggalkan bar itu. Tentu saja, aku tidak akan kabur begitu saja, bagaimanapun aku seorang pria. Setelah sekali lagi berkeliling desa, dan menunggu sebentar. Sepertinya giliran tugasnya sudah selesai. Iapun keluar dari pintu belakang bar itu, dan tentu saja, akupun menghampirinya. "Hai" Sapaku "Hai tuan Himana. Apa yang sedang anda lakukan disini?""Begini, aku masih merasa tidak enak dengan kejadian tadi. Apa ada hal yang bisa kubantu, untuk menggantikan uang itu?""Eh? Soal itu...""Dan sepertinya tuan Himana agak tidak enak didengar... Bagaimana kalau kau memanggilku dengan namaku saja? Kau bisa memanggilku Geest " Ucapku sambil menahan maluku yang rasanya sudah sampai diubun-ubun. Ya, kalo bukan karena uang itu, mana mau aku berbicara kepada wanita, cantik lagi... "Oh baiklah, Tuan Geest""Tidak usah pakai tuan, cukup Geest saja ""Baik... Geest..."Oh Tuhan, cabut nyawaku! Malunya ampun! "Jadi, apa yang bisa kulakukan untuk membalas kebaikanmu, nona...""Airi, panggil saja Airi... "Sejenak kami berdua terdiam, hingga suara lembut Airi memecah kesunyian..."Kalau... Geest... Memang ingin membantu, aku ada beberapa permintaan"
Terakhir diubah oleh Venzuu tanggal 2014-10-29, 01:55, total 1 kali diubah | |
| | | richter_h Salto Master Hancip RMID
Posts : 1705 Thanked : 30 Engine : Other Skill : Skilled Type : Developer
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-28, 22:19 | |
| | |
| | | barlieuy Novice
Posts : 139 Thanked : 1 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Jack of All Trades
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-28, 23:44 | |
| <Rezio & Pudenta><Hutan Daedala, Pulau Katherine> Tubuhnya setengah membungkuk menghadap ke arahku. Dari punggungnya terlihat kepulan asap setelah terkena cairan lendir dari makhluk itu. Aku tahu dia sedang menahan rasa sakit. Namun, kaki besarnya masih tetap kokoh meskipun napasnya mulai terengah-engah. Pudenta membalikkan badannya ke belakang, menginjak tanah keras-keras, lalu melakukan lompatan dahsyat menerjang monster yang telah menyerang kami itu. Sementara aku masih jatuh tersimpuh sambil memegangi bahu kananku yang terluka. Argh.. Rasa sakit yang mengerikan, seolah ada sesuatu yang menggerogoti kulitku. Inilah posisi yang paling kubenci dalam hidup. Menyusahkan, merepotkan dan menjadi penghalang bagi orang lain. Pudenta jadi terluka gara-gara berusaha menolongku. Lebih buruk dari itu. Aku bisa saja mati konyol di sini tanpa berhasil menyelesaikan apa yang menjadi tujuan utamaku. Memang aku terlalu naif sudah berpikir semua akan baik-baik saja. Sigh. Andai saja ada sesuatu yang bisa kulakukan! Tiba-tiba saja dari balik jubahku terpancar energi yang tak lazim. Ah, kartu itu! Tadi aku tidak sempat mengambilnya. Mungkin saja bisa kugunakan untuk sesuatu. Semakin tanganku menggapainya, semakin kuat pancaran energi yang keluar. Eh, kartu ini... bersinar!! Tak lama kemudian terdengar suara serak dan besar seperti suara lelaki dari dalamnya. "Kheheheh, segel sakti ini lepas juga.. Beruntung bisa ketemu ahli Pexidus kayak lu. Kheh..""Si-- siapa di sana??" Gulp. Fenomena aneh apalagi ini? Setelah Messenger, sekarang kartu yang bisa bicara. Tapi sepertinya kali ini berbeda, hawa kehadirannya jelas sekali berasal dari dalam kartu dibandingkan dengan Messenger yang sama sekali tidak tampak. "Kalau lu pikir gue itu seonggok kartu yang bisa ngomong. Ngaco lu. Nama kartu ini Daivon Card. Gue cuma penghuni.. sebut saja underworld, dunia yang dimensinya beda jauh dari tempat lu berada. Dunia para iblis. Gue ngomong lewat kartu ini sebagai perantara. Kheh."" Daivon... Card? Iblis?" Aku memang pernah mendengar sebuah ilmu yang memungkinkan adanya kontak dengan para penghuni dari dunia lain. Tidak kusangka, ternyata ini terjadi di depan mataku sendiri. "Apa maumu?" "Kheheheh, gak sopan banget. Gue bisa aja ngasih lu kekuatan. Tapi... biasalah, harus ada semacam kontrak dulu. Lu pengen ngebunuh dua makhluk itu kan?" Selagi aku berbincang dengan kartu ini, dari jauh aku melihat Pudenta mulai kewalahan menghadapi monster cacing berlendir itu. Eh.. Lho?? Di luar dugaan, jumlahnya sekarang ada dua!! Sejak kapan ada satu lagi yang muncul? Dan sekarang tubuh besar Pudenta berhasil dirobohkan mereka. Dari gerakannya, terlihat mereka seperti akan segera melahap mangsa yang dikalahkannya. Kalau terus dibiarkan, dia bisa mati!! "Mereka mau memakan Pudenta! Cepat!!! Lakukan apapun!" "Berisik! Kheh. Ini juga lagi mau kok.. Hmmm.... ... ... Dah beres sih. Coba pakai Couv de Clier..." Tanpa pikir panjang aku segera meneriakkan sejenis mantra sesuai dengan apa yang dia ucapkan sambil mengangkat tinggi kartu itu ke arah langit sebagai improvisasi. "Couv de Clier!!!" Sekejap saja ada semacam pancaran energi cahaya terkonsentrasi berwarna kuning menjulur dari kartu di tanganku dan membentuk sebuah dinding persegi besar yang menghalangi laju dari kedua monster itu. Mereka terpental ke belakang. "Heh?" Sihir apa ini? Solid Projection? Merasa terancam, sepasang makhluk bertentakel itu langsung menerjang ke arahku dengan mulut yang terbuka lebar. Dinding cahaya yang telah kubuat tadi pun menyusut dan kembali menuju kartu yang kupegang. "Hey, apa tidak ada mantra yang lebih kuat?? Mereka menuju ke sini!!" "Bawel bener lu! Bentar bentar, Hmmm... .. oh iya. Sekarang coba Croisa Fraper. Tuh serang, kheh. Mereka udah deket..""Croisa Fraper!!" Lagi-lagi gelombang cahaya yang kali ini berbentuk seperti bulan sabit meluncur deras ke arah dua makhluk itu dan menghantam mereka sehingga tersungkur dan terjerat di semak-semak belukar. Ini kesempatan kami! " Pudenta! Kau bisa berdiri?? Ayo kita pergi dari sini selagi mereka tidak bisa bergerak!" "Ya, Tuan Rezio. Terima kasih telah menolongku." "Tidak. Aku hanya membayar hutang saja." Suara yang berasal dari dalam kartu itu menghilang dengan sendirinya. Walaupun perkataannya cukup mengganggu, tapi aku harus berterima kasih karena nyawa kami berhasil terselamatkan. Kemudian kami berdua berlari masuk ke Hutan Daedala jauh lebih dalam. Entah apalagi yang akan menghalangi perjalanan kami di tengah hutan bagaikan labirin ini. Hari pun mulai gelap. Kami harus segera mencari tempat yang aman untuk berlindung... " Tuan Rezio, ikuti jalan ini! Kalau tidak salah ada sebuah gua kecil yang dilindungi oleh mantra sihir dari Yang Mulia. Kita bisa istirahat di sana." "Oke.." | |
| | | sokita Novice
Posts : 217 Thanked : 5 Engine : RMVX Ace Skill : Intermediate Type : Jack of All Trades
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-29, 15:44 | |
| <Orange><unidentified area, tapi masih di lingkup P. Charon><2 hari setelah itu, pukul 15.10>"ah, uh?" Mataku masih kreyep-kreyep saat aku tersadar. Aku tak tahu di mana aku sekarang ini. Tapi, ruangan ini begitu besar... dan bagus. Wangi tercium olehku, "wangi lemon?" Slime wanita itu sedang duduk di depan cermin saat aku terbangun. "Ah, aku masih terbalut lendir ini, tapi, lebih wangi?" batinku. Makhluk aneh (tapi cantik loh! )8_8(d ) itu berbalik saat aku coba bergerak. "Ah suamiku, kamu sudah bangun?" "Oh my, oh my, apa yang harus aku lakukan?" aku tidak mau lagi..."Iya, aku sudah bangun, aku sekarang di mana?" pada akhirnya aku jawab juga dia. "HA? Kamu lupa?! Ini kan kamar kita, rumah kita, suamiku. Masa kau lupa?", si "wanita lendir" itu keheranan. "Apakah hantu jelek itu telah meracunimu! Sampai kamu lupa pada sarang cinta yang kita bangun dengan susah payah?! Jika selang sehari saja kamu sudah lupa dengan semua ini, lalu apakah berikutnya kamu lupa denganku? Lalu kamu akan mencari yang lebih cantik lagi dariku, ha? Begitu, suamiku?! Hiks, hiks..." Si "lendir itu mulai sesenggukan."Ew? eh, oh.""Ah, tidak, tidak, mungkin aku hanya masih pusing karena apa yang terjadi dua hari terakhir, hehe," Jawaban macam apa ini, batinku gondok pada diriku sendiri. "Ah, jadi kamu masih ingat kejadian dua hari ini? Ehehehe, kamu mau dua hari berikutnya, suamiku?" Kata "lendir" (tapi sexy bro! -- oh my, batin gila!) itu sambil mengedipkan sebelah matanya. "Ahh, tidak...," jawabku. Raut muka "wanita lendir" itu mulai berubah. "Eh, maksudku... aku ingin, tapi aku tetap harus mencari makan kan?". "Ah, kamu memang suami yang baik, ahahaha," "lendir" itu tertawa renyah dan balik lagi fokus ke cermin, kali ini sambil bersenandung. "Aku harus memikirkan cara yang aman untuk keluar dari sini. Aku tidak mau terkurung dalam "lendir" ini selamanya, walau sebenarnya lendir yang di depanku benar-benar menggoda...." krincing, krincing, ada sesuatu, sebuah amulet tersangkut di jubah putihku, tersangkut ke ranting yang menempel di jubahku dan membuatnya terkunci. Amulet itu mempunyai lambang yang aneh, lambang yang sepertinya tidak pernah aku lihat walaupun aku sudah berada lama di pulau ini. "Benda apa ini ya? Hmm," batinku. Kutengok lagi slime wanita tadi. Tidak ada di tempatnya! "Eh, kemana dia?" kataku. "Ehem, ehem, kamu nyariin aku ya?" Suara itu berasal dari belakangku. Pemilik suara itu merangkulku dari belakang, sepertinya dia sudah bersiap-siap lagi. "Eh, iya, hehehe," jawabku sekenanya. "Aku ingin keluar jalan-jalan sebentar...," jawabku sambil cepat melengos bersama lendir yang masih menyelimutiku. Sepertinya aku sudah paham bagaimana menggerakkan lendir ini tanpa "kokpit". "Akan aku bawakan makanan nanti, setelah aku kembali!" Teriakku saat pintu sudah terlewati olehku. Kulirik, slime wanita itu hanya duduk melongo. Kemudian tersenyum setelah aku berbalik darinya. "Jangan lupa, cerna hantu itu cepat sebelum kau lupa padaku!" Teriak slime wanita itu. Gila! Lama-lama bisa gila aku di sini. Ruangan di luar kamar tadi sangat luas, berlorong-lorong, berliuk-liuk, di pinggir-pinggirnya banyak pintu-pintu. Aku tebak, kemungkinan di balik pintu-pintu itu sama seperti kamar tadi. Aku berjalan tak tentu arah. Saat sampai di tempat yang agak sepi, aku mencoba melepaskan lendir yang menempel di tubuhku. Aku coba berputar-putar lagi, kali ini masih dalam kontrolku, tapi tetap tidak berhasil. Lalu kulihat ada kucuran air, air terjun kecil. "Ah, baiklah, akan aku coba," kataku. Aku coba berdiri di bawah air terjun kecil itu. Hampir aku hanyut saat air terjun itu menyapu lendir-lendir yang menempel di tubuhku. "Akhirnya aku terbebas dari lendir-lendir ini, tapi, hmm, bau lemonnya masih tertinggal? Sudahlah, gak apa," kataku. Aku melanjutkan penjelajahan di lorong-lorong itu, sekalian cari jalan keluar dan melarikan diri dari slime itu. - spoiler, gambarnya kegedean:
"Woah! besar sekali", kataku saat melihat ujung lorong. Tembok besar dan tertimpa cahaya yang entah datang dari mana. Tunggu, sepertinya aku pernah melihat lambang itu. Aku keluarkan benda yang tadi menyangkut di jubahku. Sama persis, hanya saja berbeda warna, yang ini hitam, dan yang di sana putih...
Terakhir diubah oleh sokita tanggal 2014-10-31, 07:44, total 1 kali diubah | |
| | | Venzuu Newbie
Posts : 90 Thanked : 2 Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Event Designer
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-29, 20:25 | |
| <Diavolyn Geest> <Desa Sathayandu, Rato> <15.20>Airi memang wanita yang cantik, rambut merahnya terurai anggun menuruni bahunya, mata coklatnya sebening kristal, Serta kulitnya yang kecoklatan membuatnya terlihat semakin manis... "Geest?" Airi bertanya kebingungan "Eh ya? Apa yang kau bilang tadi?" Tanyaku panik Ya, semoga saja dia tidak menyadari aku terpesona melihat kecantikannya... "Ehm, aku mau meminta bantuanmu untuk memasuki Terowongan Besar, terowongan yang telah ada sejak jaman dahulu. Salah satu jalan masuk yang ku ketahui, ada disebelah Utara dari desa ini"Terowongan? Bukannya itu yang dimaksud Messenger? Menurut pertimbanganku, sebaiknya aku tidak mengambil jalur berbahaya itu... "Anu... Aku bukan seorang petarung hebat, kau lihat betapa kurusnya tubuhku kan?" Jawabku mencoba menghindar "Oh, baiklah, maaf sudah meminta hal yang berat kepadamu" Ucapnya pelan, terlihat raut kecewa di wajahnya Sial, aku merasa bersalah sekarang... "Kenapa kau ingin memasuki terowongan itu?" Tanyaku hati-hati "Karena..."Sambil menahan tangis, ia membalikan badannya "Kakakku, ia belum kembali setelah memasuki terowongan itu. Aku sudah meminta tolong kemana-mana, tapi orang-orang terlalu takut untuk memasuki terowongan. Sekarang aku sudah tidak memiliki harapan lagi...""Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?""Entahlah, aku tidak mungkin meninggalkan kakakku kan? Aku, aku rasa aku akan mencoba mencarinya...""Sendiri?""Sepertinya..." Katanya sambil mencoba tersenyum Sial, sial, sial! Aku benar-benar di skakmat sekarang! Bagaimana bisa aku meninggalkan seorang wanita pergi kedalam bahaya, sendirian! "Haah, sepertinya aku tidak punya pilihan lain... " Ucapku lesu "Kenapa Geest?""Baiklah, aku akan menemanimu mencari kakakmu, ke terowongan itu""Eh!? Benarkah Geest?" "Iya...""Tapi, katamu kau bukan petarung yang hebat?" "Memang, tapi aku membawa seseorang yang sangat hebat "
| |
| | | richter_h Salto Master Hancip RMID
Posts : 1705 Thanked : 30 Engine : Other Skill : Skilled Type : Developer
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-29, 21:58 | |
| reserved for summary. sori absen lagi btw | |
| | | barlieuy Novice
Posts : 139 Thanked : 1 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Jack of All Trades
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-29, 22:31 | |
| <Rezio & Pudenta> <Hutan Daedala, Pulau Katherine>
Sejauh ini belum ada lagi monster yang merepotkan selain cacing berlendir itu. Ada beberapa yang muncul tapi tidak begitu sulit bagi kami untuk mengatasinya. Walaupun kekuatan sihirku tergolong lemah, yang penting sekarang aku bisa bertarung! Tinggal mempelajari lebih dalam mengenai kekuatan dari dimensi lain ini. Aku punya banyak sekali pertanyaan untuk si iblis penghuni underworld yang bisa bicara lewat kartu itu. Bahkan aku tidak tahu kontrak macam apa yang sudah dilakukannya padaku. Namun saat ini prioritas utama kami adalah mencari tempat aman supaya bisa istirahat. Untuk berjalan saja kami sudah terlalu lelah.
Seperti yang kubayangkan, jalan di hutan labirin ini memang sangat memutar akal sehat. Terkadang aku merasakan sudah melewati tempat yang kenyataannya belum pernah kami lewati sebelumnya. Entah ilusi atau bukan, pohon-pohon di sini bisa bergerak dan berpindah tempat yang mana akar-akar pohon itu seolah berfungsi sebagai kakinya. Angin pun jarang sekali terasa hembusannya sehingga sulit untuk membaca arah mata angin. Ditambah lagi dengan terbenamnya matahari yang menyebabkan semakin berkurangnya daya penglihatan kami. Jika bukan karena Pudenta, mungkin aku sudah tersasar dan menjadi santapan empuk para monster penghuni hutan ini.
Gumpalan kain besar yang dibawa Pudenta, berisi berbagai macam perbekalan yang sudah disiapkan para penduduk Gigara. Selain makanan, ada juga peralatan medis. Seakan mereka sudah tahu seberapa bahayanya perjalanan yang kami tempuh. Tapi kalau di sekitar sini masih belum aman untuk mengendurkan kewaspadaan. Sedikit lagi. Kumohon bertahanlah tubuhku. Semoga saja benar ada sebuah gua yang katanya sudah dilindungi oleh sihir dan tidak ada satupun monster yang bisa masuk.
"Tuan Rezio, puluhan meter lagi kita akan sampai di gua tempat peristirahatan."
"Yakin? Aku masih meragukan kemampuan berhitungmu."
"Gyohoho. Tapi sekarang aku merasa tempat itu sudah dekat."
Dan ternyata dia benar. Setelah berjalan beberapa langkah, di ujung persimpangan jalan yang terhalangi oleh pohon besar tampak sebuah gua kecil. Bagus. Aku sudah tidak sanggup lagi melangkahkan kaki. Ketika akan memasuki pintu gua itu, terasa ada suatu lapisan sihir yang menyelubunginya. Kami pun melewatinya tanpa ada gangguan sedikitpun. "Woah.." Di dalam nya juga ada sumber mata air yang jernih. Kami bisa merawat dan membersihkan luka di sekujur tubuh kami menggunakan air di sini.
"Eh."
Sepertinya bukan hanya kami saja yang berada di dalam gua ini. Ada sesuatu yang mirip tubuh manusia tergeletak di sudut dekat bebatuan...
"Tuan Rezio. Itu... "
"Cepat! Bawakan perlengkapan medis!" | |
| | | richter_h Salto Master Hancip RMID
Posts : 1705 Thanked : 30 Engine : Other Skill : Skilled Type : Developer
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-30, 21:56 | |
| reserved for summary besok event. ane bakal benahin semua summary yang ane tunggak dan tentunya ane adain event lagi | |
| | | sokita Novice
Posts : 217 Thanked : 5 Engine : RMVX Ace Skill : Intermediate Type : Jack of All Trades
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-10-31, 08:33 | |
| <Orange> <ujung lorong> <sekitar pukul 16.30>
Aku masih memandangi lambang besar di tembok dan coba memahami itu apa. "Itu adalah simbol dari kepercayaan kami," suara yang khas, yang selama dua hari lalu menikmati "lendir"ku, terdengar lagi. Aku terkejut, dan mencoba tidak menengok, tapi menengok juga. "Dasar badan kurang koordinasi," batinku.
"KAU! DI MANA SUAMIKU, HEH?!" Lendir itu marah-marah. "Beraninya kamu membohongi gadis polos sepertiku, dan kau telah mengambil seluruhnya yang harusnya untuk suamiku. Kau tega, hiks, hiks, heu...."
"Polos apanya?" batinku.
"Eh? Oh? koq malah nangis? Suamimu sudah dimakan saat dia jadi umpan... Memang kenapa?" Ujarku asal-asalan, antara bersalah dan menyombong.
"Dimakan? Dijadikan umpan katamu!! Dasar Hantu Lakn*t! Kau akan terima pembalasanku!" Kata "wanita lendir" itu.
"Heuh, coba saja, lendir j*l*ng!" Bentakku tak kalah sengit.
"Germarggedd for factum, Infinitum engern, galsmorg viance...," slime itu mulai mengucapkan kata-kata yang tidak jelas. Kulihat tubuhnya bercahaya. Semakin bersinar saat dia mengucapkan mantra-mantra itu.
"Yith leluhur pelindung kami, kusewakan diriku untukmu, hancurkan semua yang menghancurkan kami!"
"Yith? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu," kataku.
Slime itu kemudian semakin besar dan besar, berubah warna menjadi ungu, dan umm... semakin cantik. "Oh my, ini bukan saatnya memikirkan kecantikan slime, aku harus lari," kataku ketakutan. Aku coba menjauh dari slime wanita besar itu.
"Kau tak akan bisa lari, setan!" Suara slime itu berubah dari yang sebelumnya imut, menjadi besar dan serak, penuh kemarahan. Air yang ada di saluran di samping lorong itu terangkat, memutar membentuk pusaran, dari pusaran itu keluar duri-duri es yang mengarahku!
Crak, crak, crak, crak, crak!
Aku sempat menghindar saat duri-duri es itu hampir mengenaiku. Entah kenapa, aku berspekulasi, itu tak akan bisa dihindari menggunakan mode tembus benda, sama seperti lendir yang menyelimutiku dua hari kemarin. Atau mungkin saja memang mode tembus bendaku yang hilang.
"Ah tak ada waktu memikirkan hal-hal itu, aku harus berpikir lebih cepat," kataku saat gulungan air itu mulai berubah bentuk.
"GRAAAHH!" "Kau hanya mengulur kematianmu, makhluk tanpa jiwa!" Gulungan air itu berubah menjadi tangan raksasa, dari tanga raksasa itu muncul gumpalan bola energi raksasa.
"Ah, kau juga makhluk tanpa bentuk, wanita j*l*ng!" Gertakku lagi, bersiap menghindar apabila bola energi raksasa itu akan dilempar ke arahku. Tanpa kusadari, di belakangku sudah terbentuk tangan raksasa lainnya.
Aku diam di tempat, bersiaga, sambil mencari celah mendekat ke slime itu. Sempat terpikir olehku untuk melakukan Pilot Mode, tapi langsung terlintas lagi bagaimana yang sebelumnya terjadi. Dan, benar saja, bola itu dilemparkan ke arahku, agak di depanku. Tak ada pilihan, aku melayang cepat ke belakang. "Bah! Harusnya aku lebih memperhatikan belakangku!" Tangan satu lagi berhasil menangkapku. Tangan itu kemudian mengangkatku tinggi. Meremasku dengan keras. Aku tidak bisa berpikir, kenapa sebagai hantu, aku bisa merasakan sakit seperti ini.
"Muahahaha, mati kau, hantu br*ng*sek!"
Isi kepalaku mulai menetes, aku mulai kehilangan kesadaran.
*sfx: klining, klining*
Amulet tadi tersangkut di jubahku, akhirnya jatuh ke tanah. Tiba-tiba saja ada yang terjadi pada slime wanita ungu besar tadi. Lambang di amulet itu bersinar, begitu juga lambang yang tertempel di tembok. Di tengah kesadaranku yang semakin memudar, slime itu mulai mengecil, sesuatu keluar darinya, cahaya. Air-air yang sebelumnya berputar di sekitarku dan mencoba meremukkanku, surut jatuh. Aku jatuh ke tanah.
"Tunggu dulu, slime wanita. Kau tidak tahu siapa dia!" Suara yang serak dan berat itu berkata, kali ini tanpa amarah.
"Le-leluhur?!" Suara imut khas itu juga terdengar lagi. | |
| | | Venzuu Newbie
Posts : 90 Thanked : 2 Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Event Designer
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-11-01, 17:11 | |
| <Diavolyn Geest> <Hutan di dekat Desa Sathayandu, Rato> <16.00>Setelah menyiapkan perbekalan , kami berdua pun ( bertiga maksudnya ) mulai berangkat menuju Terowongan tempat kakak Airi hilang. Sambil bercakap-cakap, kami pun melangkah semakin jauh ke kedalaman hutan. Beberapa saat kemudian, setelah agak jauh dari desa Sathayandu, akupun meminta Airi untuk berhenti sejenak. "Ada apa Geest? Apa kau ingin beristirahat?""Bukan, bukan itu...""Lalu?""Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu"Terlihat ekspresi kebingungan di wajah Airi, dengan segera, ku acungkan tangan kananku keatas... "Vechter, kau boleh keluar sekarang!"Aura pekat pun keluar dari tangan kananku, perlahan membentuk wujud seorang roh... Ya, roh Vechter.. "Akhirnya aku bisa keluar juga, apa kau tidak tahu betapa membosankannya disana?""Maaf-maaf, apa boleh buat kan? Aku tidak bisa memperlihatkanmu dihadapan orang-orang""Ma-ma-ma-mahluk apa itu Geest?" Tanya Airi ketakutan "Mahluk? Tidak sopan sekali kau, namaku Vechter, Arwah Petarung terhebat yang pernah ada! Ingat itu gadis aneh!""Dia ini rekanku, dia adalah "seseorang" yang hebat yang kukatakan sebelumnya tadi.""Hooo, salam kenal Tuan Vechter" "Cih, salam kenal!""Vechter, dia Airi, dia-""Aku tahu, aku sudah mendengarnya dari dalam segel. Hei, apa kau yakin akan masuk ke terowongan itu?""Tenang, kalau terjadi sesuatu yang gawat, kita akan segera melarikan diri" <17.20>Kami pun meneruskan perjalanan, tak lama setelah itu, kami tiba di sebuah kuil kecil. Kuil yang terletak didekat sebuah tebing terjal. Aku tak yakin apa itu, namun firasatku mengatakan ini adalah jalan masuk terowongan itu. "Airi, ini hanya perasaanku saja. Namun mungkinkah ini jalan masuk yang kau katakan sebelumnya?""Benar, inilah salah satu jalan masuk terowongan itu...""Cih, perasaanku mengatakan ada sesuatu yang buruk menunggu kita..." | |
| | | sokita Novice
Posts : 217 Thanked : 5 Engine : RMVX Ace Skill : Intermediate Type : Jack of All Trades
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-11-01, 20:21 | |
| <Orange> <ujung lorong> <sekitar pukul 17.00>
"Le-leluhur!"
"Hai, makhluk astral. Aku tahu kau sudah lama menempati pulau ini. Tapi, darimana kau mendapatkan amulet itu?" Suara itu menggema ke sekitarnya.
"Ha, tapi tampakkan wujudmu dan perkenalkan dirimu dulu, hai makhluk astral!" Jawabku.
Cahaya itu kemudian bergabung, memusat, membentuk sesuatu yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Aku merasakan energi yang sangat kuat saat cahaya itu memusat. "Jadi inikah yang disembunyikan para slime selama ini?" Kataku terperangah.
Sekarang di depanku nampak sesosok makhluk, berbadan lonceng, bertentakel, bermuka dua, satu wanita cantik dan satunya lagi pria tampan. Lalu yang bermuka wanita itulah yang berkata.
"Aku, Yith. Pelindung para slime. Lalu, darimana kau mendapatkan barang itu?" Tanya makhluk "Yith" itu.
"Ha? Ini? Bukan urusanmu!" Jawabku setelah aku mengambil amulet itu.
"Hah, memang pengikut The Great Old One seperti itu, bertempramen buruk."
"Hei, jangan asal ngomong kau Yith! Aku juga tidak tahu The Great Old One itu siapa dan aku bukan pengikutnya!" Teriakku berkilah.
"Hei, kau! Sopan sedikit dengan leluhur kami!" Teriak Slime wanita itu.
"Ahahaha, begitu ya?" Jawab makhluk yang mengaku dirinya adalah "Yith".
"Hei, slime wanita. Aku punya permintaan untukmu," Yith itu berkata pada slime wanita di bawahnya, kali ini kepala pria yang berkata.
"Euh, apa itu, leluhur?" Kata slime wanita sambil menunduk.
"Ikutlah dengannya."
"HEEEH?!! Ikut dengan hantu mesum, jelek, dan menjijikkan ini?! Aku lebih baik menyewakan diriku terus menerus kepadamu, leluhur," jawab slime wanita itu.
"Diam kau slime wanita! Kau tidak tahu siapa dia sebenarnya. Dan kau berani menolak keinginan leluhurmu? Pelindungmu?" Suara Yith itu mulai meninggi, mungkin sebentar lagi menggelegar.
Muka slime wanita itu menunjukkan raut muka sebal. "Uh baiklah, leluhur, tapi siapa sebenarnya hantu jelek ini?" Slime wanita itu bertanya pada Yith. Aku diam saja.
"Nanti kau juga akan tahu."
"Baiklah, leluhur Yith," jawab slime wanita itu pasrah. "Bagus. Sebagai hadiah, aku akan memberikanmu medali ini. Medali ini berisi bagian diriku, dengan medali ini kau bisa menyewakan dirimu kepadaku dan aku akan datang kepadamu dimanapun kamu berada." Yith itu menyerahkan sebuah medali kecil kepada slime wanita itu. Saat wanita slime itu memegang medali itu, wujud Yith bergeming, bergetar, dan menyebar lagi menjadi cahaya. Sebagian menghilang dan sebagian yang lain masuk ke dalam medali itu. Sesaat setelah itu angin berhembus keras. Slime wanita itu berbalik dan menyeringai kepadaku sambil mengatakan sesuatu.
"Hantu jelek, giliranku untuk menghantuimu!" | |
| | | Mochamad Hilman Novice
Posts : 121 Thanked : 1 Engine : RMVX Skill : Intermediate Type : Jack of All Trades
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-11-11, 19:22 | |
| OOT : tampaknya RP ini sudah sepi... | |
| | | sokita Novice
Posts : 217 Thanked : 5 Engine : RMVX Ace Skill : Intermediate Type : Jack of All Trades
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia 2014-12-29, 15:04 | |
| Nunggu Om Riyan semua... mysterious entity-nya ilang di radar mungkin | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: [ROLEPLAY] Secret of Erantopia | |
| |
| | | | [ROLEPLAY] Secret of Erantopia | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| Latest topics | » [Web Novel] Gloria Infidelis by LightNightKnight 2016-11-17, 21:27
» [Announcement] Forum baru untuk RMID by TheoAllen 2016-08-25, 16:39
» Where I'm Wrong ? by ReydVires 2016-07-24, 16:10
» flakeheartnet's Resources part III by flakeheartnet 2016-07-08, 14:30
» Keira's Art Warehouse by KeiraBlaze 2016-06-28, 19:27
» Theo Core Time System + Bingung by Lockin 2016-06-27, 16:24
» Error Script, Maybe ? by Lockin 2016-06-27, 16:20
» Nusaimoe @ RMID Lounge by Jihad Bagas 2016-06-21, 05:02
» Call Random Battle by Lockin 2016-06-15, 17:04
» Flakeheartnet Resources Part II [come back gift] by flakeheartnet 2016-06-07, 15:51
|
Statistics
|
Members: [ 4947 ]
Topics: [ 8258 ]
Posts: [ 112606 ]
Newest member: [ https://rmid.forumotion.net/u4968 ]
|
|
|
|