Per 2016, RMID pindah ke RMID Discord (Invite link dihapus untuk mencegah spambot -Theo @ 2019). Posting sudah tidak bisa dilakukan lagi.
Mohon maaf atas ketidaknyamanannya dan mohon kerjasamanya.

Share | 
 

 [STORY] Till The Eternity

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
[STORY] Till The Eternity Empty2010-04-07, 15:51
Post[STORY] Till The Eternity
#1
ushiochan 
Newbie
Newbie
ushiochan

Level 3
Posts : 26
Thanked : 0
Engine : RMVX

[STORY] Till The Eternity Vide
CHAPTER 1 : INTRODUCTION

Saat itu hawa dingin terasa menusuk kulit, hanya ada cahaya bulan yang menerangi langit, terdengar suara gemerisik pohon dan sahut-sahutan binatang malam. Tiba-tiba ada suara derap langkah yang memecah keheningan, mendekat dan semakin dekat. Terlihat bayangan sesosok makhluk menerobos masuk ke dalam hutan, tubuhnya seperti unggas yang besar, berbulu dan bersayap, matanya tampak bercahaya di kegelapan, ada sesuatu yang naik di atas makhluk tersebut. Tampaknya mereka sedang mencoba menghindar dari apa yang mengejar mereka.

Selang beberapa saat terdengar lagi suara derap kaki, sekumpulan makhluk lainnya menyebabkan tanah di sekitar bergetar keras. Ternyata suara derap kaki itu berasal dari sekumpulan kuda tunggangan. Para penunggang itu kelihatan seperti prajurit suatu clan (kelompok), mengenakan seragam, helm, dan pakaian pelindung yang sama, mereka membawa pedang dan obor. Kumpulan pengejar itu berhenti sampai pinggiran hutan, tampaknya mereka enggan untuk melanjutkan pencarian karena minimnya penglihatan di dalam hutan.

“Sial!!! Kita kehilangan jejaknya, sepertinya tak mungkin kita melanjutkan pengejaran.” Kata salah seorang diantara mereka.

“Baiklah, sebaiknya kita melapor pada komandan. Kembali ke camp!!” sahut yang lain.

Tak lama terdengar suara derap kuda mereka yang pergi menjauh.

Sementara itu di pinggir danau dalam hutan, sinar bulan yang melewati celah pepohonan menerangi dua sosok yang tadi memasuki hutan, memang seekor unggas besar berbulu hitam, sejenis burung unta yang bisa ditunggangi sedang terduduk kelelahan. Di atasnya tergeletak tak berdaya seorang laki-laki, tubuhnya penuh dengan luka, ada satu dua anak panah yang menancap di bahu dan kakinya, mungkin tak sadarkan diri karena banyak kehilangan darah. Dari balik kegelapan hutan, muncul seseorang, perempuan berambut panjang, dia mendekati unggas hitam itu dan memberinya buah-buahan sejenis berry, “kweeeek…!!” tak lama unggas itupun langsung berdiri dan kembali bertenaga. Perempuan itu kemudian menarik tali kekangnya dan membawa unggas itu masuk ke dalam hutan.

Setelah tak sadarkan diri entah berapa lama, laki-laki asing itu pun membuka matanya. Dia bangun, tubuhnya masih lemas, luka-lukanya masih terasa nyeri dan perih, dalam keadaan kebingungan matanya menelusuri ruang tempatnya berada, “Apa yang terjadi malam itu? Dimana aku? Tempat ini… aneh sekali, tapi luar biasa indah.” pikirnya.

Dalam keadaan ruangan yang remang-remang dia melihat pemandangan interior rumah yang begitu unik dan indah. Aroma pepohonan dan bunga yang lembut. Tempat itu berada di dalam pohon, bukan dilubangi, tapi seolah pohon itu memang menyediakan ruang untuk tinggal di dalamnya. Semua perabotan berasal dari kayu, tempat tidur dari dedaunan yang lembut dihiasi berbagai macam bunga yang harum, atap dari ranting pohon yang terbentuk alami, yang tak kalah aneh adalah cahaya yang menerangi ruang tersebut, bukan dari api, melainkan berasal dari kunang-kunang yang hinggap dalam bunga berbentuk lonceng. Semua mencerminkan seperti kehidupan yang selaras dengan alam sekitar.

Laki-laki itu mendengar suara keramaian di luar, karena penasaran dia pun melangkah perlahan menuju pintu keluar, disibakkannya kain halus yang tergerai di depan pintu. Betapa kagetnya laki-laki itu dengan apa yang dilihatnya. “Di mana ini!? Ternyata masih ada tempat seperti ini di bumi.”

Sebuah desa di tengah-tengah hutan, dengan peradaban yang berbeda dari apa yang selama ini diketahuinya. Segala sesuatu di desa itu masih alami dan sangat indah, bunga-bunga sedang bermekaran, para penduduk desa hidup berdampingan dengan binatang-binatang, saling menghargai perbedaan dan saling melengkapi. Udara yang sangat sejuk diiringi aroma bunga, pohon, dan buah-buahan perlahan mengisi paru-parunya. Suara gemericik air, burung-burung, dan angin yang bertiup memanjakan telinganya. Seketika laki-laki itu merasa kembali bersemangat.

Belum selesai terpesona oleh keindahan desa tersebut, dia terkejut saat menyadari penduduk desa itu bukanlah manusia seperti dirinya. Dia melihat gadis yang setengah tubuh bawahnya menyerupai ikan sedang mencuci di sungai, anak kecil yang memiliki ekor sedang memanjat pohon, maupun pria yang memiliki cakar seperti harimau. Ternyata desa ini adalah desa yang dihuni oleh manusia setengah binatang, semua penduduknya memiliki campuran gen manusia dan binatang tertentu dalam tubuhnya, hal ini membuat penampilan mereka sedikit berbeda dan mereka dikaruniai dengan kemampuan fisik yang lebih dari manusia biasa, bernafas dalam air, terbang, memanjat, tergantung gen binatang yang ada di tubuh mereka.

Saat sedang memuaskan rasa penasarannya, mata laki-laki itu menangkap sebuah pemandangan yang tak kalah cantik di kejauhan. Dia melihat seorang perempuan berparas cantik, dengan pakaian dan rok pendek sederhana berwarna putih. Perempuan itu dengan riang gembira bermain, berlari-lari bersama anak-anak. Wajahnya tampak ramah dan masih kekanak-kanakan, rambutnya panjang berwarna seperti perak, kulitnya putih, dan bertubuh kecil. Telinga perempuan itu tidak bulat seperti manusia biasa, tapi meruncing dan agak panjang, sepertinya dia berasal dari suku elf. Suku elf dipercaya sebagai penjaga hutan, mereka adalah perpaduan antara manusia dan fairy (peri), penampilan mereka lebih mirip manusia tapi mereka memiliki kemampuan ajaib dari suku peri.

Untuk beberapa saat laki-laki itu bahkan terdiam, terbius oleh kecantikan sang perempuan, sampai dia terperanjat karena mendengar seseorang dari belakangnya berteriak, “Er!! Laki-laki itu sudah sadar” Perempuan itu menoleh, mereka pun bertatapan.

Ternyata itulah nama si perempuan, Er. Sambil tersenyum Er berlari-lari kecil menghampiri laki-laki asing itu.

Tepat selangkah di hadapan laki-laki itu Er berhenti, dengan suaranya yang kecil dan lembut dia bertanya, “Bagaimana keadaanmu? Apakah lukamu baik-baik saja?” Dari dekat laki-laki itu kembali memperhatikan wajah Er, matanya berwarna biru langit, hidung mancung, pipinya bulat merona, bibirnya merah dan mungil, membuatnya kembali terbius dalam khayal. Karena penasaran dengan laki-laki yang terdiam di hadapannya, Er dengan polos mendekatkan wajahnya ke wajah laki-laki itu dan bertanya lagi “Siapa namamu? Aku Er, aku yang membawamu ke desa, salam kenal.” “Cch.. aos, aa.. aku Chaos Campbell” jawab laki-laki itu dengan gugup, jantungnya berdegup kencang membuat dia salah tingkah.

Er mulai mengamati Chaos dari ujung kepala hingga kaki, membuat Er mengernyitkan dahinya. Penampilan Chaos itu sungguh tidak biasa di mata Er, bekas luka menghiasi sekujur tubuhnya yang gagah dan berotot, rambutnya yang tegak ke atas seperti landak, matanya yang hitam seolah merefleksikan masa lalu yang kelam. Wajah Chaos bisa dibilang biasa tapi cukup menarik, dia memiliki wibawa seorang pemimpin juga diselimuti suatu aura yang terasa gelap dan dingin. Biarpun begitu, di depan Er, Chaos benar-benar salah tingkah, satu persatu ekspresi lucu bermunculan, membuat orang di sekitarnya tertawa.

“Kamu masih butuh istirahat, ayo masuk!!” kata Er sambil menarik Chaos ke dalam rumah. Inilah awal pertemuan mereka menjadi permulaan permainan sang takdir.


Terakhir diubah oleh ushiochan tanggal 2010-04-07, 16:03, total 3 kali diubah
[STORY] Till The Eternity Empty2010-04-07, 15:56
PostRe: [STORY] Till The Eternity
#2
eve 
Loli Mecha Mesum Musume
avatar

Level 5
Posts : 1620
Thanked : 30
Engine : Other
Skill : Beginner
Type : Writer
Awards:

[STORY] Till The Eternity Vide
gaya penceritaannya sederhana dan straight forward... dikit beda ama gaya wa yang tergolong berbelit2 =))

tapi :thumbup:

emang belum begitu keliatan plotnya... kan masih chapter satu...

keep writing... btw, di tittlenya kasih tag deh... supaya ga salah paham yg lain (mngkin momod bisa eksekusi nih)

over and out
[STORY] Till The Eternity Empty2010-04-07, 16:43
PostRe: [STORY] Till The Eternity
#3
Oscar 
Senior
Senior
Oscar

Level 5
Posts : 830
Thanked : 13
Engine : RMVX
Skill : Beginner
Type : Writer

[STORY] Till The Eternity Vide
Ceritanya cukup potensial buat game. Cuman butuh backgroundnya.
Kenapa si Chaos dikejar-kejar sampai masuk hutan. Siapa para tentara yang membawa obor itu. Siapa yang menyuruhnya.

Untuk karaktersetnya saia sudah ada di laptop tinggal yang merfolk doang. frankensprite lagi neh

Kalo saia yang terusin ceritanya, nanti akan saia bikin twist sampai gak tau yang baik mana yang jahat mana.
[STORY] Till The Eternity Empty2010-04-07, 18:03
PostRe: [STORY] Till The Eternity
#4
jasprelao 
Si Om
Si Om
jasprelao

Level 5
Posts : 1009
Thanked : 23
Engine : RMVX
Skill : Intermediate
Type : Developer
Awards:

[STORY] Till The Eternity Vide
@Shio~chan:
Ceritanya agak kecepetan IMHO... soalnya kalo dibuat dalam event cuman kira2 1 event berdurasi 5 menitan :sembah:

Tapi nice try, keep up the great works...
Ada bakat menulis nih cc
Tapi ini khan baru introduction, jadi gag bisa komen lebih banyak...

Semoga berkenan...
Thanks...
[STORY] Till The Eternity Empty2010-04-07, 18:08
PostRe: [STORY] Till The Eternity
#5
ibegu 
Advance
Advance
ibegu

Level 5
Posts : 451
Thanked : 14
Engine : RMVX
Skill : Very Beginner
Type : Composer

[STORY] Till The Eternity Vide
Ga mau panjang lebar, entah kenapa gw suka banget cara ngejelasin situasi n kondisi, pas gw baca gw bisa ngebayangin gitu keberadaan chaos, wajah dan lingkunganya..nice i like it ^^
[STORY] Till The Eternity Empty2010-04-07, 18:52
PostRe: [STORY] Till The Eternity
#6
shikami 
Member 1000 Konsep
avatar

Level 5
Posts : 3744
Thanked : 31
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Developer
Awards:


[STORY] Till The Eternity Vide
setelah gw baca baik2,ada nama chaos,char game el terra sagaku,cuma deskripsinya beda,kalo chaos punya berambut perak,panjang lurus,mata merah,kulit pucat,wew tp yg bkin ku kaget..heroinenya elf juga XD .. kebetulan bgt~ like it
[STORY] Till The Eternity Empty2010-04-08, 06:14
PostRe: [STORY] Till The Eternity
#7
Atsavin 
Advance
Advance
Atsavin

Kosong
Posts : 490
Thanked : 11
Engine : Multi-Engine User
Skill : Beginner
Type : Writer

[STORY] Till The Eternity Vide
bagus
tapi (IMO) lebih cocok jadi novelis ne (gatau juga sih saya juga newbie )
[STORY] Till The Eternity Empty2010-04-08, 07:34
PostRe: [STORY] Till The Eternity
#8
ushiochan 
Newbie
Newbie
ushiochan

Level 3
Posts : 26
Thanked : 0
Engine : RMVX

[STORY] Till The Eternity Vide
Makasih mina~san atas semua masukan yang diberikan pada Ushio, Ushio jadi bersemangat untuk meneruskan, yach walaupun Ushio mengerti Ushio belum layak menjadi seorang game writer... tapi Ushio akan tetap berusaha dengan semangat...

karena Chapter II cukup panjang jadi Ushio bagi menjadi 3, mina~san tidak keberatan khan?

CHAPTER 2 : LOVE IS BLOOMING

Bagian A:

“Hoaaaahm… nyam nyam…!!“ Er terbangun dari tidurnya yang sangat nyenyak, setelah menguap dan mengedipkan mata beberapa kali, dia segera melompat turun dari tempat tidur.

Dengan lincah, Er berlari keluar dari rumah pohon. Sambil melambaikan tangannya dia berteriak, “Pagi smuaaa…!!” sapanya.

Pagi yang benar-benar cerah, matahari begitu terik menghangatkan suasana. Burung-burung berkicau riang menari bersama angin. Daun-daun berubah kemerahan dan tercium semerbak aroma bunga dan buah-buahan yang mulai ranum. Hari yang indah seperti biasanya, tapi pagi itu perhatian Er tertuju pada sesuatu, Chaos!!

Er memang selalu memperhatikan Chaos, mungkin karena Er masih penasaran dengan latar belakang Chaos, selain nama tidak ada lagi yang diketahuinya, Chaos terkesan menyembunyikan sesuatu setiap kali ditanya. Sudah hampir semusim Chaos tinggal di desa, luka-lukanya pun sudah mulai pulih berkat perawatan dari Er. Dia sudah bisa beradaptasi dengan kehidupan di desa hutan itu, mungkin karena kehangatan dan perhatian yang selama ini diberikan oleh Er dan para penduduk desa, sehingga dia perlahan bisa membuka dirinya pada orang lain. Sesuai dengan penampilannya, Chaos memang agak pendiam, dia tidak terlalu banyak bicara, sikapnya pun agak kaku dan penyendiri, tapi bukan berarti dia tidak disenangi. Tingkahnya yang lucu apalagi saat bersama Er membuat para penduduk desa terutama anak-anak menyukainya, apalagi dia tidak segan-segan membantu saat dibutuhkan.

Pagi itu Chaos sedang membantu memotong kayu bakar untuk memasak, saat tiba-tiba terdengar teriakan. “Kakak!! Ayo kita lanjutkan pertandingan kemarin, nilai masih 1 sama ya!” teriak seorang anak laki-laki saat berlari menghampiri Chaos.

“Oh, kau Jack.” Kata Chaos ringan. Jack adalah salah seorang anak laki-laki yang sering bermain dengan Chaos, umurnya mungkin sekitar 10 tahun, Jack memiliki campuran gen tikus tanah, dapat dilihat dari moncong dan cakarnya, dia bisa menggali tanah dengan cepat.

Ternyata Chaos masih memiliki sifat kekanak-kanakan, dia suka bermain dan tidak mau kalah dalam hal apapun, hal ini membuat anak-anak desa sering mengajaknya bertanding. Jack pernah mengajarkan Chaos bagaimana menggali lubang dan menanam sayuran dengan cepat, tapi kemarin dia kalah dalam pertandingan menggali melawan Chaos karena terlalu meremehkan, sehingga dia ingin membalas kekalahannya itu.

“Tidak boleh!!! hari ini kan kak Chaos sudah berjanji akan menemaniku balap lari.” Kata seorang gadis kecil seumuran Jack, tubuhnya mungkin memiliki gen harimau atau sejenisnya.

“Phan benar, maaf.” kata Chaos sambil tersenyum kecil pada Jack.

“Ugh, sial” Jack tertunduk kesal.

“Yeah!! Ayo kak, cepat-cepat.” Phan, gadis kecil tadi, segera menarik tangan Chaos.

Chaos pun terpaksa meninggalkan pekerjaannya memotong kayu, anak-anak yang lain mengikuti mereka untuk menonton. Tak lama kemudian, mereka mulai berlari mengitari lintasan yang telah ditentukan, 1 putaran… 2 putaran… sampai 10 putaran lintasan berjarak total kira-kira 2 kilometer, terlihat sekali Chaos bukan tandingan Phan. Phan memang dapat berlari dengan cepat, lompatan dan reflek tubuhnya pun hebat. Dia dengan lincah melompati semak-semak dan berlompatan di dahan pohon, sedangkan Chaos harus bersusah payah melewati itu semua.

“Phan, kita ulang lagi, aku pasti mengalahkanmu!” kata Chaos bersemangat, matanya tampak berapi-api.

Plakk!! Tiba-tiba sebuah pukulan kecil mendarat di kepala Chaos, membuatnya menoleh ke belakang. Chaos terkejut ketika melihat orang yang ada di belakangnya, ternyata Er, dengan tangan terlipat di depan dada dan ekspresi wajah yang berlagak sinis dan galak. “Kenapa kamu bermain terus hah!?” “Cepat selesaikan memotong kayu bakar, atau tak ada sarapan untukmu!”

Chaos pun hanya bisa mengusap-usap kepalanya sambil tersenyum kecil dan cepat-cepat kembali memotong kayu bakar saat dimarahi Er, anak-anak tertawa melihatnya. Ternyata selain sisi feminim dan ceria, Er juga cukup tegas terhadap orang-orang yang dekat dengannya, terutama jika dia melihat mereka berbuat salah.

Memang tidak hanya sesekali Er memarahi Chaos, karena Chaos lebih suka bermain dengan anak-anak daripada mengerjakan tugas yang membosankan. Permainan yang dilakukan Chaos dengan anak-anak itu tanpa disadari semakin memperkuat dirinya, dia memperoleh berbagai kemampuan dan pengetahuan yang hanya bisa dimiliki oleh manusia setengah binatang yang memiliki insting pergerakan yang lebih alami. Menggali, berenang, berlari dan melompat, memanjat, mencari jejak, dan beberapa kemampuan dasar lain dapat dilakukannya dengan teknik yang berbeda dan jauh lebih baik dari yang selama ini dipelajarinya dari manusia biasa.

Malam harinya, ketika hampir semua penduduk telah terlelap, tiba-tiba Er terbangun dari tidurnya. Tidak seperti biasanya, pandangan matanya tampak sendu seperti ada masalah yang mengganjal di hatinya. Dia berjalan keluar dari rumah, berjalan dan terus berjalan masuk menelusuri hutan, berhentilah Er di suatu tempat, di pinggir danau di dalam hutan, tempat dia pertama kali bertemu dengan Chaos yang sedang terluka. Er berjalan mendekat ke danau kemudian duduk bersandar pada batang pohon besar yang tumbuh di dekat sana.

Matanya menerawang memandang cahaya bulan yang sedang bercermin di permukaan danau. “Kapan kau akan kembali Hewitz” kata Er lemah, entah apa yang dipikirkan Er, tapi perlahan air mata mulai membasahi pipinya. Dia mengambil sepucuk daun, mengatupkannya di bibir, dan mulai meniupnya dengan lembut.

Teralunlah sebuah suara yang indah, serangkaian nada yang dipenuhi kesedihan, lembut tapi menyesakkan, menghapus dan memudarkan semua semangat di hati. Er terus memainkan lagu itu, sampai-sampai dia tidak menyadari, ada sesuatu yang sedang mengintainya di balik pepohonan.
[STORY] Till The Eternity Empty2010-04-08, 23:54
PostRe: [STORY] Till The Eternity
#9
danny_warfield 
Advance
Advance
danny_warfield

Level 5
Posts : 561
Thanked : 2
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Artist

[STORY] Till The Eternity Vide
hm.. kalo model begini bagusnya dibuat VN aja Ushio.....
[STORY] Till The Eternity Empty2010-04-09, 02:29
PostRe: [STORY] Till The Eternity
Oscar 
Senior
Senior
Oscar

Level 5
Posts : 830
Thanked : 13
Engine : RMVX
Skill : Beginner
Type : Writer

[STORY] Till The Eternity Vide
@shio~chan
udah baca lagi yang ini. Ceritanya mantab :thumbup: , bikin penasaran aja.

*Klik bookmark this page*

sambil nunggu cerita berikutnya.
[STORY] Till The Eternity Empty2010-04-14, 11:01
PostRe: [STORY] Till The Eternity
ushiochan 
Newbie
Newbie
ushiochan

Level 3
Posts : 26
Thanked : 0
Engine : RMVX

[STORY] Till The Eternity Vide
CHAPTER 2 : LOVE IS BLOOMING

Bagian A:

Sementara itu, Chaos yang biasanya tertidur pulas sampai pagi, malam itu tiba-tiba bermimpi buruk, sangat buruk. Dalam mimpinya itu dia melihat banyak sekali tubuh-tubuh bergelimpangan, tubuh dan tangannya berlumuran darah, hanya dia satu-satunya yang tersisa di tempat itu. Dia mengamati satu persatu tubuh yang ada di sekitarnya itu, para penduduk desa hutan! Anak-anak yang sering bermain dengannya, Er juga tak selamat dari tragedi di mimpinya!! Chaos pun terbangun, matanya terbelalak ketakutan, jantungnya berdegup kencang seolah akan meloncat keluar dari dadanya. Dia hanya berharap semua itu hanya bunga tidur yang mengganggunya. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi keluar, berharap angin malam akan menyegarkan pikirannya yang sedang kalut. Saat itulah Chaos melihat Er di kejauhan, Er yang saat itu sedang berjalan masuk ke dalam hutan, karena penasaran akhirnya dia mengikuti Er masuk ke hutan, dia berjalan kurang lebih 5 meter di belakang Er. Sampailah mereka di danau dalam hutan, saat itu Chaos memutuskan untuk tidak langsung menghampiri Er dan melihat situasi terlebih dahulu. Dia mengamati Er yang duduk termangu di bawah cahaya bulan, Chaos mendengarkan alunan lagu yang dimainkan Er. Wajah Chaos menunjukkan suatu penyesalan yang begitu dalam saat mendengarkan lagu itu, seolah mengorek kenangan yang begitu pahit dan menyakitkan.

Berbeda dengan Er yang terhanyut dalam perasaannya hingga tak menyadari bahaya di dekatnya, tiba-tiba Chaos merasakan ada suatu hawa pembunuh di dekatnya, matanya dengan segera menelusuri sekeliling. Walaupun tidak dapat melihat dengan jelas, tapi Chaos melihat sesuatu yang besar dan liar, sedang mengawasi Er dari balik semak-semak. Chaos sadar Er sedang dalam bahaya, jika makhluk itu bereaksi sedikit lebih cepat darinya maka Er takkan terselamatkan. Dia ingin berteriak, tapi dia takut teriakannya akan membuat makhluk itu terkejut dan langsung menyerang Er, karenanya tanpa pikir panjang dia berlari ke arah makhluk itu, mengambil sebongkah batu di tanah, dan melemparkannya sekuat tenaga ke arah makhluk itu.

Graaoooow!!! Terdengar raungan panjang memecahkan keheningan malam, begitu kerasnya hingga memekikkan telinga, makhluk yang kesakitan itu menjadi gusar dan marah. Er terkejut mendengar suara itu, dia terperanjat, dia merasakan adanya bahaya di balik punggunya. Dia berdiri, berlari dan terus berlari menuju ke desa, begitu takutnya Er hingga dia tak berani untuk menoleh ke belakang. Nasib Er sungguh beruntung, makhluk yang semula mengincarnya itu sudah tidak lagi memperdulikan calon mangsanya yang melarikan diri. Sekarang hanya kemarahan yang ada di pikirannya, insting liarnya hanya ingin membunuh, menghabisi dan mencabik-cabik apapun yang telah mengusiknya, dan hanya seorang yang ada di hadapannya, Chaos.

Meskipun ada bahaya di depannya, Chaos masih saja mengkhawatirkan Er, dia terus mengawasi sampai Er hilang dari pandangannya. “Syukurlah…” katanya lega dalam hati. Melihat makhluk di hadapannya, Chaos sadar pertarungan tidak dapat dihindari lagi, dia pun mengambil 2 bilah pisau yang selalu terselip di pinggangnya. Chaos berusaha untuk menganalisa makhluk yang menjadi lawannya ini. Tubuhnya seperti harimau tapi tangan dan kakinya besar lebih mirip dengan beruang, saat berdiri tingginya mungkin 1 kaki lebih tinggi dari Chaos, tampaknya makhluk ini memiliki tenaga yang kuat dan pergerakannya pun lincah. Chaos menarik nafas dalam dan menghembuskannya, tiba-tiba tatapan mata Chaos berubah, dari tubuhnya terpancar aura pembunuh yang begitu pekat dan menyesakkan suasana. Posisi tubuhnya pun sudah siap untuk bertarung, dia membungkukkan badannya dan melebarkan kakinya, dengan tangan memegang pisau di depan tubuhnya, membuat dia siap untuk bertahan dan menyerang. Makhluk itu melihat ke dalam mata Chaos, begitu dingin dan menakutkan, mata yang siap untuk menghabisi siapapun yang mengganggunya. Bahkan insting seekor makhluk buas pun merasakan adanya bahaya pada diri Chaos.

Beberapa menit terasa begitu panjang, Chaos dan makhluk itu masih bertatapan, menunggu kesempatan yang tepat untuk menghabisi lawannya. Makhluk itu semakin gusar dan tenggelam dalam ketakutan, akhirnya makhluk itu menyerang Chaos terlebih dahulu, dia mengangkat kedua tangannya ke atas dan mengayunkannya menyilang turun ke arah Chaos, WUUZZZ!! Terdengar suara cakar makhluk itu hanya membelah angin, makhluk itu tampak bingung dengan apa yang terjadi karena Chaos tiba-tiba menghilang dari hadapannya. Saat makhluk itu tersadar, sebilah pisau telah tertancap di dadanya, matanya berkunang-kunang, tubuhnya terasa semakin lemas. Terlihat Chaos sedang membungkuk di hadapan makhluk itu sambil memegang pisau. Ternyata Chaos dengan cepat menghindari dan mengambil kesempatan untuk menyerang balik, satu serangan yang mematikan dan beresiko tinggi. Seandainya yang dia hadapi adalah manusia mungkin Chaos akan pulang tanpa satupun luka, tapi makhluk itu begitu kuat, saat terjatuh pun dia masih sempat menancapkan gigi tajamnya ke bahu Chaos. Luka yang tidak ringan, gigi-gigi yang tajam dan panjang itu menembus dan mengoyak daging Chaos, darah terus mengalir dari luka gigitan itu, Chaos terpaksa pulang ke desa dengan tertatih-tatih, sebuah kemenangan yang dibayar dengan pengorbanan besar.

Di balik pagar desa, Er tampak bersandar kelelahan, terengah-engah berusaha mengatur nafasnya. Dia tersenyum lega karena sudah merasa aman dari makhluk dengan suara yang mengerikan tadi. Er tahu para makhluk buas itu hanya keluar dari persembunyian dan agresif pada saat malam tiba, karena bagi mata mereka cahaya terlalu menyilaukan. Desa hutan itu selalu dipenuhi cahaya, matahari di siang hari dan kunang-kunang di malam hari karena itulah para makhluk buas itu tidak pernah menyerang desa. Walaupun begitu, untuk sesaat Er merasa ada suatu perasaan yang meresahkan hatinya, tapi dia berusaha mengabaikannya. Er masuk ke dalam rumah pohonnya dan melanjutkan tidurnya dalam kesunyian malam.

“Eer… Er gawat, cepat ikut aku!!” teriak seseorang, membangunkan Er yang saat itu masih terlelap.

“Hah? Apa?” Er yang masih kebingungan, dalam keadaan setengah sadar mengikuti arah suara itu keluar dari rumah.

Saat itu langit masih gelap, cahaya kemerahan baru saja merambat dari garis pembatas langit bumi, belum bisa dibilang pagi. Er berjalan keluar dari rumah pohon, terhuyung-huyung, matanya masih terasa berat, dia melihat kerumunan penduduk di depan gerbang desa dan berjalan menghampirinya.

“...!!!” Er terbelalak tanpa kata saat melihat apa yang ada di depan matanya. Chaos tergeletak lemas, bersandar pada gerbang desa, wajahnya pucat, di bahunya terdapat beberapa luka tusuk yang tampaknya cukup dalam, terlihat bekas darah yang membasahi di tubuh dan lantai sekitarnya telah mengering, tapi yang aneh adalah adanya senyum kecil di wajah Chaos.

“Cepat bawa Chaos ke rumahku!!” kata Er dengan wajah yang cemas. Mereka pun segera membawanya ke rumah Er.
[STORY] Till The Eternity Empty2010-04-25, 07:45
PostRe: [STORY] Till The Eternity
danny_warfield 
Advance
Advance
danny_warfield

Level 5
Posts : 561
Thanked : 2
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Artist

[STORY] Till The Eternity Vide
doh gak pernh di update lagi storynya... :(
[STORY] Till The Eternity Empty2010-04-25, 12:13
PostRe: [STORY] Till The Eternity
Tamu 
Tamu
Anonymous


[STORY] Till The Eternity Vide
Dari[pada ngadat mending wa bikin aja deh gamenya ini :swt:

lumayan lah XD

Fast Game Developer :D
[STORY] Till The Eternity Empty
PostRe: [STORY] Till The Eternity
Sponsored content 




[STORY] Till The Eternity Vide
 

[STORY] Till The Eternity

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 

Similar topics

+
Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
RPGMakerID :: Creative Commons :: Game Design-