Chapter 3 : Milodia Menghilang Keesokan harinya, tubuh Ophelia sudah hampir sepenuhnya pulih. Bagian atas dan tengah tubuhnya dililit perban yang cukup tebal. Ophelia berniat akan segera melanjutkan perjalanannya untuk memburu Gryn. Ia harus segera pergi mengejar Gryn sebelum kehilangan jejaknya. Ophelia pun mulai melatih tubuhnya untuk persiapan melawan Gryn kembali. Pagi itu, di halaman belakang rumah yang cukup luas, Ophelia melatih ilmu sihirnya.
Elrad yang saat itu kebetulan lewat langsung terkesima, ketika melihat aura sihir putih menyilaukan terpancar keluar dari tubuh Ophelia. Ia kagum, penasaran dan juga ketakutan, ketika mengetahui bahwa wanita yang ditolongnya kemarin malam ternyata mempunyai kekuatan sihir yang sangat besar. Perlahan Elrad mendekati Ophelia, bermaksud untuk melihat aura sihirnya lebih dekat.
“Illuvatar…”
Seketika itu Elrad menghentikan langkahnya. Ophelia yang daritadi terlihat diam dan berkonsentrasi tiba-tiba bersuara.
“Kekuatan ini adalah berkah dari Illuvatar, kekuatan yang hanya dimiliki oleh para Believer.”
Elrad mulai melemaskan tubuhnya yang tegang, ia mencoba untuk mengendalikan dirinya.
“Believer…? Maksudmu… para pendeta dari Chrono Reis…? Tapi, bukankah kau adalah seorang Ksatria Anima…?” Tanya Elrad dengan kening yang berkerut.
Ophelia mulai menghilangkan aura sihirnya lalu mengalihkan pandangannya kepada Elrad, “Aku memang seorang ksatria Anima, tapi diam-diam aku juga mempelajari ajaran Believer. Jika bukan karena panggilan takdir, mungkin sekarang aku sudah menjadi seorang Believer dan tinggal di tempat suci kuil Chrono Reis.”
Elrad berpikir sejenak, “mengapa kau harus mengikuti takdir…? kau mempunyai pilihan untuk menolaknya…!”
Ophelia tersenyum, “Kau tidak mengerti Elrad, kita mempunyai tujuan hidup didunia ini, dan takdir akan memperlihatkan jalannya. Kita mempunyai tugas yang harus diselesaikan, tugas yang diberikan oleh Anima kepada kita saat kita lahir. Tugasku adalah menjadi seorang ksatria Anima dan menciptakan ketenangan di dunia ini. itu adalah alasan mengapa aku diciptakan.”
“Tidak. Kau yang tidak mengerti…! dulu ayah pernah berkata kepadaku, manusia bebas ketika ia dilahirkan…! Tidak ada yang dapat menghalangi kebebasan kita…! Aku tidak percaya dengan takdir atau tanda lahir sialan ini…!” setelah mengatakan itu Elrad segera pergi. Meninggalkan Ophelia yang perlahan mengadahkan kepalanya ke langit.
Bocah keras kepala. Tapi aku suka itu.
***
Di atas bangku meja makan, Elrad masih memikirkan kata-kata yang keluar dari mulut Ophelia. Entah mengapa kata-kata itu langsung mengingatkan Elrad kepada almarhum ibunya, yang meninggal karena menjalankan tugas sebagai seorang ksatria Anima. Dulu Elrad pernah sangat membenci ibunya, karena telah meninggalkan ia dan ayahnya demi menjadi seorang ksatria Anima. Namun setelah tahu ibunya telah tiada, Elrad tak dapat lagi membencinya. Yang ada hanyalah rasa penyesalan karena ibunya lebih memilih takdir dibandingkan keluarganya sendiri. Hal tersebut membuat Elrad bersumpah untuk tidak mengikuti kesalahan ibunya, ia lebih memilih untuk hidup bersama “keluarganya” dibandingkan pergi ke Chrono Reis dan menjadi seorang ksatria Anima.
Tak lama kemudian Ophelia masuk ke ruang makan dari pintu belakang. Elrad melirik Ophelia, namun pandangan Ophelia lurus tanpa menengok Elrad sama sekali. Langkahnya terhenti ketika Shion menyapanya.
“Selamat pagi. Makanan untukmu telah kusediakan.”
Ophelia sedikit tersenyum, “Tidak usah repot-repot, aku tidak lapar.”
Shion mengangguk kecil, “Baiklah, tapi tidak usah sungkan untuk mengambil makanan dari meja kami.”
Ophelia kembali tersenyum, “Kalian telah sangat baik kepadaku, aku tidak tahu bagaimana caranya untuk berterima kasih.”
“Tidak usah dipikirkan, kami senang melakukan hal yang baik.” Ucap Shion.
“terima kasih.” Balas Ophelia singkat.
Ophelia kembali melangkah namun terhenti saat akan meninggalkan ruang makan.
“Elrad, bisa ikut aku…?” pinta Ophelia tanpa menoleh.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Elrad berdiri lalu mengikuti Ophelia. Sementara Shion pergi ke kamar Milodia untuk membangunkannya.
***
Elrad tiba di kamar Ophelia, ia melihat Ophelia sedang mencari sesuatu di kantong bajunya yang robek. Setelah menemukan benda yang dicarinya, Ophelia segera menghampiri elrad.
“Kau tahu benda ini…?”
Ophelia memperlihatkan sebuah benda aneh berbentuk lingkaran pipih dengan kristal berwarna ungu ditengahnya.
Elrad memperhatikannya dengan keheranan, “Apa ini…?”
“Ini adalah dimension storage, sebuah alat yang diciptakan oleh para peneliti Alraviz.”
Elrad masih terlihat kebingungan, “Apa artinya…?”
Ophelia tersenyum, “sebenarnya bukan alat ini yang ingin kuperlihatkan…”
Ophelia menyentuh bagian tengah dimension storage dengan jarinya, lalu tiba-tiba keluar pancaran cahaya ungu bersamaan dengan sebuah benda yang terihat seperti sebuah tongkat sihir. Elrad hanya dapat menganga ketika melihat tongkat sihir panjang keluar dari sebuah benda kecil.
“Dimension storage adalah alat yang hanya dimiliki oleh orang tertentu, termasuk para ksatria Anima. Tidak semua orang dapat memilikinya karena benda ini tidak dijual bebas. Tapi terkadang pasar gelap di Dior menjual benda ini, namun harganya sangat mahal.” Ophelia berusaha menjelaskan.
“Lalu apa hubungannya denganku…?” Tanya Elrad.
Ophelia meletakan dimension storage diatas meja lalu mendekatkan tongkat sihir yang digenggamnya kearah dada elrad.
“Dan ini adalah tongkat berbisik, terbuat dari kayu pohon terlarang Ikonoka. Dengan tongkat sihir ini aku dapat berkomunikasi dengan isi hati seseorang…” Ophelia memejamkan matanya dan menyentuhkan tongkat berbisik ke dada Elrad.
“H-hei, apa yang kau lakukan…?!” Elrad segera menepis tongkat kayu tersebut.
Ophelia membuka matanya, “aku mengerti…”
Alis Elrad terangkat sebelah, “apa yang kau mengerti…?”
“Alasanmu, alasan sebenarnya mengapa kau tidak ingin menjadi ksatria Anima.” Ophelia berjalan pelan dan mengembalikan tongkat berbisik ke Dimension storage.
Elrad hanya terdiam menunggu Ophelia melanjutkan kata-katanya.
“Kau tidak ingin meninggalkan Milodia dan Shion, satu-satunya keluargamu saat ini. sepertinya kematian ibumu telah mengajarkanmu sesuatu, Elrad.” Ucap Ophelia.
“i-itu bukan urusanmu…!” sergah Elrad. “Lagipula aku tidak pernah mengijinkanmu untuk berkomunikasi dengan isi hatiku…!” Elrad meninggikan nada suaranya.
Ophelia menghiraukan kata-kata Elrad, “kehidupan didunia ini hanya sementara, jika kau mati maka jiwamu akan melayang terbang ke angkasa dan menetap disuatu tempat selamanya. Tidak ada yang perlu ditakutan akan kematian, Elrad.”
“Kau tidak menger-“
Tiba-tiba Shion datang dengan tergopoh-gopoh. Kemunculannya yang mendadak mengagetkan Elrad dan Ophelia.
“Gawat!! Elrad, terjadi lagi…! Milodia menghilang dari kamarnya…!”
Muka Elrad mendadak pucat, “terjadi lagi?! Oh tidak…”
Ophelia kebingungan melihat Elrad dan shion yang mendadak panik. Ia berusaha memahami situasi.
“tenanglah, apa yang terjadi…?” tanya Ophelia.
“Milodia, dia menghilang dari kamarnya…” ucap Shion berusaha untuk menenangkan diri.
“Menghilang…? Maksudmu… dia pergi dari rumah…?” kening Ophelia berkerut.
“Tidak, dia benar-benar menghilang tanpa jejak… ini sudah sering terjadi…” Shion menyandarkan tubuhnya ke dinding dan memijat keningnya.
“Terakhir kali Milodia menghilang seperti ini, kami panik dan tak henti mencarinya di sekitar rumah. Tiga hari kemudian kami menemukan ia sedang terbaring kelaparan di dalam sebuah hutan. Saat kami bertanya apa yang terjadi, ia malah menjawab tidak tahu apa-apa. Ini sangat aneh.” Elrad menambahkan.
Ophelia menyilangkan lengannya dan berusaha memikirkan sesuatu.
“Lebih baik kita tidak membuang waktu disini, kita harus segera pergi mencari Milodia.” Shion mulai beranjak pergi.
“Tunggu, kau tahu kemana harus mencarinya…?” Tanya Ophelia.
Shion berbalik dan menggelengkan kepalanya.
“Baik, aku dapat membantu kalian. Tapi aku membutuhkan sebuah benda milik Milodia.”
“benda…? Untuk apa…?” Tanya Elrad bingung.
“Lakukan saja apa yang kuminta.” Jawab Ophelia seraya berjalan melewati Elrad.
***
Dari dalam rumah Elrad membawa sepasang sepatu milik Milodia. Ia agak terkejut ketika melihat Ophelia sedang melakukan ritual pemanggilan monster. Lima layer diagram sihir Summon terbentuk disekeliling Ophelia.
“Aku memanggilmu…”
“Lukia…!!”
Tiba-tiba seekor mahluk bebentuk serigala besar muncul dari portal yang terbuka di tanah. Mahluk itu mempunyai bulu putih yang tebal dan ekor yang panjang. Ia mempunyai bola mata yang merah menyala.
Lukia segera merebahkan dirinya ketika berada dihadapan Ophelia.
“KAU MEMANGGILKU…? NONA OPHELIA…” suara Lukia terdengar lembut seperti seorang wanita.
Karena penasaran, Elrad mencoba untuk mendekati Lukia.
“WOOOAH…! Anjing yang sangat besar…!” ucapnya kagum.
“GRRRRAAAAGH…!!” tiba-tiba Lukia menyalak buas kepada Elrad.
Karena kaget Elrad segera melompat mundur.
“Tidak apa Lukia, dia bukan musuh.” Ophelia membelai tubuh Lukia.
“Bisakah kita segera berangkat…?” ucap shion yang daritadi sudah tidak sabar untuk segera mencari Milodia.
Ophelia mengalihkan pandangannya kepada Lukia, “Kita membutuhkan bantuanmu untuk mencari seseorang…”
Lukia menegakan tubuhnya, “TENTU SAJA, TAPI AKU MEMBUTUHKAN SESUATU…”
Ophelia mengangguk dan memberikan isyarat kepada Elrad untuk mendekatkan sepatu Milodia kehidung Lukia. Lukia dengan enggan mendekati Elrad dan mengendus sepatu itu untuk sesaat, lalu mengendus udara disekitarnya.
“AKU MENEMUKANNYA…!”
“Bagus, bawa kami kesana…!” Ophelia segera menaiki tubuh Lukia.
Elrad memandang Lukia dengan penuh keraguan.
“Apa yang kalian tunggu…? Cepat naik…!” Ophelia menggerakan kepalanya, memberikan isyarat kepada Elrad dan Shion untuk naik.
“Ehm… Tapi…” Elrad melirik tatapan Lukia yang tak bersahabat kepadanya.
Tanpa menghiraukan Elrad, Shion segera melompat dan duduk di belakang Ophelia.
“Kau mau ikut atau tidak…?” Tanya Shion.
Elrad menghela nafas, “baiklah… sebentar…”
Elrad berusaha menaiki tubuh Lukia, namun ia kesusahan karena tubuh Lukia hampir tiga kali lipat tinggi tubuhnya. Kedua tangan Elrad mencengkram erat bulu tebal Lukia, sedangkan sebelah kakinya terus bergerak berusaha untuk memanjat.
“CK, MENYUSAHKAN SAJA…!”
Tanpa memperdulikan Elrad, Lukia segera melesat berlari menuju arah bau Milodia. Elrad bergelantungan dan berteriak ketakutan di sisi tubuh Lukia. Ophelia segera membungkuk dan meraih tangan Elrad lalu menariknya keatas.
***
Mereka tiba di depan sebuah menara tua. Menara itu adalah bekas pos penjaga perbatasan tentara Arkavaz. Dulu menara itu berfungsi sebagai penjaga perbatasan antara Arkavaz dan Evergrandia, namun karena banyaknya Orc yang menghuni hutan sekitar, pos itu dutinggalkan begitu saja. Kini menara itu berubah menjadi markas para Orc.
“Kenapa tadi kau tiba-tiba berlari…?! Kau ingin membunuhku hah…?! Dasar anjing gila…!!” Elrad gusar karena perbuatan Lukia barusan.
“KAU SENDIRI YANG BODOH…!! AKU TIDAK MEMPUNYAI WAKTU UNTUK MENUNGGUMU MEMANJAT TUBUHKU…!! VARA DUNGU…!!” Lukia membalas.
Selagi Elrad dan Lukia saling melontarkan ejekan, Shion mengamati bangunan besar didepannya.
“Menara Orc…” gumam Shion.
“Apakah kau yakin Milodia ada didalam sini…?” Tanya Ophelia kepada Lukia yang langsung mengacuhkan Elrad ketika Ophelia bertanya kepadanya.
“YA… AKU YAKIN SUMBER BAU ITU ADA DI DALAM SINI…” jawab Lukia sambil mengadahkan moncongnya ke arah menara.
“Baiklah…! Tunggu apa lagi…? Cepat kita masuk…!” Elrad menarik pedang dari pinggangnya dan melangkah maju ke depan pintu menara.
“Tunggu Elrad, aku merasakan aura Freohr yang cukup besar dari dalam sini…” ujar Ophelia khawatir.
“SEPERTINYA AWAKENING FREOHR… KITA HARUS BERHATI-HATI, NONA OPHELIA…” Lukia menambahkan.
Ophelia menjadi teringat ketika Gryn berubah menjadi Awakening Freohr, tiba-tiba saja bulu kuduknya berdiri. Ia pun segera mengeluarkan sebuah baju zirah Diabolos dan pedang besar Orc Slayer dari Dimensional Storage lalu segera memakainya. Baju Zirah itu berwarna hitam dan mengeluarkan hawa kegelapan yang cocok untuk mengelabui Orc. Sedangkan pedang besar Orc slayer memang telah didesain khusus untuk menumpas para Orc.
“Kalian bisa menjaga diri…?” Tanya Ophelia kepada Elrad dan Shion.
“Tentu saja…!” jawab Elrad cepat.
Ophelia pun mengeluarkan dua pedang perak dan dua buah perisai besi.
“Ini, kalian tidak akan dapat melawan para Orc dengan pedang besi tua.”
Ophelia memberikan pedang perak dan perisai besi kepada Elrad dan Shion.
“Wooah… pedang perak…! Aku sering melihat ayah menggunakan pedang perak untuk melawan Orc gunung…!” decak Elrad kagum.
“Ugh… perisai ini berat… apakah tidak ada yang lebih ringan…?” keluh Shion.
“Maaf, tapi hanya itu yang kupunya… aku jarang menggunakan perisai.” Sahut Ophelia.
“Baik, kita semua sudah memakai perlengkapan, ayo masuk…!” ucap Elrad bersemangat. Sepertinya ia tidak mengalami kesulitan mengangkat perisai besi yang berat.
Elrad berusaha untuk mendorong pintu menara sekuat tenaga. Namun pintu itu tidak terbuka sedikitpun.
“Tolong minggir…” Ophelia menggeser tubuh Elrad dan mengangkat pedang besarnya. Lalu…
DRUAAK!!
Pintu itu hancur berkeping-keping. Ia pun segera masuk ke dalam menara, Elrad, Shion dan Lukia mengikuti dibelakangnya.
Ketika masuk mereka di sambut oleh belasan Guardian Orc.
“Sial, kalian berdua tetap didekatku dan Lukia…!” perintah Ophelia.
“Apa? Memangnya Anjing itu dapat berkelahi…?!” sahut Elrad sangsi.
“SIAPA YANG KAU SEBUT ANJING, VARA INGUSAN…?” Lukia menatap tajam Elrad.
“Lukia, tempat ini tidak cocok untuk mode tubuh serigalamu…” Ophelia membelakangi Lukia.
“AKU MENGERTI NONA OPHELIA…”
Tiba-tiba sihir transform satu layer mengelilingi tubuh besar Lukia. Ruangan sesaat menjadi terang ketika secara perlahan tubuh Lukia berubah menjadi menyerupai tubuh bocah manusia. Telinga, ekor dan cakar Lukia masih menyerupai serigala, namun bagian tubuh lainnya sama seperti tubuh manusia. Lukia berubah menjadi seorang gadis serigala, dengan bulu putih tebal yang menutupi sebagian tubuhnya.
Elrad dan shion terkesima melihat perubahan tubuh Lukia.
“Lihat…! Ternyata kau adalah seekor anjing ingusan…!! Hahaha…!!” Ejek elrad.
“Jaga mulutmu…! Aku adalah putri dari bangsa Garm…!!” Lukia membalas.
“Hentikan kalian berdua…! Tetap fokus kepada Musuh didepan…!” Ophelia menyudahi pertengkaran mereka.
Tiba-tiba saja dua Guardian Orc menghampiri Ophelia, namun dengan sigap Ophelia menebaskan pedang besarnya. Tubuh dua Orc itu langsung terbelah dan musnah seketika.
“Wow…!!” Elrad kagum dengan kekuatan Ophelia.
Lalu tanpa disadari seekor Guardian Orc hendak menyerang Elrad dengan kapaknya.
“Elrad…! Di depanmu…!” teriak Shion.
“Ops…!”
TRAAANG…!!
Elrad berhasil menahan serang kapak Orc dengan perisai besinya. Lalu ia segera membalas dengan menebaskan pedang peraknya.
SLASH…!!
Baju zirah besi yang dipakai Orc itu terbelah, Ophelia sedikit kaget melihat kekuatan Elrad.
Seakan tidak mau kalah Shion mulai menyerang Guardian Orc yang ada dibelakang, kecepatannya sangat luar biasa.
“Shion…! Apa yang kau lakukan…! jangan berpencar…!” teriak Ophelia.
Namun Shion terlalu percaya diri dengan kemampuannya. Ia mampu menumpas dua Guardian Orc dengan serangan yang cepat. Setelah Orc itu tumbang ia segera kembali ke sisi Ophelia.
“Kita tidak bisa hanya bertahan…” gumam Shion.
Ophelia mengamati situasi dengan cepat, hanya empat belas Guardian Orc yang tersisa. sembilan ekor menjaga gerbang menuju lantai dua, dan sisanya ada disamping kanan dan kiri.
“Aku akan mengatasi Orc didepan, Lukia kau atasi sebelah kiri, Elrad dan Shion sebelah kanan…!” perintah Ophelia.
“Baik…!” jawab Lukia, Elrad dan Shion serentak. Mereka pun segera menuruti perintah Ophelia.
Lukia melawan tiga Orc seorang diri, sihir angin tiga layer muncul disekitar mulutnya.
“
WOLF ROAR…!!”
Hembusan angin dan suara keras yang dahsyat keluar dari mulut Lukia. Ketiga Guardian Orc itu langsung terhempas ke dinding. Disaat para Orc itu lengah, Lukia segera menghabisi mereka dengan cakar serigalanya.
Elrad dan Shion dapat menumpas dua Orc tanpa kesulitan. Walau sebenarnya mereka agak enggan bekerja sama.
SLASH…!!
Dengan sekali ayunan Ophelia dapat menghabis dua Orc sekaligus.
SLASH…!!
SLASH…!!
SLASH…!!
SLASH…!!
Semua Guardian Orc musnah. Walau memakai pedang besar namun Ophelia tidak mengalami kesulitan saat mengayunkannya.
“Mereka hanya Orc lemah…” Ophelia mengatur nafasnya.
“Sepertinya kita dapat menghabisi seluruh Orc di menara ini dengan mudah…!!” sahut Elrad optimis.
“Jangan lupa, tujuan kita datang kesini adalah untuk mencari Milodia.” Gumam Shion sembari menyarungkan pedangnya.
“Ya… Lukia, apakah kau dapat menebak dimana Milodia berada…?” Tanya Ophelia.
Lukia mengendus udara yang datang dari arah lantai dua.
“Sepertinya dia ada di lantai paling atas… namun aku tidak begitu yakin karena baunya tercampur oleh bau Orc…” jawab Lukia.
“Bau Orc…? Memang seperti apa bau Orc…?” Tanya Elrad polos sambil menarik ekor Lukia yang bergerak-gerak.
“UGRR!! SEPERTI INI NIH…!!”
“
WOLF ROAR…!!”
“GYAAAAAAAAHH…!!” tubuh Elrad terpental ke dinding dekat pintu masuk.
“Ck, sudahlah kalian berdua…” kesah Ophelia.
***