RPGMakerID
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Komunitas RPG Maker Indonesia
 
IndeksIndeks  Latest imagesLatest images  PencarianPencarian  PendaftaranPendaftaran  Login  
Per 2016, RMID pindah ke RMID Discord (Invite link dihapus untuk mencegah spambot -Theo @ 2019). Posting sudah tidak bisa dilakukan lagi.
Mohon maaf atas ketidaknyamanannya dan mohon kerjasamanya.

 

 [Story] Valthrone Online

Go down 
PengirimMessage
barlieuy
Novice
Novice
barlieuy


Level 5
Posts : 139
Thanked : 1
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Jack of All Trades

[Story] Valthrone Online Empty
PostSubyek: [Story] Valthrone Online   [Story] Valthrone Online Empty2015-03-11, 09:09

Okay, jadi story dari project VO bakal dipisah dimari..
Biar lebih tertata rapi dan lebih gampang ngeditnya.

Genre : Adventure, Sci-fi, Fantasy



Valthrone Online : Age of Dystopia

Prologue

   Pada pertengahan abad ke-20, berita menggemparkan berhasil mengguncang imajinasi semua orang di dunia khususnya untuk para gamer. Biotrix, sebuah perusahaan pengembang game telah meluncurkan VRMMO RPG pertama dalam sejarah, Valthrone Online, menyediakan fitur unggulan yang memungkinkan player terhubung ke jaringan internet dan dapat terjun (dive) secara virtual ke dalam server game dengan cara memasuki sebuah perangkat electronic berbentuk kapsul besar sebagai konsol, yang dinamakan DiverDrive, mengimplementasikan banyak sensor untuk memindai dan merekam : transmisi sinyal otak, rasio detak jantung, tekanan darah, struktur fisik tubuh, tingkat kecerdasan, keadaan emosi, dan sebagainya, yang dapat dinikmati hanya di tempat berkumpulnya para gamer, Infinios Valley, terletak di beberapa daerah yang tersebar di seluruh dunia. Bangunan itu dimiliki dan dikembangkan oleh Biotrix.

   Valthrone Online didesain seperti RPG bergenre fantasi pada umumnya dengan latar masa pemerintahan Raja Arthur pada jaman pertengahan di sekitar abad ke-delapan. Memberikan parameter yang berdasar pada dunia nyata untuk status attributes sebagai poin awal player yang menunjukkan bagaimana hebatnya avatar mereka. Juga memiliki fitur peningkatan kekuatan armor (enhancement), kemampuan dan skill unik (ability and talent), penggabungan senjata (synthesizing), penjelajahan dungeon secara berkelompok (raid/party), dan banyak lagi. Yang membedakan MMO ini dengan yang lain adalah Valthrone Online memiliki sebuah akhir cerita (ending). Itu artinya setelah player menyelesaikan cerita, segalanya akan berakhir dan player tersebut dapat memperoleh imbalan hadiah. Cerita utama dalam game ini yaitu memastikan kemenangan dari perang yang bergejolak antara pahlawan kerajaan King Frelio (sang Game Master), melawan penyihir iblis yang kejam Lord Soren (AI). Di sini, player diminta oleh raja untuk membantu menjelajahi tugas-tugas berbahaya (quest) dalam rangka membangun dan memperkuat pasukan tentara kerajaan untuk bersiap dari serangan musuh yang dapat terjadi kapan saja.

Synopsis

   VRMMO RPG pertama sepanjang sejarah, Valthrone Online, menjadi topik yang paling banyak dibicarakan di dunia bagi para peneliti, pengembang game, gamer dan bahkan rakyat biasa. Tetapi tidak untuk Alec, satu-satunya orang yang tidak menunjukkan adanya ketertarikan kepada semua itu. Seorang pemuda biasa yang membentuk tim basket dari bekas SMA nya dan memutuskan untuk berlatih keras agar dapat menjadi pemain basket profesional. Suatu hari, Alec bertemu dengan perempuan cantik yang tampak seperti seorang pemain game sejati, Tyra, yang sedang dalam perjalanannya ke Infinios Valley dengan menyamarkan dirinya dalam mantel yang tebal. Berasumsi bahwa itu mencurigakan, Alec membuntutinya dari belakang sampai Tyra dive-in ke dalam game. Namun, peristiwa mengejutkan terjadi. Alec dicurigai sebagai penyusup karena pergerakannya terlalu mencurigakan. Berusaha untuk kabur, tetapi hal yang lebih buruk malah kembali menimpanya. Sebuah mesin purwarupa dari DiverDrive versi khusus yang sedang dalam tahap pengembangan telah membuatnya terjun secara tidak sengaja ke dalam Valthone Online sehingga mengakibatkan Alec berada di dalam dunia virtual sebagai objek yang tidak dikenali oleh sistem.


- Chapter 1 : Virtual Dive
- Chapter 2 : Intervention
- Chapter 3 : soon~


Terakhir diubah oleh barlieuy tanggal 2015-05-17, 08:35, total 5 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
barlieuy
Novice
Novice
barlieuy


Level 5
Posts : 139
Thanked : 1
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Jack of All Trades

[Story] Valthrone Online Empty
PostSubyek: Re: [Story] Valthrone Online   [Story] Valthrone Online Empty2015-03-11, 09:35

Chapter 1 : Virtual Dive-in

   Dunia seakan diselimuti kegelapan yang kekal. Tak ada satupun yang terlihat meskipun mata sudah terbuka lebar. Perlahan cahaya terang memancarkan sinarnya dari titik tengah penglihatan.

“Dimana ini?”

   Merasa kebingungan, hanya mampu berdiri terdiam sambil melihat kedua tangannya sendiri, kemudian menatap langit yang terhalangi oleh dedaunan dari pohon-pohon besar disekelilingnya. Kenapa aku bisa berada di tempat seperti ini? Terakhir yang kuingat adalah sebuah ruangan yang sangat gelap, lalu di sana terdengar suara seperti-- mesin komputer.

   Alec belum menyadari bahwa apa yang baru saja dialaminya adalah sesuatu yang tidak dapat dipercaya. Sesuatu yang dapat mengubah dunia.

♦♦♦


  Apa? Bagaimana bisa? Kau pasti bercanda! Kalimat-kalimat ini sudah tidak asing lagi terdengar. Namun seiring bergulirnya roda waktu, semua terasa berjalan seperti biasanya. 

  Tidak seperti pada hari itu, seluruh penduduk bumi telah digemparkan oleh berita yang berhasil mengguncang dunia terhadap para ilmuwan, pengembang game, gamer, bahkan penduduk biasa sekalipun, terutama pada bidang multimedia entertainment. Yaitu hari dimana secara resmi diluncurkannya Valthrone Online, sebuah VR-MMORPG (Virtual Reality-Massively Multiplayer Online Role Playing Game) pertama dalam sejarah, oleh sebuah perusahaan pengembang game besar, Biotrix.

   Bukan hanya populer di kalangan para gamer, game ini juga mulai diminati orang-orang yang pada awalnya belum pernah bermain game bahkan orang dewasa sekalipun. Ini bukanlah tentang bermain game lagi! Tapi menjelajahi dunia baru! Setidaknya itulah yang dirasakan oleh jutaan orang dari beberapa negara di dunia setelah melakukan virtual dive-in ke dalam game ini. Tetapi teknologi jenius yang telah dikembangkan secara global ini ternyata tidak terasa begitu spesial bagi setiap orang.

   Di Leytonstone, sebuah kota pinggiran di negara Inggris yang terletak pada bagian timur laut kota London, terdapat taman Langthorne yang merupakan tempat dikunjunginya banyak orang untuk melakukan berbagai akitifitas hiburan. Lapangan bola basket, mini-soccer, amphitheatre, sampai area untuk berpiknik pun melengkapi taman ini, sehingga sering dijadikan tempat favorit untuk rekreasi.
 
   Begitu juga Alec, seorang remaja berdarah Jerman-Inggris yang baru beberapa waktu lalu telah dinyatakan lulus dari sekolah tingkat menengah atas, menjadikan taman ini sebagai tempat berkumpul untuk bermain bola basket bersama rekan satu tim yang merupakan teman-teman dari semasa sekolahnya. Sudah menjadi rutinitas bagi mereka untuk berlatih di sana setiap hari.

  Pada suatu pagi di pinggiran jalan tidak jauh dari taman Langthorne, ada seseorang yang memanggil Alec dari kejauhan sepulangnya dia berlatih.

“Hei, Alec!”

C- Cody?! Kau masih di Inggris?!”

  Cody Blake, sahabat dan teman sekelas Alec ketika masih bersekolah yang juga seorang programmer handal, bercita-cita ingin bekerja di sebuah perusahaan pengembang game ternama. Cody akan melanjutkan studi perkuliahan di sebuah perguruan tinggi komputer di Jepang.

“Sudah lama ya. Rupanya kau masih saja sibuk memantulkan dan melempar bola karet itu.”

“He? Kau juga tidak ada bosannya merangkai kalimat berbahasa planet asing. Bukannya kau ada di Jepang?”

“Kepergianku ditunda beberapa hari lagi. Dan aku kemari karena masih ada yang harus dikerjakan. Alec, apa kau tahu Infinios Valley?”

  Mendengar nama tempat tersebut, Alec langsung mengetahui apa yang Cody bicarakan. Infinios Valley adalah satu-satunya bangunan yang tersebar di seluruh dunia sebagai tempat yang menyediakan fasilitas bermain game Valthrone Online.

“Siapa yang tidak? Hal tak penting itu selalu terdengar dimana-mana.”

“Hal tak penting-- maksudmu game? Memang kau ini sangat benci game, tapi tidak sopan berkata begitu!”

“Sudahlah, kau mengenalku. Terus untuk apa menanyakan tempat itu?”

“Aku cuma penasaran apa kau bermain VO juga. Game itu sangat populer, kan? Infinios Valley pun tempatnya tidak jauh dari taman biasa kau berlatih.”

“Jangan bercanda, Cody. Logika pemikiran yang sia-sia. Aku jadi ragu dengan prestasimu waktu menjuarai lomba programming internasional tahun kemarin.”

“Tch, kejam seperti biasa. Ah, sudah jam segini! Aku harus pergi. Sampai jumpa, Alec! Suatu saat aku akan membuat game yang bahkan orang sepertimu akan suka!”

   “Ha? Kau mikir apa? Aku tidak akan pernah bermain game!” Setelah mengucapkan kalimat itu, mereka melanjutkan perjalanannya masing-masing.

   Alec terdiam sejenak, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan melihat banyak sekali tulisan “Valthrone Online” jika melirik ke kiri ataupun kanan sepanjang perjalanan pulang. Kenapa dunia sangat terobsesi dengan VO? Bagaimanapun juga itu cuma game. Sesuatu yang tidak nyata. Dia terus berpikir betapa tidak masuk akalnya apa yang dilakukan penduduk bumi akhir-akhir ini.

   Tidak jauh dari tempatnya berdiri tepat di persimpangan jalan di samping sebuah restoran, terlihat sosok seseorang yang diselimuti oleh mantel tebal dan dilengkapi kacamata hitam, sedang menuju ke arahnya.

Siapa itu? Apa aku kenal? Hmm-- perempuan kah?

   Perlahan, orang yang berjarak 10 meter dari depan Alec itu pun menghampirinya. 4 meter... semakin mendekat, 1 meter... bahkan terlalu dekat. Aroma tubuhnya mulai tercium, dan kali ini sangat meyakinkan bahwa dia adalah perempuan. Rasa gugup mengambil alih kendali seluruh raganya. Alec tidak dapat bergerak sedikit pun dari tempatnya berdiri.

  Oi, terlalu dekat! Sekarang tubuh mereka berdua hanya berjarak beberapa inchi saja, dan orang itu tetap tidak menghentikan langkahnya. Baiklah, aku akan bertanya duluan.

“Um, maaf. Siapa kam--”

“Eh--”

  Ouch! Tubrukan pun tidak dapat dihindari. Dibalik penutup kepala jubah itu, terlihat rambut perak yang tergerai panjang. Kacamata hitamnya terjatuh sehingga memperlihatkan sepasang bola mata yang bulat dan pupilnya berwarna kecoklatan. Alec pun tertegun selama beberapa detik sebelum menjulurkan tangannya untuk membantunya berdiri. “Kamu tidak apa-apa?”

“Ja- jangan sentuh! Kamu menabrak dengan sengaja kan?! Dasar pencuri kesempatan!”

  “Haah?” Ada yang tidak beres dengannya. Itulah kesan pertama Alec. Sudah sekian lama tidak berada dalam suatu hubungan khusus dengan lawan jenisnya, dia sedikit menaruh harapan pada kejadian klise yang baru saja terjadi. Tetapi, semua impian itu seakan semakin menjauh dari yang semula dibayangkan.

“Kau yang menabrak! Salah sendiri pakai kaca mata hitam dan baju tebal begitu!”

“Kasar sekali, kamu tidak perlu membentak aku! Begini ya caramu memperlakukan seorang wanita?”

“Sudah jatuh sendiri karena menabrak orang. Mau ditolong pun malah marah-marah. Apanya yang wanita!”

   Tak tertahankan lagi, mereka berdua saling beradu mulut dan berteriak di pinggir jalan kota. Lihat, pasangan yang bertengkar! Tidak sedikit orang yang melintas dan memerhatikan mereka dari kejauhan, bahkan anak kecil pun turut serta dalam memberikan suara.

  Perempuan itu berdiri tanpa bantuan siapapun dan mengambil kembali barang-barangnya yang terjatuh.

“Eh, sebelumnya kamu tahu kalau aku ini perempuan?”

“Kau pikir ada laki-laki yang mau pakai baju warna pink begitu!”

  Sejauh ini apa yang dikatakannya seolah menghindari semua pernyataan yang Alec berikan. Apa dia bahkan mendengarkanku?

“Oh, iya. Aku harus cepat pergi! Tidak ada waktu untuk melayani orang asing seperti kamu. Selamat tinggal!”

   Grrr. Yang benar saja. Inilah pertama kalinya Alec merasa begitu terganggu oleh keberadaan seorang perempuan. “Tunggu, mau ke mana?” Walaupun demikian, tanpa sadar kalimat yang diutarakan secara refleks tersebut telah menghentikan langkah perempuan itu untuk sesaat ketika hendak beranjak pergi sebelum akhirnya membalas pertanyaannya dengan tatapan dingin.

“Maaf, aku sudah ada janji untuk membunuh mereka.”

   Kalimat yang akan terasa normal diucapkan jika ada salah satu kata yang tidak mengganjal. “Eh, apa?” Perbincangan sengit dan singkat antara dua orang yang tidak saling mengetahui nama mereka satu sama lain itu pun berakhir begitu saja.

   Berbagai spekulasi mulai bermunculan dalam pikirannya. Apa dia anak boss mafia dari Italia? Atau pembunuh bayaran yang akan mengeksekusi targetnya? Mustahil. Hanya ada satu cara untuk memastikan kebenaran tersebut. 

“Aku harus membuntutinya.”

   Bertemu perempuan yang bisa dibilang cukup cantik, berperilaku aneh dan juga misterius, bukanlah kejadian yang setiap lelaki inginkan. Alec merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh perempuan yang baru saja membuatnya naik pitam di depan umum beberapa menit yang lalu. Meskipun begitu, untuk alasan tertentu dia harus mengikuti kemana perempuan itu pergi.

  Ah, tentu saja. Perasaan aneh yang muncul ketika perempuan itu mendekati sebuah gedung yang tampak besar dan ramai, ternyata karena hal yang sudah jelas.

Infinios Valley.”

   Sekarang semuanya mulai masuk akal, dia hanyalah seorang gamer yang mungkin selalu menutup dirinya dan tidak pernah membiarkan orang lain menemuinya.

  Tapi, ini belum membuktikan apa-apa. Aku harus memastikannya lebih jauh. Alec memutuskan untuk mengikuti perempuan itu masuk ke dalam gedung. Tempat ini begitu elegan dan modern, ruangan utama beralaskan karpet merah yang terlihat cukup mahal dan terdapat berbagai macam alat elektronik berukuran besar maupun kecil hampir di setiap sudut ruangan, terlebih lagi dengan dipadatinya gedung ini oleh puluhan bahkan ratusan pengunjung.

“Hey, apa benar kau berhasil menyelesaikan quest di Lyonesse?”

“Mungkin sebaiknya aku meng-upgrade senjata ku lebih dulu.”

“Kyaa, dia bilang mau bertemu lagi besok di depan Cornwall Castle!”

   Mereka sangat berlebihan. Dimulai dari anak sekolah sampai orang dewasa, laki-laki maupun perempuan, semua dipenuhi dengan aura kebahagiaan. Tidak satupun yang terlihat tegang ataupun tertekan. Seakan mereka telah melupakan keberadaan mereka sendiri di dunia nyata. Apa mereka sudah dicuci otak?

   Kecurigaan yang berlebihan ini berujung pada tibanya perempuan aneh itu di depan meja counter resepsionis seperti yang berada di hotel-hotel. “Akun ID Anda terdaftar dengan nama Tyra. Silahkan dive-in dengan kode akses F-017-324. Selamat bertualang!” 

Bertualang? Konyol sekali.

  Sama sekali tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Dia hanya ingin bermain game. Membunuh? Mungkin maksudnya adalah mengalahkan monster yang berkeliaran di dalam game.

  Tyra menuju lantai 4, memasuki ruangan dengan kode nomor F-017, berhenti lalu mengoperasikan suatu alat elektronik di depan perangkat berbentuk kapsul raksasa setinggi 2-3 meter dan bertuliskan ‘#324 ‘ di bagian atas alat tersebut. Ruangan itu dipenuhi oleh sejumlah barisan kapsul yang beberapa sudah terisi oleh user di dalamnya. Alat yang dilengkapi berbagai macam sensor itu mampu memindai dan merekam ratusan fenomena yang terjadi pada tubuh manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa Biotrix terdiri atas orang-orang jenius.

   Ini yang namanya DiverDrive? Aku cuma pernah lihat di TV. Sampai pada akhirnya Tyra melakukan dive-in, dimana tubuh aslinya dibuat kedalam kondisi ‘tertidur’ sementara kesadarannya berada di dunia virtual.

“Jadi... namanya Tyra.”

   Bodohnya, apa yang kulakukan di sini? “Sigh.” Jika diperhatikan lagi, Alec bertingkah seperti laki-laki yang dibuat gila oleh seorang perempuan kemudian mengikutinya kemana pun dia pergi.

“Benar-benar aktifitas terburuk untuk membuang waktu.”

   Tanpa pikir panjang, Alec memutuskan untuk segera keluar dari tempat itu dan kembali ke rumahnya secepat mungkin. “Eh?” Tepat saat memutar balik badannya, sejenak rute menuju ruangan utama berubah menjadi jalanan bercabang dan berliku-liku seperti halnya di dalam labirin. 

   Bagus. Penyakit ‘sulit-mengingat-jalan-yang-baru-pertama-kali-ditelusuri’ milikku kambuh di saat yang tidak tepat. Sejak awal memasuki gedung sampai ke ruang ini, semua yang diperhatikannya tidak lain adalah Tyra, tanpa mengingat sedikit pun jalan yang telah dilalui.
Tidak ada pilihan lain, Alec harus menelusuri jalan kembali menggunakan naluri yang tidak dapat diandalkannya dan akan bertanya jika bertemu dengan seseorang.

   Melangkah tanpa tujuan, berbelok jika menurutnya harus berbelok dan berbalik arah jika menurutnya akan menemui jalan buntu. Tak satupun orang yang berhasil ditemuinya. Sial, sepertinya aku malah menjauhi titik keramaian.

   Sesampainya di ujung koridor, nampak sebuah pintu elevator yang cukup kecil dan hanya berkapasitas untuk satu-dua orang. Lift? Aku belum pernah lewat ke sini. Sebaiknya aku mengambil jalan lain. Di sebuah belokan sejauh 6 meter dari tempat Alec berdiri, terdengar suara langkah kaki selama beberapa saat dan kemudian terhenti. Syukurlah, akhirnya ada tanda-tanda kehidupan.

“Menurutmu kemana penyusup itu pergi?”

“Entahlah. Tertangkap oleh kamera pengawasan sedang membuntuti seorang pelanggan dan juga berkeliaran di area terlarang secara terang-terangan.”

“Mungkin dia tidak jauh dari sini.”

Eh, tunggu dulu. Sepertinya aku kenal penyusup yang mereka maksud.

  Infinios Valley merupakan sebuah gedung dengan fasilitas berteknologi modern dan serba canggih. Termasuk sistem pengamanan yang sudah pasti dikelola secara profesional. Semua aktifitas dalam gedung terekam dan terawasi, kecuali di area penghujung jalan sekitar tempat mereka berada saat ini. Apa pergerakanku begitu mencurigakan? Aku bisa menjelaskan semua yang terjadi. Alec semakin mendekati sumber suara tanpa ada keraguan.

“Bagaimana kalau dia adalah agen mata-mata kelas elite yang mengetahui rahasia perusahaan dan berniat untuk menghancurkan kita?”

“Bodoh.”

“Kumohon, kebodohan pun ada batasnya. Dia cuma seorang anak muda yang tidak membawa senjata. Kita bertiga sudah cukup untuk menghabisinya.”

  Mendengar itu, Alec terkejut dalam keheningan dan mengambil langkah mundur secara perlahan. *Dugh* Sebuah pot bunga di atas meja yang menghiasi koridor utama itu terjatuh dan menumpahkan gundukan tanah ke lantai. “Hey! Siapa di sana?!”

Sempurna. Sekarang aku adalah segumpal daging tak bernyawa. 

   Langkah seribu pun diambil seketika. Seperti yang diharapkan dari seorang pemain basket, kecepatan berlarinya di atas rata-rata. Yang ada di depannya saat ini adalah pintu elevator yang sebelumnya ditemukan. Tidak perlu berpikir lama, dia segera menekan tombol pintu dan masuk ke dalamnya. Elevator itu terus bergerak ke bawah dan berhenti di lantai bawah tanah.

   Begitu pintu terbuka, semua yang bisa dilihat adalah kegelapan. Terdengar detakkan suara digital ditambah suara alat-alat mekanik yang sedang beroperasi. Tercium sedikit aroma plastik, karbon serta bahan-bahan pabrik lainnya. Laboratorium? Alec berjalan selangkah demi selangkah sambil berusaha untuk mencari saklar lampu dengan menelusuri dinding. Ah, ini dia! *Klik*

   Ruangan masih tetap gelap... namun muncul cahaya yang menerangi suatu benda aneh di bagian tengah ruangan tersebut. Benda itu terbuat dari kaca berbentuk seperti tabung berukuran besar sehingga dapat dimuati oleh satu orang manusia didalamnya. Tanpa disengaja Alec menyentuh dinding kaca tabung itu setelah mencoba masuk ke dalamnya.

   Sinar yang membutakan mata memancar terang dari segala arah. “A- apa yang terjadi?!” Benda-benda di sekitarnya mengeluarkan suara-suara digital yang memekakan telinga. Sekilas terlihat sosok bayangan seseorang di hadapannya. Siapa saja tolong aku...

   Berbagai penderitaan yang kualami masih belum berakhir. Semenjak bertemu dengannya... Tyra.

   Alec pun kehilangan kesadarannya.

♦♦♦


Terakhir diubah oleh barlieuy tanggal 2015-05-17, 08:31, total 1 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
barlieuy
Novice
Novice
barlieuy


Level 5
Posts : 139
Thanked : 1
Engine : RMVX Ace
Skill : Beginner
Type : Jack of All Trades

[Story] Valthrone Online Empty
PostSubyek: Re: [Story] Valthrone Online   [Story] Valthrone Online Empty2015-03-11, 10:04

Chapter 2 : Intervention

   Derap langkah kaki seorang player yang sedang berlari, menghentak keras barisan rumput di atas tanah suatu dataran hijau. Menggenggam erat tongkat, tetap fokus, kemudian meneriakkan nama skill yang digunakan. 

Electroic Halter!!”

  Sejumlah percikan listrik ditembakkan lurus ke arah belakang setelah melompat dan membalikkan punggungnya sesaat. Sepertinya aku mengenai mereka. Terus berlari dengan kecepatan penuh, menerobos masuk ke dalam hutan lebat yang bahkan pemandangan langit di atasnya tertutup oleh pepohonan rindang. Hingga ia menemukan sebongkah batu besar di hadapannya. Tempat berlindung yang bagus!

   Skill yang lain pun segera diaktifkan. “Alter Mind.” Aura di sekitar tubuh player perempuan berambut perak dan berjubah penyihir berwarna pink yang dilengkapi mantel putih di punggungnya itu mulai memancarkan cahaya. Kemudian secara perlahan terkumpul di ujung tongkat kayu berhiaskan batu permata berwarna biru gelap miliknya.

*Rooooaarr*

   Monster yang menyerupai seekor babi hutan raksasa setinggi tujuh meter dengan tiga buah tanduk besar di kepalanya, abdomen berukuran ekstra lebar ditambah memiliki kecepatan seperti kuda pacu, berlari dengan sangat buasnya seolah sama sekali tidak berniat untuk melepaskan mangsa di depannya. Diikuti oleh dua monster kijang jantan bermata merah menyala dengan bulu hitam tebal, yang menembakkan sinar berwarna ungu pekat dari mulut mereka. *Boooom*. Hampir seluruh batu besar yang dijadikan tameng itu hancur berkeping-keping.

“Akh, begini repotnya Spellcaster kalau bermain solo!”

  Beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja ketiga monster itu terdiam bagaikan tersengat listrik bertegangan tinggi yang membuat kaki mereka tak mampu digunakan untuk melangkah. Bagus! Efek dari Electroic Halter sudah aktif! Sekarang saatnya! Tyra segera keluar dari balik batu tempatnya berlindung dan langsung menghadap ke arah targetnya dengan pose siap bertarung.

“Wahai para perusak alam yang terkutuk, segera enyahlah dari dunia ini dan terimalah hukuman mati dariku!!”

   Kalimat yang diucapkan dengan suara lantang itu seakan membakar semangat bertarungnya. Tyra memejamkan mata dan kembali memfokuskan energi ke dalam senjata yang digenggam kedua tangannya.

Razing Thunderia!”

  Segenap gelombang energi petir yang terkonsentrasi ditembakkan lurus ke arah atas, mendekati sekawanan monster yang tidak bisa bergerak akibat terkena efek state immobilized itu. Energi tersebut semakin padat dan meluap di udara sebelum mengeluarkan badai petir dahsyat yang menghujam tanah. Ledakan beruntun terjadi di seluruh area sekeliling mereka. Tanah dan bebatuan di sekitarnya ikut mengalami kerusakan parah seperti terkena serangan hujan meteor. Tak ada yang tersisa. Window yang menunjukkan perolehan experience point dan item muncul di depan wajahnya, lalu menghilang setelah dikonfirmasi.

   “Huff…” Tyra bersandar pada pohon dan terduduk sambil meluruskan kaki untuk melemaskan ototnya dengan napas yang terengah-engah dan dipenuhi rasa lega.

“Ahahaha! Yay, aku berhasil!”

   Bukanlah hal yang mudah untuk seorang diri mengalahkan monster berkecepatan tinggi dan berdaya hancur cukup besar, bagi player yang memilih Spellcaster sebagai class-nya. Diperlukan strategi yang matang agar dapat menyerang secara optimal, menghindari serangan, menjaga jarak dari lawan dan yang paling penting adalah menjaga Spirit Point (SP) selalu tetap tersedia. Dengan melawan satu Tyrant Boar dan dua Dark-Ox, Tyra sudah menghabiskan lusinan botol health dan stamina potion. “Menjijikan sekali, monster jelek itu namanya mirip denganku!” Sesudahnya beristirahat dia telah bersiap untuk kembali menuju ke kota.

Aku akan segera memenuhi janjiku… Ibu.

♦♦♦


“Tinggal pintu ini yang tersisa! Ayo cepat buka!”

“Kau jaga di sini! Biar kami berdua yang periksa ke bawah!”

   Dua dari tiga orang berpakaian hitam yang diperintahkan untuk menangkap Alec, bergegas memasuki pintu elevator berukuran kecil itu. Setelah bergerak turun dan berhenti, mereka berdua sampai pada sebuah ruangan yang dipenuhi warna putih terang dan melihat ada seseorang di sana.

“Siapa yang mengijinkan kalian masuk ke sini?? Ini ruang pribadiku!”

“Ma- maafkan kami, Professor Sugo!”

   Sugohara Daitou adalah seorang profesor kelahiran Jepang yang bekerja di bawah pengawasan Biotrix sebagai kepala tim peneliti dan pengembang proyek rahasia yang ditempatkan di Inggris. Tentu saja DiverDrive merupakan salah satu produk terbesar dari hasil penelitiannya. Dia sudah memiliki peran penting dalam pengembangan game VO.

“Kami sedang mencari seorang penyusup yang memasuki gedung ini. Apakah Anda melihat ada orang yang masuk, Professor?”

“Tidak ada siapapun di sini kecuali aku sendiri.”

   Laboratorium yang terletak di bawah tanah ini merupakan ruangan yang hanya boleh dimasuki oleh Sugo seorang. Dengan kata lain, sudah menjadi tempat yang sering digunakan olehnya untuk menghabiskan waktu hampir sepanjang hari. Selain dilengkapi dengan berbagai alat dan teknologi yang menunjang penelitiannya, di sini juga terdapat fasilitas umum seperti kamar mandi, dapur bahkan kamar tidur.

“Be- begitukah Professor? Tapi sekarang hanya tempat ini yang paling memungkinkan penyusup itu untuk sembunyi.”

“Kalau tidak percaya silahkan cari saja. Tapi lakukan dengan cepat, pekerjaanku masih banyak di sini.”

“Baik. Terima kasih, Professor. Hei kau cari ke sebelah sana! Aku akan periksa di sekitar sini!”

   Mereka berdua pun berpencar sampai ke setiap sudut ruangan dan memeriksa tempat-tempat yang sekiranya dapat digunakan untuk bersembunyi. Di tengah ruangan terlihat jelas benda berbentuk tabung besar kosong yang dilapisi oleh kaca transparan. “Tidak ada… Di sebelah sana pun tidak ada siapa-siapa.” Meskipun sudah mencari di seluruh ruangan, tetap tidak ada yang ditemukan. “Sudah kubilang, kan? Kalau tidak ada lagi urusan di sini sebaiknya kalian segera keluar.” Sugo seperti sedang menyembunyikan sesuatu dan ingin mereka cepat meninggalkan ruangannya.

“Maaf telah mengganggu waktu Anda, Professor. Jika ada sesuatu mohon segera melapor.”

“Ya. Salahku juga tadi lupa mengaktifkan keamanan di pintu masuk.”

   Kedua pria bertubuh besar yang masih merasa terheran-heran itu berlari menuju pintu keluar. “Kita belum periksa ventilasi di atas. Mungkin dia kabur lewat sana.”, “Oh, benar juga! Kenapa bukan daritadi!” Obrolan itu semakin lama semakin tidak terdengar seiring dengan menutupnya pintu elevator dan akhirnya tinggal Sugo seorang yang berada di laboratorium. Sekilas dia mengingat kembali keberadaan seorang pemuda berambut pirang yang tadi sempat menggunakan alat penelitiannya.

“Aku harus segera memonitor keadaannya di dalam sana!”

   Memang benar. Sebelum ruangan lab bawah tanah itu dimasukki oleh para penjaga keamanan, Alec telah berada di sana terlebih dahulu. Dan sekarang tubuhnya tidak dapat ditemukan dimana-mana. Sugo bergegas menuju sebuah layar monitor besar kemudian dengan cepat mengetik sesuatu pada keyboard di depannya disertai oleh perasaan cemas.

“Semoga semuanya baik-baik saja. Kumohon bertahanlah...”

♦♦♦

   Teriknya sinar matahari membuat suhu dan kelembaban di sekitarnya menimbulkan ketidaknyamanan. Alec berjalan terhuyung-huyung seolah keseimbangan tubuhnya tidak dapat lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Kepalaku serasa mau pecah. Tubuhku terasa mual. Dia berjalan mendekati sebuah sumber mata air yang berada di tengah hutan dengan sempoyongan.

*Dugh*

“Aw.. .”

   Tanpa sengaja, tangannya menyerempet sebuah dinding bebatuan berstruktur permukaan kasar yang berada di dekat pepohonan di tepi sungai. Ugh, cerobohnya aku. Setitik darah pun keluar dari goresan luka kecil di bagian sikutnya. Walaupun sedikit, tetap saja rasa sakit itu jelas sekali dapat dirasakan.

   Air yang terlihat jernih dan segar mengalir dengan tenang di antara bebatuan kecil dan tanaman air yang menghiasi permukaan sungai di depannya. Alec kemudian berhenti di bagian tepi untuk membasuh wajahnya, membersihkan luka di lengannya dan mengambil beberapa tegukan air.

   Alec berusaha mengatur irama napasnya secara perlahan dan mencoba beradaptasi dengan atmosfer yang dirasanya kurang bersahabat itu. 

Demi apapun, dimana ini? Hutan?  

  Kepalanya tertunduk sembari berpikir mengenai apa yang telah terjadi, wajahnya kemudian menengadah ke atas dan dia berbaring di atas tanah beralaskan rerumputan yang hijau.

Jangan-jangan.. ini yang namanya dunia virtual...

   Wajar saja jika dia berpikir demikian. Pemandangan alam penuh warna bagaikan lukisan yang dibuat oleh seorang seniman profesional dan nuansa asri yang terlihat menakjubkan itu, membuatnya seolah-olah sedang berada di suatu negeri fantasi. Memejamkan mata, kemudian menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang berselancar di permukaan tubuhnya. 

“Haa.. nikmatnya..”

   Sesaat setelah lama memejamkan mata dan hampir terlelap dalam tidur, ada sesuatu yang mengganggu suasana nyaman itu.

*Beep*.. *beeep*.. *Bzzt*..!! *Bzztt*. !!

   Eh? Suara apa.. Tiba-tiba saja terdengar sebuah suara digital aeperti sinyal yang terputus-putus, entah berasal dari mana. Semakin lama, suara itu tidak hanya menimbulkan bunyi dengung saja, melainkan suara seorang manusia.

*bzzt* ... da...*bzz bzzt* .. anak muda..*bzzzt* .. bisa kau dengar aku? .. ... ..”

  Secara intuitif, Alec langsung menoleh ke atas langit. dan .. mengejutkan.. nampak sebuah layar hologram berbentuk persegi panjang dan berwarna biru kehijauan yang mengapung di udara. Perlahan, dari dalam layar tersebut memunculkan sosok seorang pak tua berkacamata dengan rambut pendek yang sudah beruban. Pak tua itu pun berbicara.

“Anak muda, apa kau baik-baik saja?”

   Alec masih terdiam memandang objek transparan yang berada di atas kepalanya itu. Rasa kantuk yang menyerangnya pun hilang seketika.

Professor, tidak terlihat ada masalah yang serius pada sistem metabolisme di tubuhnya. Tekanan darahnya pun sudah mulai normal.”

“Bagus, orang baru. Lanjutkan monitoring nya.”

   Selain sosok seorang paruh baya berseragam serba putih, ternyata di belakangnya ada orang lain yang bersuara seperti seorang remaja laki-laki. Jadi, dibalik layar itu ada dua orang yang berbicara. Sebaiknya aku membalas pertanyaan yang diberikan olehnya. Kemudian pak tua itu bertanya kembali dengan nada datar.

“Siapa namamu, anak muda?”

“Namaku... Alec.. Alecston Streiter. Dimana ini?”

   Jika dipikir kembali, berkomunikasi dengannya bukanlah ide yang buruk. Mungkin mereka tahu cara untuk mengeluarkanku dari sini. Tidak lama setelah Alec memperkenalkan dirinya, terdengar suara lantang dari anak remaja yang tadi berbicara.

“Hah? Alec?? Jangan-jangan... Aleeeeec!!!”

“Hei, jangan berteriak!”

*Gusrak*

   Dari tempat Alec berdiri, terlihat adegan dorong-mendorong yang sengit antara kedua orang di balik layar tersebut. “Ugh- orang baru! Apa-apaan?? Ah- Hei--- !” Pak tua itu terlihat sedikit kewalahan dan akhirnya menyingkir dari tangkapan kamera. Lalu.. terlihat sosok yang sama sekali familiar. “Kau benar Alec, kan???”

“Lho, C- Cody??? Sedang apa kau di sana??”

   Dialah Cody, sahabat Alec yang ditemuinya di jalan setelah pulang berlatih basket pagi hari tadi. Sebelumnya, Cody mengatakan bahwa kepergiannya ke Jepang ditunda karena masih ada urusan yang harus dikerjakan. Dan urusan itu adalah bekerja lepas di perusahaan pengembang game paling fenomenal, Biotrix.

“Harusnya aku yang bertanya! Sedang apa coba seorang pembenci game di dalam dunia game??”

“Jadi.. dugaanku benar. Ini di dalam game..”

   Kejadian yang dialami oleh Alec sebelum terdampar di tengah hutan, berawal dari membuntuti seorang gadis remaja yang ingin melakukan dive ke dalam dunia game VO. Kemudian dia malah terjebak di sebuah ruangan dan kehilangan kesadarannya setelah menyentuh suatu perangkat elektronik. Apalagi yang mungkin terjadi selain terlempar ke dalam game? Akan tetapi, itu saja belum menjelaskan apa-apa.

“Ya ampun-- Kalian saling kenal ya.”

   Sosok pak tua berbadan kurus itu mendekati Cody sampai akhirnya mereka berdua terlihat dari layar monitor.

“Perkenalkan, aku Sugohara Daitou. Salah seorang peneliti yang mengembangkan proyek VO. Dan aku ingin menginformasikan bahwa saat ini.. kau berada di dalam dunia game Valthrone Online.”

   Tunggu dulu. Itu artinya.. aku berada di dunia yang sama dengan Tyra?  Ada sedikit pertanyaan yang muncul di pikiran Alec. Walaupun sebenarnya dia tahu, sekarang bukanlah saat yang tepat untuk memikirkannya.

“Kalau begitu, beritahu aku cara untuk melakukan log out. Aku ingin segera keluar dari sini.”

   Seperti game online pada umumnya, player dapat mengakses channel pada server dengan memasukkan login mereka. Sebaliknya, jika akses tersebut sudah tidak dibutuhkan maka player dapat keluar dari sistem tersebut dengan melakukan log out.

“Aku kan sudah bilang, Alec. Kau berada di dalam game.”

“Apa maksudnya?”, tanya Alec kebingungan.

“Ya, secara harfiah.. Tidak hanya kesadaranmu yang berpindah.. .. tetapi tubuhmu juga.. ikut berpindah ke dalam game.. ..

“.. Hah.... ..? .”

   Apa yang baru saja disampaikan secara dingin oleh Sugo, adalah hal paling absurd yang pernah Alec dengar. Berpindah ke dalam game? Apa lagi itu? Teknologi terbaru?  

   Memakai teknologi macam apa pun, memindahkan raga ke dalam dunia virtual merupakan sesuatu yang mustahil. Memecah partikel padat tubuh manusia menjadi potongan-potongan kecil kemudian diolah secara digital agar bisa dikirim melalui suatu jaringan komputer, setelah itu potongan-potongan tersebut disusun kembali dalam keadaan utuh.. Sungguh tidak masuk akal.

“Jangan main-main, Prof !!!”

“Inilah proyek rahasia yang sedang kukembangkan. Perangkat berbentuk tabung yang telah mengirimmu ke dalam sana adalah prototype dari DiverDrive versi lama yang masih dalam tahap penelitian lanjut.”

  Cody hanya terdiam selagi Sugo menjelaskan. Tentu saja dia sudah tahu semuanya. Tetapi pada awalnya dia tidak menyangka kalau objek dari penelitian mereka adalah Alec, sahabatnya sendiri yang bahkan tidak memiliki ketertarikan terhadap apapun yang berhubungan dengan game.

“Kalau kau tidak percaya, tanyakan saja pada temanmu. Bukan begitu, orang baru?”

“Eh? Ah- iya.. Aku sendiri kaget kalau objek kami adalah kau, Alec. .. .”

   Alec masih tidak dapat berkomentar apa-apa. Objek? Jadi sekarang aku adalah kelinci percobaan? Dia sama sekali tidak percaya terhadap informasi konyol yang baru saja diberitahukan kepadanya. Sugo kembali melanjutkan pembicaraan.

“Apa kau ingat ketika pertama kali tersadar? Tubuhmu pasti merasakan efek samping dari proses pengumpulan ulang partikel.”

“.... ..”

“Kau juga dapat mengadakan kontak fisik secara langsung dengan berbagai objek di dalam game, termasuk fenomena alamiah layaknya di dunia nyata. Seperti rasa sakit, ketahanan tubuh, respirasi udara bahkan kemampuan jantungmu untuk memompa darah.”

   Jika benar, hal itu merupakan masalah besar bagi Alec. Pada umumnya, setiap MMORPG menerapkan feature Health Point yang mengindikasikan parameter bisa dibiliang “nyawa” dalam permainan. Ketika nyawa dari player habis, biasanya mereka dapat “hidup” kembali di kota atau tempat lain yang sudah diprogram. Bagaimana jika... nyawa di dalam game.. mengimplementasi nyawa dari dunia nyata... ..?

  Pikiran Alec mulai kacau. Semua yang disampaikan benar-benar tidak dapat diterima dengan akal sehat. Bahkan mereka membicarakan hal yang di luar batas kemampuan manusia biasa.

“Lalu, apa tujuanmu menciptakan alat itu?”, tanya Alec dengan lemas.

“Tidak, kau salah. Aku hanya mengembangkannya, bukan menciptakan.”

  Di tengah pembicaraan yang serius itu, tiba-tiba terdengar suara raungan hewan buas dari arah belakang menuju tempat dimana Alec berdiri.

*grrrhh...* *groorrh*

Alec!! Dibelakangmu!!!”, teriak Cody dengan keras.

   Ketika Alec menengok ke belakang, muncul figur suatu makhluk yang serupa dengan hyena, memiliki taring besar layaknya pedang dan terdapat duri-duri tajam tumbuh di sepanjang tulang punggungnya. Kemungkinan makhluk itu terpancing dengan bau darah di lengan Alec.

“Anak muda! Cepat lari!! Bagaimanapun juga, kau adalah objek kami yang berharga!! Kau tidak boleh mati!!”

  Rasa takut pun merajai pikiran dan juga tubuh Alec. Lututnya gemetar, dia tidak dapat bergerak sedikitpun. Sedangkan di depannya, monster karnivora berkaki empat dan berukuran cukup ramping sudah semakin dekat dan siap untuk menerkam...

Mati di dalam game sama dengan mati di dunia nyata? Tidak. Dalam kasusku, dunia virtual dan nyata sudah tercampur...

Aku harus melakukan sesuatu... ..

♦♦♦
Kembali Ke Atas Go down
Sponsored content





[Story] Valthrone Online Empty
PostSubyek: Re: [Story] Valthrone Online   [Story] Valthrone Online Empty

Kembali Ke Atas Go down
 
[Story] Valthrone Online
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» [Concept] Valthrone Online : Age of Dystopia
» Game Online dari Eclipse (WanaRock Online)
» are and ryan story:side story of alex the
» [online] Point Blank Online Indonesia.
» [Story] story opening tutorial

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
RPGMakerID :: Community Central :: Role Playing-
Navigasi: