RPGMakerID
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Komunitas RPG Maker Indonesia
 
IndeksIndeks  Latest imagesLatest images  PencarianPencarian  PendaftaranPendaftaran  Login  
Per 2016, RMID pindah ke RMID Discord (Invite link dihapus untuk mencegah spambot -Theo @ 2019). Posting sudah tidak bisa dilakukan lagi.
Mohon maaf atas ketidaknyamanannya dan mohon kerjasamanya.

 

 [Web Novel] Wise Forceseeker

Go down 
2 posters
PengirimMessage
solmaster
Newbie
Newbie
solmaster


Level 5
Posts : 8
Thanked : 0
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Jack of All Trades

[Web Novel] Wise Forceseeker Empty
PostSubyek: [Web Novel] Wise Forceseeker   [Web Novel] Wise Forceseeker Empty2015-06-17, 23:17

Wise Forceseeker
~ When some man have a faith, he will obtain power of miracle ~

Summary wrote:
Lucy adalah seorang putri raja. Suatu ketika ia pergi ke hutan bersama pelayannya Margaretta. Disaat mereka telah sampai pada sebuah danau, tiba-tiba mereka diserang oleh kawanan hewan liar. Sewaktu keadaan mulai mencekam dan hampir merenggut nyawa mereka berdua, seorang Forceseeker (sebutan untuk orang yang telah 'percaya' dan menerima 'kebenaran' lalu mendapatkan kekuatan darinya)  kemudian datang dan menyelamatkan mereka.

Chapter List wrote:
Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4



Terakhir diubah oleh solmaster tanggal 2015-06-23, 16:56, total 6 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
solmaster
Newbie
Newbie
solmaster


Level 5
Posts : 8
Thanked : 0
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Jack of All Trades

[Web Novel] Wise Forceseeker Empty
PostSubyek: Re: [Web Novel] Wise Forceseeker   [Web Novel] Wise Forceseeker Empty2015-06-18, 05:55

Prologue

Siang hari yang begitu menyegarkan di sebuah ibukota kerajaan. Awan-awan menghalangi laju sinar matahari ikut menyejukkan suasana. Terlihat para penduduk kota sedang sibuk bekerja. Mereka menata kota dengan berbagai macam pernak-pernik, hendak seperti akan merayakan sesuatu.

"Hari ini festivalnya ...", gumam seorang gadis yang melihat para penduduk yang sibuk dari kamar tempatnya berada. "Aku harap bisa melihatnya secara langsung", tambahnya.
"Baiklah... mungkin sekarang waktunya aku berangkat...!", ucapnya dengan semangat. Kemudian ia mengambil seprai yang telah disambungkan seperti sebuah tali, mengulurkannya ke luar jendela.

Ya, ini adalah sebuah pelarian di siang bolong. Lebih tepatnya pelarian dari sebuah istana yang megah dengan berbagai macam penjagaan ketat. Entah bagaimana ia bisa keluar tanpa diketahui para penjaga, yang jelas ia nampaknya seperti punya suatu rencana.

"Ah ! Hampir lupa". Ia lalu membuka lemari yang berada di kamarnya yang megah kemudian memilah beberapa pakaian yang ada di dalamnya. "Dengan begini, semuanya oke!", ucapnya dengan semangat kembali. Terlihat ia mengeluarkan sebuah jubah dengan kain putih yang digunakan untuk menutupi seluruh tubuh. Ia kemudian mulai mengenakan jubah itu pada tubuhnya yang kecil.

Setelah itu, ia pergi menghadap ke depan cermin. Disana ia melihat tubuhnya yang mungil, rambut peraknya yang panjang dan bola matanya yang putih. Ia nampak seperti gadis biasa pada umumnya, dalam kurun waktu 10 tahun lagi mungkin ia akan jadi seorang gadis yang sangat cantik.

Setelah dirasa semua persiapan oke, ia lalu mengeluarkan kaki-kakinya keluar jendela. Tangannya mencengkram seprai yang berubah menjadi tali itu dengan kuat, dan perlahan-lahan menuruninya. Gadis ini sungguh sangat pemberani. Ia tak takut bila harus turun dari bangunan itu, ia hanya terus memegang erat tali seprainya dan turun dari lantai 3 tempat kamarnya berada.

Sampainya di bawah ia segera bergegas menuju sebuah bangunan yang berada tak jauh dari tempat ia berada. Sekilas dilihat bangunan itu sepertinya dipakai untuk sebuah gudang. Ia berjalan mengendap-endap dan melewati beberapa semak yang menghiasi bangunan. Ini adalah istana besar, ada berbagai macam semak-semak dan bunga-bunga yang menghiasi pekarangannya.

Beberapa saat lamanya, ia telah sampai pada bangunan yang hendak ia tuju. Ia kemudian mengitari bangunan itu mencari pintu belakang. Setelah ia menemukannya... Ia lalu masuk ke dalam bangunan itu. Dan didapatinya ia melihat ruangan yang berada disana agak begitu gelap, karena tak mendapatkan cahaya matahari.

Pandangannya tertuju pada sebuah kereta kuda pembawa barang. Ada satu orang pengangkut barang yang ada disana. Ia terlihat sedang memindahkan guci besar yang ditutupi dengan kain.
Untuk sejenak, gadis berambut perak itu tersenyum menyeringai, nampaknya ia punya ide yang bagus.

***
Kembali Ke Atas Go down
solmaster
Newbie
Newbie
solmaster


Level 5
Posts : 8
Thanked : 0
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Jack of All Trades

[Web Novel] Wise Forceseeker Empty
PostSubyek: Re: [Web Novel] Wise Forceseeker   [Web Novel] Wise Forceseeker Empty2015-06-18, 16:26

Chapter 1

"Pak, tolong yang ini, ini dan itu". pinta seorang wanita berpakaian pelayan kerajaan di sebuah tenda jualan buah dan sayuran. "Oh iya, tolong ini juga... jangan lupa dibungkus ya pak".
"Cecilia... apa masih belum? Aku lelah sejak tadi berjalan dan membawa barang-barang ini". Gerutu seorang gadis yang nampak lebih muda dari wanita yang dipanggil Cecilia itu. Ia juga mengenakan pakaian sama seperti orang yang dipanggilnya itu.

"Ara~ tolong bersabarlah Margaretta, berhubung kita jarang keluar istana kurasa ini saat yang tepat untuk berbelanja di pasar... dan terlebih karena sekarang malam festival".
"Tapi, untuk apa kita berbelanja? Bukankah makanan di istana sudah cukup untuk kita para pelayan? Mengapa membeli bahan-bahan makanan seperti ini... tidak perlu menurutku".
"Itu karena nona meminta sesuatu yang spesial, jadi aku tak mungkin bisa menolaknya".
"Kalo makanan, kenapa ia tak minta koki kerajaan saja? Dia jadi sendirian kan di istana...".
"Jangan khawatir... ada pengawal kerajaan disana, kali ini raja menyuruh pengawalannya ketat".
"Menurutku itu percuma saja... terakhir dia malah kabur dari pengawalan ketat. Ia malah bermain di pohon besar di tepi kota. Seisi kerajaan dibuat repot olehnya".
"Sudah... sudah, nona memang masih polos. kamu juga begitu kok saat seusianya ... fufufu". Ucap Cecilia sambil tertawa lepas.

Margaretta kemudian hanya bisa membuat raut wajah yang muram. Sambil menunggu Cecilia yang sedang sibuk berbelanja perlahan ia menoleh ke arah toko penjual boneka. Ia melihat boneka yang terpajang dibalik kaca.

"Manisnya...". Ucapnya perlahan sambil memikirkan sesuatu. Itu adalah kejadian dimana tuan putri memberikannya boneka untuk pertama kalinya. Ia mengingatnya dengan jelas... "Ya... sudahlah, terkadang kalau kau tau kebenarannya... itu terlihat lebih baik". katanya sambil tersenyum kecil.

"Margaretta ... ayo cepat! nanti kau tertinggal!". Teriak Cecilia dari kejauhan memanggil.

Perlahan Margaretta pun mendekati Cecilia. "Iya sebentar...", jawabnya.

Pasar di ibukota kerajaan memang cukup padat, apalagi sewaktu festival. Jika kau berjalan terlalu jauh dari temanmu kau bisa kehilangan. Semua orang sangat antusias dalam festival kali ini. Terlihat jelas mereka membeli banyak bahan makanan untuk kebutuhan malam nanti.

"Dilihat darimana pun festival kali mungkin bisa lebih meriah dari tahun berikutnya". Ungkap Margaretta keheranan.
"Ya... karena kali ini banyak petualang dan orang asing yang berkunjung". Jawab Cecilia yang sudah ada di dekat Margaretta. "Terlebih pangeran Cornel sendiri yang akan membukanya". Raut wajah Cecilia pun berubah menjadi agak genit.
"Pangeran Cornel, ia sekarang sudah tumbuh besar".
"Benar sekali Margaretta! Pangeran Cornel sudah tumbuh menjadi dewasa! Selain itu dia juga baik, perhatian dan keren di depan semua orang..."
"Itu menjijikkan Cecilia...".
"Kenapa? aku rela kok jadi istri yang kedua pangeran..."
"Sewaktu kau jadi istrinya ... kau sudah terlihat seperti nenek-nenek tau!"
"Tak apa? Karena cinta sejati itu tidak selalu memandang usia"
"Image-nya bagaimana nanti...". Tutupnya berdesah. "Kalau saja tuan putri seperti pangeran, mungkin tidak terlalu merepotkan"

Pandangan Margaretta kemudian berpaling pada sebuah tenda penjual buah apel. Apel-apel itu nampak segar untuk dimakan. Dilihatnya ada seorang gadis kecil mengenakan jubah putih, terlintas rambutnya terurai keluar dari kerudung jubah itu. Warnanya putih nampak seperti seseorang yang dikenal Margaretta. Gadis itu terlihat sedang membeli apel.

"Pak tolong apelnya..."
"Oh, nona ... berapa yang anda mau?"
Gadis itu kemudian mengangkat tangan kanannya dan menunjukan 3 jari kepada penjual. Itu seperti sebuah isyarat.
"3 ? Baiklah... nona cantik, ini apelnya". Penjual kemudian memberikan apelnya pada gadis itu. Gadis itu kemudian memberikan beberapa receh uang kepada penjual. "Mata perakmu sangat cantik nona, kalo boleh tau dari mana anda berasal?".

Gadis itu kemudian menggelengkan kepalanya. Lalu mengucapkan "Terima kasih apelnya pak". Lalu ia kemudian pergi meninggalkan penjual.

Margaretta tertegun melihat percakapan mereka berdua. Itu sangat terdengar jelas di telinganya. Meskipun terlihat biasa tapi entah kenapa seperti ada sesuatu yang mengganggunya.

"Mata perak dan berambut putih...". Beberapa lama ia berpikir.
"Ayo cepat Margaretta... nanti keburu sore. Apa yang sedang kau lakukan? Bukannya kau minta untuk cepat?". Teriak Cecilia yang sudah berada jauh di depan Margaretta. "Tuan putri nanti menunggu lo...".

Kata-kata terakhir Cecilia mengingatkan Margaretta akan seseorang. "Mana mungkin...", katanya dengan wajah yang agak depresi dan keringat dingin.

Ia kemudian berlari ke arah Cecilia, "Cecilia, tolong bawa barang-barangnya sendiri... dan juga tolong cek kamar tuan putri". Setelah mengatakan hal itu, ia kemudian berlari ke arah berlawanan. Ia mengejar gadis berambut dan bermata perak yang diceritakan sang penjual.

"Baru saja aku memikirkannya, ia langsung keluar begitu saja... dasar! Kali ini aku mau buat permintaan pada raja!". Gerutunya sepanjang jalan sambil berlari mencari gadis dengan jubah putih.

Beberapa saat pencariannya, Margaretta akhirnya menemukan gadis itu sedang berjalan santai sambil membawa apel. Ia kemudian langsung menyentuh bahunya dan membalikan badannya.

"Tuan putri! Apa yang sedang anda la- ", Ia kemudian terkejut rupanya ia bukan orang yang sama persis diceritakan sang penjual.
"Ada apa ... kak?"
"Maaf... salah orang"

Sambil menundukan kepala, Margaretta meminta maaf. Anak itu pun kemudian pergi begitu saja. Margaretta pun menoleh ke arah gang yang agak gelap. "Ahh... !", ia melihat seorang gadis berambut perak berlari mengenakan jubah putih menyusuri gang itu. "Itu dia!!!", dengan segera Margaretta pun berlari mengejar gadis itu. "Kali ini, takkan kubiarkan lari lagi...!".

***


Terakhir diubah oleh solmaster tanggal 2015-06-22, 04:40, total 1 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
solmaster
Newbie
Newbie
solmaster


Level 5
Posts : 8
Thanked : 0
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Jack of All Trades

[Web Novel] Wise Forceseeker Empty
PostSubyek: Re: [Web Novel] Wise Forceseeker   [Web Novel] Wise Forceseeker Empty2015-06-19, 06:26

Chapter 2

Di suatu keheningan malam, seorang gadis berdiri di sudut kota. Mengenakan jubah compang-camping dengan bau yang agak tidak enak untuk dicium. Ia hanya merangkul kaki dengan kedua tangannya dengan pandangan yang kosong. Dan ia tak sekalipun mencoba untuk berfikir tentang hal lainnya. Ia hanya melihat lampu jalanan terang yang menyala di sepanjang jalan.

Aku sendirian... itu mungkin sebuah kata yang menggambarkan bagaimana perasaannya saat itu. Di tengah gelapnya malam, di tengah orang-orang yang sedang terbaring lelap di tempat tidurnya. Ia duduk sendirian di dekat gang gelap di ibukota.

Hidup itu tak diduga dan tak dapat disangka-sangka. Siapa yang tau jika kehidupan seseorang itu berakhir dengan cepat. Dan siapa yang tau jika kematian seseorang dapat mengubah masa depan anaknya.

Gadis itu bukan sendirian karena ia menginginkannya. Tapi ia hanya terbawa arus besar yang tak bisa ia lawan. Terlalu besar untuk dilawan seorang anak kecil. Sebatang kara, di tengah sunyinya malam.

Beberapa lama ia kemudian menatap ke atas langit. Melihat taburan bintang-bintang yang ada disana. Sedikit hati kecilnya yang rapuh itu mendapatkan kekuatan. Untuk sesaat ia menikmati kehidupannya. Meskipun, masih dengan pandangan yang sama.

Ini hanya satu-satunya yang tersisa. Sebuah pemandangan indah yang ia lihat di malam gelap. Di mana semua orang tertidur, dimana semua orang sedang terlelap. Ini hanya satu-satunya yang dapat ia rasakan.

***

"*tap* *tap*". Suara langkah cepat yang bergema di sebuah gang kecil di sudut kota. Suara itu semakin lama semakin cepat, seakan tak mau kalah cepat dengan langkah kuda.

Ya, Margaretta masih sedang berlari mengejar gadis berambut perak. Ia jauh berlari di belakangnya. Gadis yang dikejarnya pun mungkin tak menyadari bahwa ia sedang diikuti seorang gadis yang lebih tua usianya beberapa tahun itu.

"Ia berbelok? Tidak... aku bisa ketinggalan nanti!". Ujarnya sambil mencoba meningkatkan kecepatan larinya sewaktu ia melihat gadis yang dikejarnya itu.

Di perempatan gang itu ia berbelok dengan mulus ke kanan, seperti sebuah kuda yang berlari di jalur acuannya. Lalu, "Ia tersandung... baiklah ini kesempatanku!". Margaretta kemudian menambahkan kecepatan larinya dua kali lipat, namun...

"*Dugggg!! Darrrr!!*", suara benturan Margaretta sungguh keras sampai terdengar bergema di gang itu. Ia tersandung sama seperti yang dikejarnya. "Adu duh... sakit...".

Ia kemudian melihat sasarannya dibantu oleh seorang wanita yang sedang berjalan.

"Ara~ biar sini kubantu...". Suara wanita terdengar sampai ke gang yang agak gelap itu. Tempat dimana Margaretta terjatuh. Itu bukan hal yang mustahil mengingat jarak mereka agak dekat.

"Aku harus... *ughhh*". Margaretta kemudian mencoba untuk bangkit. Dengan semangat pantang menyerah ia kemudian langsung berlari ke arah gadis yang sedang lengah oleh wanita itu.

"Hoiiiyyaaaa... tuan putri! Takkan kubiarkan lolos!". Ia berhasil mendekat kemudian melompat ke arah gadis berambut perak itu. Mereka berdua kemudian terjatuh lagi ke tanah.

"Tuan putri... ayo cepat kembali!". Ucap Margaretta dengan nada sedikit marah.
"Tuan putri?". Kemudian kerudung gadis berambut perak itu terbuka. Terlihat sesosok wajah bermata dan berambut perak itu. Ia kemudian berkata, "Tuan putri siapa?". Kerudung jubah yang ia kenakan pun terbuka.

"Heeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee...................!!!~". Margaretta terkejut untuk yang kedua kalinya. Ia tak menyangka salah mengira untuk yang kedua kalinya. Dengan segera ia bangkit lalu meminta maaf padanya. Ia tak segan melakukan hal itu sekalipun kepada anak dibawah usianya.

"Mohon maaf! mohon maaf! mohon maaf!". Kata Margaretta sambil menundukkan kepalanya berkali-kali kepada wanita dan gadis itu.

"Tak apa apa ... kakak pelayan, aku juga tadi sedikit terkejut"
"Mohon maaf, aku kira tadi kamu orang yang aku kenal"
"Tak apa kak... ini sudah biasa terjadi kok... semua orang juga suka salah mengira"
"Tapi..."
"Karena kurasa apelnya tak apa-apa..." Gadis berambut perak itu mengambil sebuah apel di kantung yang ia genggam di dadanya kemudian mengulurkan sebuah apel, "Satu apel untuk kakak...".
Margaretta hanya bisa bersikap malu dan terlihat memalukan.
"Terima kasih...", Sambil menerima apel itu.
"Lain kali jangan sampai salah orang ya kak....", Gadis itu lari menjauh dari Margaretta. "Sampai jumpa kak... sampai jumpa bi".
"Ara~ anak yang baik..." Ucap wanita yang masih berdiri di dekat Margaretta.

Dari awal, ia sudah salah mengira. Namun ia tak bisa menerima hal itu dan tetap mencoba meyakinkan dengan menemukan kebenaran yang ia percayai. Dalam kasus ini Margaretta belum menemukan kebenarannya, ia hanya percaya pada kebenarannya sendiri.

"Mungkin aku sedikit berlebihan...". Wajahnya kemudian agak muram, sama seperti dulu. Perlahan ingatannya yang dulu itu mulai kembali.

"Aku pamit duluan ya~". Permisi wanita itu, sambil pergi menjauh dari Margaretta.

Melihat apa yang dilakukannya sia-sia ia hanya bisa termenung di tengah jalan. Namun sesaat pandangannya mengarah ke arah kursi di sebuah toko. "Lebih baik istirahat dulu ...".

Ia kemudian melihat ke arah kiri tempat ia duduk. Dari sana ia melihat tembok besar yang menjulang tinggi. Tembok itu merupakan tembok pertahanan kota ini. Tembok itu melindungi penduduk desa dari serangan binatang buas di luar sana.

Meskipun dirasa tembok itu cukup untuk melindungi, namun jika ada binatang buas yang datang mendekati tembok. Biasanya para penjaga beraksi untuk menyingkirkan binatang buas itu. Akhir-akhir ini raja begitu ketat menginstruksikan perintah itu. Karena sering terjadi penyerangan binatang buas di luar tembok.

"Akhir-akhir ini banyak sekali binatang buas di luar sana...". Ucap seorang prajurit yang bicara pada sesama temannya sambil berjalan perlahan di depan Margaretta yang sedang duduk.
"Ya, benar. Kita jadi benar-benar repot".
"Apalagi sekarang festival, banyak orang asing datang kesini. Kuharap mereka baik-baik saja ketika diluar sana"
"Kudengar tiga orang prajurit jadi korban penyerangan binatang buas, sewaktu mereka berada di hutan"
"Benarkah? Mengerikan sekali. Apa mereka dimakan atau semacamnya?"
"Jangan bicara hal menyeramkan seperti itu... tentu mereka diselamatkan. Namun luka mereka sungguh parah. Sekarang mereka masih dalam perawatan".
Kedua prajurit itu pun kemudian menjauh... Obrolan mereka selanjutnya kemudian tak bisa di dengar lagi oleh Margaretta.

"Kuharap tuan putri tak pergi keluar..." Gumamnya khawatir.

Sunyi sepi dan hening untuk beberapa lamanya.

Di tengah keadaan yang muram itu Margaretta kemudian berkata. "Jadi... mau kemana...". Dengan sangat cepat tangannya menggenggam sesuatu yang ada di belakangnya.

"Jadi kamu mau kemana???", ia membalik badannya ke belakang sambil menunjukan ekspresi yang sangat menyeramkan. "Anda tak mendengarnya???", tanyanya sekali lagi dengan wajah yang kian menyeramkan. "Tuan putri...". :gasp:

"*Ugya*". Tak lain dan tak bukan sesuatu yang ia genggam itu nyatanya adalah seseorang yang Margaretta kenal, ia sedang berusaha berjalan mengendap-endap di belakang Margaretta. "Ketahuan deh~ ". Ucapnya sambil berkeringat dingin memandang wajah pelayannya.

Kebenaran datang dari arah yang tidak disangka.

***


Terakhir diubah oleh solmaster tanggal 2015-06-22, 04:44, total 1 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
New_Rmer11
Newbie
Newbie
New_Rmer11


Level 5
Posts : 41
Thanked : 3
Engine : Multi-Engine User
Skill : Intermediate
Type : Developer

Trophies
Awards:
[Web Novel] Wise Forceseeker Empty
PostSubyek: Re: [Web Novel] Wise Forceseeker   [Web Novel] Wise Forceseeker Empty2015-06-19, 12:40

kerenn,,, lanjutkan ;)
Kembali Ke Atas Go down
solmaster
Newbie
Newbie
solmaster


Level 5
Posts : 8
Thanked : 0
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Jack of All Trades

[Web Novel] Wise Forceseeker Empty
PostSubyek: Re: [Web Novel] Wise Forceseeker   [Web Novel] Wise Forceseeker Empty2015-06-20, 06:39

Chapter 3

"Aku mau dengar alasannya lebih rinci...", kata Margaretta terlihat mengintimidasi tuan putri yang sedang bersujud di depannya.
"Aku kan sudah bilang Mari... aku mau pergi keluar sebentar". ujarnya sambil mengangkat kepala dengan wajah yang memelas.

Mereka berdua terlihat berdebat di bangku jalan itu. Namun, semua orang tak memperhatikan mereka berdua. Mereka hanya berlalu lalang begitu saja.

"Margaretta... bukan Mari, lagian kenapa harus keluar? Kenapa tak mencoba main rumah-rumahan di dalam kamar saja".
"Aku bukan anak kecil Mari, aku tak punya waktu untuk yang seperti itu. Aku pengen pergi keluar saja".
"Itu Margaretta... bukan Mari". Sambil memukul kepala tuan putri lembut, "Apa tuan putri gak ngerti? Terakhir kali tuan putri keluar... seisi istana dibuat repot tau".
"Itu udah lama Mari... buat apa cerita kejadian 2 bulan lalu".
"Huh? Jadi habis itu keluar lagi?". Margaretta pun menunjukan wajah seramnya pada tuan putri.
"Aku minta maaf, kalo aku terus di istana aku tak bisa bertemu dengan temanku".
"Teman? Teman siapa, aku tak ingat jika tuan putri punya teman".
"Mari Jahat! Aku punya kok! Makanya aku mau pergi keluar...".
"Kalau tuan putri punya teman panggil saja ke istana, bermainlah disana".
"Heee~ mana bisa Mari... dia tak bisa melakukan hal itu ke istana. Makanya aku harus sering mengunjunginya".
"Hmmpphh...". Margaretta menyela nafasnya, lalu "Kalo tuan putri masih tetap mau mengunjunginya paling tidak bawa 1 atau 2 pengawal. Juga, kabari aku saja. Kenapa harus sendiri..."
"Mana bisa... Edlo itu pemalu, ia tak suka jika banyak orang berkunjung...", sambil menoleh ke arah lain. "Makanya aku harus sendiri".
"Alasan..." Ucap Maragaretta dengan tegas. "Kalo tuan putri Lucy masih tetap bersikeras mau bertemu, ajak aku saja oke?".
"Jiiiiiiiiii~". Tuan putri menatap Margaretta dengan serius, Margaretta pun membalasnya. Sejenak keheningan tercipta di tengah pembicaraan mereka berdua. Di tengah canggungnya keadaan seperti itu akhirnya tuan putri membuat keputusan, "Baiklah... Aku mengerti... Jadi? sekarang kita bisa pergi kesana!".
"Besok...!"
"Eeeeeeeeeeeeeeeeee?!?!"
"Sekarang tuan putri harus pulang dulu, besok aku antarkan". Kata Margaretta sambil menarik jubah tuan putri lalu menyeretnya.
"Tapi... tapi tapi tapi tapi tapi tapi tapi...". Tuan putri tak bisa menyangkal lagi perkataan Margaretta, "Ini kan hari spesial Margaretta, ada festival hari ini jadi-".
"Kalo festival biar aku saja yang bersama tuan putri, sekarang tuan putri harus pulang dulu... Cecilia pasti terkejut sewaktu membuka kamarmu".
"Aaaa~". Dengan pasrah tuan putri hanya bisa ikut terseret oleh Margaretta. Mereka berdua kemudian mencoba menuju istana kembali.

Mereka berdua berjalan menyusuri kota itu menuju pusat sentral. Karena berada dekat tembok pelindung kota, paling tidak harus berjalan beberapa jauh lagi agar bisa sampai di istana.

Disepanjang jalan yang mereka lalui itu banyak orang yang berlalu lalang. Seperti yang dibicarakan sebelumnya, ada banyak pengunjung datang dan mau menghadiri acara Festival kali ini. Sebagian dari mereka adalah para petualang dan sebagian lainnya adalah pengunjung asing.

Para petualang biasanya datang untuk bertukar dan menjalankan misi yang tertera di rubrik publik. Rubrik publik biasanya dipampang di bar atau pusat kota. Dengan begitu, para petualang bisa melihat pekerjaan mereka dengan jelas. Jika seorang petualang memilih pekerjaan di rubrik publik, mereka harus menghubungi kerajaan terlebih dulu. Dengan pergi ke tempat Pusat Rubrik Kota di bagian Pekerjaan dan Permintaan. Setelah itu mereka bisa mendapatkannya. Ada berbagai macam pekerjaan dan permintaan tersedia, tak heran jika Pusat Rubrik Kota begitu ramai diisi oleh para petualang.

Kalau para pengunjung asing, biasanya datang hanya untuk berkunjung. Beberapa dari mereka hanya datang untuk kesenangan dan mencari hiburan di ibukota. Dan sebagian dari yang lain ada yang berjualan dan mengantarkan barang dagangan. Aktivitas impor dan ekspor barang menjadi prioritas ekonomi kerajan untuk mengisi kebutuhan penduduk ibukota.

"Lihat Mari ... ada boneka lucu". Kata tuan putri dengan lugu. "Itu sama seperti wajah Christine saat sedang tidur lo". Imbuhnya.
"...", Margaretta hanya terdiam.
"Ah! Topeng yang itu terlihat seperti Jendral Gramm... seram sekali".
"..."
"Hooo..! Ada boneka kecil yang sama seperti Lucas, aku harap kapan bisa ketemu lagi ya".
"Kalau mau mengalih perhatian percuma saja ... tuan putri".
"*sigh* Padahal aku cuma mau nunjukin saja ...". Kata tuan putri murung, "Dari tadi Mari selalu saja diam cemberut. Mama bilang kalo kebanyakan cemberut nanti cepet tua lo".
"Makanya jangan nyusahin orang... tuan putri. Kalo masalah cepet tua nanti tuan putri juga bakal tua , dan lebih repot".
"Kalo itu... aku sudah punya solusinya!".
"Solusi? Solusi gimana?".
"Aku tinggal pergi bertualang... lalu mencari obat awet muda! Melawan naga dan bertemu pahlawan". Jawabnya sambil berwajah genit.
"Kalo itu sih bukan solusi namanya... emang ada yang namanya obat awet muda?".
"Ada kok... obat awet itu katanya dibuat oleh titisan bidadari yang turun dari langit. Selama lebih dari ribuan tahun silih berganti. Lalu, karena banyak manusia yang mencoba mencarinya. Obat awet muda itu diletakan di sebuah gua yang dalam". Umbarnya bercerita. "Lalu jika ada manusia yang datang dan mencari... nanti mereka harus berhadapan dengan seekor naga yang buas". Tambahnya makin menjadi. "Kita tinggal kalahkan naga itu dulu, lalu ambil obatnya. Simpel kan?"
"Simpel apanya..." Jawab Margaretta mendesah, "Lagipula apa bisa manusia melawan naga sebesar itu? Dilihat dari mana pun semua orang pasti akan kalah".
"Huh? tapi bukannya kita punya Pworsikk... apa itu..."
"Forceseeker!"
"Ya itu! Mereka cukup kuat kan... Lucas bilang ketika ia sudah besar mau jadi Forceseeker. Bukannya Margaretta juga seorang Forceseeker?"
"Huhhhh...", Desah Margaretta "Tuan putri terlalu banyak baca cerita dongeng".
"Gak apa kan... lagian itu menarik kok... Mari harusnya lebih banyak baca"
"Sayangnya aku tak mau ketularan tuan putri..."
"Mari emang membosankan... Makanya Mari gak keliatan bersama cowok"
"*dug*", Hati Margaretta bagaikan ditusuk. Namun kemudian ia mendengar sebuah suara.
"Aku lapar Mari...".
"Ini makan apel..."
"E? Ada apel? aku baru sadar sekarang Mari bawa apel... beli sendiri?"
"Tadi dikasih ibu-ibu dijalan", Jawab Margaretta sambil menoleh ke arah tuan putri
"Oh...*nom* *nom*", Suara tuan putri mengunyah apel pemberian Margaretta. "Enak! Aku jadi pengen satu lagi".
"Kita bisa beli banyak nanti... untuk sekarang tolong jalan yang be- *dug*". Margaretta bertabrakan dengan seorang anak. Karena tabrakan itu apel yang dimakan tuan putri jatuh ke bawah.
"Ahhh....! apelnya...! tidak bisa dimakan lagi ...". Keluh tuan putri.
"Adududuh...", Margaretta jatuh bersama barang-barang yang berserakan di tanah.
"Ahh... maaf, pandanganku terhalang barang-barang itu jadi tak bisa melihat dengan benar" Ujar seorang anak laki-laki yang bertabrakan dengan Margaretta.
"Iya tak apa-apa, lagian aku juga tak melihat si..." Ucap Margaretta dengan sopan.

Anak laki-laki itu kemudian mengambil barang-barangnya yang berserakan di tanah. Dari tampangnya anak laki-laki itu berambut hitam legam, bermata merah dan mengenakan jubah hitam terbuka di bagian depan. Dari segi auranya, ia seperti orang yang agak dingin, dan dari segi penampilannya ia nampak seperti seorang petualang kecil. Usianya mungkin hampir sama dengan tuan putri, tapi ia jauh lebih tinggi. Terlihat juga ada senjata berupa pisau di pinggangnya.

"Ah... petualang?". Tanya tuan putri penasaran.
"Ya... mungkin bisa jadi...". Jawab anak laki-laki itu ragu.
"Sini biar kubantu..."

Beberapa lama akhirnya mereka bertiga membereskan barang-barang itu. Lalu...

"Terima kasih karena sudah membantu... ini ada apel...", Ucapnya sambil mengambil apel dari kantong makanan.
"Ah terima kasih...". Balas tuan putri bahagia.
"Ini untuk kakak".
"Ah tidak perlu, aku tak begitu lapar..."
"Baiklah... kalo begitu sampai jumpa...", Tutup anak itu berjalan jauh dari Margaretta dan tuan putri. Ia tak tersenyum atau melambaikan tangan, ia hanya pergi begitu saja. Anak itu memang agak terlihat dingin.

***
Kembali Ke Atas Go down
solmaster
Newbie
Newbie
solmaster


Level 5
Posts : 8
Thanked : 0
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Jack of All Trades

[Web Novel] Wise Forceseeker Empty
PostSubyek: Re: [Web Novel] Wise Forceseeker   [Web Novel] Wise Forceseeker Empty2015-06-23, 16:50

Chapter 4

Sore hari dekat gerbang istana. Para prajurit kerajaan merasa keheranan karena ia melihat tuan putri mereka bersama seorang pelayanan.

"Ehh? Aku tak salah liat? Kenapa tuan putri bersama seorang pelayan?". Ujar salah seorang prajurit yang sedang berdiri menjaga gerbang.
"Benar... mengapa tuan putri bersamanya ya?". Balas teman yang ada di sampingnya.
"Mungkinkah tuan putri kabur lagi?"
"Ya... kurasa demikian"
"Wah... kalo begitu kita beruntung, aku cape kalo seharian dipakai untuk mencarinya"
"Ya ya, kau benar... semua prajurit jadi kewalahan. Padahal hanya seorang gadis kecil"
"Selain itu, hebat juga pelayan itu... bisa berhasil menangkap tuan putri"
"Begitulah"

Tuan putri dan Margaretta pun berada di gerbang utama menuju istana. Terlihat Margaretta dengan erat menggandeng tangan tuan putri. Kedua prajurit itu kemudian memberi salam.

"Selamat siang tuan putri!". Ucap mereka berdua.

Tuan putri dan Margaretta hanya berjalan mengarah ke pintu utama. Disana, terlihat Cecilia sedang menunggu. Setelah ia melihat Margaretta dan tuan putri bersama...

"Ah syukurlah! Kalian berdua bersama...!". Teriak Cecilia sambil menghampiri mereka berdua.
"Aku menemukannya berada di kota... katanya ia mau pergi keluar... beruntung aku ada disaat yang tepat". Ucap Margaretta.
"Aku kaget ternyata setelah aku buka kamar tuan putri, ia tidak ada di dalam. Tapi, meskipun begitu... kamu tak apa-apa kan, tuan putri?"
"Ummm..." Jawab tuan putri tak memperhatikan.
"Tuan putri... kalau mau pergi keluar ajak aku kali-kali. Kita berdua bisa kabur bersama-sama!"
"Cecilia!!". Wajah tuan putri pun berubah menjadi girang dan mereka berdua berpelukan.
"Sejak kapan kalian berdua jadi bersekongkol?!". Tanya Margaretta keheranan.
"Nah tuan putri... sekarang ayo pergi mandi dulu".
"Kenapa? Padahal sekarang kan masih siang?"
"Aku dapat kabar, katanya pangeran Helibium datang berkunjung ke sini..."
"Pangeran Helibium? Yang dari Montrea?
"Ya..."
"Apa itu artinya Lucas bakalan datang berkunjung kesini?"
"Kurasa..."
"Hore! Hore!" tuan putri pun berteriak kegirangan, ia pun menari-nari disekitar pekarang.
"Kenapa pangeran Helibium datang? Bukannya ini agak tiba-tiba?". Tanya Margaretta penasaran.
"Kalau masalah itu... aku kurang mengerti detilnya tapi, kurasa ia mau mengadakan pengajuan permohonan".
"Untuk apa?"
"Bantuan perang..."

Margaretta kemudian tertegun setelah mendengar perkataan Cecilia. Baginya, kata-kata itu membuat luka lama di hatinya terbuka kembali. Namun, ia tak mencoba mengekspresikan hal itu di depan Cecilia.

"Sudahlah... kurasa ini diluar urusan kita". Kata Margaretta dengan tegar. "Tuan putri ayo segera pergi...". Tambahnya.

Tapi, ia hanya melihat tuan putri terkapar di pekarangan. Matanya terlihat berputar-putar.

"Apa yang sedang kau lakukan ...?".

***

Gadis itu kemudian bangun di pagi hari, tepat setelah semua orang bersiap untuk memulai berniaga. Ia bangkit lalu pergi menghilang ke sebuah gang gelap. Di dalam gelapnya gang itu ia mencoba untuk mencari sesuatu. Sesuatu untuk ia makan, lebih tepatnya sisa makanan orang-orang di pagi hari.

Beberapa lama ia mencari dan mencari di tumpukan sampah, ia akhirnya menemukan makanan. Itu adalah sebuah roti, terdapat gigitan kecil di ujungnya. Namun itu nampak masih baru dan hangat. Tanpa pikir panjang ia melahap roti itu.

Setelah ia menghabiskan roti itu, ia kemudian pergi lagi. Menghilang di gang gelap itu.

***

Kembali Ke Atas Go down
Sponsored content





[Web Novel] Wise Forceseeker Empty
PostSubyek: Re: [Web Novel] Wise Forceseeker   [Web Novel] Wise Forceseeker Empty

Kembali Ke Atas Go down
 
[Web Novel] Wise Forceseeker
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
RPGMakerID :: Community Central :: Role Playing-
Navigasi: