Chapter 1 - Scene 1Tolonglah aku…, kumohon…, aku ingin keluar dari sini…,
Iblis itu telah membelengguku…, lepaskan aku…
Saat sebuah melodi indah mengalun di kegelapan…
Saat ketiga penjaga berbaris lurus…
Di tanah kedamaian abadi… tanah Amarthia…
Kubaca sekali lagi sebuah e-mail lima baris tanpa nama pengirim itu. Semakin kubaca semakin aku bingung dibuatnya.
Amarthia… nama itu sama sekali belum pernah kudengar.
Huuh… daripada harus bingung-bingung, lebih baik aku selesaikan dulu tugas rancangku ini. Kucari di berbagai web-site tentang game Tetris dengan Bahasa C, banyak sih, tapi aku maunya yang lain daripada yang lain, supaya ndak mudah dicontoh sama teman-temanku, nisbi nih yee… hehehe biarin. Abis… seminggu lagi mau diresponsi sih….
***
“Tugas rancang lagi, tugas rancang lagi…,” gumam Aleen, salah seorang temanku yang punya rambut panjang en lurus sepundak, kadangkala tuh rambut dikuncir kuda, kuncir kambing, kuncir sapi dan kuncir-kuncir lainnya.
“Santai aja deh Leen, pokoknya kita tinggal jawab pertanyaan dari assisten, sedikit mengarang cerita, sama betulin error yang ada, kalo capek kita tinggal mampir ke kafe Cepek di dalem kampus, santai khan??” hibur Bimot. Satu lagi temanku. Nah nih orang punya badan super jumbo, rambut keriting jabrik, dan kalo ngomong volumenya bisa mengalahkan speaker-speaker terkeren buatan Amrik.
“Ngomong sih gampang, tapi aku masih belum ngerti cara kerja programnya nih,” bantah Aleen sekali lagi. “ Silbo, ayo ajari aku, jangan bengong aja.”
Oh ya, lupa nih, belum kenalan. Namaku Silbo, soal perawakan en wajah, kerenlah, pokoknya ndak kalah sama Tom Kurus, atau Brad Pittick. Kuliah di sebuah Universitas paling terkenal di kotaku, maklum abis universitas gede kayak gini cuman ada satu di kota Sevenmark. Aku mengambil jurusan Techno Strum, jurusan yang paling beken namun sepi peminat saking susahnya untuk bisa lulus. Aku masuk ke Techno Strum pada tahun dua ribu dua, yang punya sebutan keren 2k2 (Baca:Tukeitu).
Kita lagi asyik ngumpul di kosnya Aleen, rencananya kita mau berangkat bareng-bareng ke medan laga untuk responsi tugas rancang Tetris dengan Bahasa C. Ada si Bimot yang udah kuceritain tadi, ada si Merlia yang kalem, cantik, imut, tapi agak tulalit, ada juga si Sille, seorang yang punya body model bebek peking (
Betul-
betul
kurus
pendek dan ce
king), tetapi otaknya lumayan encer dan kemana-mana pasti pakai jaket angkatan Tukeitu yang jadi kebanggannya, sampai tuh jaket tadinya berwarna biru donker sekarang jadi biru mbladus (untuk arti kata "mbladus" bisa dicari di kamus gaul bahasa Central Java).
“OK, sekarang kita berangkat, udah jam 10 nih,” kataku.
“Ah… masa’ sih, jamku aja baru jam 9 lebih 10, trus jarum detiknya ndak maju-maju, berarti khan belum waktunya berangkat,” bantah Bimot.
“Pasti tuh jarum kecapekan deh disuruh muteeeer terus, sini kuambilkan minum, siapa tahu nanti bisa bergerak lagi,” sahut si Merlia.
“Aduuh Merlia sayang, jamnya si Bimot tuh sudah almarhum,” ujarku lagi.
“Kalau begitu, harus kita kubur donk…,” kata Merlia.
“Udah-udah, nanti kita ndak berangkat-berangkat. Ayo segera berangkat!” seru Aleen. Cewek yang satu ini emang ndak sabaran.
“Yak betul!!” tambah Sille.
Akhirnya kami berlima berangkat menuju ke kampus.
***