|
| [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower | |
|
+12Oscar Gramadi LightNightKnight Raptor_Colonel hyperkudit TheoAllen rnvis richter_h Zwad atlanteeianprojecta shikami tukang_es 16 posters | |
Pengirim | Message |
---|
tukang_es Dalangnya RMID
Posts : 321 Thanked : 14 Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Developer
Trophies
Awards: | Subyek: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-08-29, 16:25 | |
| First topic message reminder :Roleplay adalah permainan bermain peran. dalam permainan ini pemain ( member ) bermain sebagai karakter yang ditempatkan di suatu cerita dengan setting yang sama dengan pemain lainnya. permainan ini mengandalkan imajinasi dari pemainnya agar menciptakan suatu plot yang menarik untuk diikuti oleh orang lain. Tujuan- Spoiler:
- Mengembangkan kemampuan writing member rmid. - memungkinkan development sebuah game berdasarkan cerita-cerita yang ada. - membantu meramaikan forum yang kelewat sepi (?) oleh para senior - melatih imajinasi anggota dalam merangkai cerita. Rules- Spoiler:
- 1 Pemain hanya boleh memiliki 1 Karakter. Tetapi boleh menambah NPC - disarankan memakai First person of view/ sudut pandang pertama. - boleh menambahkan gambar untuk memperkuat cerita. - no Porn,DP,SARA,Alay writing
- maksimal 2 paragraf (Ga jadi) - no godlike character please. - yang tidak bermain dilarang posting. - pemain diperbolehkan moding karakter pemain lain tetapi dilarang membunuh,mengubah keadaan secara ekstrim. - 1 thread hanya terbatas jumlahnya. - awali post dengan nama tempat misal [ At City ] Background StorySetelah peristiwa di Grace Island, Explorasi ke seluruh negeri Eremidia terus dilakukan. hal ini untuk menemukan banyak peradaban kuno atau potensi yang bahaya mengancam. di balik terpaan dahsyat badai pasir di gurun selatan,terdapat Twilight Tower. konon,menara ini akan terbuka setiap senja tiba. legenda mengatakan sebuah permata raksasa menyimpan kekuatan sihir besar berada di puncaknya. permata tersebut dapat mengabulkan permintaan bagi siapapun yang menyentuhnya. banyak petualang yang datang beramai-ramai ke tempat tersebut, namun belum ada yang berhasil. banyak monster berkeliaran dan sangat kuat. jadi adakah yang berhasil menaklukan menara dan menyibak kebenaran di balik legenda tersebut ? Peta Village Settingtempat lokasi roleplay adalah sebuah desa kecil bernama Orsa Village, dekat satu-satunya oase pedalaman selatan gurun. tak jauh dari Orsa terdapat Twilight Tower. para prajurit kerajaan Eremidia berlalu lalang menjaga keamanan serta mengawasi segala hal di wilayah ini. Note : Ini desa kecil. Jadi harap jangan masukin bangunan2 mewah lol Players [Slot 8/10]- Shikami Valor Ashburn (Now as NPC) - Atla Leo Redfang - Theo Allen Arianne Stanford - Superkudit Ellie Brausse - Richter_h Muro Broschenko - Rnvis Daniel Utterson - NightRider Zeeva Atlimus - Lyonnesse (out)Yuuki (Now as NPC) - Oscar Hazel Howard - NachtEinhorn Eleanor - Ryuuhime Tierra Winhart
shikami (valor) (sekarang jadi NPC lol)F# out Zwad out Raptor (Jingen Yuusha) out Lyonnesse out
Story So Far : [Day 1]
7 orang pendatang tiba di Osha Village. kesemuanya berkeinginan untuk menaklukan twilight tower. di hari pertama, Arianne bermasalah dengan petualang lain bernama Bronx. ia ditolong oleh Leo, Ellie, Valor dan Jingen. setelah sempat berkelahi sebentar, mereka dihentikan oleh Sir Leon Lao,komando dari E.Guardian yang menyita senjata mereka. mereka berpisah. Arianne dan Valor pergi ke Muro's Workshop untuk membeli perlengkapan untuk kemudian pergi ke Tower. di sisi lain, Daniel dan Zeeva belum menentukan arah tujuan mereka. Selesai mencari perlengkapan, Arianne dan Val menuju ke Leon Fort untuk mendapatkan senjata mereka kembali. Dan diteruskan registrasi untuk masuk ke tower. Sementara itu, Leo dan Ellie datang ke Leon fort dengan tujuan yang sama. Namun dengan cara yang berbeda, mereka malah mengacaukan seisi benteng Leon dan membuat mereka harus menjalankan sebuah misi ke tower. Singkat cerita, gerombolan Antlion datang dan membuat palu besar Arianne terbawa ke sarang mereka. Arianne dan Val mencari palu itu dan berakhir terkepung. Val mengeluarkan sebuah jurus pamungkas. Namun dirinya tidak kuat menahan dan pingsan. Arianne diselamatkan oleh Ellie dengan tembakan brutal mad larrynya. Setelah cukup istirahat, mereka akhirnya memutuskan untuk kembali. Disana mereka bertemu Leo, dan seorang pria bernama Zeeva. Ellie, Leo, Anne memutuskan untuk kembali ke desa. Sedangkan Zeeva tampaknya masih mempunyai urusan dengan seekor monster. Setibanya di desa, party Ellie menyewa inn di desa. Bertepatan dengan itu, seorang (yang mengaku) dokter bernama Hazel Howard datang ke desa ini. Dia melihat kawanan Ellie dan memutuskan untuk mengikutinya ke inn [Day 2]Pengumuman ditujukan kepada seluruh petualang yang berada di desa Orsa bahwa sebentar lagi akan ada serangan dari Antlion. Val, Leo, dan Arianne mengikuti registrasi tersebut. Sementara itu di sisi lain Ellie, Zeeva dan Hazel terjadi pertarungan. Hal ini dipicu ketika Zeeva mengganggu kegiatan Hazel. Pertarungan mereka berakhir dengan seimbang. Namun keadaan Ellie memburuk. Dan Hazel karena suatu hal membuat dirinya menjadi seorang perempuan dan menyamar dengan nama Siti Khadijah Berganti sudut pandang, Val, Leo dan Arianne menghabiskan waktu di kedai makanan dan mereka bertemu dengan Ellie. Untuk menghabiskan waktu, akhirnya mereka memutuskan untuk latihan di training ground dekat benteng outpost Leon. Sesampainya disana, mereka dilatih bersama komandan Leon. Mereka belajar banyak hal. Mereka berlatih dari siang sampai sore. Namun, tidak lama setelah itu, Lady Gretta, sekretaris pribadi komandan Leon mengatakan bahwa Antlion akan melakukan gerakannya lebih cepat. Leon berpamitan untuk mempersiapkan pasukannya. Sementara itu Ellie teringat akan ensiklopedi monster, dia kembali ke desa untuk mengambilnya. Arianne, Leo, dan Val hanya berencana menunggu kedatangan Antlion di training ground itu. Namun keadaan semakin mendesak sehingga mereka harus memutuskan untuk mundur sementara. Disisi lain, Hazel Howard / Siti Khadijah hendak menuju ke tower. Namun dia juga menemukan hal yang sama. Antlion itu menghadangnya. Hazel/Siti kembali ke desa dikejar oleh Antlion itu. Desa porak-poranda. Namun keadaan itu kemudian dapat di kendalikan oleh seorang kepala desa bernama Salman. Sementara itu di fort, Ellie dan kawan2nya merencanakan sesuatu untuk melawan seekor antlion yang disebut dengan Driller. Namun mereka kesusahan. Ellie hampir kehilangan nyawa dua kali. Membuat sedikit perselisihan di tim mereka. Tak lama setelah itu, komandan Leon datang membawa bantuan dan menghabiskan para Antlion itu [Day 3]Pagi hari, Leo memutuskan untuk pergi ke sarang Antlion jauh sebelum para pasukan Eremidia dan para sukarelawan bersiap-siap. Melihat kelakuan Leo yang sembrono, Ellie memutuskan untuk menyusulnya. Sementara di tempat lain, Arianne berangkat bersama prajurit komandan Leon. Sedikit lebih lambat dari Leo dan Ellie, akhirnya mereka berhasil mencapai liang para Antlion itu. Mereka akhirnya dipencar menjadi beberapa grup untuk menelusuri lorong-lorong yang dibuat oleh Antlion Dari sudut pandang Ellie. Ellie dan Leo tanpa sengaja jatuh ke tempat induk Antlion itu. Ellie tertangkap oleh induk antlion itu. Hampir saja ajal menjemputnya, Zeeva menolongnya dan membawanya ke tempat yang cukup aman. Tak lama setelah itu, Anne dan anggota party dari para sukarelawan itu sampai ditempat. Ellie sudah dalam keadaan tidak sadar. Namun dia berhasil ditangani dengan 'pengobatan pertama' oleh Zeeva. Dan akhirnya Ellie siuman Disudut pandang Hazel / Siti Khadijah, Valor dan Lady Gretta melihat segerombolan capung raksasa bergerak menuju kearah desa. Valor, dan Hazel berlari dan mencegah capung-capung itu di padang pasir. Terjadi pertempuran dahsyat. Valor hampir kehilangan nyawanya karena kelelahan. Namun mereka berhasil diselamatkan oleh Salman, si kepala desa. Valor dibawa ke tempat aman dan diberi perawatan khusus oleh Hazel Sementara itu di sarang Antlion terjadi pertempuran hebat. Kerja sama antara Arianne, Ellie, Leo, Firemage, Daniel, Eleanor, dan Fighter itu dapat membunuh ratu Antlion itu. Namun disamping itu, Ellie kembali mengeluarkan luka. Ellie dibawa kembali ke desa bersama para petualang lain dan tiga temannya, Anne, Valor dan Leo. Mereka disambut baik kedatangannya di desa Orsa karena telah berhasil mengalahkan ratu Antlion. Di tempat lain, Siti / Hazel berhadapan dengan tiga orang. Mereka termasuk anggota dari sukarelawan yang akan membantai ratu Antlion. Siti / Hazel diserang oleh seorang wanita yang dipanggil Silva. Hazel mengeluarkan ramuan secara acak dan menimbulan 'genderswap'. Hazel kembali ke kelamin asalnya sedangkan Silva berubah menjadi lelaki. Situasi tampak kacau. Sementara, Daniel Utterson memutuskan untuk tetap menetap di tower paska peperangan dengan ratu Antlion. Daniel tanpa sengaja ikut pertarungan bersama tiga orang itu dan memutuskan kembali kabur ke desa Disudut lain desa, Tierra Winhart, seorang dari keturunan ternama dari keluarga Winhart baru saja mencapai desa Orsa. Dia hendak membeli sebuah dagger perak di muro's workshop. Tapi karena uangnya tidak cukup, Tierra mendapatkan sebuah quest untuk mencari strip binatang dan sebongkah perak. Ellie telah dirawat bersama Anne dan Eleanor. Namun keadaan menjadi kacau saat seseorang bernama William mengaku adalah seorang kakak dari Ellie. Ellie menyembunyikan identitasnya sebagai treasure hunter dibantu oleh kedua temannya. Namun, pada akhirnya Ellie tetap mengaku hal yang sebenarnya. ... ntar diterusin editnya Enjoy !
Terakhir diubah oleh tukang_sapu tanggal 2013-08-30, 09:54, total 12 kali diubah | |
| | |
Pengirim | Message |
---|
hyperkudit Pahlawan Super
Posts : 2288
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-23, 09:32 | |
| [Tower Floor 2]
[8.20 AM]
Sementara Falcojima mengawasi dari udara, aku berjalan mengikuti jejak-jejak yang mencurigakan, salah satunya cukup besar dan dalam, membuat asumsiku bahwa itu jejak anak buar Luvius makin kuat.
Beberapakali Falcojima mendarat memberiku keadaan dan posisi-posisi musuh di jarak yang tak bisa dijangkau pandanganku. Walau menyebalkan, kuakui burung arogan ini sangat membantu.
Kakiku sudah berjalan cukup jauh dari Leo dan kawan-kawan. Membuatku makin berhati-hati karena tak ada rekan yang bisa dimintai tolong saat ini dan kedepannya kecuali Falcojima. Semua bergantung pada diriku sendiri.
Kulihat tiga sosok yang berjalan kearah utara, membuatku bersembunyi dibalik pohon besar yang sudah mati. Kuperhatikan lebih detil... Bingo, ketemu. Luvius dan kawanannya tengah berdiri didepan gerbang besar.
Aku mengendap-endap, berusaha mendekat. Bersembunyi di titik buta tiga orang tersebut sampai cukup dekat untuk memperoleh informasi dan menganalisa kumpulan monster itu.
"Oi.. oi... Ini tidak mau terbuka, Heheheheh.. Sepertinya aku sudah tertipu."
Luvius tertawa ketika menggenggam medali Leon. Sepertinya itu kunci untuk membuka gerbang besar itu.
"Apa kita harus kembali dan merebut yang asli, Tuan?" Tanya pria berbadan besar.
Luvius memejamkan matanya sebentar, lalu tertawa cekekekan. "Tak perlu.. tak perlu, lagipula jika kau mengacau kita mungkin akan membunuh tumbal manusianya."
Tumbal manusia? Apa maksudnya?
"Dan sepertinya mereka sudah curiga dengan keberadaan boneka yang kukirim. Aku bisa melihat mereka melakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang membosankan disana."
Apa maksudya? Luvius memejamkan mata dan sesekali tersenyum, mengkhayal? Mungkin terlihat dia sedang berimajinasi atau semacamnya, tapi dia membicarakan kelompok di perpustakaan!
"Huh? Tumbal manusianya hilang satu, dimana perempuan pirang yang suka pamer pusar itu?"
Aku terkejut mendengarnya, sampai membuat sedikit suara. Aku tahu siapa yang dibicarakannya. Itu... Aku!
Suara bebatuan kecil yang jatuh menarik perhatian kelompok tiga orang itu. Dan ketika aku berbalik, berusaha mencari tempat sembunyi baru, sang wanita sudah dibelakangku. Mengalungkan mata sabit besar dileherku dan membawaku mendekati Luvius dan teman besarnya.
"Wah.. wah.. Panjang umur sekali, aku baru saja membicarakanmu!"
Aku menatap Luvius dengan dengki, banyak pertanyaan yang ingin kuajukan, walau mungkin aku tak bisa selamat untuk memberikan informasi ini pada teman-temanku.
"Apa maksudmu tumbal manusia?! Kau mau mengorbankan ku untuk ritual anehmu ha?"
"Hmmm.... Siapa namamu?" Tanya Luvius, dia mengabaikan pertanyaanku.
"Aku tidak sudi memberikan namaku padamu berengsek, jawab pertanyaanku!"
Aku berteriak, kulihat dia menutup telinganya dan memejamkan sebelah matanya. Orang ini benar-benar menyebalkan!
"Oh, baiklah.. Karena aku suka gaya berpakaianmu, bagaimana jika kusebut kau cewek tukang pamer?"
Aku mulai kesal, orang ini hanya bercanda tak karuan ketika aku menanyakan hal serius.
"Dasar bajingan busuk! Jangan mengalihkan pembicaraan!"
Sebuah tangan yang halus meraba pipiku. Wanita itu! Wanita sabit raksasa yang membekapku dari belakang tampaknya mulai bereaksi karena kata-kataku barusan. "Jangan mara-marah, manis... Itu tak baik untuk kulit mulusmu."
Aku makin bergidik, kelompok ini dipenuhi oleh orang-orang nyentrik. Walau begitu, aku bisa merasakan aura haus darah yang pekat dari mereka.
"Baiklah, karena kau disini kuberi tahu sedikit." Ujar Luvius pada akhirnya. "Roh alam semesta masing-masing mewakili kasih sayang, kedamaian, keteguhan dan kebijaksanaan. Mereka berempat menjaga tiap lantai menara ini."
Aku masih tak paham apa yang dibicarakannya, apa maksudnya roh semesta? mewakili kasih sayang dan tetek bengeknya? Apa itu?
"Mereka memiliki cangkang untuk melindungi roh mereka. Sayangnya Seran dan Lefko keluar dari cangkangnya dan merasuk dalam tubuh manusia ketika aku berusaha menangkapnya.. Ya kurasa itu bagus, lebih menyenangkan melihat ekspresi-ekspresi manusia yang tersiksa saat ritual daripada monster-monster tak jelas."
Aku terkejut, Seran.. Ratu Antlion. "Jadi kau yang mengubah Seran menjadi monster mengerikan?!" Bisikku.
"Mwahaha... Tidak.. Tidak, Walau mungkin ketika aku berusaha mengambilnya dia mengamuk dan menjadi liar. Tapi kurasa itu karena kehendaknya sendiri dan permata yang dilindungi mereka."
Luvius memperhatikan tubuhku dari ujung kepala sampai ujung kaki, matanya terlihat seperti anak kecil yang penasaran. "Jadi, bagaimana rasanya memiliki roh seorang Dewi dalam tubuhmu?"
"Jadi kau memang benar-benar mengincarku rupanya, kenapa tidak kau lakukan ritualmu sekarang?!" Gertakku.
"Tidak hanya kau, pria berambut merah itu juga, dia telah mendapatkan kepercayaan Lefko."
Aku terbelalak mendengar ucapan Luvius. Maksudnya Leo kan? Leo juga tumbal manusia?!
"Lagipula, roh alam lainnya belum masuk kedalam wadah. Aku sudah melihat kandidat yang tepat untuk wadah dari roh kebijaksanaan, aku telah melihat kekuatannya, dia juga kawanmu, kau tahu. Sisanya tinggal wadah untuk roh keteguhan, kurasa dia tinggal di lantai tiga."
Huh? Siapa? Arianne kah? Eleanor? Atau... Valor?
"Baiklah.. Kurasa cukup segitu saja yang perlu kau tahu, sekarang saatnya menjalankan boneka-bonekaku yang berada di kelompok kecilmu itu!"
Luvius melakukan peregangan, lalu tersenyum lebar. Tiba-tiba... cahaya tipis berwarna emas terlihat terpancar dari mata orang itu.
[Next : Battle with Silva] * "Boneka" Luvius yang ada di perpus gwa serahkan sepenuhnya bagi orang2 yang masih disono | |
| | | richter_h Salto Master Hancip RMID
Posts : 1705 Thanked : 30 Engine : Other Skill : Skilled Type : Developer
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-23, 10:11 | |
| [Desa Orsa]
Sudah beberapa lama ini ku hanya kerja di bengkel bersama temanku Olav dan putriku Olavia. Hari ini, tiap kali kupukul besi panas, makin kurasakan sensasi yang pernah kurasakan ketika masih muda. Sensasi akan petualangan, ketegangan, dan pertarungan. Hari-hari itu sudah berlalu bagiku... Banyak anak-anak muda mencari petualangan di luar sana, dan bagianku sudah tidak ada lagi.
Lantas, banyak sekali tentara yang kembali dari portal. Mereka adalah para tentara yang pergi bersama komandannya dari benteng sana kalo ku tidak salah... Tapi dari wajah mereka, terlihat mereka seperti sudah bertemu dengan sesuatu yang sangat mengerikan. Kubanting besi panas dan palu, kuhampiri salah satu dari para tentara itu dan kuseret dia dari barisan.
"Katakan. Apa yang terjadi di sana!"
"N-n-n-n-n-n-necromancer! O-o-o-orang itu... MENGERIKAN!!"
Demi leluhur Dwarf! Ada lagi orang yang benar-benar tidak menghargai orang mati dan muncul di daerah sini. Kusarankan dia untuk tetap tenang dan susul temannya yang sudah kembali ke benteng. Selama sisa hidupku sudah kunantikan petualangan, dan ini mungkin bisa jadi tiket masuk untukku.
Akhirnya, kutinggal lagi Olav dan Olavia di bengkel. Salamku untuk orang-orang desa, karena mungkin ku tidak akan kembali dengan utuh, dan pada putriku Olavia untuk meneruskan bisnis bengkel ketok magic yang sudah kurintis bersama Olav selama puluhan tahun.
Kuambil lagi perlengkapanku, dan Longrifle Blunderbuss--teman karib berpetualangku akan menjadi teman perjalanan terakhir ini.
Dan, kisahku di menara terkutuk itu akan kumulai lagi. Bukan untuk Lina--gadis yang dulu pernah singgah di bengkelku, tapi untuk perjalanan yang beralasan. Memenuhi panggilan dunia terakhir yang telah datang padaku.
Ah, Yuuki, gadis serigala itu, mungkin bisa singgah di bengkel dan melayani pelanggan selama ku tidak ada. Membantu meringankan kerjaan Olav dan Olavia di depan, dan menjadi penglaris bengkel. Sayang, mungkin ini kali terakhir melihat wajahnya...
[next: Dungeon floor 1; Muro's Checkpoint] | |
| | | TheoAllen ♫ RMID Rebel ♫
Posts : 4935 Thanked : 63
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-23, 10:42 | |
| [ Tower Level 2 / Library ] [ 8.20 - 8.35 AM ]
"Sekarang, siapa berikutnya?" tanya Jupiter Ferey.
Belum ada satu menit pertanyaan itu diajukan, mendadak beberapa orang yang ada disana mengerang. Matanya keluar cahaya kekuningan. Mereka adalah orang-orang yang kulihat tidak mengeluarkan aura.
"Oi, oi, ada apa ini? Ada apa dengan mereka?" Kata Daniel kemudian.
"Sepertinya, dugaan komandan Leon memang benar" Timpal dokter Hazel
"Sepertinya Luvius membuat 'boneka-bonekanya' untuk mengamuk. Cih, dia cukup pintar. Menunggu kita dalam keadaan lebih sedikit seperti ini" Sahut Jupiter Ferey sambil mempersiapkan staff merahnya.
"Berhentilah mengeluh, nyawa kita sedang berada di depan mata" Leon juga mempersiapkan kuda-kudanya untuk menghadapi mereka
Tak terkecuali Eleanor. Dia mempersiapkan dua belatinya yang merefleksikan sinar seperti kristal. Aku pernah melihat belati seperti itu sebelumnya. Jika aku tidak salah nama belati seperti itu adalah Adamant Blade.
Beberapa menit kemudian pertarungan pun akhirnya terjadi. Eleanor bertarung tanpa banyak bicara. Tidak seperti Leo yang selalu berteriak hampir di setiap gerakannya. Dia juga lumayan lincah dan cekatan jika aku bilang. Melempar dua pisaunya dan mengambilnya kembali bukanlah teknik yang gampang kurasa.
Disudut lain tuan Ferey sedang menembaki 'boneka' Luvius. Leon dengan lincahnya menebas. Dokter Hazel, dia memilih untuk mundur. Kurasa dia sedang mencari resiko paling kecil.
Dalam waktu singkat mereka sudah membuat pasukan itu tergelempang. Namun, mereka bangkit kembali, luka mereka menutup. Sebenarnya terbuat dari apa mereka? Aku tidak paham semua ini.
"Mereka mempunyai kemampuan seperti Luvius? Yang benar saja!" Kata Jupiter Ferey yang tidak percaya melihat mereka pulih kembali.
Disisiku aku melihat Eleanor yang sepertinya memasang muka kesal karenanya.
Kini kami semua terkepung tidak berdaya. Leon, tuan Ferey, Daniel, pria berbadan besar itu saling berdempetan. Leo berada di sudut ruangan lain. Dia dikepung sendiri. Aku, Valor berada pada lindungan Eleanor.
"Uh... Kenapa kalian saling menodongkan sejata satu sama lain?" Kemudian sebuah suara memecahkan suasana yang seharusnya tegang. Kucari asal suara itu. Aku sesosok orang berambut pendek agak acak berwarna hitam. Orang itu, laki-laki manis yang aku temui di penginapan bersama Ellie. Tierra Winhart? Apa yang sedang dilakukannya disini?
"Bodoh! Menjauh dari sana!!!" Pria berbadan besar itu meneriakinya. Belum sempat Tierra mencerna apa yang disampaikan padanya, seseorang 'tanpa aura' menyerangnya. Spontan Tierra kaget dan mencabut sebuah belati kecil dari sabuknya.
Silau, itulah yang aku lihat saat dia mencabut belati kecilnya. Aku bahkan harus menyipitkan mataku untuk melihatnya. Waktu berjalan begitu cepat. Aku melihat Tierra menusuk orang yang mencoba menyerangnya itu. Dan orang itu tidak bergerak sama sekali.
"Uwaa...." Tierra buru-buru mencabut belati kecilnya. Dia seperti telah melakukan suatu perbuatan dosa besar. Namun kami malah keheranan. Orang yang ditusuk Tierra sudah tidak menggerakkan badannya lagi.
[ Still here ]
Note : Dagger yg dibawa Tierra itu Silver Dagger. Referensi post http://www.rpgmakerid.com/t7837p420-roleplay-eremidia-dungeon-the-twilight-tower#116809 | |
| | | Oscar Senior
Posts : 830 Thanked : 13 Engine : RMVX Skill : Beginner Type : Writer
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-23, 13:05 | |
| [Tower Floor 2 - Library] [8.35 AM]
Ternyata dugaan Komandan Leon benar, ada mata-mata yang dikirim Luvius kemari. Mereka adalah mayat hidup. Tapi mereka bisa bertingkah layaknya manusia normal. Sungguh sihir yang tidak biasa.
Kami sempat melawan mereka, membuat mereka tumbang, namun itu tidak menghentikan mereka. Meskipun berkali-kali kita menjatuhkan mereka, mereka tetap bangkit lagi. Namun tiba-tiba seorang anak prempuan (sebenernya laki, ini hanya di mata Hazel) keluar dari portal.
Seorang mayat hidup menyerangnya namun anak itu dengan panik menikamkan belatinya pada orang itu.
Mayat itu mengerang kesakitan, badannya bergetar dan asap putih keluar dari bekas tikaman belati anak itu. Mayat itu meraung, jatuh di lantai, menggeliat-geliat lalu diam tak bergerak. Asam putih keluar dari tubuhnya seperti udang rebus.
"Hei benda apa itu?" teriak Jupiter pada anak itu.
"Ini... ini...,"
"Hey sampingmu!!" teriak pria berbadan besar saat melihat mayat hidup menyerang dari samping anak itu.
Dengan tangkas anak itu mengelak, berputar lalu menikam tengkuk mayat hidup itu. Membuat makhluk itu jatuh dan menggeliat-geliat kesakitan dan mati.
Jupiter langsung berlari disamping anak itu dan memegang tangannya melihat pisau apa yang dipakai.
"Ini perak, ini pisau perak!" teriak Jupiter.
Mendengar teriakan itu aku jadi teringat kejadian di Aldonia. Pasukan mayat hidup yang dibangkitkan oleh Helio Longwood bisa dikalahkan dengan perak. Kenapa aku bisa lupa?
Langsung kupanggil bahan-bahan perak batangan dari domainku. Untung saja aku menyimpannya.
"Ferey!" teriakku sambil melemparkan batangan perak ke arah Jupiter. "Komandan! dan Kau pria besar! Leo!"
Kulempar perak-perak batangan pada mereka.
"Ini untukmu," kataku saat akan melemparkan batangan perak pada Daniel.
"Tidak perlu, ujung tombakku sudah terbuat dari perak!" jawabnya dengan santai, lalu ia melemparkan tombaknya pada mayat hidup yang menyerangnya dari belakang. Tombaknya menembus dada makhluk itu, membuat makhluk itu kejang-kejang dan jatuh terjengkang lalu mati.
"Bagus! Sekarang kita tau bagaimana melawan mereka!" kata Komandan Leon sambil memukulkan batangan peraknya pada mayat hidup.
Daniel menginjak bangkai yang dibunuhnya lalu mencabut tombaknya. "Sekarang saatnya pembalasan!"
Di tengah keributan itu, tiba-tiba Valor terbangun.
"Ada apa sih ribut-ribut, nggak tau ada orang mimpi indah aja..."
[next still here]
nb: Rahasia kelemahan Luvius masih dipegang Leon sama Daniel, Perak hanya mampu mengatasi boneka-bonekanya aja. | |
| | | rnvis Novice
Posts : 148 Thanked : 0 Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Writer
Trophies
Awards: | Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-23, 13:45 | |
| [Twilight Tower - Floor 2: Library] [8.00 AM]
Keributan berhasil ditangkal, atau kurasa begitu. Kelihatannya beberapa penjelajah dan prajurit ketakutan melihat Luvius dengan mudahnya mengambil sesuatu (roh mungkin? Aku tak tahu semenjak aku cuma mendengar penjelasan seseorang) dari tubuh prajurit yang sekarang di kremasi oleh Jupiter.
Tombak terkutuk ini menjelaskan tak lama kemudian setelah Luvius menghilang sedikit tentang kelemahannya dan fakta bahwa ada beberapa orang mati diantara penjelajah disini.
Jika benar begitu, bisa gawat jika Luvius mengaktifkan mereka untuk membunuh kami semua, mau tak mau aku harus menjelaskan ini kepada komandan Leon.
"Maaf mengganggu, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan. Ini mengenai kelemahan Luvius," kataku kepada Leon yang sepertinya berkutat bersama Dokter Hazel.
"Ssshhh..." Komandan Leon meletakkan telunjuknya di bibir. "Jangan keras-keras."
Hoh? Sepertinya Leon sudah tahu ada mayat hidup diantara kita. Baiklah langsung ke masalah kelemahan menjijikkan ini.
"Baiklah, jelaskan bagaimana anda bisa mengetahui ini?"
"Soal itu, aku diberitahu oleh beberapa roh penjelajah di sekitar sini. Seperti yang anda tahu, Luvius mengambil jiwa-jiwa beberapa orang disini yang digunakan untuk suatu hal, hal ini aku dan roh di tombak ini juga tak tahu."
"Jadi begitu? Kemungkinan mereka roh yang berhasil dilindungi oleh Seran dan Lefko cukup lama agar mematerialisasi diri mereka di dalam sebuah tombak."
"Kurasa juga begitu."
Leon, diluar dugaanku, sepertinya sudah tahu tentang semua hal ini. Sejujurnya, ini membuat penjelasanku lebih mudah.
"Kembali ke topik kalau begitu, satu-satunya cara mengalahkan Luvius adalah dengan..." aku menarik nafas panjang. "Adalah dengan menusuk jantungnya dengan benda tajam yang dilumuri racun yang sangat mematikan."
Leon terkejut. "Sesederhana itu kah?"
"Tidak, racun itu hanya bisa menentralisir keabadian Luvius untuk sementara waktu, maksimal 15 menit jika roh ini benar. Setelah itu kalian hanya perlu menyerangnya sekuat tenaga."
"Aku sudah menduga tidak akan semudah itu membunuhnya, walau tanpa keabadiannya, dia masih bisa menyerang kami. Ditambah lagi kedua anak buahnya juga kemungkinan mempunyai keabadian yang sama."
"Mau tidak mau itu cara kita. Apa kau tahu orang yang mempunyai kekuatan racun yang cukup kuat?"
"Ada satu orang, lebih tepatnya sebuah legenda tentang pemuda yang mempunyai pisau racun, tapi-- kita lanjutkan ini nanti saja Utterson."
Aku melihat ke arah Leon berjalan, sepertinya beberapa penjelajah kehilangan kelereng mereka dan ingin kembali ke desa sekarang. Aku mengikuti Leon yang kelihatannya berhasil menenangkan beberapa orang.
[Still Here] | |
| | | TheoAllen ♫ RMID Rebel ♫
Posts : 4935 Thanked : 63
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-23, 14:03 | |
| [ Tower Level 2 / Library ] [ Around 8.45 AM ]
Kedatangan Tierra Winhart benar-benar membuat semuanya berubah drastis. Dokter Hazel dengan ajaibnya memanggil benda-benda terbuat dari perak dan membagikannya kepada orang-orang yang dipercaya disana. Seketika suasana berbalik.
Kami berhasil melumpuhkan dan mematikan orang-orang tanpa aura itu. Ya aku bisa melihatnya, orang-orang tanpa aura itu mati kepanasan. Aku melihat sebuah tali terputus saat benda perak mengenainya. Aku tidak tahu apa itu.
Eleanor melemparkan batangan perak itu kemulut salah satu orang tanpa aura itu. Seketika orang itu langsung merasa kepanasan dan tidak bergerak. Daniel dengan semangatnya menusuk dengan tombaknya. Diikut yang lain.
"Ada apa sih ribut-ribut, nggak tau ada orang mimpi indah aja..." Jantungku serasa berhenti sejenak. Aku kenal betul suara ini. Perlahan kubalikkan tubuhku, aku melihat Valor sudah bangun dengan posisi duduk.
"Val, kau baik-baik saja!?" Setengah tidak percaya, aku langsung memeluk Valor sekuat tenaga.
"Hei, Anne. Apa-apaan kau ini. Dan ada apa dengan pakaianku ini? Kenapa compang-camping?" Dari perkataannya sepertinya Valor tidak ingat apa yang baru saja terjadi padanya. Dia sepertinya mencoba melepaskan pelukanku darinya. Aku tidak peduli, aku masi ingin merasakan keberadaan Valor yang lugu dan polos lebih dekat. Aku merasakan mataku mulai basah dan setetes air mata mengalir ke pipiku.
"Anne, cukup! Ini memalukan!" Valor memperkuat dorongannya.
"EHM!!" Suara berdehem serempak aku dengar dari berbagai sudut, aku melihat berbagai ekspresi sedang mengitariku. Komandan Leon, dia hanya tersenyum kecil. Daniel hanya bisa menepuk jidatnya. Eleanor yang menghela nafas panjangnya. Aku tidak memperhatikan sisanya.
Buru-buru kulepas pelukanku dari Valor dan berpaling darinya. Antara malu dan senang bercampur aduk menjadi satu. Wajahku sedikit memanas. Aku akui aku memang sedikit malu dengan kejadian barusan. Namun, aku tidak bisa berhenti mengeluarkan air mata. Valor, ternyata kau baik-baik saja ...
Aku melihat sekitarku. Sepertinya orang-orang tanpa aura itu telah berhasil dimusnahkan.
[ Still here ] | |
| | | rnvis Novice
Posts : 148 Thanked : 0 Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Writer
Trophies
Awards: | Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-23, 14:47 | |
| [At Twilight Tower - Floor 2: Library] [8.45 AM] [Skipped some scenes...] Kami berhasil menghalau para mayat-mayat hidup itu, ancaman sekali lagi dapat ditangkal. Aku hanya bisa bernafas lega sambil bersandar di sebuah rak buku. Aku melihat ke sekitarku, sepertinya cuma sedikit orang yang terluka (dan yang terluka sendiri cuma menerima beberapa goresan kecil). Sepertinya batangan perak dari Dokter Hazel bekerja untuk boneka-boneka Luvius dengan cukup ampuh, tapi demi kenyamanan dan keamanan kurasa lebih baik kita mengkremasi mayat-mayat ini (itu jika mereka tidak berubah menjadi abu). Belum sempat diantara kami semua berkata sesuatu, aku melihat Arianne yang memeluk dengan Valor dengan erat. Oh, kurasa aku juga sempat mendengar suaranya tadi, jadi dia sudah siuman? Tapi... "Anne, cukup! Ini memalukan!" "Ehm!" aku berdehem, bersamaan dengan beberapa orang yang lain membuat mereka melepas pelukan mereka. Sungguh, ada apa dengan orang yang belakangan ini berciuman atau berpelukan di saat yang tidak perlu? Mengenai orang yang berciuman, tunggu-- Leo ada disini, sepertinya menyelesaikan mayat hidup terakhir yang dia lawan, tapi... "Kemana perginya Ellie? Aku tak melihatnya sepanjang pertarungan ini." gumamku kepada yang lain. "Dia mungkin kembali ke desa? Bukannya dia juga tidak setuju untuk kalian kembali mencari Luvius dan anak buahnya tadi?" sahut Sister Eleanor. "Itu tidak mungkin, aku dan prajuritku menghalau beberapa penjelajah yang mencoba kembali menggunakan portal waktu itu." Komandan Leon menjelaskan kemudian. "Jadi, dia mungkin pergi ke luar untuk mengalahkan Luvius dan anak buahnya sendiri!?" entah kenapa Leo yang terlihat panik daripada biasanya. [Still Here] | |
| | | TheoAllen ♫ RMID Rebel ♫
Posts : 4935 Thanked : 63
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-23, 16:16 | |
| [ Tower level 2 / Library ] [ 8.45 - 8.50 AM ]
"Umm... Sebenarnya apa yang sedang terjadi?" Tierra mencoba untuk mengambil perhatian dari kerumunan itu.
"Ceritanya sangat panjang Nona. Dan kenapa kau bisa berada disini? Kau juga bukan bagian dari grup kami kan?" Jawab tuan Ferey kemudian.
"Aku hanya mengikuti instingku kemari. Menurut isu, menara ini terdapat sebuah permata yang bisa mengabulkan permintaan bukan? Dan ... " Tierra memotong kata-katanya.
"Aku ini laki-laki ..."
Wajar saja tuan Ferey terkejut. Aku bisa melihatnya dari reaksinya barusan. Dia melihat sekujur tubuhnya, merasa tidak percaya. Yah, aku juga harus jujur. Aku pertama kali bertemu dengannya aku mengira dia seorang perempuan. Wajahnya terlalu cantik untuk seorang lelaki.
"Kemana perginya Ellie? Aku tak melihatnya sepanjang pertarungan ini." Gumam Daniel kemudian yang dapat menarik seluruh perhatian orang di sekitar. Tak terkecuali aku. Memang benar, selama ini aku tidak terlihat Ellie sama sekali.
"Dia mungkin kembali ke desa? Bukannya dia juga tidak setuju untuk kalian kembali mencari Luvius dan anak buahnya tadi?" sahut Sister Eleanor.
"Itu tidak mungkin, aku dan prajuritku menghalau beberapa penjelajah yang mencoba kembali menggunakan portal waktu itu." Komandan Leon menjelaskan kemudian.
"Jadi, dia mungkin pergi ke luar untuk mengalahkan Luvius dan anak buahnya sendiri!?" Sahut Leo kemudian. Entah daripada Leo mengambil kesimpulan itu.
"B-benarkah!?" Sahutku kemudian.
"Eleanor! kau bilang Ellie cuman pergi sebentar saja kan?" Kataku sambil meraih kain baju Eleanor.
"Uhmm... " Sister Eleanor kebingungan.
"Leo! Jangan mengada-ngada. Kau membuat orang-orang makin khawatir!" Bentak komandan Leon kemudian.
"Kau pikir hanya kalian saja yang khawatir!" Teriak Leo kemudian. Leo menatap tajam komandan Leon. Tatapan mereka begitu serius.
"Aku akan pergi menemui Luvius. Aku akan memastikan keselamatan Ellie disana. Jika kalian menghalangiku, aku tidak akan sungkan-sungkan menghadapi kalian." Leo dengan beraninya mengacungkan pedang kepada kumpulan orang itu. Kami hanya bisa menatap Leo. Sesaat kemudian Leo berbalik dan pergi menghilang dibalik rak-rak buku itu.
"Ellie? Apa kau benar-benar menemui Luvius?"
[ Still here ] | |
| | | hyperkudit Pahlawan Super
Posts : 2288 Thanked : 30 Engine : RMXP Skill : Very Beginner Type : Artist
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-23, 18:03 | |
| [ Tower Floor 2 ] [ 8.50 AM ]
"Hmph! Hahaha.. Hahahahahahaha!!"
Luvius tertawa lepas, sementara dua orang lainnya tersenyum, tampak ikut bahagia atas apa yang "dialami" Luvius. Aku tak mengerti kenapa itu.
"Sepertinya teman-temanmu tak buruk juga, ini membuatku jadi bergairah. Dan sepertinya kau mereka menyadari ketidak hadiranmu disana, mereka kelihatan panik betul, Ellie."
Aku terbelalak, terkejut, wajar saja. Aku tak pernah sekalipun menyebutkan siapa namaku, orang ini, disamping kemampuan untuk regenerasi yang mengerikan, apa dia juga memiliki kemampuan membaca isi pikiran?
"Kau seperti heran? Kenapa aku bisa tahu namamu? Itu karena teman-temanmu yang mengatakannya padaku." Gumamnya seraya mengangkat tangannya sepinggang. Perlahan sesuatu yang keunguan muncul, dari sesuatu yang hampa, menjadi transparan dan mulai membentuk sebuah bola mata raksasa seukuran telapak tangannya.
"Temanmu mengatakan semuanya, aku hanya perlu mendengar dan melihatnya." Ujar Luvius.
Bola mata itu berkedip dan menoleh ke berbagai sudut. Apa sebenarnya itu? "Kenapa? Hebat bukan? Kau pernah mendengar tentang Nether? Itu adalah elemen yang tak seharusnya ada. Necromancy itu hebat, kau tahu. Bahkan aku bisa menciptakan elemen yang tak seharusnya eksis di dunia ini. Seperti Tuhan bukan?"
Aku menatapnya dengan tatapan benci. Tak terlalu paham maksudnya, ini juga kali pertama aku mendengar tentang ocehannya. Kesimpulanku hanya satu, selama ini dia memang memata-matai kami, mengetahui semua pergerakan dan apa yang kami ucapkan. Bahkan jika dia bertingkah seperti maniak gila, kepala Luvius dipenuhi rencana-rencana jenius.
"Lalu, apa yang akan kau lakukan? Setelah tahu aku tak ada, mereka takkan tinggal diam!"
Aku tersenyum mengancam, namun justru ditanggapi oleh senyuman maniak itu.
"Ya.. ya, aku memang tak berencana melawan mereka sekarang. Lagipula sepertinya pemimpin kalian sudah mendapatkan informasi tentang cara membunuh kami. Sebaiknya kalian berhati-hati Hammer, Silva!"
Aku seperti mendapat secercah harapan, jadi memang benar mereka punya kelemahan. Mereka bukan makhluk abadi sepenuhnya. Huh? Apa ini? Mereka bertiga hanya tersenyum, tak merasa terancam sedikitpun.
"Sebenarnya aku ingin membuka gerbang ini dengan cara normal, tapi berhubung aku tak ingin melawan kalian sekarang, kurasa aku akan membukanya dengan sedikit paksaan." Gumamnya. "Hammer!"
Pria besar merespon, lalu membuat palu emas besarnya. Dia memukul pintu besar itu, menghasilkan gemuruh dan getaran yang kuat. Bahkan kurasa lebih hebat daripada yang semalam. Membuat lubang besar yang cukup untuk dilalui manusia.
"Baiklah, Ellie manis... Kau ikut bersama kami."
Luvius membelai daguku, bisa kurasakan bekapan wanita bernama Silva ditanganku semakin erat. Kesal kurasa.
Kami memasuki lubang itu, aku sempat melihat Luvius melakukan sesuatu. Ritual kah? Cahaya keunguan bersinar remang dari arah belakang disertai suara raungan yang mengerikan. Kupaksa menoleh kebelakang.
Astaga! Apa itu? Ukurannya besar, diselimuti asap keunguan. Serupa dengan mata yang dikenakannya, salah satu makhluk nether Luvius!
Kami meninggalkan monster itu di depan gerbang menuju lantai dua, lalu berjalan menyusuri tangga.
Sial, aku harus mencari kesempatan untuk kabur dan memperingatkan semuanya!
[Next : Tower Floor 3] | |
| | | TheoAllen ♫ RMID Rebel ♫
Posts : 4935 Thanked : 63
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-23, 19:48 | |
| [ Tower Level 2 / Library ][ 8.50 - 9.10 AM ]"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"Pria berbadan besar itu kemudian berkata. "Kita susul Leo. Aku tidak mau ada lagi kita kehilangan seseorang yang dapat dipercaya."Kata komandan Leon kemudian. "Tuan Ferey, kau menjaga portal ini. Aku percaya kau punya pengalaman dalam hal magis. Dokter Hazel dan sister Eleanor, aku percaya kalian untuk menangani dua orang yang sedang terluka ini. Ada yang keberatan?"Kata Leon memberi komando kepada kami. "Tidak."Mereka menjawab serempak. "Sejak awal aku memang tidak begitu tertarik dengan menara ini"Tambah Eleanor kemudian "Aku, Daniel Utterson, dan siapa namamu?"Leon menghentikan kalimatnya ketika ia hendak menunjuk pria berbadan besar itu. "Bozeck. Panggil saja aku dengan nama itu."Kata pria besar itu kemudian. "Kalian berdua ikut denganku menyusul Leo. Dan ... "Leon menatap Tierra. Aku bisa melihat Tierra sedikit terkejut menanggapi tatapan Leon. Seperti canggung, entahlah. Kurasa dia belum terbiasa untuk menghadapi tatapan seperti itu. "Kau bebas untuk memilih."Kata Leon kemudian. Pemberangkatan pun dilakukan. Ketiga orang itu berangkat menyusul Leo. [ Still here ]*nasib Leon dkk wa serahin ke yg punya char Daniel
Terakhir diubah oleh TheoAllen tanggal 2013-09-23, 20:53, total 1 kali diubah | |
| | | hyperkudit Pahlawan Super
Posts : 2288 Thanked : 30 Engine : RMXP Skill : Very Beginner Type : Artist
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-23, 20:37 | |
| [ Tower Floor 2 ] [ 9.00 AM ]
Kami akhirnya sampai dilantai ketiga, menara sungguh aneh. Tiap lantainya memiliki kondisi geografis yang berbeda. Lantainya padat dan keras, begitu kokoh dan tak tergoyahkan sepertinya. Pilar-pilar keemasan menjulang tinggi sampai kelangit-langit diatas ubun-ubunku.
Suara gemuruh terdengar makin keras. Seekor badak! Culanya ada tiga buah dan kulitnya dilapisi sesuatu yang berkilap seperti berlian.
Hammer segera menahan laju badak itu, kakinya terseret. Bahkan orang seperti Hammer cukup kesulitan untuk menghalaunya.
"Hooo... Ini adalah wilayah kekuasaan Gallea, roh simbol keteguhan. Wajar jika pengikutnya memiliki pertahanan yang mengerikan." Bisik Luvius.
Aku tak terlalu peduli, otakku terus berputar, mencari jalan dan kesempatan kabur. Hentakan besar yang dihasilkan Hammer dan badak itu membuat wanita bernama Silva ini sedikit genggamannya.
Kesempatan..
Aku melompat kebelakang, mendorong tubuh Silva dan melepas belengu ditanganku. Segera kutapakan kakiku di tanah, lalu berusaha lari.
"Kejar dia!" Gumam Luvius santai.
Tiba-tiba, Silva sudah berada didepanku, sabit besar seolah siap membelah badanku kapan saja. "Mau kemana, manis?"
Kutarik Desert Eagle dari sarungnya, langsung kuarahkan dan kutarik pelatuknya. Dengan cepat, Silva menangkisnya menggunakan mata sabit itu. Wanita ini cekatan dan cepat! Sial, artinya aku juga harus menggunakan ritme pertarungan cepat untuk mengimbanginya.
Aku melompat mundur. Masing-masing pistolku bersiaga di kedua tanganku. "Bagaimana ini, tuan Luvius? Apa aku boleh membunuhnya?"
"Kau tak boleh membunuhnya, kita memerlukannya di puncak menara, lumpuhkan saja." Balas Luvius.
"Hoo... Berarti tak masalah jika aku memotong tangan dan kakinya selama dia masih bernafas, bukan?" Ujar wanita itu sembari mengayunkan sabit besarnya dari atas.
Kuputar tubuhku untuk menghindarinya, kubentangkan tanganku dan langsung menembak tiga peluru ke kepalanya, dari jarak yang hanya tiga puluh sentimeter.
Wanita itu melompat kebelakang, menghindari kecepatan peluru dan hanya sedikit menggores dahinya. Bahkan refleks orang ini sebaik Leo! Berurusan dengan orang yang tak bisa terluka saja sudah merepotkan, apalagi yang sangat hebat dalam menghindar.
Begitu kakinya menapaki tanah, dia langsung memutar sabitnya dibelakang. Membuat gagangnya melaju dari sampingku. Sial, dari jarak sedekat ini, aku tak akan sempat!
"Akh!!"
Aku tak kuasa menahan jeritanku menerima rasa sakit itu, terpental kesamping, gagang sabitnya yang panjang memukul pinggangku dan rasanya sangat menyakitkan. Setengah terduduk, aku masih berusaha berdiri. Silva berlari kearahku sambil mengangkat sabit besarnya.
Sial, jika begini keadaannya aku akan tercincang!
Aku menghentakan kakiku ke tanah, melompat tepat ketika dia mengayunkan sabitnya di bawah. Kuputar tubuhku diudara, lalu melancarkan beberapa tembakan. Aku berhasil menembak punggungnya!
"Untunglah kau tidak melukai wajahku, karena jikau kau melakukannya. Mungkin aku akan mengabaikan perintah tuan Luvius, dan mengulitimu."
Kakiku terseret ketika mendarat. Wanita itu masih membungkuk, lalu berdiri. Luka-lukanya mulai pulih, darahnya yang berwarna kehitaman berhenti mengalir. Sial, hanya saja... Bagaimana cara mengalahkan orang ini?
[Still Here] | |
| | | rnvis Novice
Posts : 148 Thanked : 0 Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Writer
Trophies
Awards: | Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-23, 20:56 | |
| [Twilight Tower - Floor 2] [9.15 AM]
Kami bertiga menyusuri ruangan menara di lantai dua ini untuk beberapa saat. Semenjak kami hanya bertiga (aku tidak tahu apakah anak itu akan ikut dengan kami atau tidak nantinya), pengawasan di sekitar kami sedikit ditingkatkan.
Berbeda dengan sebelumnya, kurasa kita bertiga orang yang (menurutku) mungkin tidak akan menyerbu langsung secara membabi buta ke musuh kami. Nilai plus sebenarnya, dan lagi, adanya komandan Leon membuatku sedikit lebih tenang.
"Jadi kemana kita akan pergi dulu? Berkeliling tidak jelas hanya akan menghabiskan waktu kita." kataku memecah kesunyian.
"Aku punya beberapa titik kemungkinan Luvius berada sekarang, tapi alangkah baiknya kita menuju ke lantai tiga untuk saat ini."
"Apa anda pikir Luvius akan menuju ke lantai berikutnya?"
Leon lalu menjelaskan tentang jebakan yang dia dan Dokter Hazel buat mengenai medali palsu yang dibawa Leon waktu itu dan kemungkinan bahwa Luvius sedang mencoba medali itu sekarang.
"Jadi mulai lantai keatas kita akan membutuhkan semacam 'kunci' untuk naik?"
"Eksporasi hanya kami lakukan sejauh lantai tiga waktu itu. Ah, aku ingat, aku sempat mengirimkan unit kecil menuju lantai tiga waktu itu dengan tugas mencari penawar racun dari ratu laba-laba Ariachne. Awalnya aku mengirim kedua bocah itu, Ashbrun dan Stanford untuk menanganinya, namun semenja semua kekacauan ini kurasa mereka berdua melupakannya."
"Jadi, apa yang terjadi pada unit itu sekarang?"
Leon menurunkan kepalanya sejenak.
"Kami kehilangan komunikasi dengan mereka dua hari yang lalu, kurasa Luvius membunuh mereka semua. Namun itu tidak mungkin."
"Hrm. Kenapa kau bisa begitu yakin?"
"Aku mengirim dua kolegaku kesana, mereka berdua tidak akan mati dengan mudah."
Aku melihat ke arah Leon, dia terlihat tersenyum dengan tenang. Seorang prajurit dan unit kecil di lantai dua, kenapa bisa Leon begitu yakin 'kolega' ini tak tewas setelah kehilangan komunikasi?
"Lihat ke arah situ!" Bozeck menunjuk ke arah gerbang menuju lantai tiga.
Sebuah lubang besar terletak di tengah gerbang itu pertanda Luvius berhasil menerobos, dan tak jauh dari situ adalah seekor monster bewarna ungu kegelapan raksasa yang sedang melawan Leo.
"Persiapkan diri kalian! Kita bantu Leo menangani monster Luvius ini!" peritah Leon dengan lantang. Aku dan Bozeck pun bersiap.
Dengan aba-aba Leon, kami bertiga lalu menyerbu ke arah monster itu.
[Still Here] | |
| | | atlanteeianprojecta Novice
Posts : 237 Thanked : 3 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Writer
Trophies
Awards: | Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-23, 23:47 | |
| [Twilight Tower Floor 2 - Library (Some Scene Skiped)]
"Aku akan pergi menemui Luvius. Aku akan memastikan keselamatan Ellie disana. Jika kalian menghalangiku, aku tidak akan sungkan-sungkan menghadapi kalian." Ku todongkan senjataku kearah mereka, mencegah mereka untuk tidak mengikutiku. Ini adalah urusanku, kali ini tidak akan ada yang terluka. Harus!!!
Kemudian aku pergi meninggalkan mereka. sesekali aku melihat kebelakang, mengecek mereka akan mengikutiku atau tidak. Aku berlari kearah tempat kami bertemu Luvius tadi. Kupikir luvius akan masih berada di sana.
"Leo, mau bagimanapun juga kau masih memerlukan bantuan mereka! Kau tahu mereka tidak selemah yang kau kira." Kalung itu bersinar, dan mulai berbicara... Menyebalkan sekali dikomentari seperti itu... "Berisik, aku sudah tahu bodoh! Aku sudah bilang sebelumnya, aku tidak akan membiarkan siapapun terluka." "Baiklah kalau begitu... Aku rasa kau perlu penunjuk jalan, kan? Biarkan aku menjadi penunjuk jalanmu." Tawarnya. "Terserahlah..." Setelah itu, penglihatanku rasanya berubah. Aku bisa melihat 'sesuatu' seperti jalur kuning? atau apakah itu... sepertinya ini yang dimaksud "penunjuk jalan" oleh Lefko.
[At 3rd Floor] Aku berlari mengikuti jalur yang dibuat Lefko. Terus... terus... hingga beberapa lama kemudian aku menemukan gerbang besar, terbuat dari emas kurasa. Tapi bukan itu masalah sebenarnya. Gerbang itu berlubang, sebesar tubuh manusia lebih sedikit. Ini pertanda mereka telah sampai disini.
"Lefko, apa kau yakin ini tempatnya?" Tanyaku sambil berdiri didepan gerbang. Waktu itu aku belum memasuki tempat itu. "Aku bisa melihat jejak yang dilewati temanmu yang nekat tadi. Itu karena aku bisa membaca jejak yang dibuat manusia yang mempunyai roh." "Hmm... jadi kau hanya bisa mengikuti manusia yang mempunyai roh... Bagaimana dengan necromancer sialan beserta anjing-anjingnya itu? Apakah dia mempunyai roh dalam dirinya? Maksudku, dia adalah necromancer, iya kan?" "Tentu saja dia mempunyai roh didalam dirinya. Mau bagaimanapun dia itu adalah manusia. Tidak ada yang abadi di dunia ini."
"Jadi... mereka sesungguhnya tidak abadi...?" "Mereka memang tidak bisa mati atau tidak mempunyai batasan umur, tetapi mereka mempunyai kelemahan."
"Kelemahan? Apa kelemahan mereka?" "Sesuatu yang menahan mereka untuk beregenerasi, contohnya seperti penyakit yang dapat menghentikan regenerasi mereka. Saat mereka berhenti beregenerasi, mereka dapat dibunuh dengan cara apapun."
"Hmm... Penyakit... menahan beregenerasi... Tunggu! Racunkah? Apakah racun dapat menghentikan regenerasi mereka?" "Aku rasa juga begitu, karena racun dapat merusak sistem regenerasi mereka." "Berarti, kita perlu seseorang yang ahli dengan racun..." "Maaf sebelumnya, tapi bukankah efek racun juga bisa dinetralisir? Dan juga efek racun biasanya tidak tahan lama, kan?" Selanya. "Benar juga, tidak kukira monster juga bisa memikirkan hal itu juga..." "Hey, siapa yang kau sebut monster?"
"Eh... siapa ya...? Pikir saja sendiri..." "Ugh... dasar!" Setelah pembicaraan tidak karuan itu, aku pun (kami pun) masuk kedalam tempat itu. Tempat ini atau bisa dibilang lantai ketiga Twilight Tower berbeda dari sebelumnya. Tapi siapa peduli... Lalu tak lama kemudian suara gemuruh muncul, disertai dengan getaran kecil di dalam tanah. Apa ini?
*Roooaarrr!!! "Whooaa! Anjrit, makhluk apa ini?" Aku menghindari serangan yang diluncurkan monster itu kepadaku. Monster itu berbentuk aneh (seperti badak berukuran raksasa). Dia berwarna ungu gelap berukuran raksasa yang hampir sebesar Ratu antlion (tentu saja monster itu masih lebih kecil). "Itu adalah... ákardos daímonas!" Jelasnya. Sebenarnya aku tidak peduli dengan namanya. Kemudian aku menerima tantangannya, ini pasti akan menjadi pertarungan yang seru. Tinggal bayangkan saja bila monster ini seperti bronx, berkekuatan besar tapi lambat.
*Braakkk!!! Lantai-lantainya retak karena serangan monster itu. Tapi tentu saja aku bisa menghindarinya dengan mudah. Yang ingin kupertanyakan adalah bagaimana menjaga jarak lebih jauh darinya supaya aku bisa meminum etherku.
Yosh, saatnya ambil resiko. Meski etherku tinggal 2 botol, tetapi aku harus meminumnya. Disamping untuk mengalahkan monster sialan ini, aku juga perlu memanggil Lefko untuk jaga-jaga nanti jadi aku harus memulihkan beberapa mana-ku.
Kuambil etherku didalam tas kecilku, disaat yang sama monster itu mulai menginjakkan kakinya kearahku. Kulemparkan etherku sedikit keatas sementara aku menghindari serangan monster itu dengan cepat dan menebaskan pedangku keatas. Dan kemudian mengambil etherku kembali. Aku beruntung (mungkin hanya untuk kali ini), aku menebas etherku tepat sasaran pada tutup botolnya. Sehingga hanya beberapa tetes yang tumpah. Kemudian dengan cepat aku meminumnya.
"Apa kau memerlukan kekuatanku, Leo?"
"Tidak perlu, kali ini aku bisa mengurusnya sendiri" Jelasku dengan senyum. Tenang saja, aku bisa mengatasi ini dengan mudah."
[Next = ?] | |
| | | TheoAllen ♫ RMID Rebel ♫
Posts : 4935 Thanked : 63
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-24, 04:46 | |
| [ Tower Level 2 / Library ][ 9.30 AM ]Kami disini hanya bisa menunggu kembali Leon. Sementara itu kami menghabiskan waktu. Dokter Hazel berada pada pojok ruangan. Dia bereksperimen dengan ramuan-ramuannya. Valor kembali ke desa. Dia ingin mengganti bajunya yang compang-camping. Tuan Ferey dan Eleanor membaca buku-buku yang ada pada perpustakaan itu. Tierra Winhart. Dia memilih untuk bersama kami sejak penjelasan panjang lebar dari tuan Ferey tentang apa yang sedang terjadi disini. "Um... Tuan Ferey.... "Aku menyela "Ya? Ada apa?"Tuan Ferey menurunkan bukunya seraya melirik kepadaku. "Aku punya sedikit pertanyaan. Ini juga tentang semacam magis atau... entahlah. Tapi kurasa anda bisa menjawabnya"Lagi-lagi aku kebingungan menyusun kata-kata. Aku bisa melihat tuan Ferey mengeutkan dahinya. "Pertanyaan semacam apa yang kau ingin tanyakan?"Tuan Ferey menutup bukunya. Dia mendekat kepadaku. Setelah cukup dekat, aku menjelaskan semuanya kepada tuan Ferey. Dimulai dari mimpi yang aku alami sampai dengan pemandangan tentang aura yang aku lihat. "Spirit Projection? Kau melakukannya?"Tuan Ferey terbelak kaget. Aku hanya bisa mengerutkan dahi mendengar respon darinya. "Spirit Projection, adalah kemampuan untuk memisahkan diri dari tubuh aslimu. Meskipun terpisah, rohmu akan tetap aman karena tubuh aslimu masih hidup. Keduanya terikat oleh benang kehidupan. Jika tubuhmu mati, maka benang itu akan putus. Hal yang kau lihat itu bukanlah mimpi. Tapi itu kenyataan." Tegasnya kemudian. "Lalu, bagaimana dengan aura yang kulihat itu?"Lanjutku kemudian "Sekali seseorang sudah sekali melakukan Spirit Projection, orang itu akan lebih mudah mengenali aura atau spirit. Dengan kata lain, mereka akan mampu melihat spirit yang berada pada sekitar. Katakan Anne, apakah kau melihat aura keluar dari tubuhku?"Aku hanya mengangguk pelan dengan pertanyaan tuan Ferey itu. "Mengagumkan. Kebanyakan orang akan gagal untuk mencoba melakukannya. Bahkan untuk aku sekalipun. Untuk melakukan Spirit projection, kau harus antara diambang sadar dan tidak sadar. Dan kurasa, lukamu barusan telah men-trigger hal tersebut."Jelas tuan Ferey yang terlihat begitu tertarik dengan itu "L-lalu... apa yang harus aku lakukan tuan Ferey?"Aku justru kebingungan mengambil kesimpulan. "Kau harus tetap hidup. Kemampuan itu sangatlah jarang dimiliki orang dan juga sangat berguna. Saat kau bisa melihat spirit yang ada di alam sekitar, dan kau bisa berteman dengannya, kau bisa meminta bantuan mereka untuk membantumu bahkan untuk pertarungan sekalipun"[ Level up! ] [ New skill : Spirit Call ] [ Still here ]* Jadi inget Magi | |
| | | Oscar Senior
Posts : 830 Thanked : 13 Engine : RMVX Skill : Beginner Type : Writer
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-24, 07:04 | |
| [Tower Floor 2 - Library][9.30 AM]Singkat cerita, Leon, Leo, Daniel dan pria berbadan besar itu (Bozeck) pergi meninggalkan perpustakaan. Sementara aku, Arianne, Jupiter, Eleanor dan anak prempuan yang ternyata laki-laki itu tinggal disini. Valor pergi pulang ke desa menggunakan portal untuk membeli baju yang baru. Komandan Leon telah memberitahuku caranya untuk mengalahkan Luvius dan anak buah abadinya. Sebuah racun yang dapat menghambat laju regenerasi selnya, dan kita akan mengabisinya setelah Luvius terkena racun itu. Tapi bagaimana cara membuatnya? Akhirnya kupanggil beberapa alat peracik kimia dari domainku dan aku mulai mencampurkan ramuan-ramuanku. Selama aku sedang asyik berkutat dengan ramuan-ramuanku, anak laki-laki bernama Tierra Winhart itu duduk disampingku dan memperhatikanku. Aku meliriknya. "Eh... umm... ada sedang buat apa?" dia bertanya dengan lugu. "Ini ramuan untuk mengalahkan orang yang bernama Luvius itu. Tapi aku belum mencobanya." jawabku. "Oouu..."Tierra hanya memandangiku dengan penuh keingin tahuan. Beberapa saat kaemudian ia beranjak pergi. Aku melihatnya berjalan menuju ke seksi terlarang perpustakaan. "Hei tung..." aku berusaha mencegahnya namun tiba-tiba aku berubah pikiran. Komandan Leon tidak di sini, Lady Gretta pulang ke benteng. Jadi tidak ada yang tau kalau aku bisa masuk kedalam ruangan itu. Akhirnya kutinggalkan tabung-tabung reaksiku dan mengikuti Tierra. Anak itu berhenti di depan pintu seksi terlarang. Ia mencoba menyentuh pintunya tapi ia melonjak kaget. Sesuatu seperti menyengat jarinya. "Kenapa?" tanyaku. "Pintu ini dilindungi semacam mantra," katanya, lalu ia memejamkan mata dan mulutnya komat-kamit seperti merapal mantra. Tak lama kemudian, sebuah lingkaran sihir muncul di pintu itu. Lingkaran itu bersinar lalu menghilang. Cahaya yang tampak seperti pantulan gelobang air muncul di pintu itu, makin lama makin memudar dan akhirnya menghilang. "Kau sudah menghilangkan pelindungnya?" aku bertanya. Anak itu hanya mengangguk, lalu ia mendorong pintunya dan masuk. Ruangan itu berbentuk melingkar, rak-rak buku berjajar di pinggirnya. Ruangan itu gelap, hanya diterangi sepercik cahaya keunguan yang berasal dari tengah ruangan. Aku mencari dari mana sumbar cahaya itu. Aku sangat terkejut saat apa yang menjadi sumber cahanyanya. "Ini kan..." aku berjalan mendekati benda keunguan berbentuk tengkorak manusia yang melayang-layang di atas pillar setinggi satu meter itu. Ada bola-bola asap keunguan berputar berlarian mengitarinya. "Bukankah ini adalah tengkorak arwah?"Kenapa ada benda seperti ini di Eremidia? Bukankah ini hanya ada di Aldonia? Sebuah tengorak yang menyimpan jiwa-jiwa yang hilang. Merubahnya menjadi manna dan akhirnya bisa menciptakan sihir abadi. Sihir yang setara dengan kekuatan penciptaan. Sihir yang menggunakan nyawa manusia sebagai elemen dasarnya. Sihir yang hampir menghancurkan Aldonia dan semua makhluk hidup di dalamnya. Sihir yang dengan sombongnya menantang Sang Pencipta (The Creator, Tuhan yang disembah di Eremidia dan Aldonia). Kenapa benda itu bisa ada disini? Ku cuba meraih benda itu namun kekuatan tak terlihat telah mendorongku membuatku terpental jatuh. Suara jatuhku membuat Tierra terkejut. "Ada apa dokter?"Aku tidak menggubris Tierra. Wajahku masih pucat pasi melihat tengkorak itu. - skull of soul, artifak yang diambil dari lore Aldonia :
Skull of Soul: Tengkorak dari seorang penyihir peri bernama Faegwyhtr, seorang penyihir yang diberi anugerah manna tak terbatas oleh sang pencipta. Namun karena dia begitu sombong dia dikutuk menjadi seseorang yang abadi, tetapi masih bisa menua dan membusuk (Lich, kalo di fantasi umum). Faegwhytr berhasil dikalahkan, tubuhnya dihancurkan, namun kekuatannya masih tersisa di tengkoraknya.
Tengkorak itu bisa mencuri arwah seseorang dan menjadikan arwah itu sebagai elemen pengganti manna. Tidak seperti manna yang sihirnya hanya sementara, elemen itu bisa membangkitkan yang mati, menciptakan elemen baru secara permanen seperti api, air, bumi, dan elemen itulah yang disebut dengan "Nether".
Sekarang aku bisa mengerti kenapa Komandan Leon berusaha penuh untuk melindungi tempat ini. Tengkorak itu harus segera dihancurkan. Sebelum pria bernama Luvius itu mengambilnya dan menguak semua rahasia tengkorak ini, lalu menggunakan semua potensi penuh dari nether. [next still here] | |
| | | hyperkudit Pahlawan Super
Posts : 2288 Thanked : 30 Engine : RMXP Skill : Very Beginner Type : Artist
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-24, 08:07 | |
| [ Tower Floor 3 ] [ 9.00 AM ]Sebuah sengatan listrik seperti menyerang otakku. Rasa ngilu yang sama ketika aku menghadapi Seran. Ini buruk, kugeleng-gelengkan kepalaku, melihat Silva mengayunkan sabitnya, aku menghindar. "Apakah kau butuh kekuatan.... Manusia betina?"Suara lembut itu menggema dikepalaku, Seran kah? Kuabaikan suara itu, terus menghindari serangan Silva yang polanya sulit kutebak. Tiba-tiba wanita itu menghilang. Sebuah sayatan terasa dipunggungku, membuatku tersentak kedepan, lalu di lenganku. Apa yang terjadi? Aku bahkan tak dapat mengetahui dimana posisinya. Ini seperti... dia bergerak dengan sangat cepat, yang bahkan tak bisa ditangkap oleh mata manusia. Sayatan-sayatan tipis namun begitu perih, dia berencana menyiksaku secara perlahan. Aku tersungkur, memegangi bahuku yang terluka. "Cih, sayang sekali aku tak boleh membunuhmu, semenjak tuan Luvius menaruh perhatian padamu, aku benci jika ada wanita lain yang mendapat perhatian dari tuan Luvius!" Gerutu Silva. Mataku mulai kabur, tubuhku seperti tenggelam dalam sebuah semesta yang hampa. Sama seperti ketika pertamakali bertemu Seran. Ini... Jangan-jangan. Perlahan, kubuka mataku, kudongakan kepalaku. Sepertinya semua pengelihatanku begitu berbeda, Aku melihat segalanya dalam gerak lambat, dan tidak hanya itu. Bahkan aku mampu melihat dari perspektif yang berbeda. Tunggu... Ini bukan pertamakalinya, saat melawan ratu Antlion juga, ketika aku tersadar, tubuhku seolah bergerak sendiri dan penglihatanku seperti apa yang kualami saat ini. Kini, aku dapat melihat Silva, gerakannya begitu cepat, tapi entah mengapa.... Aku bisa membaca semua pergerakannya, aku bahkan mampu melihat gerakan terkecil sekalipun. Menghapal setiap gerakan dari tiap helai rambutnya. Seran... Apakah ini kekuatanmu? [New skill acquired : Eagle Eyes][Still Here] | |
| | | TheoAllen ♫ RMID Rebel ♫
Posts : 4935 Thanked : 63
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-24, 16:24 | |
| [ Tower Level 2 / Library ] [ Around 9.35 AM ]
"B-begitukah?" Aku semakin kebingungan. Jujur saja, aku masih belum terbiasa dengan ini. Semua yang kulihat terasa berbeda dari sebelumnya.
"Untung aku masih mempunyai uang sisa untuk membeli baju." Suara itu datang dari portal menuju ke desa itu. Aku melihat Valor muncul dari portal itu. Dia mengenakan baju yang tidak jauh berbeda dari sebelumnya.
"Err... kemana yang lain?" Tanya Valor kemudian. Aku pun juga baru sadar bahwa dokter Hazel dan laki-laki manis, Tierra Winhart tidak ada pada tempatnya.
"Mungkin mereka sedang jalan-jalan" Kata sister Eleanor santai sambil terus membaca buku yang dipegangnya.
Tak lama kemudian terdengar suara gaduh dari sebuah tempat di balik rak-rak buku. Aku tidak tahu pasti dimana tapi suara itu berasal dari sekitar situs terlarang. Aku membalikkan badanku, dan aku melihat sebuah aura gelap, pekat, dan kuat keluar dari balik rak-rak buku itu.
"Ada apa ini?" Tuan Ferey langsung beranjak pergi menuju sumber asal suara itu
[ Still here ] | |
| | | rnvis Novice
Posts : 148 Thanked : 0 Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Writer
Trophies
Awards: | Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-24, 17:59 | |
| [At Twilight Tower - Floor 2] [9.18 AM]
Walau kami telah bersiap untuk membantu Leo, dia sepertinya bisa mengalahkan mahluk itu dengan mudah. Tapi tetap saja.
"Jadi, bagaimana ini? Apa kita masih harus menolongnya?" tanyaku kepada Leon yang mengamati pertarungan itu.
"Anak itu dapat melewati berbagai tantangan, walau beberapa kali harus menggunakan 'ether' yang berbahaya itu. Aku masih tak mengerti bagaimana tubuh anak itu tidak rusak ketika menggunakannya tetapi jika analisaku benar, maka suplai ether-nya pasti sudah menipis belakangan ini."
"Aku juga berpikir seperti itu, aku tidak tahu kenapa 'ether' disini bisa sangat spesial walau di daerah asalku biasa dijadikan pemberat kertas tapi aku ragu ada tempat isi ulang benda itu disini."
"Jadi, kita tolong dia atau apa sekarang?" tanya Bozeck.
"Jika itu benar mahluk panggilan Luvius, maka mungkin ada siasat licik di baliknya. Itupun jika tidak ada, kita masih harus menolong Leo untuk memberinya kesempatan menang."
"Aku tidak enak merusak masa keemasannya sekarang."
"Biar aku yang akan menanggungnya nanti, kau tak usah permasalahkan itu. Ayo!"
Kami bertiga pun berlari ke arah monster itu, kelihatannya Leo menyadari keberadaan kami walau monster itu tidak melihat kami karena menghadap ke arah Leo.
"Kalian! Kalian tak perlu membantuku! Aku bisa menangani monster sialan ini sendiri!" teriak Leo.
Kami bertiga tentunya tak mempedulikan itu, dengan sigap kami berpencar ke tiga arah; aku ke kiri, Leon melompat ke atas sementara Bozeck menyerang bagian kanan monster itu. Mengeluarkan tomahawkku yang lebih efektif di pertarungan ini, aku menebas monster itu dengan cukup dalam, membuat beberapa darah keunguan muncrat keluar dari luka itu.
Diserang secara tiba-tiba tiga kali membuat mahluk itu mengerang kesakitan dan terjatuh walau tidak mati. Kami berlari ke depan Leo mengamil nafas atas serangan kami yang berhasil dengan sukses. Sekarang masalah kedua...
"Jangan bertindak ceroboh, jika tujuannyamu kesini adalah untuk menyelamatkan Nona Brausse maka ada baiknya kami membantumu untuk mempersingkat waktu!" kata Leon dengan tegas, tak sekalipun berbalik menghadap Leo namun terus menatap pergerakan monster berbentuk seperti badak itu yang sempoyongan untuk kembali berdiri.
"Atau... kau lebih menyukai mengikuti instingmu dan membunuh segala sesuatu yang kau lihat?"
Woah, Ice Burn. Leo tampak terkejut mendengar perkataan komandan Leon. Walau begitu, Leon tidak mengatakan apa-apa lagi dan kembali menyerang monster itu. Aku hanya melirik ke arah Leo sebentar sebelum ikut menyerang monster itu bertubi-tubi bersama Bozeck.
Kami bertiga menyerang monster itu, mengeluarkan isi-isi badannya yang bewarna gelap dan mencincangnya hingga kecil. Namun...
"Monster ini masih bisa bernafas!" seru Bozeck.
Kami semua memikirkan hal yang sama, apa mungkin, jika yang dikatakan Leon benar, apa monster ini abadi? Cih, mau tak mau--
SLASSH!!
Sebuah tebasan raksasa muncul di sekujur tubuh monster itu, aku mendongak ke atas. Leo sepertinya baru mengeluarkan sebuah jurus yang aku tak tahu namanya dan mendarat tak jauh dari situ.
"Kalahkan dia cepat!!" teriaknya.
Ah--
"Semuanya, cepat mundur ke belakangku! Aku punya rencana!!"
Mendengar itu, Leon, Bozeck, serta Leo berlari menuju ke arahku. Monster ini, dibantai secara tiba-tiba oleh empat orang kelihatannya tak bisa bergerak lagi walau samar-samar aku melihat organ tubuhnya beregenerasi.
Namun regenerasinya cukup lambat dan organ dalam tubuhnya tidak ikut kembali, jadi jika begitu...
Aku mengeluarkan wadah putihku yang kusimpan di saku dalamku. Menggunakan ibu jariku, aku membuka penutup wadah itu dan mengambil sesuatu dari dalamnya. Ya, sebuah spellcard bewarna merah zamrud.
"Sebuah Medium Magic?"
Tidak mengindahkan Leon yang kelihatannya sedikit meremehkan, aku menghafal sebuah mantra pendek untuk mengaktifkan sesuatu. Batas waktu sebelum serangan adalah lima detik, jarakku dan kepala mahluk itu hanya dua meter. Sempurna.
"RASAKAN INI!!"
Aku mengarahkan spellcard itu tepat ke wajah mahluk itu yang meraung sedari tadi. Sedetik kemudian, sebuah ledakan api raksasa berbentuk pilar menghantam mahluk itu dengan keras. Mahluk itu terus meraung sementara aku berusaha untuk terus mengarahkan spellcard itu ke arah mahluk itu.
"ROOOOOAAAAAAAAAARRRRR!!!!!"
Aku tak menyangka, hadiah pemberian Laura bisa seefektif ini. Aku mencoba mengingat surat yang dibawa bersamaan dengan wadah itu di bagian bawah tasku. Ah, betul. Semenjak 'insiden itu' aku diberi bonus yang cukup banyak, namun semenjak bonus itu dibagi merata dengan 'peserta insiden itu' aku mendapatkan hanya sedikit bagian.
Laura yang merasa bersalah mungkin memberiku ini sebagai ganti bonus itu. Ledakan api itu terus berlangsung selama 30 detik sebelum akhirnya mengecil. Leon dan yang lainnya pun mulai berjalan ke depan untuk melihat hasil ledakan itu: mahluk itu tak terlihat lagi, mungkin terbakar hingga menjadi abu atau kembali ke domainnya namun bekas tempat mahluk itu berada terdapat bekas hitam pekat yang mengeluarkan bau hangus.
"Luar biasa, aku tak menyangka sebuah Medium Magic dapat mengalahkan mahluk itu dengan muda."
"Aku tidak bisa menggunakannya sembarangan karena efeknya yang sangat destruktif bisa membunuh orang yang banyak. Aku masih punya empat lagi jadi kurasa tak ada masalah." jelasku kepada mereka.
Sebuah spellcard yang menampung sihir yang dikompres menjadi mana yang padat. Melafalkan sebuah mantra, mana yang dikompres itu lalu meledak dengan kekuatan yang dahsyat dan mengeluarkan efek sihir yang ada sebelumnya. Media yang biasa digunakan di tempat asalku, Krostsia namun efek-efek mereka tentunya tidak sedahsyat ini.
Mahluk itu dikalahkan dengan mudah, jadi kurasa kita akan lanjut ke lantai tiga sekarang.
[Still Here/OTW to Floor 3] | |
| | | hyperkudit Pahlawan Super
Posts : 2288 Thanked : 30 Engine : RMXP Skill : Very Beginner Type : Artist
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-24, 18:35 | |
| [ Tower Floor 3 ] [ 9.10 AM ]
Aku melihat semuanya, dari berbagai sudut, dengan efek gerak lambat. Secepat apapun Silva bergerak, jika aku bisa melihat tiap detil gerakannya, aku mampu menghindarinya.
Tapi... Aku tak begitu menyukai perasaan ini. Aku tak merasakan takut, aku tak merasakan gelisah... Lebih tepatnya, aku tak merasakan emosi apapun. Aku bertarung dengan perasaan hampa.
Tubuhku bergerak begitu saja ketika otakku mengolah data yang ditangkap secara visual dan suara. Membuatku menciptakan tindakan-tindakan cepat tanggap untuk menghindar dan membalas serangannya. Gaya bertarungku pun menjadi semakin efektif, tak banyak gerakan-gerakan mubazir karena ku tahu apa yang harus kulakukan.
Silva mengayunkan sabitnya dari samping, namun kutahan gagangnya, lalu kuputar tubuh wanita itu. Kutembak lehernya sampai isi magazine salah pistolku habis. Menciptakan lubang-lubang yang menembus sampai tenggorokannya.
Darah hitam mengucur, wanita itu terbatuk namun beberapa saat kemudian luka itu menutup kembali. Aku tak terkejut, kondisi ini sungguh tak nyaman bagiku. Emosiku seperti benar-benar mati.
"Cukup.. Silva, biarkan saja gadis itu. Mereka sudah berada disini, kita harus menemukan Gallea secepatnya!" Seru Luvius dibelakangku.
Silva melompat kearah Luvius, aku membidiknya, berusaha menembaki mereka. Namun sebuah cahaya remang keunguan menutupi tiga orang itu, lalu menghilang.
[Ellie Emotionless Mode]
[Still Here] | |
| | | Oscar Senior
Posts : 830 Thanked : 13 Engine : RMVX Skill : Beginner Type : Writer
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-24, 20:58 | |
| [Tower Floor 2 - Library] [9.35 - 10.00 AM]
Aku melihat artifak yang sejenis seperti di Aldonia di perpustakaan di ruangan terlarang, sebuah tengkorak arwah. Aku tidak pernah menyangka ada benda seperti itu berada di sini.
Aku bangkit berdiri dan melirik anak laki-laki manis itu. "Tierra, apa kamu mengenali benda ini?"
Tierra hanya menggeleng dengan wajah lugu dan tak berdosanya itu. Ia tidak merasakan takut seperti yang aku rasakan.
Jelas saja, ia belum melihat bagaimana tengkorak itu digunakan. Bagaimana tengkorak itu digunakan untuk memanggil badai api yang melahap desa. Membakar semua penduduk, rumah-rumah, tanaman dan ternak. Benda itu bisa menjadi senjata yang luar biasa jika dipakai oleh orang-orang abadi seperti Luvius.
Namun ada sesuatu yang menjanggal di pikiranku. Bagaimana Komandan Leon mengetahui ini semua? Bagaimana dia bisa mendapatkan informasi ini?
Satu-satunya cara untuk menghancurkan tegkorak ini adalah dengan kekuatan Aether (Ether) yang cukup besar. Cukup pancarkan Aether itu maka semua elemen Nether di dalam tengkorak itu akan hilang.
Tapi, bagaimana caranya memperoleh Aether sebanyak itu di Eremidia?
"Wahhh keren!" tiba-tiba seseorang menyeletuk.
"Valor?!" aku terkejut.
"Hei dokter benda apa ini?" Valor bertanya sambil berjalan mendekati benda itu.
"Jangan dekat-dekat kau akan...."
Valor tiba-tiba mengambil tengkorak itu degan mudah. Aku tidak sempat mencegahnya.
Aku terkejut, aku tidak percaya dengan apa yang kulihat. Tengkorak Arwah, yang entah bagaimana dilindungi oleh kekuatan tak terlihat, diambil begitu saja dengan mudah oleh anak itu.
"Wogh keren, asap-asapnya berputar-putar," kata Valor dengan wajahnya yang tak berdosa. Ia mengocok-ocok tengkorak itu lalu ia menoleh ke arahku. "Hei dokter, ini apa sih?"
Aku hanya menelan ludah, aku tidak bisa berkata apa-apa.
"Dokteerrr... ini apaaaa?" Valor sedikit membentakku membuatku tersadar dari guncanganku.
"Itu... itu... hmph..." aku mendesah, lalu kujelaskan bagaimana tengkorak itu bekerja dan bagaimana cara menghancurkannya.
"Heee?... Benda keren seperti ini punya kekuatan serem seperti itu?" kata Valor tidak percaya.
Sungguh, aku tidak mengerti dengan bocah ini, dia begitu lugu, begitu tak berdosa, dan sepertinya dia tidak pernah menyadari jika ada benda aneh, pasti ada cerita di balik itu semua.
Aku mengangguk. "Tapi sekarang kita harus pikirkan bagaimana cara menghancurkannya."
"Menghancurkan? Mudah saja aku tinggal melakukannya dengan ini," kata Valor sambil menarik kapak dari punggungnya.
Ia lalu memukulkan kapaknya ke tengkorak itu, namun tengkorak itu tidak hancur, bahkan tidak tergores sama sekali.
Valor hanya bengong, lalu dipukulkan lagi kapaknya. Tetap tidak ada perubahan. Ia memukulkannya lagi berkali-kali bahkan ia sampai menarik kapak satunya tetapi tengkorak itu tetap utuh dan tidak tergores sama sekali. Akhirnya Valor menjatuhkan kapaknya dan bernafas terengah-engah.
"Sial... keras banget tengkorak ini," katanya dengan nafas terputus-putus.
"Senjata biasa tak akan mampu menggoresnya," sahutku.
"Aku tau cara menghancurkan benda ini," kata suster yang tiba-tiba nongol, Arianne berdiri di belakangnya.
"Bagaimana bisa? Kita membutuhkan Aether yang sangat banyak untuk mengancurkannya," jelasku pesimis.
"Aku merasakan kekuatan Aether yang cukup besar di menara ini," jelas suster itu. "Sepertinya sumbernya berada di lantai berikutnya."
"Jadi kita akan menyusul komandan?" tanya Tierra.
"Jangan!" aku buru-buru menyela. "Kita harus mencari rute yang berbeda. Komandan Leon tidak boleh tahu kalau kita telah merambah seksi terlarang perpustakaan. Aku yakin pasti ada banyak pintu untuk menuju ke sana, dan aku punya kuncinya."
"Oh, jadi kita akan berpetualang lagi? Sip ~lah, badanku sudah terasa pegal tiduran terus," kata Valor bersemangat. Aku melihat Arianne tersenyum sambil melihat Valor.
"Oke, sekarang kita cari sesuatu untuk menutupi tengkorak ini," kataku.
"Kau bisa memakai jubahku," kata Jupiter yang tiba-tiba datang. Ia melepaskan ikatan jubahnya dan memberikannya pada Valor. Lalu, Valor membungkus tengkorak itu lalu mengikatkan bungkusan itu di tubuhnya.
"Tenang saja, jubahku memiliki sihir yang cukup kuat untuk mencegah kekuatan sihir. Jadi kurasa jubahku akan menghilangkan aura yang dipancarkan tengkorak itu," jelas Jupiter.
"Ya, dia benar. Jubah itu berhasil menetralisir Nether yang keluar dari tengkorak itu, aku bisa merasakannya," tambah suster elf yang bernama Eleanor itu.
"Baiklah, berarti kita tinggal berjalan ke lantai tiga dan menghancurkan benda ini," simpulku. "Ayo kita berangkat!"
[next: tower floor 3 alternative entrance] | |
| | | richter_h Salto Master Hancip RMID
Posts : 1705 Thanked : 30 Engine : Other Skill : Skilled Type : Developer
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-24, 22:22 | |
| [Twilight Tower floor 1]
Ku kembali ke menara terkutuk ini. Sekarang, mayat hidup yang memenuhi lorong menara yang gelap dan mencekam. Kubalas dengan hantaman Stormhammer saat mereka mulai menyerangku, tapi makin kuhantam makin banyak yang muncul kembali dari belakang gelombang mayat hidup dan sekarang ditambah tulang-tulang yang hidup kembali.
Saat asaku mulai hilang, kampak dan paluku sudah berlumuran darah dari mayat-mayat hidup itu, tiba-tiba...
"O Almalakh, cleanse this land from those unholy abominations!" "Magic Missile Rain!!"
Banyak sekali cahaya muncul dari langit-langit dan menghantam lantai lorong, menghabisi dan membakar semua mayat-mayat hidup itu dalam sekejap. Sensasi ini, seperti hawa keberadaan seorang dewi yang memenuhi seisi lorong. Dan dari ujung lorong muncul dua sosok yang makin lama makin mendekatiku. Tunggu. Itukah... malaikat?
....
Asumsiku salah. Walau memang salah satunya adalah sosok gadis bersayap layaknya malaikat, yang satunya lagi menutupi dirinya dengan jubah yang sudah compang-camping. Dan tidak lama kemudian, sosok gadis bersayap itu mengucap...
"Anda tidak apa-apa?"
Ku bangkit dan ingin sekali memutus rasa penasaranku dan bertanya,
"Kau... Tunggu. Kau tadi meneriakkan suatu nama; Almalakh. Apa kau..."
Sosok berjubah itu mengangguk, memberi isyarat tanda ya padaku. Ku tidak percaya, salah satu legenda Eremidia masa lampau sedang berdiri didepanku. Tidak salah lagi, seperti yang orang-orang yang pernah berada di Grace Island saat Grace Crisis, ciri-ciri itu, sayap itu, wajah itu...
Nella Shadowind tepat dihadapanku.
Lantas, sosok berjubah itu mengeluarkan sebuah buku besar dari balik jubahnya. Buku itu bersinar, dan sosok Nella itupun bersinar dan perlahan-lahan hilang dari hadapanku. Hanya satu orang yang muncul di benakku, dengan buku besar dan sosok pahlawan masa lampau...
"Kau, Summoner dari Grace Island?"
Sosok itu lantas membuka penutup kepalanya. Terlihat samar-samar wajah gadis berkacamata, menatapku dengan tatapan penuh keyakinan. Ku tidak tahu apa yang orang seperti sang Summoner ini lakukan di menara terkutuk ini, yang jauh dari Grace Island. Yang kutahu, setelah Grace Crisis, Summoner melanjutkan perjalanannya kembali, menjelajahi daratan Forumia yang luas ini. Tapi ku tidak menyangka dia akan muncul di sini, di Twilight Tower.
Gadis itu mengangkat buku besar itu, dan tatapannya seolah-olah ingin melakukan sesuatu dengan buku itu di menara ini. Entah apa yang dimaksud, tapi mungkin ini menyangkut tentang buku besar tersebut; Summoner's Book, buku yang bisa memanggil pahlawan masa lampau Eremidia. Kutawarkan pilihan untuk kutemani dia dalam perjalanannya kali ini, dan dia mengangguk. Sekarang, ku bersama gadis Summoner ini melangkahkan kaki menuju ke lantai dua menara...
[Twilight Tower floor 2 with the Summoner]
note: sorry kalo plotdestructive, tapi ane udah pikirin ini mateng2 selama 2 hari sambil mantengin progress Ellie (kudit) dkk di Twilight Tower. note2: kayaknya ngga bakalan ada encounter ma karakter laen kecuali kalo ada request. ane ngambil path beda dan pake Cloak of Shadow. | |
| | | hyperkudit Pahlawan Super
Posts : 2288 Thanked : 30 Engine : RMXP Skill : Very Beginner Type : Artist
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-24, 22:34 | |
| [ Tower Floor 3 ] [ 9.20 AM ]
Kuseka keringat di pipi dengan lengan syalku. Aku bahkan tak merasa lega, aku berjalan menyusuri lorong besar dengan tatapan kosong. Walau begitu aku bisa melihat semuanya, bahkan yang berada dibelakang kepalaku.
Kemampuan melihat ke segala penjuru, kemampuan untuk melihat setiap detil gerakan. Sebuah kekuatan yang sempurna untuk seorang intel ataupun informan, persis seperti yang dikatakan Leon.
Tapi... Aku tak mampu merasakan emosi layaknya manusia. Aku ingin bernafas lega, namun aku tak mampu melakukannya. Aku ingin merindukan orang-orang yang kusayangi, tapi aku tak tahu bagaimana caranya. Kudengar langkah kaki, cukup jauh. Tapi aku bisa melihat sosok pria berambut merah dibelakangku, walau sebenarnya tak perlu, aku tetap berbalik. Memastikan bahwa yang kulihat memang benar-benar Leo.
Ingin kurasakan haru dan senang, tapi... Aku tak mampu mengingat bagaimana rasanya.
"Bodoh! Apa yang kau lakukan disini, kau bisa saja terbunuh!" Ujar Leo sembari menggenggam bahuku.
Aku menoleh kearah samping, perlahan. Seharusnya aku merasa bersalah, merasa terharu ataupun bahagia. Leo datang karena khawatir padaku. Tapi aku tak bisa, walaupun ingin sekali merasakannya.
"E-Ellie.. Ada apa?"
"Maaf karena membuatmu khawatir, tapi aku tak apa-apa." Gumamku datar.
Leo melepaskan tangannya, dia mundur perlahan, mungkin sedikit terkejut. "Apa yang terjadi padamu?"
"Aku juga tak tahu."
Aku berbalik, berusaha berjalan menjauh dari lelaki itu, namun dia menarik tanganku, membuatku memegang wajahku kuat-kuat.
"Ini bukan Ellie yang ku kenal, kau... bukan Ellie!"
Mataku terbuka lebih lebar, tapi perasaan hampa ini membuatku tak dapat merasakan sakit hati.
"Ya... Kurasa kau benar, aku bukan Ellie."
Hanya itu yang bisa kukatakan, membuatnya terdiam seribu bahasa. Leo tak salah, saat ini... Aku memang bukan diriku seperti sebelumnya.
[Still Here] | |
| | | TheoAllen ♫ RMID Rebel ♫
Posts : 4935 Thanked : 63
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-25, 10:19 | |
| [ Tower level 2 / Library ] [ 9.30 - 10.00 AM ]
Melihat tuan Ferey yang tiba-tiba saja menuju asal kegaduhan itu, disusul oleh Valor dan Eleanor, aku pun ikut bangkit untuk menyusulnya. Walau sedikit sempoyongan, tapi setidaknya aku sudah bisa mengatur keseimbangan tubuhku.
Aku menjenguk ke sebuah ruangan. Aku tidak salah lagi, ruangan itu adalah ruangan yang dilarang oleh komandan Leon untuk dimasuki siapapun. Aku melihat disana sebuah tengkorak yang diselimuti aura gelap dan pekat. Aku tidak suka benda itu. Entah kenapa instingku mengatakan bahwa aku tidak boleh terlalu dekat dengan benda itu.
"Wahhh keren!" Valor tiba-tiba saja tertarik dengan benda itu. Buru-buru dia bergegas menuju benda itu.
Dokter Hazel terlihat melarang Valor untuk memegangnya. Jika aku mengamati lebih cermat lagi, entah kenapa aura dalam tubuh Valor seperti mereflek aura gelap yang terpancar dari tengkorak itu. Valor memegang tengkorak itu. Dan kulihat dokter Hazel seperti kebingungan karenanya.
Dokter Hazel menjelaskan hal tentang tengkorak itu dan dia berkata tengkorak itu harus segera dihancurkan. Berbagai cara dilakukan seperti membanting, memukulnya dengan kapak, bahkan dua kapak sekaligus. Valor mulai berputus asa.
"Aku tau cara menghancurkan benda ini," kata Eleanor yang sedari tadi berdiri memantau didepanku
"Bagaimana bisa? Kita membutuhkan Aether yang sangat banyak untuk mengancurkannya," balas dokter Hazel dengan nada yang seperti putus asa.
"Aku merasakan kekuatan Aether yang cukup besar di menara ini," jawab Eleanor kemudian. "Sepertinya sumbernya berada di lantai berikutnya."
"Jadi kita akan menyusul komandan?" timpal Tierra di salah satu sudut ruangan.
"Jangan!" dokter Hazel buru-buru menyela. "Kita harus mencari rute yang berbeda. Komandan Leon tidak boleh tahu kalau kita telah merambah seksi terlarang perpustakaan. Aku yakin pasti ada banyak pintu untuk menuju ke sana, dan aku punya kuncinya."
"Oh, jadi kita akan berpetualang lagi? Sip ~lah, badanku sudah terasa pegal tiduran terus," sahut Valor dengan semangatnya. Kurasa aku sudah tidak perlu lagi menghawatirkan keadaan Valor saat ini. Aku hanya tersenyum melihat kelakuan Valor. Yah, inilah Valor yang seharusnya aku kenal.
Tak lama kemudian persiapan pun selesai. Tengkorak itu dibungkus oleh jubah tuan Ferey. Aku tidak melihat ada aura gelap lagi keluar dari tengkorak itu. Setidaknya aku merasa lebih aman. Sepertinya jubah tuan Ferey mempunyai sebuah kemampuan spesial.
"Anne, kau ikut dengan kami. Aku yakin kemampuan barumu akan berguna bagi kami." Tuan Ferey mengajakku.
"Hei, hei, tunggu. Anne masih terluka." Sister Eleanor menyela.
"Tenang saja, aku akan melindunginya. Aku berjanji" Tuan Ferey meyakinkan Eleanor. Eleanor hanya bisa menghela nafas panjang.
"Baiklah semuanya, jalan alternatif ini tidaklah mudah. Beberapa diantaranya dijaga oleh makluk-makluk penjaga. Aku tidak sengaja menemukannya saat aku pulang ke desa semalam kemarin." Dokter Hazel memberi peringatan
[ Next : Alternative way to floor 3 ] | |
| | | hyperkudit Pahlawan Super
Posts : 2288 Thanked : 30 Engine : RMXP Skill : Very Beginner Type : Artist
Trophies
Awards:
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-25, 16:03 | |
| [ Tower Floor 3 ] [ 9.30 AM ]
Masih dengan tatapan penuh curiga, Leo mengikutiku dari belakang. Berjalan mengekor kedalam sebuah ruangan besar, seperti sebuah aula. Aku menjatuhkan pantatku, duduk dilantai. Kutegak air minum untuk melepas dahaga, kutawarkan itu kepada Leo, namun tak ada respon.
Sungguh suasana yang aneh, pada dasarnya kami berdua adalah orang yang cerewet dan berisik, tapi sudah selama ini, kami saling terdiam satu sama lain. Aku mengeluarkan perban dari tas kecil yang menyimpan P3K. Membalut lukaku di lengan kanan, cukup sulit karena aku harus menggunakan lengan kiriku dan mulut.
Tiba-tiba, Leo menarik lenganku, dia mengambil alih perban itu. Membalut lukaku dengan apik. Aku hanya bisa menatapnya dengan datar, masih tak bisa mengingat perasaan senang yang seharusnya kurasakan.
"Leo... Kau tak boleh mempercayai siapapun, terutama Leon." Gumamku.
Pria berambut merah itu menoleh kepadaku, tidak mengangguk, tidak terlihat heran. Semenjak bertemu aku memang tak terlalu menaruh kepercayaan penuh terhadap Leon. Terlebih semenjak insiden di perpustakaan. Begitu banyak kejanggalan dan keanehan disekitar orang itu, aku yakin. Dia memiliki maksud tersembunyi dibalik semua ini. Begitupula dengan Daniel, aku tak tahu mengapa, hanya saja dia terlihat begitu penuh dengan kebetulan, dan aku tak percaya itu adalah kebetulan belaka.
"Dan... Kau tak bisa percaya sepenuhnya kepada Valor."
Kali ini Leo terbelalak kaget, wajar saja. Valor adalah teman kami, sebenarnya aku mulai dipenuhi oleh pemikiran-pemikiran paranoid, penuh kecurigaan. Kepada Eleanor, dokter Hazel... Bahkan Arianne.
Tiba-tiba kepalaku seperti disengat listrik, pandanganku mulai kabur. "Aaaaaaarrrhh!!"
Leo sangat terkejut dan berusaha menenangkanku. Perlahan penglihatanku berangsur menjadi normal, seperti biasanya lagi. Bisa kurasakan semua perasaan yang berkecamuk dalam hatiku. Tanpa kusadar mataku mulai basah, aku bisa merasakannya...
Aku, kembali menjadi manusia.
[Still Here]
| |
| | | rnvis Novice
Posts : 148 Thanked : 0 Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Writer
Trophies
Awards: | Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-25, 18:59 | |
| [Twilight Tower - Floor 3] [Around 9.15 AM]
"Kalian cukup membantuku sampai sini, aku berjanji akan membawa Ellie kembali."
"Aku percaya kepadamu, namun aku juga mempunyai urusan tersendiri di lantai tiga menara ini. Menyerang sendiri-sendiri akan berbahaya sekali untuk saat ini, dan diantara kami aku sangat yakin cuma kau yang dia percaya ." ujar Leon.
Dengan sebuah anggukan, Leo pun berjalan, entah kenapa dia sepertinya tidak terlalu banyak berpikir ketika mengambil arah. Apa dia sudah tahu lokasi Ellie sekarang atau jangan-jangan dia sangat bodoh sehingga mengikuti insting saja?
Itu dan fakta mengejutkan bahwa Leon sepertinya mengetahui bahwa reputasi-nya diantara beberapa penjelajah tidak terlalu bagus.
"Jadi, urusan apa yang kau punya disini komandan?" tanyaku kepada Leon.
"Ingat pembicaraan kita tentang kolegaku yang berada disini untuk mencari racun ratu laba-laba Arachne? Jika tebakanku benar, maka kedua orang itu pastinya mendirikan sebuah camp dekat sini, mungkin di sebuah titik aman seperti perpustakaan di lantai dua."
Hrm, jadi begitu? Leon ingin mengecek kolega-nya ini sepertinya.
"Untuk sekarang kita akan memanuver agar tidak menemui terlalu banyak monster. Jenis-jenis monster disini mempunyai perlindungan yang cukup kuat dan beberapa diantaranya memiliki kulit seperti berlian, satu-satunya kesempatan kita adalah menggunakan senjata tumpul seperti milik Nona Stanford dan milikmu." jelas Leon sambil mengangguk ke arah Bozeck.
"Tunggu sebentar, anda sepertinya mempunyai pengetahuan tentang monster yang ada di lantai sini. Apa itu berarti, kolega anda ini sempat mengirim intel ke benteng anda?" tanya Bozeck.
Harus kuakui orang ini mempunyai pemikiran yang cukup tajam. Kami kembali melakukan hal yang sama ketika mengelilingi lantai dua; membentuk formasi dan mengurangi titik buta semaksimal mungkin, kali ini berjaga-jaga untuk menghindari monster yang mungkin akan datang.
Kondisi geografis di tempat ini jauh berbeda dari lantai satu yang polos atau lantai dua yang seperti reruntuhan kuno. Disini lantai-nya sangat keras dan beberapa pilar-pilar keemasan raksasa menjulang tinggi dengan kokoh ke langit-langit.
"Tunggu komandan, jika apa yang dikatakan roh di tombak ini sebelum pergi benar. Maka pastinya ada roh semesta yang menjaga tempat ini bukan?"
"Aku tak tahu pasti, tapi menurut intel terakhir yang dikirim oleh unit disini mereka berhasil mendapat kontak dengan roh semesta di lantai ini dan juga..."
Leon melirik ke arahku dan Bozeck dan berkata: "Menurut intel itu juga mereka bilang mereka berhasil menemukan sebuah jalan rahasia menuju lantai dua. Itu dan bahwa pemimpin mereka sangat kompeten membuatku tidak khawatir, tapi..."
"Apakah itu pos mereka?"
Aku dan Leon menghentikan percakapan kami dan melihat ke arah yang ditunjuk Bozeck. Disana, sebuah perkemahan kecil terletak diantara beberapa pilar, membuatnya menjadi tempat persembunyian yang cukup aman dan ditengah situ berdiri jampi-jampi Eremidia yang berkibar pelan.
Semoga ada orang yang berhasil selamat disana.
[Next: Survivor's Camp/Exit of Alt. Way to F3] | |
| | | atlanteeianprojecta Novice
Posts : 237 Thanked : 3 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Writer
Trophies
Awards: | Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower 2013-09-26, 20:46 | |
| [At Twilight Tower - Floor 3 (some scene skipped]...
"Bodoh! Apa yang kau lakukan disini, kau bisa saja terbunuh!" Kugenggam baunya, kuharap tolehan darinya serta menunggu kata-kata "aku baik-baik saja" dari mulutnya.
Tapi anehnya, dia terlihat tampak berbeda.
"E-Ellie.. Ada apa?"
"Maaf karena membuatmu khawatir, tapi aku tak apa-apa." Katanya, seperti tidak terlihat serius atau... dia benar-benar berekspresi datar. Kulepaskan tanganku yang sebelumnya menggenggam bahunya. Woi... apa-apaan ini? Apa yang sedang merasukimu, Ellie?
"Apa yang terjadi padamu?"
"Aku juga tak tahu." Jawabnya
Dia berbalik mengacuhkanku. Tidak terima, aku menarik tangnnya dan mendekatinya.
"Ini bukan Ellie yang ku kenal, kau... bukan Ellie!"
Aku jadi muak melihatnya seperti ini. Rasanya ingin aku menamparnya, tapi...
"Ya... Kurasa kau benar, aku bukan Ellie." Kata-katanya membuatku terdiam. Jadi... apakah dia marah padaku...? Atau karena aku terlambat menolongnya. Sial! Apakah ini pertanda bahwa aku lemah, selalu terlambat, dan...tidak bisa diandalkan? [Didalam pikirannya]
Setelah dipikir-pikir, seharusnya aku membiarkannya seperti itu. Toh, aku juga bukan siapa-siapanya. Bahkan aku hanya mengenalnya selama beberapa hari. Meski sekarang dia menganggapku lebih dari teman, aku tidak pernah menganggapnya lebih dari itu. Bahkan lebih baik aku harus menghindarinya.
"Apa maksudmu, Leo? Bukannya sebelumnya kau bilang kalau kau tidak akan meninggalkan teman-temanmu?"
"Dia... tidak lain hanyalah penggangu. Disamping dia tidak cocok denganku, dia juga... Seharusnya dia tidak pernah bertemu denganku."
"Kau teringat dengan adikmu ya?"
"Bisa dibilang begitu, tapi tetap saja dia bukan siapa-siapaku. Seharusnya aku bisa menerima kelakuan yang ditunjukkannya kepadaku (sifat tanpa ekspresi)" "Oh anak muda, kau sedang berada dalam permainan cinta.""apa maksudmu?""Ah tidak, lupakan saja. Hahaha... "Beberapa saat kemudian aku tersadar dari lamunanku. Ternyata aku tertinggal jauh oleh Ellie yang telah duluan berjalan pergi. Berlari dan mengikutinya. Kemudian kami menemukan sebuah ruangan besar. Kemudian Ellie duduk di lantai sambil meminum air yang dibawanya. Setelah itu Ellie menawarkan minumannya kepadaku, tapi aku hanya diam saja.Apakah aku juga harus diam saja? Aku rasa ya, sikapnya yang menjengkelkan itu membuatku muak. Bila kau sudah tidak mempedulikanku, tidak masalah. Aku juga tidak peduli. Kemudian Ellie mengeluarkan perban untuk membalut luka di lengan kananya. Terlihat dia kesulitan membalut lukanya dengan tangan kiri dan mulutnya.Apa aku harus membantunya? Tidak, untuk apa aku menolongnya melakukan hal yang mudah seperti itu.Tapi... aku rasa aku harus...Aku membantunya membalut lukanya, tapi tetap dibalasnya dengan ekspresi datar nan membosankan itu lagi.
"Leo... Kau tak boleh mempercayai siapapun, terutama Leon." Katanya dengan pelan. Tapi kubiarkan, aku tidak peduli ketika dia berbicara sesuatu yang tidak penting. Meski aku juga harus mengingat perkataan itu sebagai peringatan juga bahwa aku harus waspada pada Leon. "Dan... Kau tak bisa percaya sepenuhnya kepada Valor."Aku mendadak kaget, ternyata bicaranya ngelantur hingga kelebihan batas. Woi, kau sudah kerasukan apa? Apakah ini juga perbuatan si necromancer sialan itu?
"Aaaaaaarrrhh!!"
Ellie menjerit, aku tidak tahu kenapa tapi dia seperti kesakitan. Dia memegangi kepalanya.
Beberapa saat kemudian dia berhenti menjerit dan melepaskan tangannya dari kepalanya. Anehnya, dia terlihat menangis setelah itu.
"Ellie, kau baik-baik saja?"
"Aku... aku merasakannya... Aku bisa merasakannya!" aku tidak tahu apa yang dikatakannya. Air matanya masih mengalir, lalu kemudian dia mulai memelukku.
"Woi... woi, apa yang kau lakukan?! Lepaskan bodoh!" Kelihatannya kata-kataku tidak dipedulikannya, malah pelukannya semakin erat. Membuatku sesak dan tidak bisa bernapas.
"Arghhh... Lepaskan! Aku tidak bisa bernapas, c*k!" Note: Monggo buat kak superkudit, tolong di godmod. (Ato siapa aja yang ada hubungannya sama kejadian ini) | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower | |
| |
| | | | [Roleplay] Eremidia: Dungeon!: The Twilight Tower | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| Latest topics | » [Web Novel] Gloria Infidelis by LightNightKnight 2016-11-17, 21:27
» [Announcement] Forum baru untuk RMID by TheoAllen 2016-08-25, 16:39
» Where I'm Wrong ? by ReydVires 2016-07-24, 16:10
» flakeheartnet's Resources part III by flakeheartnet 2016-07-08, 14:30
» Keira's Art Warehouse by KeiraBlaze 2016-06-28, 19:27
» Theo Core Time System + Bingung by Lockin 2016-06-27, 16:24
» Error Script, Maybe ? by Lockin 2016-06-27, 16:20
» Nusaimoe @ RMID Lounge by Jihad Bagas 2016-06-21, 05:02
» Call Random Battle by Lockin 2016-06-15, 17:04
» Flakeheartnet Resources Part II [come back gift] by flakeheartnet 2016-06-07, 15:51
|
Statistics
|
Members: [ 4947 ]
Topics: [ 8258 ]
Posts: [ 112606 ]
Newest member: [ https://rmid.forumotion.net/u4968 ]
|
|
|
|