|
| Last Symphony of the Dragon | |
| | Pengirim | Message |
---|
danny_warfield Advance
Posts : 561 Thanked : 2 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Artist
| Subyek: Last Symphony of the Dragon 2010-04-12, 22:52 | |
| - Spoiler:
ide cerita ini sebenernya aku dapat tadi siang.. masalahnya rasanya aku gak bisa bikin game kayak L dungeonnya Pi manso aku mungkin cuma bisa supply ide cerita dan art aset(sprite dan BG) lagipula rasanya game ini mengarah ke tribute untuk seseorang
PROLOGUE - Spoiler:
Langit kelam bersemu kebiruan menghiasi lapis lazuli gemerlap lampu kota kecil Den Vort, di ufuk timur tampak garis-garis cakrawala merah tipis nan indah, sepertinya sang surya akan segera bangun dari tidurnya.
Di salah satu sudut kota, tampak dua orang sedang berdiri di atas atap sebuah bangunan tua yang berada tepat di depan sebuah gereja kuno. Dua orang itu… salah seorangnya adalah seorang lelaki berpakaian piyama tampaknya masih berumur sekitar 20 tahunan dan seorang lagi adalah seorang gadis muda yang dari penampilannya tampaknya dia masih sekitar 14-15 tahunan, gadis itu tampak tidak sedang berdiri melainkan melayang beberapa centi di atas atap bangunan itu. Berdua, mereka memandang ke arah gereja tersebut.
“sampai kapan kau akan menunggu dia?…. ini sudah hampir saatnya kau pergi….”. Gadis itu mencoba membuka pembicaraan sambil meregangkan otot-otot tangannya. Tampaknya dia sudah berada di tempat itu dalam waktu yang cukup lama dan hal itu membuatnya sedikit bosan.
“Kumohon… tunggulah beberapa saat lagi… dia pasti datang kok…. percayalah padaku.”
“yeah.. terserah kamu saja, hanya saja kau harus tahu… saat matahari terbit nanti… aku akan membawa pergi… suka ataupun tidak… kau harus ikut denganku…”
Lelaki itu hanya memandang gadis itu kemudian kembali menatap gereja itu.
Agak lama mereka berdua saling terdiam, lelaki itu kemudian berbicara kepada gadis itu… “Hey,….. sambil menunggu dia … apa kau mau mendengar sebuah cerita dariku?”
“Hm… cerita ya?… kalau memang menarik mungkin aku bersedia mendengarkan dan mungkin juga aku akan memberi sedikit lagi waktu kepadamu untuk menemui dia…” Tampaknya gadis itu mulai tertarik dengan pembicaraan lelaki itu, sementara lelaki itu tersenyum melihat reaksi gadis itu…
“Tenang saja… cerita ini pasti sangat menarik bagimu…”
CHAPTER 01: The Lost Melody - Spoiler:
Hujan rintik-rintik mulai membasahi pepohonan dan rerumputan, langit terlihat sangat kelam dan kadang terdengar suara gemuruh dari balik awan itu. Suasana yang kelam dan penuh kegelapan itu tampaknya juga sedang menghampiri hati seseorang yang tinggal di sebuah mansion besar yang terletak di kaki gunung. Di salah satu ruangan mansion itu, tampak seseorang lelaki duduk terdiam sambil memandangi piano di depannya. Dia kemudian menekan tuts demi tuts yang ada di piano dengan jari-jarinya dan secara perlahan jari-jarinya mulai menari dengan cepat mengiringi alunan nada yang muncul seiring tuts-tuts itu dimainkan dan piano itu pun mulai melantunkan sebuah melody.
Sebuah melody yang sangat indah sekali… mengalun begitu tenang sehingga membuat dunia serasa berjalan lambat di sekitar lelaki itu…..
Melody yang terus mengalun itu kemudian mulai terlihat bentuknya menjadi sebuah symphony… sungguh indah sekali….
GRANG!!!!!
Tiba-tiba lelaki itu menggebrak pianonya tepat di saat symphony itu mengalun. Dengan penuh emosi, lelaki itu merenggut partitur yang ada di depannya dan melemparkannya ke arah pintu ruangan tersebut.
“SIAL !!! KENAPA !!??… kenapa tidak bisa !!???…. Kenapa aku tak bisa menemukan melody berikutnnya….. HUH!!!!”
Lelaki itu tampak sangat putus asa, bahkan dia tidak menyadari kalau saat itu suara pianonya telah membuat terkejut seseorang. Saat itu gadis yang terkejut dengan suara kemarahan lelaki itu segera datang menghampiri ruangan tempat lelaki memainkan pianonya. Gadis berpakain maid itu dengan wajah yang sangat khawatir kemudian berjalan perlahan menghampiri lelaki itu. “Tuan Vince…. Ada apa…?.. kenapa tuan tiba-tiba terlihat kesal sekali?”
“Tidak… aku tidak apa-apa… hanya saja aku merasa kesal karena tak bisa menyelesaikan symphony ini…”
Gadis itu kemudian mendekati lelaki yang bernama Vince tersebut dan berusaha menenangkan Vince. “Wajah tuan terlihat pucat sekali, apa tidak sebaiknya tuan beristirahat saja sejenak?”
“Tidak bisa… pertunjukanku.. konser terbesar dalam hidupku tinggal seminggu lagi… jika aku tak bisa selesaikan symphony ini sebelum konserku tiba… maka sia-sialah usahaku selama ini…”
Vince berusaha bangkit dari tempat duduknya namun tampaknya dia sudah kehabisan tenaga sehingga diapun kembali terduduk di tempat duduknya….
“TUAN VINCE!!” Gadis itu menjadi semakin khawatir dengan keadaan Vince.
“HEHE… padahal hanya ingin mengambil partitur saja aku sudah tak mampu” Pandangan Vince tampak mengarah ke arah partitur yang baru saja dibuangnya. “Clea… tolong ambilkan partitur itu…”
Gadis itu mengambil partitur yang telah dibuang Vince dan dia mencoba merapikan kertas partitur tersebut dengan tangannya. Sejenak Clea memperhatikan isi partitur itu…
“Symphony ini… belum selesai… “
“Yeah… memang belum selesai Clea…. karena itu aku ingin menyelesaikannya sebelum konserku ti… ba…”
Vince jatuh pingsan setelah dia menyelesaikan kalimatnya…
**********
“Jadi… lelaki itu mati…?” “hey…. ceritanya belum selesai sampai di situ… jangan memotong ceritaku seenaknya dong…” CHAPTER 02: Forest Greeting - Spoiler:
Vince tersadar dari pingsannya. Saat dia membuka matanya dia kebingungan karena dia tidak lagi berada di ruang pianonya. “HUH?? Dimana ini? Kenapa tiba-tiba aku berada di tempat seperti ini ?”
Saat Vince memandang sekelilingnya, yang terlihat Cuma sebuah kawasan hutan dan Vince terduduk di atas kereta caravan yang rusak berat. Tampaknya bukan rusak karena lapuk… tampaknya lebih mirip seperti… habis terjadi kecelakaan…
“Heyy… LEON!!!” Tampak seorang gadis berlar tergesa-gesa menghampiri Vince yang masih duduk terbengong-bengong.
“Syukurlah Leon, kau baik-baik saja… kau tahu tidak… kau benar-benar beruntung bisa selamat dari kecelakaan itu…”
Vince melihat kereta Caravan yang dia naiki… dan dia sadar kalau ternyata kereta itu memang rusak karena kecelakaan. Tapi Vince merasa ada yang aneh….
“Leon…? kenapa kau memanggilku Leon.. Clea?” Vince balik bertanya pada gadis yang baru saja ditemuinya dan wajahn ya memang mirip sekali dengan Clea.
“EH??… kenapa kau memanggilku CLEA?? Lagipula kau sendiri malah kebingungan saat aku panggil namamu…”
Gadis itu mendekati Vince.. begitu dekatnya sehingga membuat Vince menjadi grogi…. “Eh.. kau tidak kena gegar otak khan??”
“Urgh memangnya apa yang terjadi sebenarnya?” Vince mulai panik
“Hmm… tidak heran, pasti kecelakaan parah ini sudah mengganggu otakmu.”
“Baiklah biar aku perjelas ya… Namaku Arietta.. A..R..I..E..T..T..A.. paham?”
“Nama kamu itu Leon.. Ingat nama kamu Leon…” Gadis bernama Arietta itu berbicara lantang sambil terus-menerus mengarahkan telunjuknya ke arah Vince.
“Eh…LEON??… bukan… itu bukan namaku, AKU VINCE BUKAN LEON…” Vince mencoba menjelaskan namanya yang sebenarnya dan hal itu membuat Arietta terbelalak kaget…
“Wah gawat nih, kayaknya kamu benar-benar kena gegar otak !!”
“Baiklah kalau begitu, kamu harus ikut aku kembali ke desa!! Kamu harus segera aku periksakan ke dokter. Kalau tidak bisa makin parah nih!” Arietta menarik tangan Vince, walaupun berusaha memberontak.. tapi nampaknya percuma karena gadis itu lebih kuat daripada Vince. Akhirnya Vince pun mau tidak mau terpaksa ikut dengan Arietta.
**********
Well, ini ide ditujukan buat Game maker karena itu minta bantuannya yg pada megang GM supaya bantuin aku wujudin game ini jadi nyata pliss spesifikasi kebutuhannya later aja... | |
| | | Pi-Man Novice
Posts : 115 Thanked : 0 Engine : Other Skill : Intermediate Type : Developer
| Subyek: Re: Last Symphony of the Dragon 2010-04-13, 18:24 | |
| Hm, kalau sekedar eventnya, rasa bisa dibuat. Lebih mudah mengaturnya dengan timeline. Coba kamu suplai resourcenya, kalau sempat aku coba bantu. Itung-itung balas jasa...
*Ini tribute untuk Vee? | |
| | | danny_warfield Advance
Posts : 561 Thanked : 2 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Artist
| Subyek: Re: Last Symphony of the Dragon 2010-04-13, 20:42 | |
| @ Pi... Yes.... CHAPTER 3: Mathasa - Spoiler:
Arietta dan Leon/Vince tiba di sebuah desa kecil. Dari jauh, desa itu bagaikan sebuah gugus perahu di tengah samudra luas karena selain bentuk atap-atapnya yang mirip perahu tongkang, desa itu dikelilingi oleh sawah-sawah yang terhampar luas sementara di sekitar area persawahan itu dibatasi oleh gunung-gunung yang kokoh nan asri. Angin bertiup melewati hamparan sawah yang tampak di beberapa bagiannya telah menguning. Saat itu Vince merasa sangat takjub melihat pemandangan itu, karena saat itu seakan-akan dia bagaikan melihat gugusan perahu yang berlayar bersama-sama mengarungi samudra yang luas.
“Heh!! Melamun saja...” Arietta menepuk pundak Vince/Leon.
“Oh maaf, aku hanya terpesona dengan pemandangan ini, baru pertama kali ini rasanya aku melihat keindahan ini.”
“Yeah... memang jika melihat pemandangan desa kita dari sini rasanya seakan-akan kita baru pertama kali melihatnya, padahal kita sudah sering melihat pemandangan ini iya khan?” Arietta juga turut melihat pemandangan yang sama dengan yang dilihat Vince. “Baiklah.... cukup sudah bengongnya, ayo kita pergi ke rumah dokter sebelum luka di otak kamu bertambah parah” Arietta kembali menarik paksa lengan Vince/Leon.
********** Beberapa saat kemudian di tempat Dokter Brown Cida.
“Ayo coba buka mulut mu.. AAA....”
Leon membuka mulutnya lebar-lebar dan dokter memeriksa rongga mulut Leon dengan senter kecilnya.
“Err..... Dokter Brown...”. Dokter brown menoleh ke arah Arietta saat namanya dipanggil. “Ya ada apa Arietta?”
“Memangnya ada hubungannya ya antara gegar otak dengan kesehatan mulut?”
“Oh maaf, aku jadi terlalu detil memeriksa kondisinya....”
“Kan aku cuma minta agar Leon diperiksa apakah dia mengalami gegar otak atau tidak, kalau dokter periksa yang lain-lain kan nanti biayanya nambah banyak... Dokter sengaja ya?”
“Wah, kamu kok tahu sih kalo aku lagi cari kesempatan buat dapat uang lebih ahhaha...”. sang dokter tertawa sambil menggaruk-garuk kepalanya sementara itu terlihat Leon dan Arietta sama-sama berwajah sinis saat mendengar ucapan dokter yang ‘garing’ itu.
“Ya sudah, begini... sebenarnya kau tidak perlu terlalu khawatir terhadap kondisi teman kamu ini... karena Leon sama sekali tidak mengalami luka yang serius dan pada otaknya tidak terjadi gegar otak yang parah.. hanya gegar otak kecil saja sih tapi itu juga akan segera pulih dalam waktu dekat.”
“oh begitu...Syukur deh”. Arietta manggut-manggut tanda kalau dia mengerti dengan penjelasan sang dokter.. “Tapi dok, kenapa Leon berkali-kali memanggilku dengan nama Clea dan menganggap bahwa dirinya bernama Vince?”
“Hm... mungkin karena efek samping dari kecelakaan itu Leon mengalami sedikit guncangan dan mungkin saat dia pingsan dia sempat mengalami halusinasi sehingga saat dia telah sadar pun dia tetap merasa masih terbawa dalam halusinasinya selama pingsan tadi... tapi jangan khawatir itu cuma efek sementara saja kok.” Jelas sang dokter kepada Arietta. Saat mendengar percakapan antara Arietta dengan dokter Brown membuat Vince bertanya-tanya dalam hatinya. “Halusinasi...? mana mungkin... aku ingat betul kalau diriku ini adalah Vince... yang membuatku heran adalah... kenapa aku bisa ada di tempat ini?” “Jangan-jangan justru saat ini aku sedang bermimpi.....” Vince mencubit lengannya keras-keras, tapi lengannya benar-benar terasa sakit saat dia mencubitnya. “Ouch sakitnya... Jadi ini benar-benar nyata ya?”
Di lain pihak terlihat bahwa Arietta hampir selesai bicara dengtan dokter brown. “Mungkin, sebaiknya kau bawa Leon berkeliling desa ini dan mengantarnya kembali ke rumahnya.. mungkin dengan cara itu bisa memulihkan temporary amnesianya...” Sang dokter memandang Vince/Leon yang tampaknya masih sibuk dengan pikirannya sendiri. “Begitu ya dok.. baiklah.. terima kasih atas penjelasannya” Arietta melangkah mendekati Vince/Leon sambil berkata “Ayo Leon, kita pergi dari sini...”
Vince/Leon melihat wajah Arietta dengan seksama, akhirnya Vince pun sudah membuat keputusan...
“Hm.. baiklah sudah aku putuskan.. sebaiknya aku mengikuti Arietta saja.. mungkin bisa dapat petunjuk atas apa yang sebenarnya terjadi pada diriku” Vince/Leon pun beranjak dari tempat duduknya dan mengikuti Arietta yang berjalan ke luar ruang dokter.
Saat di beranda rumah dokter, Arietta berbalik dan menatap Vince/Leon. “Kau masih belum ingat kalau kau ini Leon?”
“Aku sudah ingat kok Arietta... hanya saja aku tidak begitu ingat akan desa ini, mungkin aku butuh sesuatu untuk bisa mengembalikan ingatanku...”
Arietta tersenyum. “Kalau begitu, ayo... aku ajak kau berkeliling desa ini lalu setelah itu kau aku antar kembali ke rumahmu...”
**********
Arietta dan Vince/Leon meninggalkan rumah dokter dan mulai berjalan berkeliling desa. Selama berkeliling, Vince mengetahui bahwa ternyata dia cukup dikenal di desa yang bernama Mathasa itu. Sebagian besar orang merasa heran karena Leon yang harusnya pergi berdagang ke luar Desa Mathasa malah kembali lebih cepat dari waktunya. Arietta lalu menjelaskan kepada penduduk yang bertanya bahwa Leon baru saja mengalami kecelakaan di hutan karena kereta Caravannya menabrak pohon setelah sebelumnya kehilangan kendali. Mendengar penjelasan dari Arietta membuat para penduduk bersimpati terhadap Leon dan mereka berharap agar Leon bisa segera pulih.
Setelah cukup puas berkeliling akhirnya Arietta mengantar Leon kembali ke rumah yang menurut Arietta adalah rumah dari Leon. “Baiklah kita sudah sampai di rumah kamu. Mungkin sebaiknya kau beristirahat saja agar kondisimu bisa segera pulih dan aku juga berharap agar ingatanmu juga dapat pulih dengan cepat setelah ini.”
“Terima kasih Arietta...” Jawab Vince/Leon
Arietta tersenyum kemudian berjalan meninggalkan Leon.
**********
masih dipikirin mau kayak gimana art assetnya.. soalnya yang jelas kayaknya rencana game ini bakal butuh banyak dukungan music/BGM bernada symphony sementara aku masih provide di cerita gamenya dulu.. (belum menemukan bayangan yg pas juga soalnya buat gambar gambarnya) | |
| | | danny_warfield Advance
Posts : 561 Thanked : 2 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Artist
| Subyek: Re: Last Symphony of the Dragon 2010-04-14, 20:23 | |
| update NB: Berikutnya nama Vince saja yg akan tetap dipakai.. namun jika ada karakter yang memanggil dengan nama Leon maka yang dimaksud di sini tetap saja Vince CHAPTER 4: Into The Silent - Spoiler:
Arietta mulai berjalan meninggalkan rumah Leon, namun setelah berjalan beberapa langkah dia kembali menemui Leon yang masih ada di depan rumah, tampaknya Arietta teringat akan sesuatu hal. “Oh iya, aku hampir saja lupa. Ada hal yang harus aku sampaikan kepadamu... mungkin kau sedikit lupa dengan hal yang biasa terjadi di desa ini...”
“Apa maksudmu Arietta?”
“Begini, setiap pukul 8 malam, seluruh penduduk sudah berada di dalam rumahnya dan sebagian dari mereka pasti segera tidur, kalaupun belum maka tak ada satupun yang berani keluar rumah mereka.”
“Kenapa bisa begitu??” Vince menjadi penasaran
“karena pada saat itu kabut dari gunung mulai menuruni bukit dan memenuhi desa ini dengan kabut tebal dan siapapun yang keluar pada malam itu akan hilang ditelan kabut dan tak bisa kembali lagi......” wajah Arietta terlihat sangat serius sekali
“Karena itulah, apapun yang terjadi aku harap kau tidak keluar dari rumah setelah pukul 8 malam.” Arietta kemudian pergi meninggalkan Leon setelah memberi peringatan kepada Leon akan hal yang biasa terjadi di desa tersebut setiap malam.
********** Matahari akhirnya terbenam sempurna di ufuk barat dan segera setelah itu malam pun tiba. Vince terus memperhatikan kegiatan para penduduk dari jendela rumahnya. Saat itu dia melihat dari pukul 6 hingga pukul 7 malam, para penduduk terlihat sibuk sekali menyelesaikan pekerjaan mereka dan segera bersiap-siap untuk masuk ke dalam rumah mereka masing-masing, semakin mendekati pukul 8, para penduduk itu semakin sibuk namun pada akhirnya ada juga beberapa penduduk yang meninggalkan pekerjaannya dan langsung masuk ke dalam rumah. Meskipun terlihat sudah sangat terbiasa dengan rutinitas itu, namun Vince bisa melihat jelas bahwa raut wajah para penduduk itu menyimpan ketakutan dan kekhawatiran yang sangat besar. Satu persatu para penduduk mulai menutup pintu dan jendela rumah mereka. Vince yang masih merasa penasaran pun akhirnya memutuskan untuk ikut menutup pintu dan jendela rumahnya. Merasa tak ada yang bisa dilakukan untuk saat ini dia pun memutuskan untuk bergegas tidur.
**********
Suasana begitu sepi saat itu.... benar-benar sepi...
Sama sekali tidak terdengar suara... bahkan hewan malam pun seakan-akan turut bersembunyi sehingga saat itu sama sekali tak terdengar suara bianatang apapun....
Hanya saja, terkadang terdengar suara desiran angin yang jika diperhatikan dengan seksama ternyata membuat hati yang mendengar bagaikan teriris-iris.. seakan-akan itu adalah suara suara penderitaan dan kepedihan yang menggema dan bergaung dan menghantui desa ini.
Vince yang sejak tadi mencoba untuk tidur ternyata tetap saja tidak bisa, akhirnya dia terus membolak-balikkan badannya di atas ranjang.
“Sial.... kenapa aku sama sekali tidak bisa tidur??”
Cukup lama Vince menatap langit-langit rumahnya... akhirnya Vince bangkit dari tempat tidurnya dan ia berjalan mendekati pintu utama.
“Aku.. benar-benar penasaran.....” Vince memegang gagang pintu dan perlahan membuka pintu tersebut. Sesampainya di teras rumah, Vince melihat ke arah sekelilingnya.. saat itu Vince bisa merasakan hawa yang mencekam dan membuat bulu kudknya merinding.
“Hanya ada kabut tebal... dan suasananya... HIII... benar-benar sepi....”
Suasana desa saat itu benar-benar sangat.. sangat mencekam...
“HII... benar-benar berbeda dengan suasana siang tadi, saat ini desa Mathasa ini jadi benar-benar mirip seperti desa berhantu.”
Vince mencoba berjalan ke raha jalanan desa... saat itu kabut sangat tebal sehingga dia kesulitan melihat sekitarnya.. bahakan bisa dibilang jarak pandangnya sangat terbatas.. karena dia hanya bisa melihat sesuatu dengan jelas sejauh jarak 5 meter saja... namun Vince tetap berjalan-jalan.. menyusuri jalanan desa sampai setelah berjalan beberapa langkah ia mencoba menoleh ke arah belakang ternyata ia sudah tak bisa lagi melihat rumahnya...
Sayup-sayup terdengar suara gemuruh dari arah luar desa. “Suara gemuruh??,,, tunggu ini bukan suara gemuruh... ini lebih mirip suara... ledakan beruntun...”
Vince mencoba mencari tahu sumber suara itu, namun kondidi kabut tebal itu sangat menyulitkannya untuk berjalan dan mencari arah yang benar sumber suara itu. Vince terpaksa mengandalkan pendengarannya untuk mencari tahu sumber suara itu...
Dia terus berjalan dan terus berjalan tanpa peduli kabut-kabut tebal yang ada disekitarnya. Semakin lama dia berjalan.. tamapknya Vince semakin berjalan ke arah yang benar karena suara gemuruh itu semakin lama semakin terdengar jelas. Tanpa sadar Vince telah tiba di tempat sumber suara itu...
Saat itu Vince masih saja kesulitan melihat karena kabut tebal masih saja menutupi pengelihatannya.. namun dari terrain yang dia injak dia bisa tahu kalau dia saat ini telah tiba di areal persawahan.
“Jadi di sini sumber suara itu.... tapi.. sulit sekali melihat di sini.. kabutnya... terlalu tebal...”
GLARRRR!!!!!!
Sebuah ledakan tiba-tiba datng di dekat Vince.. jaraknya begitu dekat sehingga membuat Vince harus menutup telinganya sambil memejamkan mata. Mungkin akibat dari ledakan itu.. kabut secara perlahan-lahan menghilang dan pandangan Vince menjadi sangat jelas...
Saat itu Vince menjadi sangat terkejut dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya........
**********
| |
| | | danny_warfield Advance
Posts : 561 Thanked : 2 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Artist
| Subyek: Re: Last Symphony of the Dragon 2010-04-15, 21:05 | |
| CHAPTER 5: Rocking Earth - Spoiler:
Vince masih diam terpaku melihat pemandangan di sekitarnya. Dia baru menyadari kalau ternyata dia terperangkap di sebuah medan pertempuran yang sangat besar!!! Dari berbagai arah terlihat ribuan tentara yang menunggangi robot-robot bertenaga uap berbentuk mirip seperti ayam raksasa yang terbuat dari metal. Para tentara itu bersenjatakan pedang sementara robot yang mereka tunggangi dibekali oleh senapan mesin yang terdapat pada ke dua sisi badan robot-robot itu.
Mereka bergerak mengepung desa Mathasa, mereka ada di segala arah!! Selatan, barat, timur, utara... tak ada satupun sudut yang tidak mereka tempati... gerakan mereka sangat teratur.. semakin lama semakin mendekati desa Mathasa.. Vince bisa merasakan tanah yang dipijaknya serasa bergetar hebat akibat dari gerakan langkah kaki para robot yang ditumpangi para tentara itu.
“Ini... ini benar-benar gila...kenapa... banyak sekali pasukan robot yang mengepung tempat ini!!!” Vince merasa sangat shock dengan apa yang dilihatnya.
“Jadi ini ya.... suara-suara ledakan itu berasal dari letusan senjata mereka...??” di saat Vince merasa terkejut dengan apa yang dilihatnya. Dia dikejutkan lagi oleh sesuatu yang lain. “Ah.. apa itu? Sepertinya aku melihat sesuatu sedang bertempur melawan para tentara itu...”
Vince mencoba memfokuskan pandangannya ke arah sumber pertempuran itu... tepatnya di bagian tenggara desa Mathasa. Saat itu terlihat sebuah sosok bercahaya terang sedang bertempur melawan para pasukan. Sosok itu tampaknya juga menyadari kehadiran Vince di medan tempur itu. Sosok itu kemudian mengeluarkan bola api sebesar bola sepak dan melemparkan bola itu ke arah tentara-tentara penunggang robot besi itu......
GLARRR !!!!!
Akibat terkena lemparan bola api itu... belasan tentara meledak sementara beberapa yang lainnya terbakar karena terkena percikan ledakan dari bola api itu. Sosok itu kemudian terbang mendekati Vince dan berdiri di hadapannya.
Vince merasa takjub dengan apa yang dia lihat saat itu. Setelah dilihat dari dekat semakin jelas detil penampilan dari sosok itu. Sosok itu memang bercahaya putih keunguan namun Vince bisa melihat beberapa bagian tubuhnya ditutpi oleh armor... saat itu dia melihat armor armor yang menutupi sosok itu ada di bagian tubuh seperti bagian pundak, pergelangan tangan kanan dan kiri, pergelangan kaki kanan dan kiri serta menutupi bagian di sekitar pinggulnya... armor-armor itu berwarna kuning keemasan sementara rambut sosok itu berwarna merah membara. “Leon... kenapa kau bisa sampai di sini?” sosok itu tiba-tiba menyapa Vince dan Vince sangat terkejut karena dia mengenali suara dari sosok itu.. ternyata dia adalah Arietta...
Vince hampir tak bisa mengenalinya.. sebab wajah Arietta yang berubah karena wajahnya diliputi oleh cahaya dan bagian matanya berwarna biru terang, namun dari suaranya Vince bisa tahu pasti kalau itu adalah Arietta.. “Ar... arietta... apa .. yang terjadi... kenapa kau tiba-tiba berpenampilan seperti ini??” Vince masih tak bisa mengalihkan pandangannya dari Arietta...
“Maaf, aku tak bisa jelaskan itu sekarang...” “Leon.. sebaiknya kau segera kembali ke desa sekarang !! biar aku yang menyelesaikan semua ini!!”
“Tapi kau.. tampak kesulitan mengatasi mereka semua?”
Arietta tampak geram melihat Vince yang keras kepala. “AKU BILANG PERGI, LEON!!!” Arietta meletakkan telapak tangannya ke dada Vince
BLAST !! tiba-tiba saja Vince terlempar beberapa meter dari Arietta dan mendarat tepat di depan gerbang desa.
Setelah memastikan Vince terlempar hingga ke depan gerbang desa, Arietta langsung terbang kembali ke arah para tentara itu dan melanjutkan lagi pertempurannya.
Para pasukan penunggang robot itu menembaki Arietta dangan senapan mesin mereka.. ratusan bahkan ribuan peluru dimuntahkan ke arah Arietta seakan-akan tidak ingin memberi celah kepada Arietta untuk bergerak, namun hal itu sama sekali tidak membuat Arietta gentar sama sekali. Dia dengan gemulainya mampu menghindari tiap peluru yang dimuntahkan oleh senapan mesin para tentara itu. Bahkan bisa dibilang kecepatan Arietta seperti bersaing dengan peluru-peluru itu.
Arietta kemudian terbang ke langit mengambil jarak beberapa meter di atas para tentara itu kemudian Arietta mengumpulkan semua tenaga sihirnya dan langsung menembaki para tentara itu dengan energi sihir yang ada di kedua tangannya... bagaikan gatling gun setiap serangan sihir Arietta mengenai ratusan tentara dan membuat meledak, dan Arietta terus melakukan serangan itu sambil terbang dean melwati para tentara itu sehingga setiap kali melintas Arietta selalu diikuti oleh ledakan ledakan yang muncul akibat serangannya itu.
Kali ini para tentara itu mengeluarkan peluncur roket, setiap tentara memegang peluncur roket yang memiliki empat tabung peluncur. Semua pasukan itu mengarahkan roket mereka ke arah Arietta.
FYUSHH!! FYUSSH!! FYUSSHHH!!!
Para tentara itu menembakkan seluruh peluru roket mereka. Sementara di saat yang sama Arietta tampak menyiapkan sebuah sihir yang di simpan di kedua telapak tanggannya. Energi sihir itu kemudian membentuk semacam pedang dengan panjang 80 centimeter. Arietta segera bergerak setelah pedang sihirnya terbentuk, dia harus menghadapi ribuan roket yang datang menghampirinya, tampaknya roket-roket itu mampu mengejar Arietta kemanapun dia pergi. Arietta dengan lincahnya terus terbang sembari menghancurkan roket roket yang mengejarnya dengan serangan pedang sihirnya bahkan dengan kelihaiannya, Arietta mampu membuat roket-roket itu justru menghantam para pasukan dan menghancurkan mereka.
Arietta melakukan langkah itu beberapa kali dan nampaknya strategi itu berhasil, namun tampaknya keberhasilan sedikit membuat Arietta lengah..
BLARR!! BLARR!! BLAMMM!!!!!!!
Arietta dihantam puluhan roket dan membuatnya sedikit kehilangan keseimbangannya di udara. Arietta langsung berusaha terbang menghindari roket roket yang tersisa dan menghancurkannya dengan serangan pedang sihirnya. Kali ini Arietta mencoba menyelesaikannya dengan satu kali serangan, dia menggunakan serangan berputar seperti angin puyuh. Dan itu berhasil menghancurkan semua roket itu...
Di saat Arietta masih disibukkan dengan pertempurannya, di lain pihak Vince berusaha bangun setelah terpental akibat serangan Arietta.
**********
| |
| | | IRFANSHELL!!! Newbie
Posts : 61 Thanked : 0 Engine : RMVX
| | | | danny_warfield Advance
Posts : 561 Thanked : 2 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Artist
| Subyek: Re: Last Symphony of the Dragon 2010-04-16, 23:32 | |
| CHAPTER 6: Omni S7ain - Spoiler:
“Ugh... ada apa ini ini sebenarnya?... kenapa semuanya terasa membingungkan...??” Vince bangkit dari tempat dia terjatuh dan berdiri perlahan-lahan, sambil mencoba menstabilkan keseimbangan tubuhnya, dia melihat sekeliling... Saat itu perhatiannya hanya tertuju pada Arietta yang terlihat mulai kesulitan menghadapi serangan demi serangan para tentara itu yang terus menerus mengancam nyawa Arietta.
“Aku harus menolong Arietta....!!!” Hanya itulah yang ada dalam pikiran Vince saat itu. Namun di saat dia hendak melangkah menuju lokasi tempat Arietta bertempur dia dihalngi oleh puluhan tentara penunggang robot yang bersiap-siap menyerangnya. “SIAL!!! Aku tak bisa melangkah maju....” “Ugh,bagaimana caranya aku menolong Arietta jika dihadang para tentara ini”
“Seandainya saja aku memiliki senjata untuk melawan mereka semua....” Tiba-tiba dalam pikiran Vince muncul keinginan untuk memiliki sebuah senjata agar dia bisa menolong Arietta terlepas dari kesulitannya. Namun apa daya.. dia sama sekali tidak punya sesuatu yang bisa dia jadikan senjata untuk melawan para tentara itu.
Tiba-tiba di atas sana.... Di langit yang penuh dengan awan merah semerah darah, tiba tiba terdengar gelegar yang sangat keras... Suara gelegar itu otomatis menarik perhatian semua pihak yang ada di area pertempuran itu. Baik Arietta, Vince bahkan seluruh pasukan.. mereka semua melihat ke atas. Dalam selang beberapa detik, dari kejauhan.. di atas sana mulai terlihat sesuatu yang berputar-putar dan bergerak terjun bebas seakan ditarik oleh medan gravitasi yang sangat kuat. Semakin lama dilihat semakin mulai terlihat kalau benda itu seperti terbuat dari metal.
BUMMMMM!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Dalam sepersekian detik, benda itu langsung menghujam tanah dan mendarat 10 meter di dekat Vince berdiri dan menggetarkan tanah di sekitarnya. Begitu kerasnya benda itu menghujam tanahsehingga terjadi tremor yang cukup besar sehingga membuat tentara-tentara penunggang robot itu kehilangan keseimbangan dan saling bertabrakan bahkan saling bertumbukan satu sama lain... tidak cukup sampai di situ saja... beberapa tentara secara tak sengaja melepaskan tembakan roket mereka sehingga terjadi ledakan beruntun yang sangat besar menghancurkan pasukan yang mengepung Vince. Vince hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.. para pasukan yang tadi mengepungnya kini lenyap tak berbekas akibat efek jatuhnya benda tersebut. Vince menjadi penasaran dengan benda tersebut... di balik kepulan asap yang tebal, Vince menghampiri benda itu dan dia semakin terkejut saat melihat benda itu...
“Pe... Pedang...?? hanya karena pedang ini jatuh dari langit saja bisa membuat pasukan yang mengepungku hancur??!! Pasti pedang ini memiliki kekuatan yang luar biasa...”
Vince berada di antara dua perasaan saat melihat pedang itu... di satu sisi dia sangat takjub dengan kekuatan pedang tersebut namun di sisi lain dia juga merasa takut akan kehadiran pedang itu.
Vince memperhatikan detil dari pedang sepanjang 90 centimeter itu dengan seksama, tampak dari belah pedangnya dia bisa melihat kalau bilah pedang tersebut terdiri atas susunan beberapa belati yang saling mengunci satu sama lain yang jika dihitung jumlah belatinya dia bisa memastikan kalau jumlahnya sebanyak 11 belati sementara itu di bagian penahan bilah pedangnya terbuat dari besi chrome yang berbentuk ukiran ukiran seperti bentuk arus lautan dan ukir-ukiran itu memusat pada dua orb yang mana satu orb bentuknya sebesar kepalan tangan sedangkan satunya berbentuk 50% lebih kecil dari orb satunya. Sementara di bagian gagangnya tampak terbuat dari baja yang dilapisi oleh kayu dan dibalut oleh benang-benang tipis yang dibalut berulang kali menutupi gagang pedang itu sepenuhnya sementara di pucuk gagang pedangnya ditutupi oleh semacam besi berbentuk tabung dengan diameter sebesar 8 centimeter.
Vince boleh saja merasa takjub dengan pedang itu dan butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Namun para tentara lainnya tak butuh waktu lama untuk kembali mengepung Vince dan menyerangnya.
WUUUT!!!!!!!
Serangan pedang dari salah satu tentara penunggang robot itu hampir saja mengenai Vince, namun untung saja Vince sempat menghindar sehingga hanya beberapa helai dari rambutnya yang menjadi korban. Menyadari dia masih dalam bahaya, membuat Vince langsung mengangkat pedang yang tadi menolongnya.
FWUUT!! SLASHH!! SLASHH!! CRASHHHHHHH!!!!!
Pedang itu terasa ringan sekali saat Vince menggunakannya, membuat dia dengan mudahnya mengayunkan pedang itu saat dia menebas para pasukan penunggang robot tersebut. Bahkan di saat dia harus menebas belasan musuh yang menyerangnya sekaligus, pedang itu tetap terasa ringan saat diayunkan.
Langkah langkah Vince seakan terasa ringan sekali, dengan mudahnya Vince melompat, menebas musuh di depannya lalu berbalik 180 derajat menghentikan serangan musuh di belakangnya sekaligus menghancurkan mereka lalu melompat ringan ke arah samping kiri menghindari tembakan seorang tentara musuh lalu Vince segera maju dan menebaskan pedangnya ke arah tentara yang menembakinya tadi lalu Vince melompat tinggi dan menghujamkan pedangnya ke tanah yang membuat sepuluh tentara yang ada di sekitar Vince meledak bersamaan akibat terkena tremor dari pedang itu, lalu Vince maju dengan kecepatan penuh menebas semua tentara yang menghalanginya, semuanya ditebas dengan mudahnya dan meledak dalam sekali tebas... membuat serangannya seakan akan membelah kertas.. padahal armor dari robot itu sangatlah tebal.. namun Vince sama sekali tak ada kesulitan menebas mereka semua... Vince terus menebas mereka searah dengan perjalanannya menuju tempat Arietta sedang bertempur. Seiring dengan serangannya itu tanpa terasa ledakan demi ledakan muncul seperti iringan kembang api yang meledak bersamaan. Semua serangan Vince serasa mengalir begitu indahnya, serasa ada sebuah battle theme yang menggema di dalam dirinya dan terus menyemangati dirinya untuk terus bertempur tanpa henti.
SLASSSHHHHHH!!!!!!!! BLAMMMMMMMMMM!!!!!
Vince menghancurkan ribuan roket yang terus dihindari oleh Arietta dengan satu serangan gelombang energi miliknya yang seakan memecah cakrawala di sekitarnya. Akibat serangan itu membuat ratusan tentara penunggang robot terhempas puluhan meter jauhnya dan hal itu memberi kesempatan Arietta dan Vince mendarat di atas tanah. Vince merasa lega karena berhasil menolong Arietta terlepas dari kesulitannya.
“Leon...?? kau.....” Arietta sempat terkejut dengan Vince yang tiba-tiba saja menolongnya bertempur “Hey.. bukankah sudah kubilang kalau kau harusnya kembali ke desa??” Arietta bukannya memuji atas tindakan Vince tapi dia malah terlihat marah.
Vince hendak menjawab pertanyaan Arietta namun Arietta memotong pembicaraannya saat perhatiannya teralih pada pedang yang dipegang oleh Vince. “Ah... Pedang itu....!!” “Sudah kuduga suatu saat kekuatanmu pasti akan kembali dan pedang itu adalah buktinya...!!” Arietta terlihat senang sekali saat melihat pedang itu sudah kembali ke tangan pemilik yang sebenarnya.
“err.. maksudmu pedang ini?” Vince mengangkat pedang yang dipegangnya dengan tangan kanan.
“Ya... pedang itu... namanya RESONANCE OF YUI” “dengan pedang itu kita pasti bisa mengalahkan para tentara Great STAHL ini dengan lebih mudah!!” Arietta terlihat kembali berwajah optimis setelah sebelumnya merasa pesimistis.
“Ayo cepat.. keluarkan serangan spesialmu... OMNIS7AIN...”
“Huh? Omni S7ain? Bagaimana caranya” Vince balik bertanya kepada Arietta
“Entahlah, aku juga tak tahu... tapi seingatku, kau selalu mengawali serangan Omni S7ain dengan menggambar simbol kunci nada G” Arietta buru-buru menyelesaikan penjelasannya dan langsung terbang meuju gerbang desa karena saat itu dia melihat para tentara penunggang robot itu sudah berhasil mencapai gerbang desa dan mulai mengepung desa Mathasa.
“TERRA ESPERIA!!!!”
WHUUUM !!!!! SHLASZHHHHHHHHH !!!!!!!!!!!!!!!!
Kilatan cahaya putih terang berbentuk belati raksasa menghantam sebagian besar tentara Great STAHL secara horisontal. Ratusan tentara itu memang hancur, namun tetap saja jumlah tentara itu seakan-akan tiada habisnya. Mereka terus bertambah dan terus bertambah.
“SIAL... kalau begini tidak akan ada habisnya.....!!! AYO LEON..... KELUARKAN OMNI S7AIN MU!!!!” pekik Arietta yang semakin lama semakin terdesak menghadapi perlawanan para tentara itu.
Vince memperhatikan pedang yang dia bawa. “Baiklah, kurasa tak ada salahnya untuk dicoba... semoga saja ini berhasil”
Vince menggerakkan pedangnya membentuk simbol kunci nada G. Saat simbol itu sempurna, tiba-tiba muncul aura membara berwarna kuning keemasan dari dalam tubuh Vince.
Beberapa detik kemudian dari atas langit muncul 7 buah pilar dengan ketinggian yang berbeda-beda. Pilar-pilar itu membentuk lingkaran besar dengan formasi dari yang terkecil hingga terbesar seperti bentuk formasi pada lonceng angin.
“Pilar-pilar itu!!! Sepertinya aku tahu apa yang harus aku lakukan selanjutnya”
“OMNI S7AIN!!!!!!!!” Vince berteriak sangat lantang lalu dia menghantamkan pedangnya ke tanah sehingga menciptakan getaran-getaran yang cukup besar. Lalu angin bertiup kencang dan menggerakkan pilar-pilar raksasa tersebut. Terdengar bunyi-bunyi gema seperti genta yang bersahut-sahutan membentuk melodi penghancur yang menggema di seluruh penjuru area pertempuran itu. Tampaknya dari jurus yang dikeluarkan oleh Vince itu, hanya para musuh yang terpengaruh efek serangan Vince.
“UWAAAAGGGHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
FLAP FLAP!! CRASHHH!!! BLAM!! BLAM!!! BLARRRRRRRRR!!!!!!!
Seluruh tentara memekik kesakitan diiringi kehancuran tubuh mereka dan robot-robot tunggangan mereka. Mereka hancur menjadi percikan-percikan kembang api dan akhirnya hilang tanpa sisa. Seiring hancurnya seluruh tentara Great STAHL, tampak di ujung langit tenggara desa Mathasa muncul sebuah gerbang emas yang melayang dan dikelilingi oleh lingkaran lingkaran cahaya sihir yang bergerak bagaikan orbit satelit dari gerbang emas itu.
“Gerbang Emas??” Vince memperhatikan gerbang itu dari kejauhan sambil mencabut pedangnya yang menancap di tanah.
**********
| |
| | | danny_warfield Advance
Posts : 561 Thanked : 2 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Artist
| Subyek: Re: Last Symphony of the Dragon 2010-04-25, 06:29 | |
| doh lama gak update gara2 gangguan koneksi terus CHAPTER 7: The Great STAHL - Spoiler:
“Gerbang itu!! Leon… cepat kau harus ke sana dan mengaktifkan serenade!!!” Arietta berteriak sambil menyerahkan kalung miliknya kepada Vince. “Ini… Terra Serenade??” Vince melihat kalung yang baru saja diserahkan Arietta kepadanya lalu ia melihat Arietta menganggukkan kepalanya.
“Tapi bagaimana caranya aku ke sana?… tampaknya tempat itu terlalu tinggi.. bahkan meskipun aku menggunakan High Jump ku…”
“Jangan khawatir Leon, aku akan membawamu sampai ke sana.” Arietta mengerahkan auranya dan membuat seluruh tubuhnya diliputi cahaya putih dan rambutnya berubah dari helaian rambut menjadi semacam bara seperti api, sementara itu seluruh armornya menghilang sehingga yg tersisa tinggal tubuhnya saja yang bercahaya putih menyilaukan. Arietta lalu mengulurkan tangannya kepada Vince dan disambut oleh Vince dengan menggandeng tangan Arietta. Mereka kemudian terbang bersama ke arah gerbang emas itu.
Saat tinggal sedikit lagi mencapai gerbang itu, tiba-tiba muncul sesosok raksasa setinggi 100 meter, berarmor gelap lengkap dengan helmnya yang berukiran seperti bentuk api hitam dan di bagian depannya memiliki tanduk-tanduk berwarna keemasan serta dengan jubah emas yang berkibar-kibar seakan ditiup angin yang sangat kencang. “Sial, Emperio Great STAHL!!” Pekik Arietta saat melihat sosok Raksasa itu menghadang jalannya. “I.. itu Great STAHL??? Besar sekali dia?? Apa itu wujudnya yang sebenarnya??” Vince juga turut terkejut saat melihat wujud raksasa itu.
“Bukan… itu adalah Agitch Armor yang dia tunggangi yang sudah ia suntikkan dengan kekuatan Void Strife!!! Sial dia pasti akan menghalangi jalan kita menuju gerbang emas” Arietta mencoba menghentikan kecepatan terbangnya sebelum ia masuk ke dalam wilayah serangan Great STAHL. “Jadi.. itu cuma mecha ya? BerartiGreat STAHL ada di balik ruang kendali mecha itu.” Gumam Vince saat melihat raksasa itu dari ujung atas kepala hingga ke ujung kaki.
“Lalu bagaimana cara kita melewatinya Arietta?”
“Jangan khawatir Leon, biar aku hadapi dia.” Arietta langsung berputar-putar seperti hendak melakukan gerakan tolak peluru, hanya saja yang jadi peluru adalah Vince. Saat merasa telah mencapai kecepatan yang cukup Arietta langsung melempar Vince ke arah gerbang emas. Vince langsung melesat hingga melewati tubuh Great STAHL. “Kau tidak akan berhasil Arietta!!!” Suara Great STAHL menggema mengguncang Area pertempuran Mathasa. Great STAHL mencoba menghentikan laju Vince dengan mengejarnya, namun secepat kilat Arietta segera menghadang langkah Great STAHL. “Kita lihat saja Great STAHL… Kali ini sang hero of light serenade sudah bangkit kembali kekuatannya!!!”
“HUH… Aku akan hancurkan kalian berdua sekaligus dan desa ini pasti akan segera menjadi milikku!!” Great STAHL mengeluarkan pedang raksasanya dan menghunuskannya kepada Arietta.
“TTIERAA!!!!” sebuah pedang cahaya berukuran besar muncul dari kedua belah tangan Arietta
TRANGGGG!!!!!!!!!
Dan pedang itu berhasil mencegah serangan pedang Great STAHL.
“LEON!!! GUNAKAN PEDANGMU SEBAGAI KUNCI PENGAKTIFAN TERRA SERENADE!!!” Arietta berteriak kepada Vince yang sudah berhasil mendarat di altar gerbang emas dengan selamat. Arietta yang meskipun terlihat berhasil mencegah serangan pedang dari STAHL namun dia kesulitan untuk bertahan.
Melihat Arietta yang kesulitan dalam bertahan membuat Vince langsung bergerak ke konsol yang tampaknya menjadi pengendali utama untuk mengaktifkan Terra Serenade.
Entah bagaimana, Vince sepertinya sudah mengerti pada bagian mana dia seharusnya menggunakan pedangnya sebagai kunci pengaktif Terra Serenade. Vince memasukkan kalung milik Arietta ke dalam sebuah Orb yang berwarna merah yang tampaknya terlihat solid namun bila disentuh terlihat jelas bahwa Orb itu sebenarnya berupa cairan, lalu dengan bilah pedangnya, Vince memasukkan ke dalam sebuah lubang yang tampaknya sesuai dengan bentuk bilah pedangnya mungkin bisa dibilang hampir mirip dengan sistem lubang kunci sebuah pintu.
Gerbang emas aktif seiring Vince memutar gagang pedangnya searah jarum jam. Beberapa detik kemudian mulai bermunculan lajur-lajur emas yang mulai meliputi wilayah Mathasa. Kemunculan jalur-jalur itu juga diiringi alunan melody yang menenangkan jiwa dan raga.
FWUUTT!! SLASH!! SLASHH!!! TRANG!! TRANGG!!
Di lain pihak, Arietta masih sibuk bertempur melawan STAHL. Berbagai macam serangan pedang saling mereka lancarkan satu sama lain… saling menyerang, saling menangkis.. FWUUTT!! SLASH!! SLASHH!!! TRANG!! TRANGG!!
SLASH!!!!!!! TRANG!!!!!!!!! TRANGG!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
CRASSHHHH!!!!!!!!!!!!
Pedang STAHL dan Arietta saling beradu berpuluh-puluh kali dengan kecepatan yang hampir tak bisa dibayangkan oleh mata. STAHL yang meskipun sedang mengedarai mecha raksasa, namun kecepatannya seakan-akan berasal dari kecepatan tangannya sendiri sedangkan Arietta yang meskipun menggunakan pedang cahaya yang berbentuk 11 kali lebih besar dari ukuran tubuhnya namun dia bisa bergerak lincah dan mampu melancarkan serangan demi serangan dengan mudahnya. Entah sudah berapa lama pertempuran itu telah berlangsung….. namun, semakin lama semakin terlihat cepat tempo pertarungan mereka berdua, begitu cepatnya serangan mereka saling beradu sehingga kilatan kilatan hasil ayunan pedang mereka tampak membentuk pola seperti bunga mawar.
Hanya dalam sepersekian detik, STAHL mampu melihat celah dari serangan Arietta. STAHL langsung mengangkat pedangnya setinggi mungkin dan langsung bergerak vertikal menghantam pedang Arietta
FWUUTT!!
CRASSHHHH!!!!!!!!!!!! Pedang Arietta hancur berkeping-keping dihantam pedang STAHL, dan Arietta juga terkena efek serangan dari hantaman pedang itu.. sementara tubuh Arietta tersayat-sayat terkena serpihan pedang sihirnya yang hancur berkeping-keping.
BUMM!!!!!!!
Arietta terjatuh menukik dan menghantam tanah dengan sangat keras!! Dan hal itu tampaknya membuat STAHL merasa telah berada di atas angin. Dia langsung menyiapkan serangannya yang berikutnya.
Saat STAHL mulai mengambil kuda-kuda dia segera membatalkan langkahnya. Karena saat itu dia menyadari kalau Terra Serenade dari gerbang emas telah diaktifkan oleh Vince. “SIAL… aku terlalu fokus pada Arietta… seharusnya aku menghancurkan gerbang itu terlebih dahulu!!”
PYARRR!!!!!!!
“UGH… tak ada gunanya lagi aku berada disini.” STAHL merasa semakin geram saat mengetahui pedang yang dia pegang juga telah hancur akibat terkena lajur cahaya sihir yang keluar dari gerbang emas.
“INI BELUM BERAKHIR ARIETTA!!!!” STAHL langsung terbang menjauhi area Mathasa.
Vince turun secara perlahan dari gerbang emas dan dia berjalan mendekati Arietta yang masih terbaring lemas. Saat itu terlihat Arietta sudah kehabisan energi sihirnya sehingga membuat dia kehilangan bentuk perubahannya dan berangsur kembali ke bentuk manusianya. Hanya saja mungkin akibat perubahannya ke bentuk yang kedua sehingga saat dia kembali ke bentuk manusianya. Arietta juga kehilangan pakaian yang dipakainya hanya sebuah pakaina dalam saja yang menutupi bagian vitalnya. Arietta tampaknya biasa-biasa saja namun Vince yang melihat hal itu langsung melepaskan jaketnya dan memberikan jaket itu kepada Arietta untuk menutupi bagian tubuhnya yang terbuka.
“Kau tidak apa-apa Arietta?” Vince sedikit mengalihkan pandangannya saat Arietta memakai jaket miliknya.
“Jangan khawatirkan aku Leon.. aku baik-baik saja. Lagipula aku sudah biasa mengalami hal ini kok” Arietta sempat melihat jaket yang dipakainya ternyata sedikit kebesaran.
Tiba-tiba muncul Terra Serenade di hadapan Vince dan Arietta, hanya saja ukurannya menjadi lebih kecil dari sebelumnya. Terra Serenade itupun digenggam oleh Vince. “Ini… Terra Serenade khan? Kenapa lebih kecil?” Vince mengamati Terra Serenade yang kini sudah ada di dalam genggamannya.
“Itu replika dari Terra Serenade. Sebaiknya kau simpan benda itu karena akan berguna buat perjalananmu nanti.” Arietta menjawab pertanyaan Vince dengan tubuh sedikit sempoyongan.
“Eh… apa kau yakin kau tidak apa-apa Arietta?”
“Sudah kubilang aku tidak apa-apa…justru kamu yang aku khawatirkan… karena kau telah mengeluarkan OMNI S7AIN. Biasanya kau akan jatuh tak sadarkan diri setelah 15 menit mengeluarkan jurus itu atau jika kau tidak pingsan.. kau pasti kehilangan keseimbangan tubuhmu.” Arietta justru terlihat khawatir melihat Vince yang masih berdiri tegap di hadapannya.
“Sudah kubilang… aku tidak.. apa…”
Tubuh Vince langsung ambruk setelah menyelesaikan kalimatnya. Saat itu Vince masih sempat mendengar kata-kata Arietta meskipun matanya terpejam.
“Tuh kan.. sudah kubilang… setelah ini kamu pasti pingsan” “Tapi bagaimanapun juga… kau sudah kembali Leon.” “Aku sangat senang sekali melihatmu kembali beraksi.” “Kali ini, aku yakin kita pasti bisa mengembalikan dunia ini kembali seperti saat sebelum terkorupsi oleh kegelapan.”
“Terima kasih… LEON”
Vince sempat merasakan sesuatu di keningnya… sebelum akhirnya benar-benar kehilangan kesadarannya, tapi Vince tahu yang dia rasakan tadi di keningnya adalah sebuah kecupan dari Arietta.
**********
NB: setelah ini mungkin proses update cerita akan berjalan lambata sekali... jadi kalau kalian ingin liat update cerita yg lebih cepat daripada di forum ini kunjungi aja blog aku.. (err.. komen juga kalo mau) visit the link here www.dragpalcorp.wordpress.com | |
| | | danny_warfield Advance
Posts : 561 Thanked : 2 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Artist
| Subyek: Re: Last Symphony of the Dragon 2010-04-27, 21:24 | |
| official artworknya sorry.. aku emang lagi males colouring.. masalah proporsi.. hm.. aku juga males perbaiki | |
| | | danny_warfield Advance
Posts : 561 Thanked : 2 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Artist
| Subyek: Re: Last Symphony of the Dragon 2010-04-29, 20:13 | |
| CHAPTER 8: My Time Remains - Spoiler:
Sayup-sayup terdengar suara sesuatu yang sedang terbakar namun suara itu menandakan api yang membakarnya tak begitu besar, bagaimanapun juga rasanya hangat dan tentram sekali saat mendengar suara itu.
Perlahan Vince mulai membuka matanya dan dia melihat sekelilingnya. “I… ini khan kamarku…. apakah aku telah kembali ke kamarku?” Vince dengan segera langsung mengenali tempat dia terbaring saat ini, semua ornamen antik dan koleksi buku-bukunya, lukisan potret dirinya serta kasur yang empuk dan perapian yang hangat.
“Yeah….. tidak salah lagi… ini memang kamarku….”
Saat itu Vince seperti mendengar ada suara percakapan dua orang dari balik pintu kamarnya. Dari suaranya, Vince bisa mengenali bahwa yang sedang berbincang-bincang dari balik pintu itu adalah Clea dan dokter pribadinya, Dokter Chadd Vraun.
“Dokter… bagaimana ini…. kesehatan tuan Vince semakin hari semakin memburuk… setiap kali kondisinya drop, dia langsung jatuh pingsan dan langsung mengalami demam yang tinggi…”
“Aku juga masih belum tahu apa penyakit yang diderita tuan Vince saat ini… sampai kini aku masih terus meneliti dari sample darah yang aku ambil dari tuan Vince satu hari yang lalu.”
“Lalu bagaimana hasil penelitian dokter sejauh ini?”
“berdasarkan hasil penelitianku sementara ini, tampaknya tuan Vince terlihat seperti mengalami gejala penyakit Graves Disease namun itu juga bukan hal yang pasti, sebab ada faktor-faktor lain yang membuat diriku sampai saat ini masih belum mampu mengidentifikasi penyakit tuan Vince…. pada kenyataannya ini adalah hal yang baru di dunia kedokteran….. tapi meskipun aku belum bisa menemukan pengobatan yang cocok unttuk tuan Vince namun aku bisa memperkirakan waktu hidupnya….. bukannya aku ingin mendahului Tuhan… akan tetapi seandainya tuan Vince punya waktu yang lebih panjang lagi… mungkin aku bisa mengetahui langkah curative apa yang harus aku tempuh.”
“Memangnya… waktu tuan Vince… tinggal berapa lama lagi?” Suara Clea terdengar sedikit berubah karena perasaan sedihnya.
“Kalau aku bisa mengukur dalam bentuk stadium.. bisa dibilang tuan Vince saat ini telah mencapai stadium tertinggi sekaligus stadium terakhirnya…. aku sendiri terkejut melihat betapa cepatnya penyakit ini menggerogoti kondisi kesehatan tuan Vince dan membuat sistem imun dari tubuh tuan Vince menjadi kacau balau….. aku…” Dokter itu tampaknya kesulitan meneruskan kata-katanya.
“Berapa.. lama lagi dokter…. tolong katakan padaku….” Clea terlihat semakin sedih dan khawatir.
“Mung… mungkin…. waktu hidupnya tinggal enam hari lagi… itu menurut perkiraan medisku… semoga saja aku salah perhitungan….”
“I… itu berarti… tuan Vince tak akan pernah bisa menyelesaikan konsernya….” kesedihan Clea semakin tak terbendung lagi sementara sang dokter hanya bisa terdiam, mungkin karena dia juga merasa sangat sedih karena akan kehilangan sahabatnya.
**********
“Dokter…. apakah di dunia ini… mukjizat bisa terjadi?” Suara Clea terdengar memecah kebisuan suasana setelah Clea dan sang dokter terdiam selama beberapa menit. “Mukjizat ya… aku rasa mukjizat bisa saja datang tanpa bisa kita duga…. aku sendiri hanya bisa berharap semoga mukjizat itu ada pada tuan Vince, agar tuan Vince diberi kesempatan kedua dalam menjalani hidupnya.” Tampak ang dokter menghela nafas dengan beratnya. Clea sempat terdiam mendengar ucapan dokter Chadd. “Aku tidak akan menyerah dokter…. aku akan terus menemani dan merawat tuan Vince hingga tiba saatnya. Tapi aku juga tak akan berhenti untuk berdoa agar Tuhan mau memberikan keajaibannya kepada tuan Vince.”
“Yeah… aku juga tidak akan menyerah… aku akan terus berusaha meneliti penyakit ini…. aku harap aku bisa menyelesaikannya tepat waktu.” Tampaknya dokter Chadd turut bersemangat begitu mendengar ucapan dari Clea. “Kalau begitu, aku permisi dulu. Oh ya… tolong berikan vitamin-vitamin ini kepada tuan Vince menjaga kondisi tubuhnya agar tetap stabil. Tolong berikan setiap hari, setiap sesudah makan.”
“Baik dok… akan saya lakukan sesuai perintah dokter…”
DRAP.. DRAP… DRAP.. DRAP….
Terdengar suara langkah kaki yang secara perlahan menjauh kemudian terdengar suara pintu ditutup. Tampaknya sang dokter Chadd Vraunn sudah pergi. Setelah dokter itu pergi, tampaknya Clea hendak masuk ke dalam kamar Vince dan hal tersebut diketahui oleh Vince saat ia melihat gagang pintu di kamarnya bergerak. Vince kemudian kembali ke posisi awal dia terbaring dan dia memejamkan matanya, berpura-pura seakan-akan dia belum sadar dari pingsannya. Sesaat setelah Vince berbaring kembali ke posisi awalnya, Clea masuk dan berjalan mendekati ranjang tempat Vince berbaring. Dia kemudian mengambil tempat duduk dan duduk di samping ranjang Vince.
“Tuan Vince…” Clea bersuara lirih. “Seandainya saja ada yang bisa saya lakukan untuk meringankan beban tuan…” Clea menatap Vince dengan wajah sendu.
Vince yang sejak tadi sebenarnya mendengar keluh dan kesah Clea kemudian membuka kedua matanya dan menggerakkan tubuhnya seakan-akan dia baru tersadar dari pingsannya. “ugh… Clea?……Kau menangis ya….?” Vince melihat Clea yang tampak hendak meneteskan air matanya.
Clea sedikit terkejut saat mengetahui Vince tiba-tiba memanggil namanya. “Ah?… sa… saya… saya tidak menangis kok.. in.. ini cuma itu… tadi… agak kelilipan…” Clea menjawab pertanyaan Vince sambil menyeka air matanya. “Tuan sudah bangun ya?… syukurlah…” Clea berusaha tersenyum meskipun itu adalah senyum yang dipaksakan.
“Apa… yang terjadi denganku?…. kenapa aku tiba-tiba ada di tempat tidurku?”
“Tadi tuan sempat pingsan setelah mencoba memberikan partitur tuan yang hendak tuan buang.” “Karena itulah saya segera memanggil dokter Chadd untuk memeriksa keadaan tuan.”
“Oh ya?… lalau bagaimana hasil diagnosa dari tuan Chadd?” Vince berpura-pura penasaran dengan hasil diagnosanya meskipun dia sendiri sudah tahu hasil yang sebenarnya.
“Menurut dokter, kondisi tuan harus selalu dijaga dan tidak boleh terlalu capek. Bagaimanapun juga tuan Vince tetap bisa menyelenggarakan konser akhir pekan nanti.” Clea menjawab pertanyaan Vince dengan kebohongan.
“Oh… syukurlah kalau begitu, aku pikir gara-gara kondisiku yang mudah pingsan dan mudah drop ini membuat aku dilarang oleh dokter untuk bermain di konserku nanti… aku beruntung sekali ya?” Vince tersenyum kepada Clea yang terlihat berpandangan kosong. Tersadar bahwa dia masih diajak bicara oleh Vince, membuat Clea jadi agak gugup. “Oh.. iy… iya… tuan benar-benar beruntung….” lagi-lagi Clea menunjukkan senyumnya yang dipaksakan.
Vince tahu bahwa apa yang dikatakan Clea tadi sebenarnya adalah kebohongan, namun Vince sama sekali tidak menunjukkan keinginannya untuk marah. Dia justru merasa harus lebih tegar agar tidak membuat Clea semakin sedih.
**********
di blog ku udah sampai chapter 11 lho | |
| | | danny_warfield Advance
Posts : 561 Thanked : 2 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Artist
| Subyek: Re: Last Symphony of the Dragon 2010-04-30, 20:16 | |
| CHAPTER 9: Melody in My Mind - Spoiler:
“Oh iya.. ngomong-ngomong dimana partiturku?” Vince kembali teringat dengan partiturnya yang sempat dia buang tadi.
“Ah tunggu sebentar Tuan…” Clea berjalan ke arah lemari kecil dan mengambil partitur yang dimaksud dari dalam laci lemari tersebut. Clea lalu berjalan kembali ke tempat Vince berbaring dan menyerahkan partitur-partitur tersebut kepada Vince “Ini dia tuan Vince, silahkan.”
Vince melihat partitur miliknya yang terlihat sedikit lebih rapi, mungkin sudah dirapikan oleh Clea. Vince mengamati partitur-partiturnya dari tangga nada satu ke tangga nada yang lainnya. Mata Vince langsung mengarah ke tangga nada terakhir dimana dia belum menyelesaikannya. Seharusnya Vince merasa marah karena dia belum menyelesaikannya. Tapi kali ini tampaknya hal itu tidak terjadi karena Vince seperti mengetahui lanjutan nada yang berikutnya.
“Clea… tolong ambilkan aku pena…… rasanya aku tahu kelanjutan dari simphony ini.” Clea yang melihat adanya semangat hidup yang memancar dari mata Vince membuat dia ikut bersemangat. Clea langsung mencari pena milik Vince di tempat biasanya dia menyimpan alat tulis. Setelah menemukannya Clea lalu segera memberikan pena tersebut kepada Vince. Begitu mendapat pena dari Clea, Vince langsung menuliskan not-not balok yang melintas di dalam pikirannya. Begitu lancarnya sampai-sampai dia tahu kapan harus menentukan saat untuk menaikkan tempo maupun menurunkan temponya bahkan dia juga tahu perubahan kunci nada apa saja yang harus ditulis.
Sayangnya, setelah bait ke-108 Vince seperti kehabisan ide. Bagaimanapun juga Vince sudah merasa cukup puas dengan hasil yang dia capai sejauh ini. Vince justru merasa senang karena akhirnya chapter ke 2 dari symphonynya berhasil diselesaikan.
Vince membaca ulang partitur-partitur itu, saat dia melihat rangkaian nada yang telah ia tulis dan sedikit mensenandungkannya dengan suara lirih, Vince merasa sangat mengenal nada-nada itu. Setelah terdiam beberapa saat, Vince membelalakkan matanya. “AH!! Pantas aku merasa sangat mengenal betul rangkaian nada-nada ini…” “Bukankah ini nada yang aku dengar saat Terra Serenade diaktifkan!!”
Vince kemudian tersenyum kecil. “Jadi ini nada yang selama ini aku cari?” “Benar-benar tak kusangka aku akan memperolehnya dari dalam mimpiku.”
Vince tampaknya menganggap kejadian di Mathasa sebagai mimpi biasa baginya. Namun hal yang paling mengganggu pikirannya saat itu adalah symphony chapter ke-2 nya sangat mirip dengan Terra Serenade yang ia dengar saat dia berada di Mathasa. Mungkinkah mimpi tentang Terra Serenade adalah petunjuk yang ada untuk membantu Vince menyelesaikan Symphoninya? Tidak ada seorang pun yang tahu, bahkan bagi Vince sekalipun. “Wah!! Tuan berhasil menyelesaikan chapter ke 2 nya!! Selamat tuan!!” Wajah Clea terlihat sangat gembira saat melihat Vince berhasil menyelesaikan symphony chapter ke 2 nya.
“Yeah… entah kenapa setelah aku pingsan tadi, tiba-tiba aku langsung memperoleh inspirasi ini…. Ah… aku lega sekali bisa menyelesaikan chapter 2 ini… sepertinya aku bisa melanjutkan pembuatanChapter ke 3 nya” demikian kata Vince sembari tersenyum dan memandang Clea.
“Hm… perutku lapar sekali…. Clea.. apa sekarang sudah tiba waktunya makan malam?” Vince terlihat memegangi perutnya dengan tangan kanannya. Clea melihat jam tangannya yang ia pakai di tangan kirinya. “Ah… benar…. apa tuan Vince ingin makan di ruang makan atau saya antar di sini saja?”
“Aku rasa, aku ingin makan di ruang makan saja.”
“Baiklah kalau begitu, mari.. saya bantu pergi ke ruang makan.” Clea mencoba menawarkan bantuan kepada Vince untuk pergi ke ruang makan.
“Aku bisa berjalan sendiri kok Clea.” Vince bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju pintu kamar dan tampaknya Vince sama sekali tak terlihat lemas atau kesulitan berjalan.. dia berjalan layaknya seperti saat dia masih sehat. “Hey Clea… kok diam saja? Ayo!!” Vince memanggil Clea yang terlihat masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Clea yang terkejut karena panggilan Vince segera bangkit dari tempat duduknya dan segera menyusul Vince yang sudah berjalan menuruni tangga terlebih dahulu.
Saat hendak menutup pintu kamar Vince, Clea sempat melihat partitur yang tadi telah ditulis oleh Vince. Dalam hatinya Clea sempat berpikir. “Hm… apa yang telah tuan Vince alami selama ia tak sadarkan diri ya? Kenapa setelah dia tersadar, dia langsung tahu lanjutan dari symphony ciptaannya itu?”
********** to be continued
| |
| | | danny_warfield Advance
Posts : 561 Thanked : 2 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Artist
| Subyek: Re: Last Symphony of the Dragon 2010-05-03, 00:28 | |
| CHAPTER 9: Melody in My Mind - Spoiler:
“Oh iya.. ngomong-ngomong dimana partiturku?” Vince kembali teringat dengan partiturnya yang sempat dia buang tadi.
“Ah tunggu sebentar Tuan…” Clea berjalan ke arah lemari kecil dan mengambil partitur yang dimaksud dari dalam laci lemari tersebut. Clea lalu berjalan kembali ke tempat Vince berbaring dan menyerahkan partitur-partitur tersebut kepada Vince “Ini dia tuan Vince, silahkan.”
Vince melihat partitur miliknya yang terlihat sedikit lebih rapi, mungkin sudah dirapikan oleh Clea. Vince mengamati partitur-partiturnya dari tangga nada satu ke tangga nada yang lainnya. Mata Vince langsung mengarah ke tangga nada terakhir dimana dia belum menyelesaikannya. Seharusnya Vince merasa marah karena dia belum menyelesaikannya. Tapi kali ini tampaknya hal itu tidak terjadi karena Vince seperti mengetahui lanjutan nada yang berikutnya.
“Clea… tolong ambilkan aku pena…… rasanya aku tahu kelanjutan dari simphony ini.” Clea yang melihat adanya semangat hidup yang memancar dari mata Vince membuat dia ikut bersemangat. Clea langsung mencari pena milik Vince di tempat biasanya dia menyimpan alat tulis. Setelah menemukannya Clea lalu segera memberikan pena tersebut kepada Vince. Begitu mendapat pena dari Clea, Vince langsung menuliskan not-not balok yang melintas di dalam pikirannya. Begitu lancarnya sampai-sampai dia tahu kapan harus menentukan saat untuk menaikkan tempo maupun menurunkan temponya bahkan dia juga tahu perubahan kunci nada apa saja yang harus ditulis.
Sayangnya, setelah bait ke-108 Vince seperti kehabisan ide. Bagaimanapun juga Vince sudah merasa cukup puas dengan hasil yang dia capai sejauh ini. Vince justru merasa senang karena akhirnya chapter ke 2 dari symphonynya berhasil diselesaikan.
Vince membaca ulang partitur-partitur itu, saat dia melihat rangkaian nada yang telah ia tulis dan sedikit mensenandungkannya dengan suara lirih, Vince merasa sangat mengenal nada-nada itu. Setelah terdiam beberapa saat, Vince membelalakkan matanya. “AH!! Pantas aku merasa sangat mengenal betul rangkaian nada-nada ini…” “Bukankah ini nada yang aku dengar saat Terra Serenade diaktifkan!!”
Vince kemudian tersenyum kecil. “Jadi ini nada yang selama ini aku cari?” “Benar-benar tak kusangka aku akan memperolehnya dari dalam mimpiku.”
Vince tampaknya menganggap kejadian di Mathasa sebagai mimpi biasa baginya. Namun hal yang paling mengganggu pikirannya saat itu adalah symphony chapter ke-2 nya sangat mirip dengan Terra Serenade yang ia dengar saat dia berada di Mathasa. Mungkinkah mimpi tentang Terra Serenade adalah petunjuk yang ada untuk membantu Vince menyelesaikan Symphoninya? Tidak ada seorang pun yang tahu, bahkan bagi Vince sekalipun. “Wah!! Tuan berhasil menyelesaikan chapter ke 2 nya!! Selamat tuan!!” Wajah Clea terlihat sangat gembira saat melihat Vince berhasil menyelesaikan symphony chapter ke 2 nya.
“Yeah… entah kenapa setelah aku pingsan tadi, tiba-tiba aku langsung memperoleh inspirasi ini…. Ah… aku lega sekali bisa menyelesaikan chapter 2 ini… sepertinya aku bisa melanjutkan pembuatanChapter ke 3 nya” demikian kata Vince sembari tersenyum dan memandang Clea.
“Hm… perutku lapar sekali…. Clea.. apa sekarang sudah tiba waktunya makan malam?” Vince terlihat memegangi perutnya dengan tangan kanannya. Clea melihat jam tangannya yang ia pakai di tangan kirinya. “Ah… benar…. apa tuan Vince ingin makan di ruang makan atau saya antar di sini saja?”
“Aku rasa, aku ingin makan di ruang makan saja.”
“Baiklah kalau begitu, mari.. saya bantu pergi ke ruang makan.” Clea mencoba menawarkan bantuan kepada Vince untuk pergi ke ruang makan.
“Aku bisa berjalan sendiri kok Clea.” Vince bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju pintu kamar dan tampaknya Vince sama sekali tak terlihat lemas atau kesulitan berjalan.. dia berjalan layaknya seperti saat dia masih sehat. “Hey Clea… kok diam saja? Ayo!!” Vince memanggil Clea yang terlihat masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Clea yang terkejut karena panggilan Vince segera bangkit dari tempat duduknya dan segera menyusul Vince yang sudah berjalan menuruni tangga terlebih dahulu.
Saat hendak menutup pintu kamar Vince, Clea sempat melihat partitur yang tadi telah ditulis oleh Vince. Dalam hatinya Clea sempat berpikir. “Hm… apa yang telah tuan Vince alami selama ia tak sadarkan diri ya? Kenapa setelah dia tersadar, dia langsung tahu lanjutan dari symphony ciptaannya itu?”
********** to be continued
| |
| | | danny_warfield Advance
Posts : 561 Thanked : 2 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Artist
| Subyek: Re: Last Symphony of the Dragon 2010-05-04, 00:05 | |
| Di sebuah ruangan yang cukup luas, dengan tembok-temboknya yang dihiasi wallpaper bermotif bathik dengan warnanya yang didominasi merah pastel dan beberapa hiasan diantaranya ada yang berwarna coklat tua. Lampu gantung yang terdiri atas 500 kristal kecil tampak menghiasi bagian langit-langit ruangan itu. Di salah satu sudut ruangan ada tangga besar yang menghubungkan antara lantai dua tempat Vince dan ruang pianonya berada. Di tengah ruangan itu ada meja yang cukup besar dengan banyak kursi yang terbuat dari kayu-kayu jati berukiran khas jepara dimana kursi itu diletakkan mengelilingi meja besar tersebut, mungkin jika dilihat dari jumlah kursi yang ada, ruang makan itu mampu menampung sekitar 12-15 orang. Benar-benar sebuah ruangan makan yang elegan dan ruang seperti ini bagaikan ruang makan seorang raja. Hanya saja, keindahan ruang makan itu tidak diimbangi suasana di dalam ruang tersebut. Ruang tersebut terasa begitu sepi. Memang ruang makan itu hanya sesekali ditempati oleh Vince untuk makan malam saja. Terkadang Vince mengundang beberapa pesuruh di rumahnya seperti Clea, supir Vince dan beberapa maid lainnya serta penjaga-penjaga kebun mansion Vince ke tempat itu, namun itu pun sangat jarang sekali. Sebab Vince hanya mengundang mereka semua apabila ada hari yang penting atau sedang merayakan sesuatu (biasanya sih ulang tahun Vince). Clea menata makanan yang akan disantap oleh Vince. Setelah selesai menyediakan hidangan utama untuk Vince lalu menuangkan teh hangat ke dalam cangkir untuk Vince. “Terima kasih Clea.” Kata Vince semabil menyantap makan malamnya. Ambil mengiris daging steak dengan pisau makannya, saat itu Vince melihat wajah Clea terlihat murung. “Kok.. diam saja? Ayo, kau juga makan bersamaku”
“Ah… iya…” Clea sedikit terkejut dengan ajakan Vince, diapun segera duduk dan mengambil makanan untuk dirinya sendiri.
Sambil menyantap makanannya, Vince lalu bertanya pada Clea. “Kalau tidak salah, besok kau akan mengunjungi teman kamu kan?”
“Huh?” Clea terdiam saat mendengar pertanyaan dari Vince. Saat itu dia baru ingat kalau sebelumnya dia pernah minta izin pada Vince agar selama setengah hari diizinkan bertemu dengan temannya yang bekerja menjadi pengelola panti asuhan di kota Den Vort. Sebenarnya Vince sudah memberikannya izin, namun saat ini Clea jadi ragu karena jika melihat kondisi Vince saat ini, Clea jadi tidak tega bila harus meninggalkannya. “Tapi…. bagaimana dengan tuan Vince sendiri??”
“Aku…? memangnya kenapa dengan aku? Aku tentu saja akan ikut menemani kamu pergi ke sana.” Jawab Vince dengan santainya.
“Eh…??!! tuan akan ikut denganku?? Tapi… kondisi tuan…..” garpu yang dipegang oleh Clea terjatuh ke piring.
“Kau bilang, aku baik-baik saja selama aku tidak terlalu capek kan??”
“I… iya.. benar tuan…” Clea merasa sangat bersalah karena telah membohongi Vince mengenai kondisi kesehatannya. “A.. aku rasa tuan bisa ikut bersamaku besok…”
“Baguslah kalau begitu….” Vince terlihat sudah menyelesaikan makan malamnya segera bangkit dari kursi. “Kalau begitu sebaiknya aku istirahat lebih awal, supaya besok aku lebih sehat dan bisa bersenang-senang” Vince berjalan menjauhi Clea dan bergerak menuju tangga, saat itu Vince berbalik melihat ke arah Clea. “Oh ya… terima kasih sudah menemaniku makan malam.” Vince tersenyum sembari berjalan menaiki tangga meninggalkan Clea yang masih belum menyelesaikan makan malamnya. ********** | |
| | | danny_warfield Advance
Posts : 561 Thanked : 2 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Artist
| Subyek: Re: Last Symphony of the Dragon 2010-05-05, 18:45 | |
| CHAPTER 10: Dream On
Vince tiba di kamarnya, saat itu matanya tertuju pada partitur yang diletakkan Clea di atas meja di samping tempat tidurnya.
“Hmph.. mimpi ya…..?” Vince berjalan mendekati meja tempat partitur itu diletakkan. “Aneh, mimpi itu terasa begitu nyata bagiku…” “Bagaimanapun juga mimpi tetaplah jadi semu saat aku tersadar dari tidurku…” Vince duduk di atas tempat tidurnya sambil memperhatikan lembar demi lembar partitur miliknya.
“Aku bisa menyelesaikan symphony ke dua ini dalam waktu singkat hanya karena mimpi itu….??” Vince menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Dia kemudian meletakkan partitur-partitur tersebut kembali di atas meja dan dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Sambil menatap langit langit kamarnya, Vince termenung “Jika memang benar aku bisa melanjutkan symphonyku karena mimpiku itu…. aku harap aku bisa melihatnya lagi….. walaupun hanya sekali….”
Vince membuka matanya, bola matanya bergerak kekanan dan kekiri mencoba mengenali tempat dia berada saat ini. Rasanya dia baru sebentar memejamkan matanya namun saat dia membuka kembali matanya, entah kenapa pemandangan yang ada di sekitarnya berubah total. Setelah cukup lama terdiam dan mencoba mengenali tempat dia berada saat ini, dia akhirnya berkesimpulan bahwa saat ini dia kembali ke dalam rumah Leon.
“Ini…. rumah Leon kan? Berarti saat ini aku sedang bermimpi ya??”
Tiba-tiba Vince tampak terkejut dengan pikirannya sendiri.
“Tu.. tunggu dulu jika aku sedang bermimpi seharusnya aku tak pernah menyadari kalau aku ini sedang bermimpi… tapi kenapa…. kenapa aku bisa sepenuhnya sadar kalau saat ini aku sedang berada di alam mimpiku sendiri??… ini benar-benar tidak masuk akal.”
Vince merasa benar-benar bingung dengan apa yang ada di dalam jalan pikirannya saat ini. Apa yang dia lihat dan dia rasakan saat ini benar-benar serasa nyata, seakan-akan mimpi yang ada saat ini telah berubah menjadi sebuah dunia nyata bagi Vince. Vince mencoba bangkit dari tempat tidurnya, saat itu dia menyadari kalau ada seorang lagi yang tengah tertidur sambil duduk di kursi samping tempat tidurnya.
“Arietta?” Vince bersuara lirih saat melihat dan mengenali pakaian yang dikenakan dan gaya rambut orang tersebut.
Arietta kemudian terbangun, mungkin karena suara Vince yang memanggil namanya. “Oh.. Leon…? kau sudah bangun ya?” Arietta membuka mata sebelah kanannya sementara mata kirinya masih sedikit terpejam, tampaknya Arietta masih terlihat mengantuk, mungkin karena malam sebelumnya dia tidak tidur sama sekali. “Syukurlah kau akhirnya siuman….” Arietta tersenyum kecil sambil mengucek kedua matanya dengan kedua tangannya agar ia dapat menghilangkan rasa kantuknya sekaligus agar dapat melihat lebih jelas lagi.
“Eh… kenapa kau ada di sini Arietta?” Vince melihat Arietta yang masih saja sibuk mengucek kedua matanya.
“Huh?… kau lupa ya Leon??” Arietta melihat Vince dengan wajah heran
“Lupa… apa maksudmu Arietta??” Vince merasa tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Arietta.
“Hm… apa kau tidak ingat kalau kau pingsan setelah berhasil mengaktifkan gerbang emas desa Mathasa ini? Bukannya baru kemarin kejadiannya.. masak kau sudah lupa??” Arietta semakin heran dengan ucapan Vince.
“Aku pingsan?…. pertempuran?… gerbang emas??” Vince terkejut saat mendengar ucapan Arietta. Pikiran Vince mulai berkecamuk tidak karuan…
“Jadi… mimpi ini masih berlanjut ya?? Aneh sekali…..” “Ugh… tenang.. tenang… aku tahu ini mimpi yang sama hanya saja seperti film.. mimpi ini ada kelanjutannya…. aku tidak boleh terlihat panik atau terkejut nanti Arietta semakin merasa aneh saat melihat sikapku ini… hm… aku rasa sebaiknya sekarang aku coba ikuti saja kemana alur mimpi ini akan membawaku.”
Vince terlihat sudah bisa menguasai kebingungannya. “Ah.. iya aku ingat sekarang… terakhir kali yang aku ingat, aku berusaha menolongmu… namun malah aku sendiri yang pingsan….haha” kata Vince sambil sedikit tertawa seolah-olah dia baru sadar apa yang terjadi kemarin.
“Tapi tampaknya aku harus berterima kasih kepadamu Leon… tanpa pertolonganmu.. mungkin aku tidak bisa menahan kekuatan Graet STAHL. Dan desa ini pasti akan dikuasai oleh STAHL dan terkorupsi oleh kegelapan… asal kamu tahu saja, kemarin itu adalah invasi terbesar Great STAHL sepanjang aku menetap di desa ini.” Arietta mengucapkan kata-kata itu sambil kedua tangannya memegang tangan Vince. “Sekarang.. berkat diaktifkannya gerbang emas.. dsa dan pulau ini tidak perlu takut lagi dengan ancaman Great STAHL, karena Great STAHL tidak akan berani mendekati area ini… ”
Vince melihat tingkah Arietta dengan seksama. Saat itu Arietta menyadari bahwa tanpa sadar telah menggenggam erat tangan Vince, dengan segera dia melepaskan genggamannya. “Terima kasih Leon.. aku tak tahu harus bagaimana lagi untuk mengekspresikan rasa terima kasih ini….” ucap Arietta sambil tersipu malu.
“um.. aku rasa aku tahu apa yang harus kamu lakukan untuk membalas pertolonganku… mungkin itu bisa dimulai dengan menceritakan padaku tentang apa yang terjadi di sini… dan kenapa kau memanggilku sebagai Hero of Light Serenade??” tanya Vince sambil sedikit tersenyum kecil.
Arietta terdiam untuk sesaat
“Baiklah akan aku ceritakan siapa kau sebenarnya dan mengapa kau aku panggil sebagai Hero of Light Serenade.”
Arietta sedikit menghela nafas sebelum memulai penjelasannya.
“Kau sebenarnya bukan dari dunia ini. Yang aku tahu.. saat kau tiba di sini kau sudah memiliki pedang Resonance of YUI.” “Berdasarkan ceritamu.. sebelum kau amnesia tentunya…. kau sebenarnya berasal dari dunia yang bernama Astarhea dan di sana kau adalah pemimpin akademi Blue Ballad.”
“Akademi Blue Ballad??” kata Vince dengan suara lirih… saat itu dia merasa pernah mendengar nama itu sebelumnya.
“Yup… itu saja sih yang aku tahu soal dunia kamu.. saat kau tiba di dunia ini.. kau bilang kau adalah utusan dari duniamu sebagai pewaris sah Hero of Light Serenade ke-VIII dan tugasmu sebagai Hero of Light Serenade adalah membantu mengembalikan Eternal Harmony yang ada di dunia ini.” “Dan pedang resonance of YUI milikmu itulah yang menjadi bukti bahwa kau memang dang Hero of Light Serenade… bahkan petapa Girudho pun percaya kau lah sang Hero of Light Serenade generasi ke-VIII.” Muka Arietta terlihat serius sekali saat menjelaskan hal tersebut kepada Vince.
“Lalu… apa itu Hero of Light Serenade??” Vince masih penasaran dengan Hero of Light Serenade yang dimaksud oleh Arietta.
“Hero of light serenade… berdasarkan apa yang aku dengar dari petapa girudho… adalah seseorang yang berjuang di jalan cahaya. Setiap orang yang menjadi Hero of Light Serenade berkewajiban untuk membasmi bibit eternal darkness yang dapat merusak bioharmony.” “Sang hero of light serenade menggunakan resonance of YUI sebagai senjata sekaligus pelindungnya. Dan juga sebagai media untuk menciptaka Eternal Harmony.” “Eternal Hramony sendiri adalah masa-masa penuh keharmonisan antar makhluk penghuni dunia tersebut. Tidak ada perang dan teror dan semua itu bisa dicapai jika sang Hero mampu mengalahkan dan mensegel Seed of Drakness ke dalam Gran Serenade yang ada di dunia tersebut.”
Vince terlihat begitu serius memperhatikan penjelasan Arietta, namun ada satu hal lagi yang masih membuatnya penasaran. “lalu bagaimana caranya aku bisa sampai ke duniamu ini??”
“Itu karena… akulah yang me-manggil-mu ke tempat ini, LEON” “Kau…Arietta??”
“Yeah… aku seperti yang kau ketahui dapat berubah menjadi EspFranda. Itu adalah salah satu anugrah yang diwariskan oleh klanku sebagai penerus dari Fairy Fantasia dari dunia ini.” “Fairy Fantasia adalah Dewi penjaga dari kekuatan suci yang bernama VOIDSTRIFE. Voidstrife bisa dibilang sebagai inti energi kehidupan yang menghidupi setiap dunia. Baik duniaku maupun duniamu, semua memiliki Void strife yang mengalir di dalam planet. Sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang Fairry Fantasia untuk melindungi kekuatan VoidStrife dari segala ancaman kegelapan dunia ini. Sebab, jika Void Strife dunia ini tercemar oleh kekuatan kegelapan maka secara otomatis dunia ini akan jatuh ke dalam kegelapan yang terdalam.” “Apa yang terjadi kemarin dan mengapa kau bisa sampai ke dunia ini semuanya sesungguhnya akibat dari kesalahanku…..”
Vince terkejut dengan kalimat terakhir yang diucapkan oleh Arietta. “Apa.. maksudmu Arietta??”
Arietta lagi-lagi terdiam saat mendengar pertanyaan Vince.
********** | |
| | | danny_warfield Advance
Posts : 561 Thanked : 2 Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Artist
| Subyek: Re: Last Symphony of the Dragon 2010-05-08, 09:32 | |
| Setelah beberapa lama terdiam tanpa kata, akhirnya Arietta kembali bercerita.
“Sebagai seorang Fairy Fantasia, aku… aku telah gagal melaksanakan tugasku. Karena kebodohanku, orang jahat seperti Great STAHL berhasil menguasai kekuatan Void Strife. Dengan kekuatannya itu pula dia berhasil menguasai dunia ini dan menjadikan seluruh dunia jatuh ke dalam cengkramannya. Dan efek samping dari itu semua, seiring dengan meluasnya wilayah kekuasaan Emperio Great STAHL, dunia ini terkorupsi oleh kegelapan.” Wajah Arietta memperlihatkan sebuah kspresi penyesalan yang begitu dalam, rasanya inilah pertama kalinya Vince melihat ekspresi wajah Arietta begitu galaunya.
“Atas nasehat dari petapa Giruho lah aku selanjutnya memanggilmu untuk membantuku merebut kemabali kendali atas Void Strife itu.”
“Aku dan dirimu secara perlahan mampu mengembalikan beberapa daerah yang pada awalnya terkorupsi oleh kegelapan dengan mengaktifkan gerbang emas yang ada di tempat-tempat tersebut.”
“Hanya saja, pihak Great STAHL juga tidak mau tinggal diam begitu saja. Dengan berbagai cara mereka berusaha menghentikan usaha kita dalam mengembalikan daerah daerah yang telah dikuasai Great STAHL. Hingga pada akhirnya, kau memutuskan untuk mengaktifkan Gran Serenade yang ada di Sky Vektor, istana terbang milik Great STAHL.”
“Dengan diaktifkannya Gran Serenade maka hal itu secara otomatis akan mengaktifkan seluruh gerbang emas yang ada di dunia ini dan itu juga akan membuat keuatan kegelapan yang dimiliki Great STAHL akan melemah dan pada akhirnya bisa kita kalahkan.” “Dengan penjagaan yang luar biasa ketat, hampir tidak mungkin masuk ke Sky Vektor begitu saja. Karena itulah kau merencanakan taktik agar bisa masuk ke Sky Vektor dengan mudah. Kau akan berpura-pura menyerah sehingga kau dan aku bisa langsung masuk dan berhadapan dengan Great STAHL.”
“Taktik ini kita jalankan dan sesuai harapan.. kita bisa masuk dan berhadapan langsung dengan Great STAHL di chambernya.. tempat dimana Gran Serenade juga tersimpan. Hanya saja… Great STAHL memang sudah memprediksikan langkahmu ini.” “Di sana kita bertempur habis-habisan.. hanya saja… lagi-lagi karena kebodohan dan kecerobohanku, kau jadi terluka parah saat berusaha melindungiku dari serangan licik penasihat Great STAHL yang bernama RAFKA MALICIO itu.”
“Dengan sisa kekuatanmu, kita berhasil melarikan diri dari Sky Vektor dan aku pun membawamu pergi jauh dari Sky Vektor hingga akhirnya aku tiba di Mathasa ini. Satu-satunya pulau yang belum tersentuh oleh kekuatan Great STAHL.”
“Dan di Mathasa inilah kau koma selama beberapa bulan dan saat kau sadar kau sudah tidak ingat lagi siapa dirimu. Dan di saat kau amnesia, seluruh kekuatanmu seakan juga turut menghilang, bahkan resonance of YUI tiba-tiba berubah menjadi cahaya dan terbang ke langit dan menghilang begitu saja.”
“dan sisanya.. seperti yang kau ketahui, aku membuat rumor dan menurunkan kabut gelap di malam hari agar para penduduk desa takut keluar desa. Dengan rumor tentang kabut misterius yang dapat membuat seseorang menghilang untuk selamanya. Semua itu aku lakukan untuk menjaga desa ini sekaligus mencegah orang orang desa keluar dari mathasa ini. Dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa pergi keluar masuk Mathasa namun itupun hanya bisa dilakukan pada siang hari.”
“Setiap malamnya aku selalu menghabisi para tentara Great STAHL yang berpatroli hingga di daerah sekitar pulau ini agar keberadaan tempat ini tidak sampai diketahui oleh STAHL.”
“Namun ternyata itu saja belum cukup, karena lambat laun STAHL mengetahui persembunyianku. Setiap malam STAHL mengirim pasukan-pasukannya untuk menyerbu dan menguasai daerah ini. Dan sudah hampir sebulan ini setiap malamnya aku selalu bertempur dan menghabisi para tentara itu. Aku rasa STAHL memang ingin melemahkanku terlebih dahulu agar dapat menguasai tempat ini dengan mudah.”
“Asal kau tahu saja, kemarin itu merupakan invasi terbesar yang pernah aku hadapi. Mungkin STAHL sudah bosan bermain-main dan ingin segera menyelesaikan masalah ini secepatnya. Karena itulah, aku merasa sangat senang sekali saat mengetahui bahwa kekuatanmu telah bangkit kembali di saat yang tepat.”
Arietta akhirnya menghela nafas panjang lalu sedikit menjulurkan lidahnya sambil tangan kirinya dikibas-kibaskan layaknya seperti sebuah kipas, sepertinya dia kecapekan karena sudah bercerita begitu panjangnya.
“Jadi begitu ya ceritanya…. mungkin aku masih belum ingat akan semua itu. Tapi jika aku mendengar ceritamu. Aku rasa sudah saatnya kita beraksi lagi melawan Great STAHL dan mengaktifkan Gran Serenade serta mengembalikan Void Strife ke dalam kendali klan Fairy Fantasia.Namun rasanya aku ingin menemui Girudho. Mungkin dia bisa memberikan kita petunjuk yang berguna bagi kita agar kita dapat lebih mudah menyusun strategi dalam melawan Great STAHL.” Vince menanggapi cerita panjang Arietta dengan perkataan yang penuh dengan nada optimisme.
“Girudho ya… terakhir kali aku bertemu dengannya di sebuah pulau di bagian barat laut pulau ini. Dia juga sama seperti kita. Dia bersembunyi dari STAHL dan para pasukannya.” Jawab Arietta menanggapi perkataan dari Vince.
Vince lalu turun dari tempat tidurnya lalu menggerakkan badannya untuk melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku. Setelah merasa sedikit bugar, Vince menoleh ke arah Arietta. “Kalau begitu.. tunggu apa lagi? Ayo kita pergi ke tempatnya sekarang.”
Arietta bangkit dari tempat dia duduk dan memandang wajah Vince. “Kalau begitu, kau bersiap-siap saja dulu dan membawa perbekalan untuk perjalanan nanti, lalu jika sudah siap dengan perbekalanmu, temui aku di luar hutan desa ini. Di sana ada sebuah pelabuhan kecil tempat biasanya para pedagang seperti kita berdagang ke pulau lain.”
“baiklah kalau begitu.. sampai nanti Leon.” Arietta kemudian berjalan meninggalkan Vince dan pergi ke luar.
Sepeninggal Arietta, Vince melihat sekeliling kamarnya. “Hmph… aku tidak tahu apakah aku perlu menyiapkan perbekalan atau tidak. Aku sadar betul kalau saat ini aku sedang dalam dunia mimpi, seharusnya aku juga bisa membuat mimpiku berjalan seperti keinginanku……. emm… misalnya saja, jika aku ingin saat ini aku memegang burger maka harusnya saat ini aku sudah memegang burger di tangan kiriku ini.” Vince mencoba memikirkan bentuk dan detil burger yang dia inginkan dan ia meletakkan pikirannya akan bentuk burger itu di atas tangan kirinya.
Vince terdiam sambil memperhatikan tangan kirinya. Dia berharap betul agar saat itu juga akan ada sebuah burger yang muncul tiba-tiba di tangan kirinya.
Vince terus terdiam dan terus berkonsentrasi dengan pikirannya dan membayangkan seandainya saja di tangan kirinya benar-benar memegang burger saat itu juga.
Setelah terdiam beberapa lama, akhirnya Vince menyerah juga. “Lho… kenapa tidak bisa ya?” Vince merasa heran karena apa yang dia inginkan tak bisa berubah menjadi sesuatu yang nyata. “Baiklah… aku rasa sepertinya ini bukan mimpi yang bisa aku kendalikan seenaknya saja dan sepertinya aku memang benar-benar harus mengikuti apapun yang terjadi dalam mimpi ini sampai mimpi ini berakhir.”
Vince kemudian segera menyiapkan perbekalannya dan dia segera pergi menyusul Arietta.
********** Vince keluar dari rumahnya dan melangkahkan kakinya menuju gerbang desa Mathasa. Sepanjang perjalanan, Vince melihat para penduduk beraktifitas kembali seperti biasanya seakan-akan mereka tidak menyadari apa yang terjadi kemarin malam. Namun dari apa yang Vince dengar sepanjang perjalanannya menuju gerbang desa, ia dapat mengetahui bahwa saat itu para penduduk desa sedang ramai membicarakan tentang kabut malam yang biasanya menyelimuti desa mereka telah berakhir namun mereka tetap saja merasa tidak berani keluar dari pulau saat malam hari tiba karena bagaimanapun juga tetap berbahaya jika keluar dari pulau di malam hari, entah siapa yang menyebarkan rumor ini, mungkin saja arietta sengaja menyebarkan rumor baru ini sebagai pertanda ancaman Great STAHL terhadap pulau itu telah berakhir. Setelah Vince keluar dari desa Mathasa dan dia pun berjalan melewati jalan setapak yang melintasi area persawahan. “Lho… bukankah kemarin itu terjadi pertempuran besar-besaran kan?.. tapi kok sepertinya area ini seperti tidak pernah terjadi pertempuran…??”
Vince merasa sangat heran dengan pemandangan yang ia lihat saat itu, dia yakin betul area persawahan yang menjadi area bertempur dia dan Arietta telah berubah dari lahan yang penuh dengan sawah sawah yang subur menjadi tanah tandus penuh dengan kawah kawah hasil ledakan. Namun yang kini dia lihat justru pemandangan yang sama seperti saat dia pertama kali tiba di desa mathasa ini.
“Huh… buat apa aku terlalu memikirkannya… seharusnya aku tidak perlu terkejut… ini khan cuma mimpi.” Vince meneruskan perjalanannya menuju hutan dan melewati jalan setapak yang ada di dalam hutan.
Tidak butuh waktu lama untuk melewati hutan itu karena hanya dalam setengah jam perjalanan dengan jalan kaki, Vince akhirnya tiba di luar hutan. Saat itu dari atas bukit tempat hutan itu berada, Vince dapat melihat sebuah pelabuhan kecil yang mana saat itu terlihat ada beberapa kapal nelayan sedang berlabuh di pelabuhan tersebut. Pelabuhan itu tidak terlalu besar karena hanya terdiri atas satu bangunan besar dan lajur-lajur dok kapal yang terdiri atas 5 jalur, mungkin panjang dok itu ada sekitar 10 meter panjangnya. Namun meskipun tidak terlalu besar, Vince dapat dengan mudah menemukan pelabuhan itu dari kejauhan. “Hm… jadi… itu ya pelabuhan yang dimaksud oleh Arietta.”
********** Vince tiba di pelabuhan itu dan segera mencari Arietta. Sayangnya setelah Vince berkali kali memanggil nama Arietta sambil memeriksa isi kapal satu per satu, dia masih belum juga menemukan Arietta.
“Hm… dimana ya Arietta. Katanya dia akan menungguku disini?”
Vince sempat melihat ke arah lautan lepas. Saat itu dia bisa melihat jelas bahwa nun jauh di horizon sana hanya terlihat awan gelap dan petir-petir yang menyambar bumi tanpa henti.
“HEY… LEON…AKU DI SINI !!!!!!” Vince mendengar suara Arietta dari arah belakangnya. Saat itu Vince langsung mencari sumber suara yang memanggil namanya itu. Ternyata Arietta berada di kapal nelayan yang berada tepat di belakang Vince.
“Arietta?? Jadi kamu ada di kapal ini dari tadi?? Padahal aku sudah mencarimu kemana-mana bahkan aku juga sudah berkali-kali memanggil namamu. Tapi sama sekali tidak ada jawaban darimu.” Seru Vince dari arah bawah kapal.
“Maaf… aku mungkin tidak dengar suaramu tadi, soalnya aku sedang memeriksa mesin kapal dan mengisi energipada mesin kapal.”jawab Arietta sambil tersenyum.
“Jadi ini kapal yang akan kita pakai?” tanya Vince sambil melihat-lihat bentuk kapal yang akan dinaikinya.
“Yup… dengan kapal inilah kita pergi ke tempat pertapa Girudho. Jadi kita sudah siap berangkat kan.. nah kalau begitu tolong lepas tali pengikat kapal ini.”
Vince lalu melepaskan tali yang mengikat antara kapal dan dok pelabuhan kemudian dia naik ke atas kapal. Saat di atas kapal ternyata Arietta juga memerintahkan Vince untuk sekalian menarik jangkar kapal itu dan meletakkannya di buritan sementara Arietta masuk ke ruang kendali kapal dan mulai mengoperasikan kapalnya.
Kapal bergerak meninggalkan pulau Mathasa dan saat itu Vince melihat ke arah pulau Mathasa itu dengan seksama. Dia terus melihat pulau itu hingga pulau itu hilang dari pandangannya. Kini kapal itu bergerak perlahan menuju ke arah awan kegelapan itu.
********** | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: Last Symphony of the Dragon | |
| |
| | | | Last Symphony of the Dragon | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| Latest topics | » [Web Novel] Gloria Infidelis by LightNightKnight 2016-11-17, 21:27
» [Announcement] Forum baru untuk RMID by TheoAllen 2016-08-25, 16:39
» Where I'm Wrong ? by ReydVires 2016-07-24, 16:10
» flakeheartnet's Resources part III by flakeheartnet 2016-07-08, 14:30
» Keira's Art Warehouse by KeiraBlaze 2016-06-28, 19:27
» Theo Core Time System + Bingung by Lockin 2016-06-27, 16:24
» Error Script, Maybe ? by Lockin 2016-06-27, 16:20
» Nusaimoe @ RMID Lounge by Jihad Bagas 2016-06-21, 05:02
» Call Random Battle by Lockin 2016-06-15, 17:04
» Flakeheartnet Resources Part II [come back gift] by flakeheartnet 2016-06-07, 15:51
|
Statistics
|
Members: [ 4947 ]
Topics: [ 8258 ]
Posts: [ 112606 ]
Newest member: [ https://rmid.forumotion.net/u4968 ]
|
|
|
|