Howdy fella. Disini hancip RMID, richter_h, ngebuka Role Play (alias RP) buat ente-ente yang demen bikin cerita dan pengen nyoba ngidupin karakter yang pernah ente bikin. Kita udah beberapa kali roleplay, tapi kali ini yang ngemanage RP ne ane sendiri.
Jadi, yang mo nyoba ngembangin karakter, mo larut dalam cerita yang ente bikin, atawa mo nyoba tantangan baru nulis cerita dengan konsep yang udah dikasi sebelumnya, welcome. RP ini tujuannya ya buat hal-hal yang udah ane sebut barusan.
Yis. The first Role Play from your Town Guard. Sponsored by Richter Heimsdel
Tentang Role Play (thanks to tukang_es buat penjelasan dasarne):
RolePlay adalah permainan Forum bermain peran melalui posting. dalam permainan ini pemain (member) bermain sebagai karakter yang ditempatkan di suatu cerita dengan setting yang sama dengan pemain lainnya. RolePlay mengandalkan imajinasi dari pemainnya agar menciptakan cerita yang menarik dan seru serta inspiratif. tidak menutup kemungkinan karakter yg pemain ciptakan akan dikenal.
Jadi, konsep apa yang bakal ane angkat di RP ini? Let me say, sesuai dengan hasil rembugan antara member-member yang pengen nge-RP lagi, ane mo angkat konsep yang ngambil beberapa unsur Lovecraftian Mythos (alias Ctulthu Mythos), dan ngambil setting di pulau antah berantah yang disebut dengan Erantopia.
Ini background story yang mo ane angkat (thanks to NightRider buat base concept nya)
sumber: NightRider, dengan beberapa suntingan wrote:
Ada sebuah cerita, banyak orang bilang itu hanyalah imajinasi belaka, legenda tak nyata, atau bahkan mimpi. Cerita ini telah melalui banyak generasi, dari jaman peradaman kuno sampai ke peradaban terakhir, dari era sihir sampai era teknologi, saat beberapa kerajaan, monarki dan tirani berkuasa sampai bentuk pemerintahan modern yang lebih maju terbentuk.
Di suatu sisi dunia terdapat sebuah pulau. Pulau itu tidak pernah tercatat di peta, tidak pernah terlacak pada radar, dan tidak pernah diketahui dimana letak sebenarnya. Namun, pulau ini dikenal karena banyak orang bercerita bahwa pulau itu memang ada, bahwa pulau itu berada di suatu tempat tersebut. Beberapa orang yang mengaku pernah pergi kesana memiliki berbagai macam cerita dan legenda masing-masing. Beberapa orang mengatakan bahwa itu adalah sebuah pulau dengan teknologi yang sama sekali berbeda dan tak pernah ada di zaman ini.
Beberapa orang mengatakan bahwa itu adalah sebuah pulau dengan peradaban kuno dengan kekuatan mistis yang ajaib, beberapa orang mengatakan bahwa itu adalah sebuah pulau yang harmonis stabil penuh kehidupan, beberapa orang mengatakan bahwa pulau itu penuh dengan pertempuran penuh darah dan tragedi, dan masih banyak lagi cerita legenda yang tentunya hanya orang-orang tertentu saja yang menceritakan itu semua.
Semua orang menganggap itu hanyalah khayalan belaka orang-orang tersebut, yang telah terdampar di lautan antah berantah, dan hanya menjadi satu-satunya orang yang selamat. Namun bukan berarti semua orang sama sekali tidak percaya dengan perkataan orang-orang tersebut.
Di berbagai penjuru dunia, di berbagai masa, di berbagai zaman, di berbagai waktu, semua manusia sudah mengalami hal seperti ini. Mengharapkan berbagai macam hal, akhirnya banyak orang mulai secara rahasia, mencoba untuk mengunjungi tempat tersebut. Ada yang mengharapkan petualangan, ada yang mengharapkan kekayaan, ada yang mengharapkan kekuatan, ada yang mengharapkan kebahagiaan, ada yang mengharapkan pengetahuan, sampai akhirnya ada yang ingin menjemput kembali mereka yang tidak pernah kembali.
Para pengelana ini mulai menapakkan kaki menuju pulau tersebut, tanpa menyadari bahwa dibalik semua misteri tersebut, sebuah entitas misterius yang wujudnya bahkan tidak pernah tergambarkan oleh umat manusia tengah menggerayangi seisi pulau tersebut.
Tepat di pulau ini, pulau misterius dan tidak pernah diketahui letak persisnya, bersemayam entitas tertinggi, yang oleh salah satu penulis buku yang terinspirasi oleh cerita salah seorang penjelajah dinamai The Great Old One.
Tentang Erantopia:
List of places of Erantopia
Erantopiaadalah gugusan pulau yang terdiri dari pulau utama (Erantopia), dan tiga pulau kecil yang mengelilingi pulau utama (dan kemudian dinamai dengan Katherine, Charon dan Ratopia). Anehnya, untuk ukuran kota misterius, Erantopia memiliki beberapa tempat strategis baik pelabuhan, pusat pemerintahan dan tempat-tempat strategis lainnya. Berikut adalah beberapa tempat yang patut dicatat untuk para pengelana:
Sebuah kota besar, luasnya tidak lebih dari 8000 yard, dimana pemukiman orang-orang asli pulau berderet bersamaan dengan beberapa fasilitas seperti pasar, toko, penginapan dan sebuah puri yang konon adalah pusat pemerintahan pribumi. Arsitektur kota sangat jauh berbeda dengan tipe-tipe arsitektur yang pernah ada. Silahkan gambarkan sendiri bentuknya
Perpustakaan besar yang berada di pedalaman hutan Katherine. Ditempati oleh pribumi yang layaknya seorang cendekiawan. Buku-buku yang ada di sana menggunakan huruf yang tidak pernah dikenali oleh orang luar, jadi pengelana harus mencari sendiri cara untuk membaca literatur-literatur yang ada di perpustakaan ini
Mercusuar besar di tengah-tengah pulau Charon. Orang luar tidak akan bisa melihat mercusuar ini walaupun pada malam hari lampu mecusuar ini seterang bintang timur
Kuil misterius di Ratopia. Pribumi jarang sekali datang ke kuil ini, tidak seperti layaknya kuil di pulau-pulau lain. Arsitekturnya sangat janggal dan lebih suram, dan suara-suara aneh dari dalam kuil bisa terdengar sampai luar area kuil
Catatan:
Nama-nama yang digunakan untuk tempat-tempat tersebut sangat janggal untuk dilafalkan. Para pengelana bisa menyebut tempat-tempat tersebut dengan nama lain, namun jika bisa semua pengelana bisa sepakat untuk memberi nama tempat dengan nama yang sama.
Dan juga, abjad, angka, dan huruf yang digunakan di Erantopia adalah aksara yang tidak pernah dikenali sebelumnya. Pengelana harus menginterpretasikan sendiri aksara yang digunakan oleh pribumi ini.
The Travelers
List of the Travelers
Ente, sebagai peserta RP, adalah salah satu dari para pengelana alias Travelers yang penasaran dengan apa yang sebenarnya disembunyikan dari Erantopia ini. Ente datang dari berbagai daerah dan jaman, membawa karakteristik, kemampuan dan kebudayaan ente ke Erantopia yang notabene dihuni oleh pribumi yang benar-benar asing dan tidak dikenali oleh orang-orang dari jaman kuno sampai jaman paling modern sekalipun. Ente turut serta membawa motif, keinginan, hasrat dan ambisi ke Erantopia. Soal itu, itu mah masalah ente. Namun, The Great Old One akan terus memantau tiap gerak-gerik ente di Erantopia, dan mungkin dia akan memberi sesuatu di saat-saat tidak terduga. Jadi, be wary, be cautious.
NPCs
List of NPCs of Erantopia
Pengelana dibebaskan untuk membuat NPC sendiri sesuai kebutuhan. Namun, koordinasikan dengan pengelana lain untuk membuat NPC umum seperti pengelola toko, penyedia bahan makanan, pengrajin, penjaga kota, menteri/patih, ratu, raja dan NPC penting lainnya baik dari nama, karakteristik, figur dan sebagainya.
Items
List of items of Erantopia
Barang-barang di Erantopia kebanyakan eksotis namun dapat dikenali oleh para pengelana. Namun, beberapa bisa saja cara interpretasinya beda, dan juga pengetahuan tiap karakter terbatas tentunya. Maka dari itu, diharapkan ente bisa menjelaskan tiap barang yang sekiranya perlu dijelaskan agar player lain tidak bingung.
The Monsters
List of Known Monsters of Erantopia
Tidak banyak yang dikenali oleh orang-orang luar. Pengelana mesti menggambarkan sendiri apa yang mereka hadapi, dan tentu saja harus bisa menggambarkan seperti apa dan bagaimana cara untuk menaklukan tiap mahluk yang dihadapi dalam pertarungan.
Roleplaying Rules Sebaiknya ikuti peraturan-peraturan ini atau ane bakal nyatut entri ente:
Untuk ras, suku, kebangsaan, dan sebagainya bebas tentukan sendiri. Erantopia, walau settingnya dalam satu timeline, mengijinkan pengelana untuk tampil sebagai apapun dan dari jaman apapun.
Pengelana bisa mulai dari mana saja, menjadi apa saja dan mempunyai kemampuan apa saja. Namun ingat, semua kemampuan, termasuk God-tier Abilities dan High-end Technologies di Erantopia akan ditekan habis karena adanya Presence of the Great Old One.
Pengelana tidak bisa keluar teritori Erantopia, baik darat, laut maupun udara. Jika keluar teritori dianggap mati.
Role Play a la Richter Heimsdel adalah RP real-time. Time skip tidak diijinkan. Jika ada yang mau mencoba Time Skip, Great Old One tidak segan untuk memberi karakter ente kutukan
Jika akan memulai RP, cantumkan ini sebelum isi RP ente
Code:
[b]<nama karakter>[/b] [b]<posisi karakter>[/b]
Silahkan mengambil plot apa saja di RP ini, namun siapkan diri untuk event-event tertentu nanti. Event akan muncul mendadak, dan tidak akan diberitahu sebelumnya. Ini adalah kehendak dari The Great Old One
The Test of Erantopia
List of the Events of Erantopia
List of Prizes Given to Travelers
Dalam waktu tertentu, jika karakter melakukan suatu tindakan, Great Old One akan memberikan hadiah random terhadap karakter, baik berkat, kutukan, maupun barang tergantung tindakan yang sebelumnya dilakukan.
Berkat, kutukan atau barang bisa diambil kembali oleh Great Old One tanpa pemberitahuan.
Jika efek dari apa yang diberikan Great Old One juga mempengaruhi karakter lain, efek tersebut akan diterapkan pada karakter lain. Efek tersebut akan dijelaskan saat karakter menerima 'hadiah' darinya.
Berkat, kutukan, maupun barang yang sudah diterima tidak bisa ditukar atau dikembalikan. Namun, jika ada persyaratan untuk membatalkan hadiah, persyaratan tersebut akan diberitahu kepada karakter yang menerima saat berkat, kutukan, maupun barang tersebut diberikan.
Jika pada saat karakter yang memiliki berkat, kutukan, maupun barang tersebut melakukan hal-hal yang disyaratkan (alias anjuran/pantangan) saat pemberian hadiah sampai hadiah tersebut diambil kembali, ada kemungkinan berkat, kutukan, maupun barang tersebut akan menjadi permanen milik karakter tersebut dan bebas untuk diapa-apakan. Jika tidak ada anjuran dan pantangan yang tertera pad26 Okt 2014a hadiah, hadiah tersebut akan pasti diambil kembali oleh Great Old One.
Summaries
22 Okt 2014
23 Okt 2014
24 Okt 2014
25 Okt 2014
26 Okt 2014
Terakhir diubah oleh richter_h tanggal 2014-10-27, 11:48, total 10 kali diubah
<The Messenger> <Di lokasi para karakter, tepat di depan mereka>
Narita wrote:
"... 'Informasi' ya....
Yang sekarang aku butuhkan adalah cara untukku menggunakan 'armor' ku.... Jika aku bisa menggunakan 'armor' ku secara penuh, tidak butuh waktu kurang dari 1 jam untukku memproses seluruh informasi yang ada diseluruh dunia ini....
Atau... kau bisa memberitahuku cara untuk mengembalikan kekuatan 'armor'ku seperti semula?"
"Kamu harus mengubah caramu dalam menggunakannya.
Layaknya sihir, jika itu menggunakan daya pikiran, kamu harus mengubah caramu. Sumber energi yang kamu biasa pakai untuk menggunakan zirahmu harus diganti dengan sumber yang ada di Erantopia ini, tentunya sumber energi itu dimiliki oleh atasanku.
Para penduduk Erantopia memiliki pengetahuan khusus tentang sumber energi ini, terutama ras Yith. Namun, mereka akan menawarkan pertukaran yang mungkin tidak seberapa untukmu."
Orange wrote:
"Baguslah kalo Pak Messenger mau nyariin saya teman, eh, maksudnya ngarahin saya ke calon teman saya. Tapi kalo bisa yang cakep, Pak. Seperti di mimpi saya. Cewek rambut pendek berwarna merah."
"BTW, Pak Messenger, entah ini ingatan saya yang terlalu kuat, atau hanya sekedar de ja vu. Karena rasanya kita pernah bertemu. Seperti ini juga, Pak Messenger ngasih tahu tentang 'mereka yang ada di pulau ini', beserta penyerahan hadiah. Dan sepertinya...."
"... Aku tidak ingat apa-apa. Pak Messenger, kasih quest juga dong, supaya saya bisa menemukan jati diri dan asal-usul saya sebenarnya. Saya rasanya lelah hidup, (eh, apa mati?) tanpa keterangan yang jelas tentang diri saya sendiri."
"Jika itu tentang mencari asal usulmu, coba pergilah ke Greater Erantopia dan temui Yith. Mereka bisa menerawang masa lalu dan masa depan seseorang, namun siap dengan apa yang akan mereka minta nantinya."
Posts : 217 Thanked : 5Engine : RMVX Ace Skill : Intermediate Type : Jack of All Trades
<Orange> <Pulau Charon, pantai, tebing di pinggir pantai>
"..."
*awkward_moment* Sepertinya Pak Messenger marah kepadaku, apa tidak mengerti ucapanku? Tapi...
"Ah, maaf, Pak Messenger, kayaknya saya jadi menghambat kerja anda. Makasih atas tawaran untuk mengarahkan saya ke calon teman saya. Saya terima dengan senang hati. Sekali lagi maaf sudah membuat Pak Messenger terhambat", ujarku tidak enak hati. Aku sebenarnya hanya coba menyesuaikan diri dengan entitas yang lebih tinggi dariku. Aku sadar bahwa dia bisa saja membunuhku sebelum aku berkata-kata barusan. Tapi dia tidak lakukan.
"Hmm, silakan, Pak, kalo anda ingin melanjutkan pekerjaan anda. Saya masih ingin memancing di sini lagi. Masih penasaran dengan ikan besar tadi."
---------------------------------------------------# "Jika itu tentang mencari asal usulmu, coba pergilah ke Greater Erantopia dan temui Yith. Mereka bisa menerawang masa lalu dan masa depan seseorang, namun siap dengan apa yang akan mereka minta nantinya."
Dan Pak Messenger menjawab.
"Ah oke, tapi, sepertinya akan lebih seru kalau aku menemukannya sendiri tanpa bantuan Yith", kataku pada Pak Messenger.
Posts : 90 Thanked : 2Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Event Designer
<Diavolyn Geest> <Hutan Selatan, Rato>
Aku sedikit kaget mendengar perkataan sang Messenger. Ada yang bisa menggunakan teknik Shaman selain klan Diavolyn? Dan lagi, dari ratusan ribu tahun lalu? Berdasarkan pelajaran sejarah yang kuterima dari perguruan, ilmu Shamanisme muncul di dunia kami sekitar 8000-9000 Tahun yang lalu. Selain itu, dari bentuk yang digambarkan sang Messenger, kelihatannya Pengguna Shamanisme tersebut bukanlah manusia...
<"Apakah semua yang dikatakannya bohong? Atau ada kebenaran lainnya yang tidak aku ketahui?">
Baiklah, untuk sekarang, aku akan mencoba mempercayai kata-kata sang Messenger...
"Tenang saja Messenger, aku tidak akan memperlakukan jiwa yang kutangkap dengan semena-mena. Sebagai seorang Shaman, aku sudah berjanji untuk memperlakukan para jiwa itu sebagaimana mestinya."Â
Hening, sang Messenger tidak merespon...
Dari kata-kata Messenger yang kutangkap, Sepertinya jawaban pertanyaanku ada di Pulau Utama Erantopia. Ia menganjurkan untuk melakukan kontak dengan atasannya, tapi tidak memberitahukan caranya... Â Satu-satunya jawaban cukup jelas yang ia berikan adalah tentang para Yith dan para pelayan dewa. Masalah utamanya sekarang adalah, bagaimana aku mencapai Pulau Utama itu?
"Terimakasih Messenger, untuk jawaban yang sudah kau berikan. Memang masih ada hal yang mengusik pikiranku, tapi biarlah sisanya kuselesaikan sendiri... Dan satu lagi... "
"Bagaimana aku bisa mencapai Pulau Utama Erantopia?"
<The Messenger> <Di lokasi para karakter, tepat di depan mereka>
Geese wrote:
"Bagaimana aku bisa mencapai Pulau Utama Erantopia?"
"Pertanyaan bagus.
Ada beberapa terowongan bawah tanah yang menghubungkan semua pulau. Dulu terowongan itu adalah penghubung antar bagian kota megah yang dibangun oleh para Elder Thing sebelum mereka dimusnahkan oleh ciptaan mereka sendiri.
Terowongan itu masih menyimpan beberapa makhluk mengerikan yang ada sejak jutaan tahun lalu, sejak Elder Thing membuat koloni di kawasan ini.
Terowongan ini jelas berbahaya bagi yang tidak siap dan tidak yakin bisa melewatinya. Jalur laut lebih aman, namun mungkin saja ombak akan membawamu ke tempat lain atau mungkin malah dibawa ke tengah-tengah samudera lepas."
".... Yith... entah aku pernah mendengarnya dimana...."
Narita kemudian berpikir sedikit tentang informasi yang telah didapatkannya, dan akhirnya seolah - olah tengah mendapatkan sesuatu, Narita tersenyum sedikit manis menatap Messenger.
"Aku rasa aku harus berterima kasih....
Sampaikan salamku pada pemberi pesanmu itu, The Great Old Ones."
Narita hanya terpejam, tersenyum, dan terkadang sedikit tertawa manis mendengar informasi yang diberikan oleh Messenger tersebut. Sygn dan Tya yang hanya memperhatikan dari belakang, terbingung - bingung dengan tingkah dan perilaku Narita yang mendadak berubah.
"Nona Sygn, kira - kira apakah anda memiliki rencana setelah kita berhasil mencapai Laxanctum?"
"Hmm... belum, tapi setidaknya kita bisa bertanya banyak hal disana kan?"
"Yup, itulah agenda kita sekarang, mencari informasi, terutama informasi tentang penghuni asli pulau ini~"
"Hmm.... sepertinya kamu jadi lebih termotivasi sekarang, bagus de~h~"
"Hmhm~~~"
Terambisikan oleh niat baru, Narita dan Sygn berangkat menuju Laxanctum untuk mendapatkan informasi baru mengenai tempat mereka berada sekarang.
<The Messenger> <Di lokasi para karakter, tepat di depan mereka>
Guy wrote:
" Ah, ya, aku ke pulau ini dengan tujuan mencari Material Legendaris, bisa kauberitahu letak material itu?"
"Material legendaris...
Jika maksudmu adalah benda-benda langka yang tidak pernah ditemukan sebelumnya, di seluruh kawasan pulau ini dapat dicari benda-benda keramat peninggalan ras terdahulu, terutama dari ras Elder Thing, Yith dan Miigo.
Jika maksudmu adalah makhluk yang dapat digunakan untuk tujuanmu, di terowongan bawah tanah yang dibuat oleh Elder Thing dan menghubungkan semua pulau, terdapat banyak sekali makhluk dari ras ciptaan ras lain, terutama Shoggoth dan Ghoul.
Untuk menghadapi mereka, kamu tidak akan bisa mengandalkan benda-benda yang biasa kamu pakai untuk menghadap makhluk seperti yang sebelumnya kamu kalahkan dengan palumu itu."
Posts : 90 Thanked : 2Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Event Designer
<Diavolyn Geest> <Hutan selatan, Rato>
Baiklah, dia memberikan dua pilihan. Pertama terowongan bawah tanah yang menghubungkan semua pulau, dan kedua, jalur laut. Kedua pilihan ini sama-sama membingungkan, terowongan memiliki jalur yang lebih pasti, kemungkinan aku mencapai pulau utama lebih besar jika melewati terowongan, namun adanya mahluk-mahluk mengerikan disana membuat harapan hidupku menurun drastis. Sedangkan melalui jalur laut, yang pastinya sedikit lebih aman ketimbang mengambil jalur terowongan. namun, resiko tersesat di jalur laut sangat besar...
Untuk sekarang, aku yang memiliki pengetahuan nihil tentang tempat ini jelas tidak tahu mana jalur mana yang harus kupilih... Kulihat lagi jejak-jejak kaki yang tadi kuikuti...
<"Sepertinya aku harus menemukan asal dari jejak-jejak ini, mungkin dengan menemui mereka, aku bisa mengetahui lebih banyak informasi tentang Pulau Utama Eranthopia... Dan mungkin mereka bisa memberitahuku tentang terowongan itu...">
"Sekali lagi terima kasih Messenger telah menjawab pertanyaanku. Dari sini aku akan mencari jawabannya sendiri..."
Bersamaan dengan itu, Aku merasakan ada yang keluar dari kepalaku... Mungkinkah ia sudah pergi?
"Hoaammmmm"
Tanpa kusadari Vechter sudah terbangun dari bentuk segel tatonya, apa dia mendengar apa yang kubicarakan barusan?
"Vechter, apa kau mendengar yang tadi?" "Yang tadi? Yang tadi apa?" "..." "Sudahlah, itu tidak penting sekarang. Ngomong-ngomong, apa tenagamu sudah pulih?" "Kau pikir siapa aku? Hal kecil seperti itu bukan masalah buatku!"
Ok, sekarang aku yakin ia sudah pulih...
"Vechter, begini, aku mendapatkan informasi penting. Tapi untuk sekarang, kita perlu mencapai Pulau utama Erantopia..." "Erantopia? Ok, aku yakin kau sudah gila sekarang, tempat itu hanya dongeng!" "Kau pikir dimana kita sekarang?" "Aku.... Tidak tahu..." "Baiklah, mungkin kau tidak akan percaya, tapi coba lihat tempat ini! Apa tempat ini pernah tercatat di buku-buku pengetahuan kita?" "Aku rasa tidak..." "Lihatkan? Aku merasa inilah tempat itu! Erantopia!"Â "Tapi kenapa? Tidak pernah ada ceritanya ujian Shaman melemparkan seseorang ke Erantopia kan?" "Entahlah, untuk saat ini kita lihat keadaan dulu. Dan jika terjadi sesuatu yang gawat, kita akan mengirimkan sinyal menyerah..." "Bukannya kau ingin menjadi Shaman kerajaan?" "Aku tahu itu, namun aku tidak ingin mati disini..."
Untuk beberapa saat, kami berdua terdiam...
"Jadi, apa rencanamu sekarang?" "Untuk sementara, kita akan ikuti jejak kaki ini. Setelah itu, kita tunggu saja apa yang akan terjadi." "Baiklah, jika itu maumu..."
Dalam suasana yang agak aneh ini, kamipun meneruskan perjalanan kami mengikuti jejak-jejak itu, melangkah jauh ke kedalaman hutan...
Posts : 217 Thanked : 5Engine : RMVX Ace Skill : Intermediate Type : Jack of All Trades
<Orange> <Pulau Charon, pantai, tebing di pinggir pantai>
Selepas perginya entitas yang menamakan dirinya sebagai Messenger, aku melanjutkan memancing. Aku termenung, sepertinya memang pernah bertemu dulu, tapi aku tidak bisa mengingatnya secara detail lagi. Aku juga samar-samar ingat satu nama. Hmm, "The Great One"? "The Old One"? Entahlah, semakin kucoba mengingat, kepalaku makin sakit. Jadi kuputuskan saja untuk melupakannya dan mencari sendiri nanti.
Pancinganku bergerak-gerak. "Wah, akhirnya aku dapat ikan! Yihaa, fish on!" Teriakku. Tali pancingku diseretnya ke kanan dan ke kiri, kuat sekali tapi masih bisa kuatasi. Ketika tarikan sudah berhenti, dengan sekuat tenaga aku menyentaknya.
"Dan muncullah lendir besar dari dalam air, dan langsung mengarah kepadaku", kataku begitu saja melanjutkan narasi. Aku langsung mundur sedikit.
Aku sudah mundur sedikit dan lendir besar itu ada di hadapanku, sudah dikeluarkan dari air. "Apakah sudah mati?", Tanyaku heran. Lendir itu menggeliat-geliat. Bergetar. Tiba-tiba darinya muncul sebuah mulut menganga dan langsung menerkan dengan cepat ke arahku.Â
sumber: wiki.fallensword.com:
Secara refleks kumisku langsung memanjang dan menghujam langsung ke dalam lendir besar itu. Aku merasakan kumisku menumbuk sesuatu yang lebih keras. Mungkin karena tubuh makhluk lendir itu benar-benar kenyal, atau mungkin karena refleksku yang terlalu berlebihan, kumisku menembus sembari membawa sesuatu itu keluar dari lendir itu, sesuatu yang lebih keras itu akhirnya terpental jauh ke laut. Seketika mulut lendir itu jatuh ke bawah, sama seperti agar-agar yang jatuh ke tanah (aku tahu agar-agar karena aku pernah membuatnya, BTW).Â
")*3*) Sekarang sudah mati beneran?", tanyaku tak percaya. "Hmm..." Aku bingung. "Aha, baiklah, aku punya ide!"
Akhirnya Richard pun terbangun dari tidur hokinya. dengan rasa pusing yang masih dideritanya Richard yang masih dalam posisi terkelumah memandangi awan itu pun berusaha untuk berdiri.
"Dimana aku berada sekarang??" Kata Richard sambil menggaruk kepalanya karena banyak pasir pantai yang menempel pada rambutnya itu.
"Sekarang apa yang lebih baik aku lakukan? Mencari letak keberadaanku sekarang ini? Kata Richard pelan.Â
Tiba-tiba terdengar bunyi yang tidak asing lagi. Ya, bunyi itu adalah bunyi yang ditimbulkan dari suara perut Richard.
"Ah.. lebih baik aku mencari makanan terlebih dahulu, tak mungkin kan aku mencari tahu letak keberadaanku sekarang ini kalau perutku saja masih berteriak seperti ini." Kata Richard sambil tersenyum.
Richard pun berjalan menyusuri daerah sekitar berharap menemukan sesuatu yang bisa untuk dimakan.
Terakhir diubah oleh aLvhine tanggal 2014-10-24, 21:41, total 1 kali diubah
<The Messenger> <Di lokasi para karakter, tepat di depan mereka>
Waktu saya berakhir untuk saat ini. Saya akan kembali ke dimensi lain, memantau kalian para Travelers.
Seperti yang saya janjikan, berikut adalah 'hadiah' yang akan saya berikan kepada para Travelers:
Ayako Get: Trust+ (Sathaya | Diterima lebih cepat oleh kaum Sathaya), Horror Restraint +1 (Tidak akan terlalu gamang menghadapi abnormalitas), +5 Sanity
Fei Tian Get: Trust+ (Sathaya | Diterima lebih cepat oleh kaum Sathaya), Horror Restraint +1 (Tidak akan terlalu gamang menghadapi abnormalitas), +8 Sanity
Kai Get: Trust+ (Sathaya | Diterima lebih cepat oleh kaum Sathaya), Horror Restraint +1 (Tidak akan terlalu gamang menghadapi abnormalitas), +5 Sanity
Rezio Get: Trust+ (Gigara | Diterima lebih cepat oleh kaum Gigara), +4 Sanity
Guy Get: Beastiary+ (Shoggoth, Ghoul | pengetahuan akan Shoggoth dan Ghoul, serangan fisik yang dilancarkan ke makhluk tersebut akan lebih berdampak), +4 Sanity
Dion Get: Impulsive Horror +1 (Semakin peka akan keberadaan makhluk abnormal), Sanity +5
Orange Get: Horror Restraint +1 (Tidak akan terlalu gamang menghadapi abnormalitas), Sanity +5
Narita Get: Ability Up +1 (Boleh menggunakan kemampuan dasarnya lebih lama), Sanity +5
Geest Get: Horror Restraint +1 (Tidak akan terlalu gamang menghadapi monster Abominable), Ability Up +1 (Boleh menggunakan kemampuan dasarnya lebih lama), Sanity +5
Semua karakter yang tercatat namanya di atas dan yang belum tercatat di Codex Peregninans namun sudah ada di Character Draft juga mendapatkan:
Trust+ (Yith | Diterima lebih cepat oleh kaum Yith)
Amulet of Elder Sign (Dapat menghindari Sanity- saat bertemu makhluk abominable, disgusting atau pengaruh dari entitas yang mengganggu Sanity karakter. Berlaku sampai Event selanjutnya)
Sanity Chart
Ayako
->
+10
Fei Tian
->
+13
Kai
->
+10
Rezio
->
+9
Guy
->
+9
Dion
->
+10
Orange
->
+10
Narita
->
+10
Geese
->
+10
Sepertinya hanya itu yang akan saya berikan untuk Event kali ini. Dengan ini, Event kedua, The Elder Races, dimulai. Pengenalan ras dan beberapa monster yang hidup di Erantopia, termasuk Yith, akan dijelaskan besok, 25 Oktober 2014. Dan juga pengenalan sistem Sanity akan dijelaskan besok.
Thanks, and the Great Ones are watching you
Terakhir diubah oleh richter_h tanggal 2014-10-24, 23:35, total 2 kali diubah
Kedatangan The Messenger membawa beberapa kabar baik dan mungkin kabar buruk untuk beberapa karakter. The Messenger mungkin telah menjawab beberapa asa tiap orang yang dia datangi, namun beberapa masih tidak percaya dengan apa yang dia katakan. Yah, siapa juga yang mau percaya pada entitas abstrak yang tiba-tiba datang dan memberi kabar gembira untuk kita semua?
Kedatangan beberapa karakter baru akan menambah deretan cerita di Erantopia, dan tentunya sedikit intrik dari para dewa (The Great Old Ones, tentunya) sudah terkuak berkat kemunculan The Messenger.
Kai: Tidak menghiraukan The Messenger, Kai tetap melakukan aktivitasnya di Sathayandu bersama orang-orang Sathaya. Dia melewatkan kesempatan pertama untuk menggali informasi lebih lanjut tentang tanah Erantopia ini, namun dia mengetahui jalan terbaik untuk menuju ke Greater Erantopia--melalui terowongan hasil buatan Elder Thing.
Ayako: Pertemuannya dengan The Messenger saat akan menemui Kai memberikan penjelasan mengejutkan; jika dia ingin keluar dari Erantopia, dia harus melakukan kontak dengan Great Old One. Untuk melakukan kontak tidaklah mudah, namun apakah Ayako akan melakukannya demi keluar dari kepulauan misterius ini?
Fei Tian: Fei Tian yang baru siuman setelah tidak sadarkan diri sejak semalam, tiba-tiba panik dan lari keluar dari tempat istirahatnya dengan hanya mengenakan pakaian dalam. Orang-orang Sathaya hanya menanggapinya layaknya melihat wanita panik, tapi Fei Tian yang kelewat panik terus berlari tanpa arah, berharap bisa keluar dari desa. Ditambah, dia tidak menghiraukan pesan dari The Messenger, dan dia melewatkan kesempatan untuk menggali informasi tentang Erantopia. Tapi apakah dia bisa lari keluar desa, dengan hanya mengenakan pakaian dalam?
Rezio: Kaum Gigara ternyata membantu Rezio mencari petunjuk tentang Lost Orb. Secarik kartu dengan gambar Rune dari sang pemimpin suku dan pesan darinya untuk pergi ke hutan Daedala dan mengunjungi Laxanctum bersama Pudenta adalah petunjuk selanjutnya, dan satu langkah lebih dekat menuju Lost Orb... Namun menurut The Messenger, Lost Orb mungkin saja salah satu ciptaan Great Old One, dan jika dia tertarik, dia harus mengunjungi salah satu pelayan para Great Old Ones, di suatu tempat di Great Erantopia. The Messenger juga menjelaskan kenapa dia tidak bisa menggunakan sihir di tanah Great Old Ones ini. Apakah dia akan menuruti saran sang pemimpin Gigara atau saran dari The Messenger?
Guy: Pertarungan dengan sesosok tinggi besar berbaju zirah berujung pada kejadian yang membuat Guy terhenyak dan bangun dari tidurnya. Ditambah, di tangan kirinya terpasang sebuah pelindung tangan berwarna kemerahan yang entah dari mana asalnya. Pertemuannya dengan The Messenger memberikannya beberapa pengetahuan tentang apa yang akan dia hadapi nanti, dan apa saja yang dapat dia temukan dalam perjalanannya mencari material untuk dia tempa. Sepertinya dia akan melakukan ekspedisi menakjubkan di pedalaman Greater Erantopia...
Dion: Berpisah dengan Guy dan si hantu jeruk autis Orange, Dion malah tersesat di pedalaman hutan Charon dan malah menemukan dua ekor monster sedang berhubungan intim. Tentunya bukan hal yang bagus untuk ditonton (karena model betinanya bukan selera Dion dan bukan selera semua player), dan dalam keadaan serba kekurangan dan dalam keadaan serba waspada, Dion akhirnya menemukan tempat untuk istirahat dan mencari makan; di pinggiran sungai kecil tidak jauh dari tempat monster kimpoi. Tidak menghiraukan The Messenger, Dion sekarang benar-benar tidak tahu sekarang dia ada dimana.
Orange: Sang jeruk autis berniat memancing saat fajar menyingsing, namun dia disambangi oleh The Messenger. The Messenger tidak terlalu kewalahan dengan sikap Orange yang memang annoying dan harus mendapat titel Annoying Orange, malah menjelaskan kepada Orange untuk menemui Yith jika tertarik untuk mengetahui masa lalunya yang dia tidak ketahui lagi. Namun, Orange tetaplah Orange, si jeruk malah memancing dan mendapatkan salah satu Shoggoth yang nyanggut di pancingannya. Mancing mania, mantab
Narita&Sygn: Ikut sertanya Tya bersama Sygn dan Narita mungkin memberatkan Narita karena dia merasa harus menjaga dua gadis. Mereka berniat untuk pergi ke Laxanctum, tanpa mengetahui apa yang sedang terjadi di perpustakaan yang sudah berdiri sejak puluhan ribu tahun itu. Pertemuan Narita dengan The Messenger membuka petunjuk untuk mengaktifkan kembali zirah yang biasa Narita pakai... namun tetap masih ada syarat yang harus dipenuhi untuk membuatnya benar-benar berfungsi di tanah para Great Old Ones berkuasa.
Diavolyn Geest & Vechter: Setelah pertarungan melawan makhluk rendahan, The Messenger muncul di hadapan Geest. The Messenger menjelaskan kenapa arwah Terror yang Geest tangkap sebelumnya tidak terkendali. The Messenger juga menjelaskan orang--atau makhluk--yang sebelumnya datang ke Erantopia dengan kemampuan yang sama persis dengan yang Geest kuasai sekaligus memberikan petunjuk arwah apa saja yang bisa dia kendalikan di Erantopia, dan menganjurkan Geest untuk menemui salah satu atasan The Messenger di Greater Erantopia. Geest sepertinya tidak mau mengambil resiko. Dia berniat untuk kembali ke kerajaannya, namun dia lebih memilih untuk menelusuri pedalaman hutan dan mungkin saja dia dan Vechter menemukan sesuatu yang tidak biasanya mereka temui...
Emils: Kedatangannya ke Erantopia disambut hangat oleh orang-orang Sathayandu. Hangat? Tentu saja. Dia dikejar beberapa orang karena dia dianggap sebagai monster berkat penampilan fisiknya yang berupa slime. Dia harus pergi keluar desa atau dia akan benar-benar mati, setelah berhasil menghindari kematian dua kali!
New Enemies:
Shoggoth Monster amorfeus yang serignkali mengambil bentuk kumpulan blom bermata dan bermulut besar. Warna bervariasi namun seringkali digambarkan berwarna ungu tua atau hijau tua. Seluruh badannya ditutupi lendir http://www.rpgmakerid.com/t8701p100-roleplay-secret-of-erantopia#123730
New item
Amulet of Elder Sign Jimat berbentuk lempengan logam berwarna abu-abu dan memiliki simbol lima ranting. Dapat menghindari Sanity- saat bertemu makhluk abominable, disgusting atau pengaruh dari entitas yang mengganggu Sanity karakter http://www.rpgmakerid.com/t8701p110-roleplay-secret-of-erantopia#123733
Terakhir diubah oleh richter_h tanggal 2014-10-24, 23:35, total 1 kali diubah
Efek dari Bless/Curse/Gift event sebelumnya mulai berlaku hari ini.
Pengenalan beberapa hal baru:
Ras Yith: Di Erantopia, Yith tidak menggunakan badan asli mereka, melainkan mereka menggunakan makhluk-makhluk lain (terutama humanoid yang memiliki budaya dan daya intelektual tinggi) sebagai inang mental mereka. Mereka adalah sisa ras yang selamat dari hancurnya planet asal mereka, yang bernama Yith juga. Bermukim di Greater Erantopia dan ada sedikit yang bermukim di Charon.
Elder Thing: Ras yang dianggap sudah hilang dari Erantopia, namun peninggalan mereka--terowongan bawah tanah yang menghubungkan semua pulau dan mungkin sebuah kota sangat besar di bawah tanah Erantopia--masih ada dan bisa dikunjungi. Mungkin beberapa ada yang masih selamat?
Polyp: Penyebab hilangnya hampir seluruh Yith di Erantopia. Tidak berbentuk, setengah korporeal, bergerak dengan cara melayang, dan dapat menggunakan angin sebagai senjata mereka. Terkadang, bisa menghilang dari penglihatan. Tercatat beberapa dari mereka masih berada di kedalaman terowongan Erantopia, dan juga tercatat ada sebuah kota koloni Polyp superbesar di bawah Erantopia.
Shoggoth: Monster amorf yang konon diciptakan oleh Elder Things. Tidak berbentuk dan bisa menjadi bentuk apa saja, seringkali berpendar redup kehijauan, melihat sekitar dengan gumpalan-gumpalan seperti mata yang banyak. Beberapa diantaranya memiliki sederetan taring yang seringkali digunakan untuk memangsa hewan-hewan kecil dan tidak jarang, humanoid yang jauh lebih besar darinya.
Tentang Sanity: Diperkenalkan stat point ini untuk semua karakter mulai dari Event kedua. Sanity mempengaruhi banyak hal, diantaranya:
Akses ke tempat tertentu (untuk mendapat akses ke Kuil Great Old One diperlukan Sanity dibawah 5, dan ke pemukiman/koloni membutuhkan Sanity diatas 5),
Persepsi orang terhadap karakter (karakter lain/NPC bisa saja tidak mempercayai perkataan karakter tersebut tergantung Sanity yang dimiliki),
Efek/pengaruh tertentu terhadap karakter (makin tinggi Sanity, makin mudah terkena dampak Sanity-)
Penerapan sistem Sanity ini akan langsung dipantau oleh The Messenger, dan Sanity tiap karakter akan dicatat pada Summary harian, dengan perubahan tingkat Sanity tidak akan diberitahu oleh Messenger sebelum Summary dipost.
Test of Erantopia akan bervariasi tergantung apa yang dilakukan oleh karakter sebelum event selanjutnya
Cukup lama Narita, Sygn, dan Tya berjalan mengarungi turunan bukit yang curam, sampai akhirnya mereka berdua sampai disebuah kawasan rawa - rawa dan sungai. Dan didepan mereka terpaparlah sebuah bangunan yang cukup unik dan tua, sebuah tempat tujuan yang mereka ingin capai.
"... Aku memang membayangkan sebuah bangunan tua, tapi.... Tidak setua itu...."
"Kurasa itu hanyalah tampak luarnya saja, sekeliling bangunan itu memiliki susunan partikel yang sangat aneh, seolah - olah ada sesuatu yang membuat mata kita memandang sebuah bangunan tua yang hampir ambruk tersebut...."
"Pengamatan yang bagus, nak...."
"HIII!!!!!"
Mendadak tepat disebelah Sygn dan dibelakang Narita, seseorang berdiri membalas pernyataan dari Narita.
"Haha, itu bukan hal yang bisa kubanggakan. Kalau aku tidak mendekati gedung itu, aku tidak akan menyadari bahwa gedung itu adalah tujuan kami."
"Kupaham kalian adalah para Filii Adams yang datang melalui Raftclans Mountain dan turun kemari atas arahan dari Leia...?"
"Benar."
"TUNGGU TUNGGU TUNGGU TUNGGU!!! NARITA! SEJAK KAPAN KAMU SADAR KALAU ORANG INI ADA DIBELAKANG KITA!?!?!?!"
"Hmm? Sejak kita melalui kaki bukit yang baru saja kita turuni tersebut. Aku tidak merasa bahwa orang ini akan melakukan sesuatu, jadi kudiamkan saja...."
"HARUSNYA KAMU BILANG!! AKU KAGET TAHU!!!!!" "... Jadi... apa tujuan kalian kemari...."
"Oh, maaf. Namaku Signus Sanctus, tapi aku biasa dipanggil oleh Sygn, dan dia adalah pengawal setiaku, Narita, gadis mungil ini bernama Tya. Kami kemari pertama dikarenakan Leia membimbing kami untuk mendatangi tempat ini."
"Dan apa yang diinstruksikan oleh Leia kepada anda, Nona Sygn...?"
"Hmm... pertama Leia menyuruhku untuk mendapatkan sebuah peta. Kemudian kami butuh informasi mengenai penghuni - penghuni asli pulau ini. Dan terakhir kami butuh sarana kendaraan untuk mengarungi tempat - tempat tersebut." "Dan atas dasar tujuan apakah anda melakukan semua itu...?"
"Aku mau tinggal disini~!"
"Nona...!!!"
"HUSS DIAM!"
"... Aku mengerti, ikuti aku...."
"SIAP~! Emm... ngomong - ngomong, nama anda...."
"Anda bisa memanggil saya dengan nama Kuzie....
Selamat datang di Laxanctum...."
Tak lama setelah mereka berhasil mencapai Laxanctum, mereka disambut oleh seorang wanita misteruis bernama Kuzie. Kuzie dengan pelannya mengajak 1 kawanan tersebut kedalam Laxanctum, dimana informasi yang akan mereka peroleh tentu akan mengejutkan takdir mereka sendiri.
"Mereka, jika tertarik denganmu, akan mendatangimu seperti yang saya lakukan saat ini. Atau mungkin jika kamu tertarik, kamu bisa menemui pelayan-pelayan mereka di beberapa kuil di sekitar Erantopia ini, itupun kalau kau mau memberikan hal sepadan untuk mereka."
Jawaban yang cukup membingungkan, namun aku menganggap ini sebagai suatu teka-teki
"Dan juga, mereka, para dewa, para Great Old One dan yang lebih berkuasa lagi, Outer Gods, tidak akan bisa disentuh dengan benda seperti pisau yang sering kamu bawa itu. Walaupun, ya, saya kagum dengan teknikmu menggunakan pisau saat menghadapi salah satu ciptaan atasanku kemarin malam."
Sekarang aku benar-benar merasa diremehkan. Rasanya ingin sekali aku membuatnya bertekuk lutut padaku. Namun untuk saat ini, aku hanya tak berdaya sambil mendengar ucapannya. Tunggu saja, saat aku lepas dari ilusi ini, aku akan mencari mereka.
"Itu pilihanmu untuk percaya atau tidak. Saya hanya perantara pesan dari mereka, pesan dari mereka tidak pernah saya ubah sedikitpun. Silahkan untuk tidak percaya dan tetap terdampar di Erantopia untuk selamanya, saya tidak akan memaksamu untuk percaya...."
Huh.... jawaban yang cukup adil. Ya, mereka membuatku kesal saat ini. Tak lama setelah itu, suaranya kemudian samar-sama menghilang, kepalaku kembali pusing dan aku kembali kehilangan keseimbangan seperti beberapa saat lalu. Aku mulai tidak bisa merasakan keberadaan tubuhku. Dan semua ini terasa berjalan begitu cepat..... sampai ....
"Ayako... kau sudah sadar? Sudah aku bilang kan, kau harus istirahat dlu!"
Ishara, tabib desa itu tiba-tiba saja muncul di depan mataku... aku? Aku terbaring di kasur seperti sedia kala. Jadi, suara-suara tadi adalah mimpi?Â
Aku tidak menghiraukan Ishara yang sepertinya mengkhawatirkan keadaanku. Meski kejadian barusan mungkin hanya mimpi, namun suara itu berasa begitu nyata. Aku harus melakukan kontak... dengan salah satu dewa Erantopia?
"Ishara, mungkin jika aku terlalu lama berada disini aku akan menyusahkan kalian. Dan karena aku mempunyai sebuah urusan... Aku harus pergi ke Erantopia secepatnya"
Posts : 217 Thanked : 5Engine : RMVX Ace Skill : Intermediate Type : Jack of All Trades
<Orange> <Pulau Charon, pantai, tebing di pinggir pantai>
"Baiklah. Pilot Mode ON!"
"Zlub." "Kerp."
"..." "..." "Aku tidak masuk ke dalam "kokpit" kan?", ujarku, sementara tubuhku dikelilingi lendir. "WHOAAA! Kenapa gak berhasil?!!", aku baru sadar tubuhku sekarang bukan masuk ke "kokpit" melainkan masuk secara harfiah ke dalam lendir itu. "Yuks, lengket... Oh, gimana cara keluarnya ini?", kataku mulai panik. Aku coba mendorong ke depan, lendir itu malah jalan ke depan, aku loncat ke atas, lendir itu tetap menyelimutiku dan menarikku kembali ke bawah. "Baiklah, lendir. Jangan main-main denganku ya. Heaaaa, berputar!"
*Wung, wung wung*
Bukannya lendir itu menyebar, malah ikut berputar-putar. Karena lendir itu licin dan... aku tidak bisa berhenti berputar. Akhirnya aku bersama lendir itu berputar-putar hingga masuk ke dalam hutan lagi. Menabrak batang pohon sana-sini. Sampai akhirnya... aku menabrak sesuatu...Â
*Splash*
"Ooh...", aku tak percaya apa yang aku tabrak barusan. D-dia...
"D-dan dia, ng-ngapain?", kataku saat dia mendekat kepadaku dengan raut muka yang sangat aneh. Sosok itu mendekat, menempel dengan lendir-lendir ini, lalu menggosok-gosokkan tubuhnya. Sepertinya dia coba memuaskan dirinya sendiri. Aku memandanginya dari dalam lendir ini, masih tak percaya. Dia melakukannya terus, dan terus sampai beberapa lama, sepertinya sampai dia puas. Lalu tersenyum kepadaku, maksudku lendir ini.
Lalu dia berkata, "Oh suamiku, aku kira kamu sudah habis dimakan oleh hantu mercusuar jelek itu. Aku tahu kamu kecil, tapi ternyata kamu kuat juga ya? Sampai-sampai bisa  menelan hantu itu bulat-bulat. Dan, ummh, kamu jadi besar sekali, bahkan lebih besar dariku. Ohh..."
"Gulp, dia, apa-apaan? Mengataiku hantu mercusuar jelek? Aku juga tak mungkin kalah melawan slime kecil seperti itu", batinku dongkol. Sosok di depanku sepertinya adalah pasangan dari slime kecil yang aku jadikan umpan tadi.Â
"Apa yang harus aku lakukan?", batinku lagi. Aku masih shock karena melihat adegan tadi, campur aduk dengan perkataannya yang menjelek-jelekkanku.Â
""Oh... aku kira mulai saat ini aku tidak usah khawatir lagi meninggalkanmu sendiri, suamiku. Kamu sekarang sudah lebih besar dan kuat. Hmmh, ayo, kita pulang, kita lanjutkan di sana", sosok itu berkata lagi.
"ARGH, APA YANG HARUS AKU LAKUKAN??!!". Teriakku, dan lendir itu malah makin menembus masuk ke kepalaku melalui mulutku.
Cukup lama Narita, Sygn, dan Tya menanti disebuah ruangan yang cukup luas, yang penuh dengan sajian - sajian tertentu seolah - olah ini memang didesain untuk menerima tamu tertentu. Sambil menunggu, Sygn bermain - main dengan Tya dengan menyuapi Tya kue - kue yang ada di meja tempat mereka duduk, dan Tya hanya bisa membuka mulutnya sambil melahap pelan - pelan kue yang ia makan.
"Ngomong - ngomong... ini kue apa yak?"
"Entah... bentuknya mirip biskuit kepingan yang biasa nona Elmeth makan, namun teksturnya... rasanya...."
"Kayak melon yak~?" "Tapi unik... entah resep apa yang digunakan untuk membuat biskuit seperti ini...?"
"Terima kasih atas komentarnya. Itu adalah salah satu resep terbaik yang dihasilkan oleh salah satu anggota kami disini."
"HIII!!!"
Mendadak seorang pria tua dengan postur yang sangat tegap berdiri di samping Sygn.
"Perkenalkan nama saya adalah Moriart. Saya termasuk dalam Round Table Council yang mengatur tata krama perpustakaan ini."
"KENAPA KALIAN SENANGNYA MUNCUL TIBA - TIBA BEGITU SIH!?!?! BISA - BISA TUA NANTI AKU BISA JANTUNGAN!!!!"
"Ah, maafkan saya. Tapi saya sudah mengetuk pintu dulu sebelum memasuki ruangan ini, jadi saya mengira anda sudah menyadari keberadaan saya."
"Maafkan nona saya yang kurang ajar ini, Tuan Moriart. Kebetulan dia sedang asik bermain dengan gadis kecil yang ada disampingnya tersebut, jadi ia tidak menyadari ada 1 atau dua orang yang hendak memasuki tempat ini."
"Tidak, tidak! Aku yang harusnya meminta maaf, telah bersikap kurang ajar di kediaman orang lain. Namaku Signus Sanctus dari keluarga Sanctus. Dan yang duduk diseberangku sekarang ini adalah Narita, pengawalku. Dan gadis ini...."
"Adalah penduduk asli pulau ini kan?"
"E... eh? A... aku tidak tahu sejauh itu, yang kutahu kami memanggilnya dengan nama Tya...."
"Oh tidak, tidak. Aku hanya mengambil kesimpulan tersebut dengan membandingkan postur tubuhnya dengan beberapa ras yang menyerupai gadis tersebut...."
"Apakah kemungkinan besar gadis ini termasuk dalam ras Yith?"
"Eh? Yith?"
"Oho, istilah yang sungguh mengejutkan. Nona muda, apa yang anda ketahui tentang Yith?"
"Untuk sekarang, yang kutahu mereka adalah penduduk asli yang berkediaman di Erantopia, dan mereka berhubungan dengan pembentukan pulau ini sendiri."
"Cukup akurat, tapi belum lengkap. Tak kusangka aku akan bertemu seseorang yang memiliki sedikit pengetahuan tentang pulau kami."
"Itu hanya sebuah kebetulan, tuan."
"Hahahaha!"
"Umm... jadi... Yith yang kalian bicarakan selama ini itu... apa?"
"Humm, seperti yang mungkin sudah disebutkan sebelumnya, Yith adalah penghuni asli pulau ini, sebelum akhirnya banyak pendatang menempati tempat ini."
"Apakah... para pendatang - pendatang itu yang sudah memusnahkan mereka...?"
"Menurut apa yang tertera dalam buku sejarah yang berhasil kami terjemahkan, mereka memang musnah oleh pendatang, tapi bukan oleh Filii Adam seperti kalian berdua."
"Hmm?"
"Disebutkan bahwa, terdapat lebih dari ribuan, bahkan miliaran jenis makhluk hidup di dunia ini, dan diantara miliaran tersebut, beberapa diantaranya adalah makhluk yang memiliki akal, dan salah satu dari makhluk - makhluk tersebut adalah...."
"Filii Adam, atau manusia."
"Hampir benar, tapi manusia itu bukan cuma kalian 'Filii Adam'."
"Eh? Eh? Eh???"
"... Parallel World Theory... kah?"
"Ha? Eh? Umm...?????"
"Biar saya jelaskan. Didunia ini terdapat banyak sekali teori kehidupan asal mula manusia.
Dimulai dari keturunan manusia pertama yang terbentuk dari tanah, Filii Adam. Kemudian mereka yang mengalami evolusi dari mamalia lain. Ada juga yang terbentuk dari hubungan gelap entitas yang lebih tinggi dengan makhluk yang lebih rendah. Ada juga yang mengalami proses asimilasi magis sehingga membentuk sebuah makhluk tersebut. Dan lainnya.
Sekarang, bayangkan jika semua hal itu terjadi di tempat lain yang kita semua sama sekali tidak pernah bisa bayangkan."
"... Dengan kata lain, anda menyebutkan bahwa banyak sekali jenis manusia yang ada diseluruh dunia, dan dunia - dunia itu ada diluar jangkauan kita para Filii Adam ini?"
"Betul sekali, dan pulau ini, merupakan sebuah titik persilangan yang menghubungkan berbagai dunia tersebut."
"... OH!
Jadi dikarenakan adanya titik persilangan ini, pulau ini secara tidak sengaja dimasuki oleh sebuah entitas yang menghancurkan penduduk asli pulau ini?"
"Sesuai dengan sejarah yang saya baca, tepat sekali.
Tapi itu hanya sebagian pengetahuan yang saya dapatkan dari keseluruhan informasi yang kami berhasil dapatkan."
"Hmm... dan kamu dapat informasi darimana kalau bangsa ini ada di pulau Erantopia itu sendiri, Narita?"
"Saya juga cukup penasaran dengan informasi tersebut."
"Hmm... mungkin anda tidak akan percaya ini, tapi, ketika ditengah perjalanan kita menuruni bukit ini, sesuatu menyapaku dan memberikan sedikit informasi mengenai bangsa Yith tersebut."
"Tunggu, kapan?"
"Selama perjalanan, namun entah kenapa anda dan Tya tidak dapat melihat makhluk itu."
"... Kamu mempermainkanku, Narita?"
"Tentu saja tidak, nyonya."
"... Nona Narita."
"Ya...?"
"Maukah anda bertemu dengan seseorang...?"
"... Hmm?"
"... Apa maksud anda...?"
"... Anda akan tahu setelah anda memasuki tempat tersebut."
"Dan meninggalkan Nona Sygn sendirian bersama kalian...?"
"Jika anda membawa gadis tersebut bersama dengan anda, keselamatannya lebih tidak terjamin."
"...."
"Narita...."
"Kurasa selama ini anda dan gadis ini sering bertahan hidup karena anda terhindar dari marabahaya... tidak, dari apa yang kulihat, ANDA menghindari marabahaya - marabahaya tersebut.
Bukankah sekarang sudah saatnya... anda menghadapi marabahaya - marabahaya tersebut sebelum anda terlambat...?"
"...Erkh...."
"... Pergilah."
"Nona Sygn!!!"
"Sejak pertama kali kita berada di dunia ini, aku merasakan suatu hal ganjil...
Kamu kembali kesifatmu dulu, tegang, tidak percaya orang lain, dan sangat mengintimidasi.
Ditambah lagi, kau terlihat sangat capek. Seolah - olah kau tidak beristirahat sama sekali."
"...."
"Pergilah, pada akhirnya aku harus menjaga diriku sendiri."
"Nona...."
"Tapi aku ingin kamu berjanji satu hal....
... kembalilah, sebab jika aku hidup dan kamu telah tiada....
Tidak akan ada lagi yg mau menggendongku pergi kemana - mana!"
"Geh!"
"Khuhuhuhu! Wanita yang lucu...."
"... Maafkan aku, Nona Sygn...."
"... Baik."
"Baiklah, kemana sekarang aku harus pergi."
"Kuhormati pilihan anda, Nona Narita."
***
Narita dituntun oleh Moriart menuju sebuah ruangan bawah tanah yang sangat dalam. Terlalu dalam, sampai cahaya tidak sampai kedalam ruangan tersebut.
"... Ngomong - ngomong, sejak tadi aku merasa ada kekacauan di perpustakaan ini...."
"Ah, ada masalah internal dalam Round Table Council. Tapi tidak ada hubungannya dengan kami."
"Kenapa?"
"Kami, Round Table Council, dibentuk dengan tujuan untuk membagi bahan penelitian dan fokus pembelajaran yang kami ambil, dengan tujuan untuk mempermudah pembagian informasi.
Kami terbagi menjadi berbagai Faculty, seperti Magic Faculty, Geographical Faculty, Food Faculty, dll.
Dan yang baru saja mengalami masalah adalah bagian Fakultas Bahasa, yang bertujuan untuk mentranslasi berbagai literatur - literatur kuno yang membutuhkan banyak waktu untuk dipelajari."
"Hmm...."
"Namun seiring berkembangnya waktu, perluasan anggota kami membuat hubungan interpersonal kami semakin jauh. Bahkan secara tidak langsung terbentuk norma - norma bahwa fakultas lain tidak boleh ikut campur dengan masalah privasi fakultas lainnya."
"Jadi begitu... dan ruangan ini adalah bagian privasi anda sendiri, Tuan Moriart?"
"Benar, saya berasal dari Creature Faculty, dan terutama saya membahas makhluk - makhluk penghuni asli pulau ini...."
"... Anda memintaku kemari dikarenakan ada suatu entitas yang menemuiku yang mengetahui identitas Yith itu sendiri....
Berarti, yang akan kutemui sekarang ini adalah...."
"Benar, dia yang memiliki hubungan dengan The Great Old Ones."
***
"... Tempat ini... disegel kah?"
"Kami meminta tolong Magic Faculty untuk membuatkan segel sihir yang kuat untuk menahan orang tersebut."
"Orang?"
Narita sedikit mengintip kedalam ruangan tersebut....
"Aa... aaaaaaaaaaa......aaaaa......"
"Ke... kenapa dia...?"
"Namanya adalah Rasputin."
"HA?!?!? Rasputn... Gregory Rasputn?!?!!"
"Oh, anda mengenalnya...?"
"Di dunia saya berasal, dia merupakan sosok yang memiliki pengaruh tinggi di Rusia, namun yang kutahu, ia sudah meninggal dibunuh oleh penjajah dan negaranya sendiri."
"Di berbagai dunia, beberapa sejarah bisa mengalir secara bersamaan, namun mengalami konklusi yang berbeda.
Aku mengenal lebih dari 3 Rasputn di dunia ini, dan masing - masing memiliki konklusi yang sangat berbeda satu sama lain.
Dia mengaku ia dibuat pingsan oleh seseorang, lalu dibuang kelaut, dan secara tak sengaja terdampar ke tempat ini."
"... Tapi meskipun begitu, keterpautan waktu pada zaman Rasputin denganku sangat jauh, sekitar 1 atau 2 dekade sebelumnya...."
"... Titik persilangan tidak memandang waktu. Mereka akan terus mengundang berbagai macam makhluk yang ada di zaman - zaman yang ada, di dunia yang ada, di dimensi yang ada.
Leia sudah menceritakan semua ini bukan?"
"....
Jadi... apa yang ingin saya lakukan terhadapnya...."
"Aku ingin anda mencoba mengajaknya berbicara.
Kalian berdua sama - sama pernah berkomunikasi dengan 'dia', jadi kemungkinan besar anda masih bisa mengeruk beberapa informasi yang ia tahu darinya, soal Yith...."
"Yith... berarti...."
"Ya, dia adalah salah satu orang yang berhasil selamat setelah berhasil melakukan kontak dengan bangsa tersebut. Namun seperti yang anda lihat, kondisi mentalnya sangat tidak stabil."
"...."
"Anda sudah siap."
Narita hanya terdiam mengangguk. Kemudian Moriart membukakan pintu segel tersebut. Rasputn langsung bereaksi dengan kedatangan Narita kedalam kamar tersebut, dan Moriart kembali menyegel pintu tersebut.
Pertemuan kedua orang ini akan mempercepat konflik yang akan segera dihadapi oleh Narita, Sygn, dan beberapa orang yang terlibat dengan mereka berdua.
Waktu terus berjalan. Para Travelers menelusuri Erantopia lebih jauh, namun mereka masih jauh dari teritori dan tujuan mereka di kepulauan yang menyimpan banyak rahasia ini. Beberapa ada yang menuju ke perpustakaan besar Laxanctum, walau sekarang sudah ada yang berada di dalamnya.
Tidak lama lagi, mereka akan menemui salah satu jika tidak semua Elder Races, makhluk-makhluk yang dulu menempati kawasan Erantopia ini sejak ribuan tahun lalu, bahkan pada nyatanya mereka sudah ada sejak jutaan tahun lalu.
Akankah mereka siap disambut oleh para Elder Races, disamping harus bersiaga jika kejadian ganjil muncul lagi di hadapan mereka?
Kai: Kai sedari pagi terus melakukan berbagai pekerjaan, ceritanya dia membantu orang-orang Sathayandu dan menjalin hubungan lebih jauh lagi dengan komunitas humanoid itu. Dia terlena dengan kesibukannya di Sathayandu.
Ayako: Ayako berniat untuk pergi ke Greater Erantopia, namun dia gagal terus membujuk Kai yang terbuai dengan urusan di Sathayandu. Berniat akan pergi sendiri, namun orang-orang Sathayandu malah mencegahnya untuk pergi. Kai yang menjadi harapan terakhirnya untuk pergi dari desa itu saja tidak bisa diharapkan, begitu juga dengan Fei Tian yang sejak pagi menghilang setelah shock yang membuatnya lari-lari nggak jelas di desa dan sekarang entah dimana keberadaannya sekarang.
Fei Tian: Fei Tian menghilang dari desa setelah aksi kagetnya membaut seisi desa Sathayandu terheran-heran. Hanya mengenakan pakaian dalam, Fei Tian yang masih kalap sekarang entah berada dimana sekarang.
Rezio: Perjalanan dari Gigara menuju Laxanctum memakan waktu cukup lama, dan mungkin masih jauh dari posisi Rezio dan Pudenta sekarang. Mari berharap mereka tidak dicegat dengan marabahaya yang mengintai mereka dari segala penjuru...
Guy: Niatnya untuk masuk ke Greater Erantopia, namun setelah sampai di tepi pantai, dia malah berdebat dengan pikirannya sendiri, atau tepatnya dengan Gauntlet yang secara misterius terpasang di tangan kirinya. Perdebatan tersebut memakan waktu berjam-jam, dan Guy pada akhirnya memilih untuk tidak mendengarkan kata-kata yang ada di pikirannya lantas tidur. Tidur di alam bebas seperti pantai Erantopia mungkin bukan hal yang bagus...
Dion: Tersesat di hutan Charon, Dion terus menemui banyak hal-hal ganjil, bahkan dia memergoki beberapa makhluk yang berbentuk tidak lazim sedang kawin. Pencarian makanan dan air bersih membuatnya frustasi dan hampir saja Dion memakan lumut beracun yang banyak tumbuh di bebatuan di pedalaman hutan. Akankah Dion menemukan jalan keluar, atau yang lebih penting, kebutuhan akan makanan dan minuman darurat di hutan Charon?
Orange: Aksi kebut-kebutan dia di hutan malah mengarahkan dia ke sesuatu yang mungkin mengerikan, mungkin nikmat, mungkin aneh. Dia masuk ke dalam tubuh slime, bertemu dengan apa yang biasa disebut dengan slime Girl, bercumbu ketika masih berada di dalam salah satu slime yang diperkosa oleh Slime Girl, dan sekarang diseret ke tempat lain untuk melanjutkan percumbuan mereka. Sang hantu jeruk purut pun entah harus bagaimana setelah diperkosa secara batin oleh Slime Girl...
Narita&Sygn: Kedatangan mereka ke Laxanctum disambut oleh Kuzie, penjaga Laxanctum, dan Moriart, salah satu Laxanctum Round Table Council. Kuzie dan Moriart mengerti dengan maksud kedatangan Narita dan Sygn, dan mereka menjelaskan banyak hal kepada Travelers itu. Narita dituntun oleh Moriart untuk menemui salah seorang yang mungkin akan membuka maslaah baru, menjawab banyak pertanyaan dan mempertanyakan kembali tujuan yang mereka cari di Erantopia ini.
Diavolyn Geest & Vechter: Mengikuti jejak yang mereka temui di pedalaman hutan Ratopia mengarahkan mereka ke antah berantah. Mereka tersesat di pedalaman hutan, namun tetap bersikukuh untuk mengikuti jejak itu. Kemanakah jejak kaki yang mirip reptil itu akan menuntun Geest dan Vechter?
Emils: Masih berada di desa Sathayandu, Emils terus mencari cara untuk keluar dari desa. Bisa keluar? Mungkin. *marked for changing the plot after summary*
Hugo: Setelah berhasil kabur dari Laxanctum, dia tidak tahu harus pergi kemana. Dia harus memberitahu orang-orang Erantopia akan rahasia yang telah dia ketahui sejak berada di dalam perpustakaan, namun dia tidak menghitung kemungkinan "orang-orang" yang akan dia temui adalah benar-benar orang... Akankah dia selamat di hutan Daedala, dimana makhluk-makhluk abnormal sering berkeliaran?
New NPCs:
Kuzie penjaga Laxanctum
Wanita misterius, mengenakan jubah serba tertutup, nada bicaranya pelan dan jalannya sangat pelan. http://www.rpgmakerid.com/t8701p110-roleplay-secret-of-erantopia#123737
Moriart Laxanctum Round Table Council member, fakultas Creature
Pria paruh baya, tinggi kurus, dan seringkali terlihat memakai pakaian serba hitam. Sekilas terlihat seperti bangsawan atau cendekiawan. Selebihnya, tidak banyak yang diketahui tentang Moriart ini. http://www.rpgmakerid.com/t8701p110-roleplay-secret-of-erantopia#123751
Gregory Rasputin Lelaki paruh baya, karena suatu hal dikurung di dalam ruangan di Laxanctum.
Konon dia melakukan kontak dengan Yith, ras tinggi yang dapat masuk ke dalam pikiran makhluk lain. Keadaan psikisnya sangat labil, hingga Round Table Council mengurungnya di ruangan khusus dengan segel mantra yang hanya bisa dibuka oleh anggota Round Table Council. http://www.rpgmakerid.com/t8701p110-roleplay-secret-of-erantopia#123751
New Monster:
Blob Nama lain: Slime Girl Slime, tapi seringkali mengambil berbentuk gadis belia. Sering tercatat 'memperkosa' pria yang dia temui. Iya, mangsa dia adalah pria segala ras.
Posts : 121 Thanked : 1Engine : RMVX Skill : Intermediate Type : Jack of All Trades
<Emils> <Desa Sathayandu, Rato>
Matahari telah terangkat, bersinar di atas kepala para penduduk desa. Keributan akan keberadaan monster di dalam desa telah digantikan oleh keributan suasana kesibukan desa. Ada yang beranggapan bahwa monster itu telah pergi dari desa, tapi benarkah itu?  “Kemana dia pergi?”tanya seorang pria dari satu regu penjaga.  “Entah... Aku yakin kalau dia tadi lari ke arah sini”jawab pria lainnya.  “Bagaimana kalau kita periksa rumah-rumah di sekitar sini? Bisa jadi dia menyelinap ke rumah seorang warga ketika kita mengejarnya tadi”usul suara seorang wanita di belakang kedua pria itu.  “Baiklah, kelompok 4, berpencar!”seru pria keempat.  Kelima orang itu saling memberi hormat,  kemudian berpencar dengan arah mereka masing-masing.  Aku yang bersembunyi di dalam sebuah tong sedang menunggu sebuah saat yang tepat untuk keluar. Seperti saat ini, empat orang itu berpencar ke empat arah mata angin, sedangkan orang kelima tinggal untuk memeriksa tempat ini sendirian.  Uh? Seharusnya empat orang? Tidak, aku yakin ada lima orang. Aku telah melihat beberapa regu penjaga berlarian kesana-kemari dan semuanya punya jumlah anggota yang sama, yakni lima. Biasanya regu mereka terdiri atas tiga pemakai tombak, satu pemanah dan satu kapten yang mememakai pedang.  Orang kelima di depanku saat ini memiliki sebuah pedang tersarung di celananya. Aneh sekali, kalau dia kaptennya, kenapa malah bawahannya yang memberi perintah berpencar? Ah, sudahlah. Kapten atau bukan, ini adalah peluang yang rugi untuk dilewatkan.  Aku perlahan keluar dari tong persembunyianku, berhati-hati supaya pria itu tidak mengetahui keberadaanku, kemudian bersembunyi di balik semak-semak. Ketika tubuh cairku telah tertutupi semak-semak, aku melempar batu seukuran genggaman tangan ke tong itu, membuatnya jatuh dengan suara keras. Pria berkulit gelap itu berbalik ke arah tong itu dan menghampirinya.  Inilah saat yang kutunggu. Saat ia membelakangiku, aku keluar dari persembunyianku, lalu berjalan ke belakangnya tanpa suara. Aku segera membentuk tubuh Humanoid dari cairanku, kemudian menarik pedang pria itu dari belakang, sialnya pria itu lebih dulu menyadari keberadaanku dan berbalik spontan.  Cih, sebelum dia sempat berteriak, aku akan membungkam mulut pria itu dengan tangan kiriku yang masih kosong. Atau paling tidak begitulah perkiraanku.  Saat tanganku meluncur ke arahnya, tiba-tiba seluruh dunia terbalik, sedangkan pria itu semakin kecil tiap detiknya. Tidak... dunia tidak terbalik dan pria itu tidak mengecil. Melainkan aku yang terbalik setelah dilempar olehnya.  Aku menghantam dinding kayu sebuah rumah, kemudian berhenti pada dinding dalam rumah itu.  “Ishara!”terdengar teriakan seorang wanita dari satu sisi rumah itu.  Tampaknya aku tidak hanya menghantam dinding rumah ini, tapi juga menghantam seorang wanita rambut merah berkulit gelap. Aku menoleh ke asal suara itu, betapa terkejutnya aku ketika aku melihat pemilik suara itu adalah seorang wanita rambut coklat. Yang membuatku terkejut adalah karena warna kulitnya yang berbeda dengan penduduk lainnya, menandakan bahwa dia bukan penduduk desa ini.
"Tsch... Seorang Petualang,hah?"desisku.  “Itu dia! Dia masuk ke dalam rumah Ishara!”teriak regu penjaga dari luar.  Tidak lama, regu itu masuk melalui lubang yang kubuat di dinding rumah ini, lalu membeku seketika. Bagaimana tidak? Aku telah memegang pedang yang kurebut tadi dan meletakan sisi tajamnya di depan leher wanita yang kutabrak tadi.  “Jangan ada satupun dari kalian mengambil satu langkahpun kemari. Kecuali jika kalian ingin wanita ini kehilangan kepalanya”kataku dengan suara lantang. “Mundur”perintahku pada para penjaga itu, kemudian memerintahkan mereka untuk berhenti setelah berada dalam jarak lima meter. Â
“Kau, wanita berambut coklat”kataku seraya menoleh ke wanita itu. “Aku tahu bahwa kau adalah seorang “Petualang”,bukan? Ceritakan segala yang kau ketahui tentang tempat ini... pulau ini dan dunia ini... jika kau masih peduli dengan wanita ini”
Posts : 139 Thanked : 1Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Jack of All Trades
<Rezio & Pudenta> <Perbatasan region bagian tengah pulau, Pulau Katherine>
  Perjalanan panjang masih berlanjut. Bukan hal yang cukup mudah bisa sampai di sini. Terkadang kami harus memanjat sebuah tebing dengan kemiringan 90 derajat ataupun menerjang derasnya arus sungai yang jika terpeleset sedikit saja langsung bisa jatuh ke air terjun setinggi ratusan meter. Terlalu sering memakai teleport (dulu) membuatku lupa akan pahitnya perjalanan jauh. Dan sekarang, matahari pun masih berada di puncak panasnya. Sudah 6 jam berlalu sejak berangkat dari Gigara..
"Apa hutan Daedala masih jauh?"
"Beberapa mil lagi. Seharusnya tidak jauh dari perbatasan."
  Aku masih tidak percaya, sang pemimpin penduduk Gigara memang bukan sosok yang normal. Selama perjalanan, para monster sama sekali tidak ada yang mengganggu. Padahal kenyataannya mereka bisa saja menyerang kami, toh pemimpin mereka sedang tidak ada di sana. Ah.. Sesuatu terbesit dalam pikiranku..
  Sebenarnya sudah lama aku ingin menanyakan ini. Mungkin ini terlalu tiba-tiba, tapi akhirnya aku menyadari beberapa hal.
"Hey, Pudenta. Apakah pemimpinmu itu seorang manusia?"
"Hmm.."
Terakhir diubah oleh barlieuy tanggal 2014-10-26, 01:19, total 1 kali diubah
Singkat cerita, aku berhasil menyakinkan Ishara agar aku dapat pergi dari desa ini. Dia mempersiapkan bekal dan segala keperluannya kepadaku.Â
"Terima kasih banyak Ishara, aku berhutang padamu" Kataku sambil membuka senyumku.
"Titipkan salamku kepada Xiaofei jika kau bertemu dengannya"
Tak lama setelah itu, mendadak tembok kayu yang berada disisi kananku terdobrak oleh sesuatu... yang kenyal? Benda itu meluncur mengenai Ishara dan mereka terjatuh tepat di tengah-tengah ruangan itu. Seisi ruangan mulai gaduh.
“Itu dia! Dia masuk ke dalam rumah Ishara!” Segerombolan orang bersenjata tiba-tiba saja masuk memenuhi ruangan itu sambil mengacungkan tombak 'kepada Ishara'. Namun gerakan mereka terhenti. Aku menyadari bahwa benda yang mengenai Ishara itu adalah sesosok makhluk hidup... Slime.. ya slime. Namun, bentuknya seperti manusia.
“Jangan ada satupun dari kalian mengambil satu langkahpun kemari. Kecuali jika kalian ingin wanita ini kehilangan kepalanya”. Sahutnya kemudian. Setelah bertemu dengan makhluk Terror hari kemarin, sekarang aku bertemu dengan slime yang bisa berbicara? Yah, kurasa aku sudah tidak akan terlalu terkejut dengan hal-hal yang seperti ini.
"Tuan Baratheon, bagaimana ini?" Kata salah seorang prajurit desa itu kepada seorang berbadan paling besar yang baru saja masuk dari lubang dinding yang dibuat oleh slime itu sambil tetap mengacungkan pedangnya.
"Cih... " Hanya itu yang kudengar darinya.
“Kau, wanita berambut coklat”
Aku tau perkataan itu ditujukan padaku sejak ia mulai mengamatiku sedari tadi
“Aku tahu bahwa kau adalah seorang “Petualang”,bukan? Ceritakan segala yang kau ketahui tentang tempat ini... pulau ini dan dunia ini... jika kau masih peduli dengan wanita ini”
Katanya sambil tetap mengancam Ishara. Sedangankan Ishara nampak tidak berdaya dan ketakutan. Aku tetap tenang dan memperhatikan sekitar.
"He.... ancaman klasik. Tidak bisa kah kau sedikit pintar untuk melakukan hal yang seperti ini?"
Dengan cepat aku lompatan dan mukul bagian tangan air dari slime itu sehingga sedikit lepas kendali dan kebingungan. Aku gunakan kesempatan ini untuk merebut Ishara, menggendongnya dan melompat mundur. Jarakku dengannya begitu dekat sehingga aku bisa melakukan serangan 'kilat' padanya.Â
"Pertama... kau meremehkanku dalam pertarungan jarak dekat. Kau harus lebih jauh dariku untuk melakukan trik murahan ini."Â Kataku sambil menurunkan Ishara ...
"Kedua... Disini adalah desa Sathayandu, yang berada di sebuah daerah bernama Erantopia ..."
"Ketiga... aku tidak tahu siapa dirimu, dari mana asalmu, dan kenapa kau bisa sampai masuk ke desa ini. Kita bisa berbicara baik-baik... aku bisa berbagi informasi. Namun, jika kalian mengusik warga desa ini" Aku menajamkan padanganku padanya sebelum kulanjutkan kata-kataku.
Posts : 139 Thanked : 1Engine : RMVX Ace Skill : Beginner Type : Jack of All Trades
<Rezio & Pudenta> <Perbatasan region bagian tengah pulau, Pulau Katherine>
  Pudenta hanya terdiam sesaat. Matanya yang terfokus ke jalan di depan kami pun berubah menjadi tatapan kosong. Kemudian dia membuka mulutnya...
"Manusia? Makhluk sepertimu? Apa yang membuatmu berpikir begitu, Tuan Rezio?"
  Ini pertama kalinya aku melihat Pudenta untuk menyisipkan jeda sebelum berbicara. Yah, dugaanku bisa saja tepat, ataupun salah.. Masih banyak yang belum kuketahui. Tapi, semuanya mulai terlihat masuk akal...
"Awalnya aku hanya merasa heran, kenapa penduduk Gigara semuanya 'ramah' terhadapku? Bagaimanapun juga aku adalah orang asing yang bahkan berbeda ras dengan kalian. Makanan, juga tempat tidur yang seukuran dengan tubuhku.. jelas bukanlah kebetulan. Lalu, kartu yang dia titipkan padaku. Aku yakin itu bukan kartu biasa. Terasa sedikit suatu energi yang terselubung jauh di dalamnya. Ditambah lagi, dia juga ternyata sosok yang berpengaruh terhadap kehidupan di belahan utara pulau ini. Yang dapat kusimpulkan, pemimpinmu adalah seorang manusia... yang dapat mengendalikan ilmu sihir. Bukan begitu, Pudenta?"
  Walaupun semua itu hanyalah hasil dari pemikiranku semata, tapi setidaknya aku tahu pasti kalau kedatanganku di desa Gigara adalah sesuatu yang sudah direncanakan...
"Gyohohoho. Kau memang menarik. Tidak salah Yang Mulia menilaimu."
"Apa maksudmu?"
"Beliaulah yang menyuruhku untuk menelesuri hutan sampai ke depan sebuah gua tempatmu berada, dan menjemputmu ke desa. Sehari sebelumnya Yang Mulia sudah memberitahu bahwa kami akan kedatangan seorang tamu spesial."
"Kenapa dia tidak menemuiku langsung pada saat itu?"
"Yang Mulia sangat sibuk. Seringkali bepergian keluar desa dan mengunjungi perpustakaan besar Laxanctum karena katanya sedang meneliti sesuatu."
  Meneliti sesuatu? Ilmu sihir? Apa dia sama sepertiku yang terdampar di pulau ini? Sigh. Semakin bertambah pertanyaan dalam pikiranku. Tunggu dulu, kalau begitu aku juga mungkin bisa mendapatkan informasi tentang sihir di sana. Pasti ada hubungannya dengan kartu bergambar Rune ini. Kemudian Pudenta menambahkan lagi...
"Tapi ada satu hal yang belum tentu benar dari perkataanmu tadi. Yang Mulia bukan seorang manusia. Aku bisa merasakannya. Entah dari sisi sebelah mananya, tapi dia sangat berbeda darimu."
"Ah, kalau begitu..."
"Berhenti, Tuan Rezio!! Sembunyi di belakangku!"
  He? Tiba-tiba saja perkataanku terpotong oleh teriakan Pudenta. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi kakiku secara spontan berhenti melangkah. Bukannya pergi ke belakang, aku malah sedikit maju di sampingnya. Gulp. Dan ternyata inilah kekhawatiran yang dirasakan. Ada makhluk yang menampakkan diri di depan kami.
"Tidak biasanya ada yang mengganggu di daerah ini. Itu artinya.. kita sudah dekat dengan pintu masuk Hutan Daedala. Jangan lengah sedikitpun, Tuan Rezio. Makhluk ini sangat berbahaya."
"Apa yang kau dapat setelah berhasil bertemu dengan bangsa Yith?"
"Yith... hehe... hehehehehehehehehe....
Aku tidak bertemu Yith...."
"...?"
"Yith bukanlah makhluk yang harus kalian temui.... Yith adalah makhluk yang harus menemui kalian....
Tapi Yith terlalu bodoh.... Yith tidak pintar...."
"Tunggu, bukankah Yith adalah ras asli pulau ini? Dan bukankah mereka tahu segalanya tentang pulau ini???"
"Hehe... heheheheheheh....
MANUSIAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!"
"!!!!!"
Mendadak Rasputn menyerbu kearah Narita. Namun Narita lebih cepat bergerak daripada Rasputn, membuat Rasputn berada diposisi depan pintu, menghalangi Narita untuk keluar.
"Sial...!"
"NONA NARITA!!!!"
"Tenang, Tuan Moriart!
Rasputn! Jelaskan padaku, apa yang kau temui di Erantopia!? Apa yang membuatmu menjadi seperti ini!?!?!"
".... Manusia....
Aku bertemu manusia...."
"Hmm?"
"[Dia] bilang.... Manusia harus ditemui.... [Dia] bilang.... manusia harus bertemu... [Dia] bilang... manusia manusia... manusia ... ... ... [Dia].... [Dia] ... ... ... [Dia].... [Dia] ... [Dia] ... [Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia]"
"... Dia...?
... The Great Old Ones...."
"!!!!!!!!!!"
Tak lama setelah Narita menyebutkan nama tersebut, matanya terbuka lebar, namun kosong, seakan - akan tengah dikuasai sesuatu. Dan Rasputn menatap tajam sambil melotot terhadap Narita.
"Ya... Great... Old... Ones....
Kalian menyebutnya dengan nama itu.... Old... Wise... The Ones....
KAU JUGA BERTEMU DENGANNYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!"
"TUNGGU! Yang kau maksud adalah Messengernya!"
"[DIA]!!!!!!!!!!!!!! KAU BERTEMU DENGAN [DIA]!!!!!"
"Apa...?"
"[Dia] ingin bertemu manusia.... [Dia] ingin meneliti manusia.... [Dia].... [Dia]... [Dia].... [Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia][Dia]"
"JANGAN BERCANDA DENGANKU! APAKAH KAU BERTEMU DENGAN YITH ATAU TIDAK!?!?!"
"AKU ADALAH YIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIITH!!!!!"
Mendadak seisi ruangan tersebut seakan - akan meledak. Aura kelam mulai menyebar dari dalam tubuh Rasputn. Dan seluruh tubuh Rasputn berubah, tentakel - tentakel berkeluaran dari seluruh lubang yang ada, kemudian berasimilasi dengan tubuh Yith
"Wha...."
"Apa... Rasputn... selama ini kamu...."
"MANUSIA....! SEMUA INI ULAH KALIAN!!!!"
"Hah?"
"SEANDAINYA [DIA] TIDAK TURUN KE DUNIA INI.... SEANDAINYA [DIA] TIDAK MENYADARI KEBERADAAN KALIAN....
SEANDAINGA KALIAN TIDAK PERNAH ADAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!"
"Jangan sembarangan menyalahkan orang seenak itu saja, brengsek! VORPAL SWORD, TRACE!!!"
Narita menarik kalungnya dari lehernya, dan sekejap itu juga berubah menjadi pedang besar.
"MANUSIAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!"
Rasputn melemparkan tentakel - tentakelnya kearah Narita, dan Narita dengan sigapnya menduga arah - arah tentakel tersebut sambil menghindar dan menebas tentakel - tentakel yang menyerang kearahnya.
Yith Rasputin menghimpun auranya sedalam - dalamnya, kemudian melepasnya secara bersamaan.
*BLARRRRRRRRR!!!!
Narita terpental jauh sampai ujung ruangan, dan seluruh segel yang ada diruangan tersebut rusak.
"Mustahil!!! Segel terbaik kita....!!!"
"Manusia bodoh.... datang tanpa mengetahui bahwa kalian hanyalah alat percobaan manusia....
Kalian bahkan tidak akan pernah bisa keluar dari tempat ini...!"
"...."
"[DIA] HANYA AKAN MENGELUARKAN KALIAN KETIKA IA MEMBUTUHKAN LEBIH BANYAK LAGI MANUSIA!!!! [DIA] AKAN MENGELUARKAN MANUSIA KE TEMPAT LAIN YANG DIA INGINKAN!"
"Eh?"
"APA KATAMU?!?!?"
"Dan karena kalianlah.... makhluk itu datang...
MAKHLUK ITUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!!"
Yith Rasputn Kembali menyerang dengan tentakel - tentakelnya, namun kali ini mengarah kearah Moriart.
"HI... HIIIIIII!!!!!"
Moriart kemudian berlari keluar, meninggalkan Narita sendirian.
"Lha...!?" "Kau akan mati disini....
Kemudian dia! Kemudian.... kemudian!!!"
"Ini tidak akan berhasil...."
Narita menyiapkan kembali kuda - kudanya, kemudian menghadapkan pedangnya kearah Yith Rasputn.
"YITH!"
"Haaa~!?"
"Maaf, tapi ini tidak akan butuh waktu lama.... Aku akan membunuhmu...."
Narita kemudian menyiapkan cincin yang selama ini ia kenakan di jari tengah tangan kirinya.
"Cross-Clash!!!"
Aura gelap menyelimuti Narita. Perlahan - lahan hingga akhirnya menutupi seluruh tubuhnya. Kemudian bayangan tersebut semakin membesar. Tak lama kemudian, bayangan tersebut terbuka dan meledak secara luas.
"Nox Vector."
Narita, yang sekarang dalam wujud armor terkuatnya, muncul dengan niat akan membunuh Yith Rasputn sekarang juga.
"Manusia.... MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIA MANUSIAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!"
Yith Rasputn menerjang Nox Vector dengan seluruh tentakelnya. Namun hasilnya, semua tentakel yang menyerang Nox menghilang semua.
"!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
"Tidak perlu terburu - buru....
Ini akan menyelesaikan semuanya!"
Nox mendekat menuju Yith Rasputn dan mengulurkan tangannya kearah Yith Rasputn.
"PERGI.... PERGIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!!! PERGI KALIAN MANUSIAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!"
Yith Rasputn terus mengarahkan tentakel - tentakelnya kearah Nox Vector, hanya untuk dihilangkan satu persatu setiap tentakel yang menyentuhnya. Dan setelah Nox Vector berhasil mendekat kearah Yith Rasputn, Nox menggenggam kepalanya dengan keras, seakan akan menghancurkan kepala Yith Rasputn.
Dan pada akhirnya, Nox Vector cukup menghancurkan kepala Yith Rasputn hingga hancur berlebur, dan perlahan - lahan tubuh Yith Rasputn mulai melebur perlahan, menjadi partikel - partikel kecil dan mulai memasuki tubuh Nox Vector.
"... Jadi begitu... karena ini adalah pulau 'mereka', tentu saja partikel yang tersusun didunia ini tersusun oleh bagian dari mereka sendiri....
Dan setiap partikel di pulau ini... takkan bisa kukontrol seperti sebelumnya, tapi....
Bukan berarti tak ada cara lain untukku mendapatkan partikel tersebut...."
"aaaAAAAAAAAAaaaaaaaaaaaaaaa....."
Nox Vector hanya tertawa kecil sambil terus menyerap partikel tubuh yang ada didalam tubuh Rasputn
"Aku berterima kasih, Yith Rasputn.
Ini merupakan sebuah informasi paling berharga yang kubutuhkan sekarang ini...."
"Kami... mati....
kami... diabaikan.... kami... dicampakkan....
Nyarl...."
Sesaat sebelum mengucapkan ucapan terakhirnya, seluruh partikel yang ada didalam tubuh Yith mulai menghilang satu per satu dan memusnahkan semua yang tersisa pada Rasputn.
".... Nona Sygn akan membenci hal ini...."
Kemudian Nox Vector kembali dibungkus oleh kegelapan, dan kembali berubah menjadi Narita.
"...."
"NARITA!!!!"
"Oh, Nona Sygn!?"
"KEMARI!! MONSTER ITU MULAI MENGAMUK DISINI... eh...?!?!?"
"... Monsternya... sudah lenyap...."
"Narita...."
"...."
Sebuah hari yang lama, namun cepat berlalu, terjadi begitu saja dalam waktu 1 hari. Namun kejadian yang terjadi hari ini akan membawa Mereka berdua kedalam sebuah tragedi yang tak pernah mereka duga sama sekali.
Posts : 1274 Thanked : 9Engine : Multi-Engine User Skill : Beginner Type : Developer
<Guy> <Greater Eran Forest>
Sudah beberapa jam sejak aku memasuki hutan yang terbentang di depan pantai tempat aku mendarat. Zirah Entitas itu tiba-tiba menghilang, dengan memberikan kepadaku sebuah "hadiah" berupa cara menghajar monster di pulau ini.
Akan tetapi, aneh sekali, tidak ada monster sama sekali, hanya tetumbuhan dan binatang biasa.
.... Dan dia.
Sesuatu mengikutiku dari kejauhan sejak aku menapakan kakiku ke dalam hutan ini. Kali ini dia mengendap endap di belakang sebuah pohon, jaraknya 5 meter dari tempat aku berdiri.
AKu tidak merasakan hawa/keinginan membunuh dari mahkluk itu, jadi apa yang dia inginkan?Â
"Gu-uhiiiiii!" mahkluk itu terkaget, meloncat, menunjukan dirinya.
Monster macam apa ini? Baru pertama kali ini aku lihat. Apakah ini salah satu monster yang dikatakan oleh Zirah entitas tadi? Aku menyiapkan pisauku...
"Tidaaaak.... aku ketahuan!"
Monster itu berbicara.
"Ah, aku seharusnya tidak boleh dilihat dengan wujud asliku. gawaaaat..."
Wujud asli?
"Kakak yang ada disana, aku tidak bermaksud jahat, hanya ini adalah kali pertama aku melihat manusia sungguhan di Erantopia." sahutnya.
"Aaaa, akan tetapi dia telah melihat wujud ini.... tunggu sebentar ya kak!" mahkluk itu kembali ke hutan, menghasilkan suara suara aneh, lalu muncul kembali, dengan wujud yang amat berbeda
kali ini, ia berwujud seorang anak kecil, bagaimana bisa...?
"Kakak seorang traveler kan?"
"Ah.... iya."
"Kalau begitu mari ikut aku kak!"
Sepertinya aku tidak punya pilihan lain, dan "bocah" ini adalah satu satunya mahkluk yang bisa aku ajak bicara, selain Dion. Kemana lagi orang itu? Semenjak berpisah di mercusuar, aku tidak mendengar kabar tentang dirinya lagi.
Bocah itu membawaku ke daerah pemukiman, tepat dibalik hutan. Ternyata ada pemukiman di pulau ini, meski penduduknya tidak bisa dibilang 100% manusia.
Pemukiman ini berbentuk desa kecil, dengan rumah yang terbuat dari batu dan kayu. Orang orang di desa itu melihatku berjalan masuk dengan tatapan kaget, seperti baru kali ini melihat "manusia sungguhan", seperti kata bocah ini.
Aku dibawa oleh sang bocah menuju ke rumah batu paling besar, sepertinya ini adalah tempat "kepala desa" pemukiman ini.Â
"Selamat datang, wahai Traveler." sambut seorang kakek botak, berjalan tertatih dengan bantuan tongkat kayu yang ia pegang erat dengan kedua tangannya.
"Kami adalah bangsa Yith. Kami ditugaskan oleh The Great One sebagai pemandu Traveler dalam perjalanan mereka di Erantopia ini, sebagai ganti keselamatan ras kami."
"Ah, terima kasih, Pak. Aku Guy Granfol, seorang Magus Crafigher" balasku.
"Haa.... kau dapat memanggilku Z'embe. Dan si bengal yang mengantarmu ke sini adalah Leff. Leff, kau pasti belum berkenalan dengan Traveler ini."
Leff yang berdiri di samping Pak tua Z'embe itu meringis, "Aku lupa kek", sahutnya.
Dan mungkin untuk beberapa saat aku akan bermukim disini, sembari mencari info tentang Material Legendaris, dan gauntlet yang tak mau lepas dari tangan kiriku ini.
Posts : 121 Thanked : 1Engine : RMVX Skill : Intermediate Type : Jack of All Trades
<Emils> <Desa Sathayandu, Rato> <13:20>
“Aku tahu bahwa kau adalah seorang “Petualang”,bukan? Ceritakan segala yang kau ketahui tentang tempat ini... pulau ini dan dunia ini... jika kau masih peduli dengan wanita ini”
"He.... ancaman klasik. Tidak bisa kah kau sedikit pintar untuk melakukan hal yang seperti ini?"ledek wanita itu.
Ancamanku tidak mempan? Apa dia tidak takut temannya terbunuh olehku? Ah, sudahlah. Nanti aku juga bisa bertanya pada wanita berkulit gelap ini, jadi aku akan mennyandera wanita ini sampai....  Belum sempat rencanaku tersusun, tangan kananku tiba-tiba terputus, sehingga membuatku menjatuhkan pedang di tanganku. Akhirnya indra pengelihatanku menangkap apa yang terjadi. Wanita berambut coklat itulah yang memotong tangan kananku, lalu ia menggendong wanita yang kusandera menjauh dariku. Karena sandera telah diambil, regu penjaga di luar tidak segan-segan masuk ke dalam rumah itu dan membentuk barisan di antara aku dan wanita berambut coklat itu.
"Pertama... kau meremehkanku dalam pertarungan jarak dekat. Kau harus lebih jauh dariku untuk melakukan trik murahan ini."Â Kata wanita itu sambil menurunkan wanita yang tadi kusandra.
"Kedua... Disini adalah desa Sathayandu, yang berada di sebuah daerah bernama Erantopia ..."lanjut wanita itu.
"Ketiga... aku tidak tahu siapa dirimu, dari mana asalmu, dan kenapa kau bisa sampai masuk ke desa ini. Kita bisa berbicara baik-baik... aku bisa berbagi informasi. Namun, jika kalian mengusik warga desa ini" Dia menajamkan padangannya padaku sebelum kulanjutkan perkataannya.
"...Aku tidak akan segan menghadapimu..."
“Mengusik katamu?”kataku geram. “Aku tidak pernah mengusik siapapun. Coba tanyalah kepada para penjaga di depanmu. Apa yang telah kuperbuat hingga aku layak untuk dibunuh?”tanyaku pada wanita berambut coklat itu.  “Kau telah menciderai warga kami! Apa kau tidak ingat apa yang terjadi di gang kecil tadi?”sahut pemanah di belakang kelompok itu. Kalau dugaanku benar, dia pasti pemanah yang ikut bersama keempat orang tadi.  “Itu tidak akan terjadi kalau kaptenmu tidak menyerangku duluan, manusia!”bentakku. “Biar kutebak.... berikutnya kalian akan mengatakan kalau aku telah memasuki wilayah kalian,bukan? Atau karena aku adalah “monster”,bukan?” Â
“Kalian manusia tidak pernah berubah... apapun yang tidak kalian ketahui akan kalian anggap sebagai bahaya, sebuah malapetaka, sebuah Monster. Namun, tidakkah kalian tahu siapa Monster yang sesungguhnya?”
Penjaga di depanku masih belum bergerak satu milipun dari tempat mereka. Perlahan, sebuah gumpalan terbentuk di tangan kananku dan memancarkan lima buah jari. Heh, rencakaku untuk mengulur waktu sampai tangan kananku pulih kembali telah berhasil. Â
“Lihatlah dinding rumah ini. Dari mana asalnya? Pasti dari penebangan pohon, padahal banyak “Monster” memakai pohon sebagai rumah mereka. Coba lihat ke pakaian yang kalian kenakan, dari mana asalnya kalau bukan kulit dari “Monster” yang kalian binasahkan”lanjut perkataanku.  “Dan terakhir... lihatlah benda di atas meja itu”
Aku menunjuk ke sebuah meja di belakang mereka semua. Sialnya, tidak ada yang berbalik. Tsch... Mereka tidak terlalu bodoh untuk ditipu. Yah... kalau begitu aku akan terus mengulur waktu sampai ada kesempatan.
“Apa itu tulang? Untuk apa tulang di rumah ini? Ah... dari jumlah tanaman di sini, pemiliknya pasti seorang penyembuh,bukan? Eh? Tapi... kenapa ada tulang di sini?”  Para penjaga di depanku mulai gusar dengan perkataanku. Pria di paling pojok kiri mulai mengambil satu langkah maju dan semakin memegang erat tombak di tangannya.  “Oh.... benar juga. Kalau kau meremukan, kemudian menggiling tulang, maka bubuk yang dihasilkan akan memiliki nutrisi yang sangat tinggi. Terutama gigi-gigi taring dari tengkorak monster itu!”
Sekarang, bukan hanya satu, tapi semua penjaga itu telah terpancing amarah. Namun, satu hal tak terduga terjadi. Wanita berambut coklat itu menoleh ke arah yang tadi kutunjuk, matanya terpaku pada meja berisikan bahan obat-obatan itu. Sekaranglah kesempatanku... aku segera mengambil pedang curianku tadi dan bersiap untuk “Adegan Penutup”.
“Para monster tidak membunuh kalian tanpa alasan... kalianlah yang memburu mereka untuk kalian manfaatkan bagian tubuh mereka...”
Aku mengambil satu langkah kedepan. Para penjaga di depanku mengokohkan kuda-kuda mereka, bersiap akan serangan yang akan datang.
“...KALIANLAH MONSTER SESUNGGUHNYA!”
 Serentak dengan perkataanku. Aku mengumpulkan cairan pada tubuh atasku untuk membuat gumpalan air berbentuk bola berrongga yang hampir menyentuh langit-langit ruangan ini.
“Teknik Manipulasi Air : Guyuran Naga Air!”teriakku dengan lantang.
 Para penjaga melompat ke samping untuk menghindari serangan dariku. Wanita berambut coklat itu kembali fokus padaku, kemudian menggendong wanita berkulit gelap tadi dan melompat tinggi ke belakang.  Kakiku segera membawaku ke dekat para penjaga, kemudian melontarkan seluruh tubuhku ke depan. Ketika gumpalan air di tubuh atasku menyentuh lantai, air di dalamnya menyebar ke seluruh sisi ruangan dan mengenai siapapun disekitar tempatku terjatuh.  Meski terkena air yang tampak deras, tapi para penjaga masih berdiri tegak di tempat mereka. Itu karena aku sengaja memakai hanya sepertiga cairanku untuk menutup pandangan mereka. Di balik ledakan itu, aku membentuk bola dengan sisa cairanku,kemudian  bergelinding melewati para penjaga.  Wanita berambut coklat itu masih terfokus pada tempat ledakan airku, sehingga ia tidak menyadari keberadaanku. Ketika kaki wanita itu hendak menapak kembali di lantai, aku menyebarkan cairanku ke lantai yang hendak ia pijak, sehingga ia tergelincir oleh cairanku dan jatuh ke belakang.  Di belakangnya, aku mengumpulkan kembali seluruh cairan yang telah kusebar untuk menopang tubuhnya, kemudian menarik pedang curianku ke depan leher wanita itu.
“Dilihat dari keadaan saat ini, aku tidak mungkin keluar hidup-hidup. Aku akan menerima tawaranmu untuk tidak mengusik penduduk desa dan berbagi informasi... jika kau dapat mengeluarkanku dari desa ini dalam keadaan hidup”Kataku pada wanita itu.  “Kau pikir para penjaga itu akan membiarkanmu lolos begitu saja?”tanya wanita itu.  “Karena ledakan air tadi, aku yakin mereka beranggapan aku telah mati”
Para penjaga mulai memeriksa tempatku meledakan gumpalan air tadi dan kondisi sekitarnya. Aku telah memalsukan kematianku, jadi akan buruk jika aku terlihat oleh mereka. Aku menarik kembali pedangku, kemudian bersembunyi di belakang wanita itu.Â
“Aku akan menunggu di bawah meja yang tadi kutunjuk”kataku pada wanita itu. Â
Aku mendatarkan tubuh cairku dengan lantai, kemudian perlahan merayap ke bawah meja penuh bahan-bahan itu. Para penjaga mulai mencari di dalam rumah, tapi mereka tidak menemukanku dan akhirnya meninggalkan rumah ini.
Terakhir diubah oleh Mochamad Hilman tanggal 2014-10-26, 11:31, total 2 kali diubah (Reason for editing : Merapikan Paragraf & Menambah Warna)