prologue
Di suatu ruang yang gelap, terdapat 8 monolith yang mengelilingi altar dengan lantai penuh simbol-simbol aksara Rune.
"Shuuuuu!!"
Tiba-tiba sebuah pilar cahaya muncul di tengah-tengah altar. sesosok pria dengan rambut perak muncul dari dalam pilar cahaya tersebut.
"O para dewa-dewi, hamba datang memenuhi panggilan."
Pria tersebut lalu menunduk ke arah 8 monolith di depannya. Dari dalam monolith, muncul sosok-sosok dengan aura luar biasa. Terdapat 5 sosok wanita dan 3 sosok pria dengan berbagai wujud yang tidak biasa. Mereka adalah para dewa dunia ini.
"Bangunlah, wahai [Hero] !"
Salah satu sosok wanita maju. Rambutnya panjang berwarna kehijauan seperti akar pohon. Wajahnya cantik dan penuh kelembutan.
Melihat wanita tersebut, Pria itu pun segera kembali berdiri tegap.
"Apakah tugas hamba kali ini Ibunda dewi,[Ashera]?"
"..."
"Heh! Sudahlah Hero! Jangan sok sopan begitu. Aku jijik melihatnya !"
Hero pun tersenyum simpul. Matanya memandang ke arah salah satu dewa pria yang berdiri di samping.
“Dewa perang [Bahamuth], apa yang anda bicarakan? Sudah sepatutnya hamba bersikap sopan pada anda sekalian!”
“Heh! Bersikap sopan ya? Kau pasti berkata seperti itu karena kehadiran Ibunda dewi Ashera , benar begitu kan? Iya kan!?”
Tampak wajah Bahamuth mengeras dan matanya membara. Bahamuth adalah dewa perang yang dipuja bangsa Demon. Ia memiliki tempramen yang buruk dan gemar bertarung.
“Ara~Lama tak bertemu ya, Hero?”
Seorang wanita mendekat ke arah Hero. Tubuhnya yang indah dan menawan dapat membuat pria manapun terpesona. Dia adalah [Freyna], Dewi asmara dan kesuburan. Ia adalah dewi yang dipuja para Elf.
“Dewi Freyna, anda tampak cantik seperti biasanya.”
“Ara~ kau ini..”
“Hei jangan abaikan aku!”
Bahamuth berteriak-teriak. Freyna hanya menggelengkan kepala. Ia meletakkan tangan di keningnya.
“Ara, Memiliki saudara seperti dia itu memalukan. Kasar, tidak beradab..ah”
"Hamba mengerti.”
“Hoii!”
Bahamuth memprotes namun tidak ada yang memperhatikannya. Hero kembali tersenyum tipis. Ia sudah terbiasa dengan tingkah para dewa-dewa ini.
"Freyna, kau sendiri tidak lebih buruk.. kerjamu hanya bermain-main saja, apa kau pernah memperhatikan keadaan bangsa elf yang diserahkan padamu oleh ibunda?”
Seorang wanita lain mendekat ke arah Freyna. Dia adalah [Nereia], dewi lautan dan pelindung kaum Ogre. Berbeda dari Freyna yang berpenampilan menggoda, Nereia justru berpakaian sedikit tertutup. Terdapat selendang keperakan menyelimuti tubuhnya.
“Nereia, berbeda dengan bangsa Ogre liar yang kau pimpin, bangsa Elf cukup beradab dan pintar untuk mengatur diri mereka sendiri tanpa bantuanku. Jadi wajar saja kalau aku membiarkan mereka sesukanya..”
“Heh? Pintar ? apa kau tidak tahu bagaimana kondisi bangsa Elfmu sekarang, mereka terus bersembunyi di dalam hutan seperti pengecut.”
Selalu saja seperti ini, batin Hero dalam hati. Ia sudah terbiasa melihat pertengkaran antara kedua dewi tersebut.
“Kalian semua tolong tenanglah.”
Suara lembut Ashera menghentikan percakapan mereka semua. Ia lalu mendekati Hero.
“Hero, kami memanggilmu bukan untuk sebuah tugas melainkan sebuah permintaan.”
"Permintaan seperti apa itu, Ibunda Dewi?”
Bagi Hero, jika sudah berhubungan dengan Ibunda Dewi Ashera yang merupakan pemimpin para dewa berarti ada hal serius.
“Hero, kau sudah mengabdi sebagai utusan kami untuk menjaga keseimbangan dunia selama beberapa millennia. Bagiku, Kau sudah seperti putraku sendiri.”
Ashera memegang pipi Hero. Sentuhan lembut tangan dan perkataan Ashera membuat Hero sedikit merasa tersipu.
“Bagi hamba, Ibunda Dewi juga sudah seperti ibu hamba sendiri.”
“Terima kasih, aku senang mendengarnya. Oleh karena itu, aku ingin kau menjadi bagian dari kami, para Dewa.”
Hero sedikit terkejut tapi ia mencoba tenang.
“Hamba tidak mengerti,Ibunda Dewi?”
“Hero, Aku memutuskan akan mengangkatmu sebagai Dewa. Dewa keberanian dan kebijaksanaan!”
“Heh! Sungguh beruntung kau, nak!”
“Hero memang pantas mendapatkannya,hmm..”
[Drumir] dan [Kimera], dua dewa pria lainnya menepuk bahu Hero. Drumir adalah dewa pertukangan sementara Kimera adalah dewa keadilan dan kematian. Mereka memiliki penampilan kurcaci dan manusia hewan.
“Heh! Sudah kutunggu-tunggu waktu untuk bertarung denganmu Hero..kita akan bertarung sebagai sesama dewa! ”
Bahamuth turut berkomentar sambil mengepalkan kedua tangannya.
“Hei-hei.. tunggu, ehmm.. lalu bagaimana dengan penduduk dunia ? apakah mereka tidak membutuhkan kehadiran seorang pahlawan?”
“Aku tahu perasaanmu. Kau sudah mengalami ratusan reinkarnasi untuk terus menjaga dunia dari kekacauan. Kau sudah bekerja keras untuk itu semua tapi kerja kerasmu kini sudah terbayar, penduduk dunia sudah mampu mengatasi masalah mereka sendiri.”
“Jadi ibunda dewi, keberadaan hamba sudah tidak dibutuhkan?”
“Ya bisa dibilang begitu..”
“Hero..” Â
Satu suara lembut terdengar di telinga Hero. Suara itu berasal dari [Elyona], Dewi pengetahuan dan merupakan yang terpandai dari semua dewi.
“Aku tahu kau pasti khawatir, tapi tenanglah.. manusia di dunia sudah belajar banyak dari hal-hal yang kau lakukan selama ini. Sejak 100 tahun terakhir, tidak ada masalah yang membahayakan terjadi.”
Hero diam sejenak. Sebenarnya ia tidak keberatan menjadi dewa. Ia sudah cukup banyak pengalaman hidup di dunia. Ia juga sebenarnya cukup senang karena penduduk dunia yang ia jaga kini dapat melindungi dirinya sendiri.
Meski begitu, ada perasaan yang kurang di hatinya.
“Baiklah hamba terima, tapi hamba punya satu permintaan ibunda Dewi.”
“Katakanlah, putraku.” Ashera tersenyum lebar.
Hero sedikit merasa risih dengan panggilan tersebut.
“Umm..ketika hamba belum menjadi seorang Hero, hamba hanyalah seorang pemuda biasa dari bangsa manusia. Jauh dalam ingatan hamba, ada suatu keinginan dari kehidupan hamba tersebut yang belum terpenuhi.”
“Dan apakah itu?”
“Hamba ingin berpetualang dengan bebas.”
Semua yang berada di ruangan ikut terkejut dengan permintaan Hero.
“Ara~Berpetualang dengan bebas? Bukankah kau sudah melakukannya dalam tugas-tugas pahlawanmu?”
Freyna memiringkan kepala sambil menggumam pelan. ia memainkan rambut dengan jari-jarinya.
“Bukan perjalanan seperti itu ..”
“Yang hamba inginkan adalah berpergian ke berbagai tempat tanpa tujuan dan hanya mengikuti ke mana kaki melangkah.”
“Heh! Aku benar-benar tidak mengerti apa maksudnya!”
“Tentu saja kau tidak mengerti, Bahamuth. Ini adalah hal yang hanya bisa dipahami oleh manusia, benar begitu bukan,Hero?”
Hero mengangguk membalas perkataan Elyona. Mungkin karena Elyona adalah dewi yang dipuja para manusia jadi wajar jika dia sedikit paham.
“Baiklah, akan aku penuhi permintaanmu. [Norns], lakukanlah ritual pengiriman jiwa.”
Dewi terakhir muncul. Berbeda dari yang lain, Norns tidak banyak berbicara dan lebih banyak diam memperhatikan. Sebagai Dewi takdir dan waktu, Norns memiliki kemampuan untuk memanggil dan mengirim jiwa pahlawan yang diinginkan oleh para dewa.
“Hero putraku, Aku akan membuatmu terlahir kembali ke dunia. Jangan khawatir, kau tidak akan memulai dari siklus sebagai bayi seperti sebelumnya. Kau akan menjadi kembali ke wujud remaja. Sama seperti saat kau pertama menjadi seorang Hero.”
“Jika diperbolehkan, berikan hamba wujud yang tidak terlalu mencolok baik dari penampilan maupun kemampuan. Hamba ingin hidup yang biasa-biasa saja.”
“Aku mengerti tapi ingatlah, jika kau mati kau tidak dapat kembali ke dunia. Kau akan langsung menjadi dewa. ”
“Hamba mengerti.”
“Kalau begitu, pergilah putraku! Jalani kehidupan yang kau inginkan !”
“Shuuuuuu!!”
Pilar cahaya kembali muncul menyelimuti tubuh Hero. Tubuhnya perlahan menghilang seiring cahaya yang semakin menipis.
Ruangan sejenak menjadi sunyi. Elyona menyadari ada hal yang tidak beres berjalan mendekati Ashera.
“Umm..ibunda..”
“Ada apa putriku?”
“Sepertinya ibunda lupa menghapus ingatan dan keahlian yang dia miliki.”
“Eh? Tapi aku sudah mereset semua kemampuannya. Aku rasa tidak masalah.”
“Ehm! Apakah ibunda lupa jika dia memiliki RATUSAN keahlian yang ia pelajari selama dari berbagai reinkarnasinya?”
“Ah, itu..”
Ashere menunduk murung. Auranya terlihat menghitam.
“. . .”
“Bagaimana ini putriku?”
“Yang jelas, tidak mungkin kita memanggil jiwanya kembali.”
“Ara~ sudahlah kita biarkan saja, sepertinya ini menarik.”
“Seperti biasa,Freyna. Sifatmu selalu buruk..”
“Muu~..Nereia, kau ini terlalu berlebihan.”
“Tapi kau benar.. ini cukup menarik, mari kita lihat saja kelanjutannya.hum.”
Para dewa kemudian menghilang satu per satu kembali ke dalam monolith masing-masing.